Ketika seorang anak bergerak dalam menari, ia senantiasa berusaha mengkoordinasikan gerak, otak dan perasaannya, sehingga ia dapat melatih kepekaan gerak dan ritmenya melalui gerak tari. Buku yang berisi tentang konsep tari edukatif, tentang kegiatan tari yang dapat mengembangkan berbagai potensi dan kecerdasan pada anak, seperti rasa percaya diri, kecerdasan emosional dan kreativitas pada anak usia dini serta potensi lainnya. Buku ini ditujukan untuk guru pra-sekolah dan orang tua pra-sekolah.
Upaya peningkatan kecerdasan kinestetik pada anak usia dini dapat dilakukan dengan pengajaran tari edukatif dengan menerapkan metode pembelajaran aktif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengembangan model pembelajaran tari pendidikan anak usia dini, sehingga dapat mengembangkan berbagai kemampuan anak usia dini. Menghasilkan model pembelajaran tari yang edukatif untuk mengembangkan karakter cinta budaya pada anak usia dini.
Kegiatan tari edukatif dapat dilakukan dengan menampilkan gerak-gerak kreatif yang dilakukan anak di bawah bimbingan guru. PENDIDIKAN TARI UNTUK ANAK DINI Anak usia dini merupakan anak usia 0-8 tahun yang disebut juga dengan masa emas (golden age), yaitu masa keemasan tumbuh kembang anak. Pembelajaran pendidikan tari untuk anak usia dini menggunakan pembelajaran bermain, karena bermain pada masa kanak-kanak merupakan: (1) kegiatan sehari-hari sebagai landasan belajar, yang ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh setiap anak tentunya sesuai dengan dirinya dan lingkungannya; (2) pekerja anak. menunjukkan perilaku yang menyenangkan, dinamis, aktif dan konstruktif.
Mintalah anak untuk mengulangi beberapa gerakan topi yang telah dilakukan anak, beberapa anak dapat melakukan gerakan yang sama atau masing-masing dapat berbeda tergantung gerakan yang dipilih anak. Mintalah anak untuk mengulangi beberapa gerakan topeng yang telah dilakukan anak, beberapa anak dapat melakukan gerakan yang sama atau masing-masing dapat berbeda tergantung gerakan yang dipilih anak. Mintalah anak untuk mengulangi beberapa gerakan permainan yang telah dilakukan anak, beberapa anak dapat melakukan gerakan yang sama atau masing-masing dapat berbeda tergantung gerakan yang dipilih anak.
Rendahnya rasa percaya diri anak ditunjukkan dengan anak yang cenderung diam dan tidak mau bangkit dari tempat duduknya (kurang berani) ketika guru menyuruhnya melakukan sesuatu. Ketika anak sudah percaya diri, maka ia akan berani mengutarakan pikiran dan idenya di hadapan banyak orang. Ada tiga kekuatan utama yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan keterlibatan anak dalam tugas dan aktivitas di masa kanak-kanak: (1) perubahan kognitif yang meningkatkan kemampuan anak untuk merefleksikan keberhasilan dan kegagalan mereka sendiri; (2) perluasan dunia anak dengan melibatkan teman sebaya, orang dewasa, dan aktivitas di luar keluarga;
Masa usia menengah memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kompetensi dan minat dalam berbagai bidang. Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-temannya di luar kendali orang tua. Program dan kelas yang dipisahkan berdasarkan usia dapat merusak harga diri anak karena meningkatkan perhatian anak terhadap perbandingan sosial.
Komentar sebagian optimis dari anak TK dan kelas satu mencerminkan hasil yang diharapkan dan bukan harapan aktual (Stipek, 1984). Selama masa kanak-kanak pertengahan, minat dan evaluasi anak terhadap tugas-tugas tertentu biasanya berubah. Yang sangat berharga dalam pengembangan harga diri anak adalah kegiatan yang memberikan anak (1) kesempatan untuk belajar tanpa norma-norma perbandingan sosial yang terus-menerus, (2) kesempatan untuk mengontrol pembelajarannya sendiri, (3) rasa hormat dari semua orang. peserta, dan (4) dukungan emosional dan sosial yang kuat.
