• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taubat Dalam Perspektif Al-Qur’an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Taubat Dalam Perspektif Al-Qur’an"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

lathaif: Literasi Tafsir, Hadis dan Filologi, Vol. 2 (1), 2023, (Januari-Juni)

ISSN Print : 2963-7678 ISSN Online : 2962-6153

Tersedia online di: https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/lathaif/index

Taubat dalam Perspektif Al-Qur`an

Rinalpi 1, Inong Satriadi 2

1. UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Indonesia

2. UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Indonesia rinalpi1999@gmail.com

Abstract

The main problem in this thesis is repentance in the perspective of the Qur'an (study of thematic interpretation). As for the purpose of this study based on the formulation of the problem above, namely To describe and analyze how the Qur'an views the commands of repentance, the reward for repentance, the conditions for receiving repentance, and the causes for repentance. Thematic or maudhu'i interpretation and analysis methods are used in this type of library research. Data processing is done by clarifying verses about repentance from the perspective of the Qur'an, studying thematic interpretations, then processing and exploring the interpretation by referring to the book of Tafsir Muyassar and presenting it in effective sentences. The results of research related to repentance are fourfold: first, the command to repent is in the plural form, which means that it must be done by all humans and the law becomes mandatory. Second, there are seven replies to repentance. Third, the conditions for acceptance of repentance are seven and must be met. Fourth, there are nine reasons why a person repents.

Keywords: Taubat, Persfektive, Al-Qur`an, Tafsir Muyassar Abstrak

Pokok permasalahan dalam Penelitian ini adalah Taubat Dalam Perspektif Al-Qur`an (studi tafsir tematik). Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pandangan Al-Qur`an tentang perintah taubat, balasan taubat, syarat diterimanya taubat, dan penyebab seseorang bertaubat. Jenis penelitian kepustakaan (library Research) dengan metode analisis tafsir tematik atau maudhu’i. Pengolahan data dilakukan dengan mengklarifikasikan ayat tentang Taubat Dalam Perspektif Al-Qur`an studi tafsir tematik, kemudian diolah dan digali penafsirannya dengan mengacu kepada kitab Tafsir Muyassar, dan memaparkan dalam kalimat yang efektif. Hasil penelitian terkait taubat ada 4 hal yaitu: pertama, perintah bertaubat dalam bentuk jama’ yang artinya harus dilakukan oleh seluruh manusia dan hukumnya menjadi wajib. Kedua, balasan bertaubat ada 7 balasan. Ketiga, syarat diterimanya taubat ada 7 syarat yang harus dipenuhi. Keeempat, penyebab seseorang bertaubat ada 9 hal yang menyebabkan dirinya bertaubat.

Kata Kunci: Taubat, Persfektif, Al-Qur`an, Tafsir Muyassar

PENDAHULUAN

Kitab suci Al-Qur`an atau kalamullah merupakan salah satu kitab suci agama samawi yaitu: kitab Zabur, Taurat, Injil dan yang terakhir adalah Al-Qur`an yang menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia dalam perihal menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat (Zaini dan Hasnah, 2015: 21). Dalam menjalani kehidupan khususnya kehidupan dunia, manusia tidak dapat dipisahkan dari dua hal, yaitu hal baik dan hal buruk.. Namun jika manusia telah membuat kesalahan dan melakukan perbuatan buruk maka wajib baginya untuk segera bertaubat.

Taubat menurut Al-Jauziyah yaitu jalan untuk menggapai ridho Allah SWT dengan mengerjakan apa-apa saja yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa-apa saja yang dilarang-Nya. Dan untuk orang-orang yang tidak mau kembali kepada jalan- Nya, maka ia merupakan orang yang telah jauh dari ridho Allah SWT, yakni mereka tetap dalam perbuatan dosa (Ridwan, 2018: 253).

(2)

Kewajiban bertaubat membuat manusia sadar akan dirinya yang lemah dan tidak berdaya di hadapan sang pencipta, sehingga manusia akan memahami posisinya yang begitu kecil dan lemah di hadapan sang pencipta, maka dari itu manusia harus patuh dan taat, serta menyembah Allah yang telah menciptakan segalanya (Faqih, 2008: 78).

Di dalam Al-Qur`an kata-kata taubat sebenarnya banyak sekali ditemukan dan kata-kata taubat ini sering diulang-ulang di dalamnya. Berdasarkan penulusuran dalam Kitab Mu’jam Al- Mufahras Li Al-Faaz Al-Qur`an Al-Karim ditemukan lafazh taubat banyak di ulang dalam Al-Qur`an lebih kurang 86 kali terdapat dalam 27 surat (Al- Baqi, 1981:199-200.)

Dalam penelitian ini penulis menetapkan untuk membahas lebih kurang sebanyak 16 ayat. Adapun alasan peneliti membatasi ayat tersebut dikarenakan ayat tersebut sesuai dan bisa dijadikan rujukan mengenai topik penelitian yang akan di bahas lebih lanjut. Dengan bentuk derivasi dalam Q.S Al Baqarah ayat 54, Q.S Al-Baqarah ayat 160, Q.S An-Nisa ayat 16, Q.S An-Nisa ayat 18 dan 92, Q.S An-Nisa ayat 146, Q.S Al- An’am ayat 54, Q.S At-Taubah ayat 5, Q.S At- Taubah ayat 102, Q.S At-Taubah ayat 118, Q.S Hud ayat 3,52,61dan 90, Q.S An-Nahl ayat 119, Q.S Maryam ayat 60, Q.S An-Nur ayat 31, Q.S Al-Furqan Ayat 70, Q.S Al-Hujurat ayat 12, Q.S At-Tahrim ayat 8

Jadi