Penyelidikan terhadap harga diri kanak-kanak telah menunjukkan bahawa sifat ini berbeza antara zaman kanak-kanak awal dan lewat.
Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan memahami dan mengelola emosi orang lain. Orang dengan kecerdasan interpersonal mempunyai kemampuan yang sedemikian rupa sehingga terlihat sangat mudah bergaul, mempunyai banyak teman dan menyukai orang lain. Selain pandai membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha pandai menyelesaikan masalah terkait perselisihan dengan orang lain.
Kunci utama untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan nonverbal, nada suara, gerak, ekspresi wajah, dan lain sebagainya. Orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat membangun hubungan dengan orang lain dengan cukup mudah, peka membaca reaksi dan perasaannya, mampu memimpin dan berorganisasi, serta pandai menangani perselisihan yang muncul dalam setiap aktivitas manusia yang muncul (Goleman, 2006). Kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga dengan empati, yaitu kemampuan seseorang dalam mengenali orang lain atau kepedulian, yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam berempati.
Semakin mampu terbuka terhadap perasaan diri sendiri, mampu mengenali dan mengakui perasaan diri sendiri, maka semakin besar pula kemampuan seseorang dalam membaca perasaan orang lain. Sulit bagi individu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan juga sulit bagi mereka untuk memahami keinginan dan keinginan orang lain. Bersikap baik hati, ramah, hormat dan dicintai orang lain dapat menjadi indikator positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa dalam mengenali emosinya, mengelola emosinya, memotivasi dirinya sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Hasil penelitian ini memberikan panduan ideal untuk mengidentifikasi karakter dan kemampuan anak serta peta pikirannya. Penelitian ini menjelaskan bukti karakteristik berpikir kritis anak dan signifikansinya dalam kaitannya dengan perkembangan berpikir kritis (Nilson et al., 2013). Misalnya, karya seorang anak kecil mungkin bersifat adaptif dan orisinal untuk anak tersebut dan/atau dalam kaitannya dengan anak-anak di kelas atau kelompok umurnya (M.A. Runco, 2003).
Misalnya, Meador (1992) menyajikan bukti dari Amerika Serikat bahwa kreativitas (yang diukur dengan tes berpikir divergen) menurun ketika anak-anak memasuki taman kanak-kanak sekitar usia lima atau enam tahun. Mellou (1996) mengemukakan bahwa kreativitas anak dapat dipupuk melalui lingkungan pendidikan melalui tiga cara: lingkungan kreatif, program kreatif, dan guru serta cara mengajar yang kreatif. Faktanya, anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa sering kali didorong untuk “bermain-main” untuk memfasilitasi pemikiran kreatif.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang dewasa dapat membantu anak-anak meningkatkan keterampilan bermain imajinatif mereka, yang mempunyai konsekuensi positif nyata bagi kemampuan kreatif mereka. Runco (2003) berpendapat bahwa guru harus menunjukkan minat terhadap potensi kreatif anak dan mendorong anak untuk membentuk interpretasi pribadi mereka terhadap pengetahuan dan peristiwa. Oleh karena itu, orang dewasa dapat berperan sebagai pendukung dan pembimbing, fasilitator dan model kreativitas anak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa seni anak memberikan banyak wawasan dalam pembelajaran dan perkembangan anak; dan bahwa anak-anak harus dibimbing saat menggambar.
Orang tua dan guru PAUD mempunyai peran sentral dalam membantu anak usia dini untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilakunya yang menjadi dasar pengaturan diri. Dapat disimpulkan bahwa pengendalian dan pengaturan diri merupakan faktor utama dalam menjaga kesehatan emosi seseorang. Keterampilan pengaturan diri tercermin dari pilihan yang diambil anak dan tindakan yang dapat diamati.
Kebanyakan orang dewasa dapat dengan mudah mengidentifikasi anak-anak prasekolah yang belum mengembangkan keterampilan ini dan menunjukkan kesulitan dalam pengaturan diri. Anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung lebih cenderung memiliki keterampilan pengaturan diri yang lebih buruk, kadang-kadang karena lingkungan rumah yang penuh tekanan dan respons fisiologis yang berhubungan dengan stres (Blair. & Raver. Penelitian juga menunjukkan kelenturan dalam pengaturan diri awal, anak-anak menjadi lebih mampu mengendalikan diri. untuk mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari (Moffitt et al., 2011).
Penelitian Williams (2018) mengklaim bahwa aktivitas gerakan ritmis terkoordinasi prasekolah (aktivitas menari) adalah cara yang efektif untuk memperkuat landasan neurologis pengaturan diri. Aktivitas gerakan ritmik yang terkoordinasi seperti menari atau senam ritmik di prasekolah dapat menjadi pendekatan yang efektif dan tepat untuk mengatasi dasar neurologis pengaturan diri pada anak usia dini. Pendidikan tari sebagai prinsip penguatan pengaturan diri yang berbeda dipelajari dari berbagai perspektif konstruksi perilaku.
Anak-anak yang berlatih menari dalam beberapa cara menunjukkan tingkat perkembangan pengaturan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak berlatih menari.
146 Pendidikan Anak Usia Dini Tari. pandai memperoleh keterampilan belajar membaca pada usia empat dan lima tahun. Pengajaran tari membantu guru mengembangkan keterampilan ini ketika guru memperkuat prinsip konstruktivis dengan: (1) mendorong respons gerakan yang berbeda; (2) melibatkan transformasi gagasan menjadi tari; (3) mengajak bertukar pikiran; dan (4) membimbing elaborasi anak. Salah satu bentuk tari edukasi yang sebagian besar dapat mengembangkan aspek kognitif anak adalah Braindance.
Pembinaan persatuan dan kesatuan hendaknya dimulai di lembaga pendidikan melalui kegiatan pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai kerukunan, persatuan dan perdamaian antar suku, misalnya melalui kegiatan tari edukatif. Nilai-nilai kearifan budaya lokal dari materi edukasi tari dapat dijadikan sebagai insentif untuk mendidik anak tentang karakter dan nilai cinta budaya. Konsep pendidikan karakter bagi siswa melalui kegiatan pembelajaran pendidikan tari dapat dikembangkan dengan sangat baik, karena dalam seni tari berbasis kearifan lokal banyak nilai karakter yang dapat ditransfer kepada siswa.
Pendidikan karakter dalam kegiatan pendidikan tari tidak hanya diberikan secara verbal atau teoritis saja, namun juga dilakukan melalui strategi pembelajaran yang mampu mengkondisikan anak untuk mampu memahami makna nilai pendidikan karakter dan kecintaan terhadap budaya bangsa yang ditanamkan. dalam kegiatan pembelajaran. Bentuk tari yang dapat membangun kecintaan terhadap budaya bangsa dibangun melalui tari edukatif berbasis seni tari daerah. Buku Tari Pedagogis Anak Usia Dini ini disusun dengan tujuan untuk memberikan wawasan kepada guru PAUD, orang tua PAUD, dan juga pemerhati pendidikan seni PAUD.
Tari edukatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran tari yang mengutamakan proses yaitu mengutamakan pengalaman anak terhadap gerak tari, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak sesuai dengan kebebasan gerak pribadi anak sesuai dengan imajinasi anak, dan anak. tidak perlu bergerak. mempraktikkan teknik gerakan yang standar atau sesuai, aturan yang telah ditentukan. Dengan kata lain kegiatan tari edukasi tidak terfokus pada hasil akhir berupa pertunjukan tari yang memiliki estetika tinggi, namun kegiatan tari edukasi lebih fokus pada pengembangan soft skill anak seperti rasa percaya diri, keberanian, kemandirian dan pengembangan potensi lainnya. . Selain itu, kegiatan pendidikan tari juga dapat dilakukan melalui pengamatan gerak tari, atau kegiatan yang mengapresiasi karya tari.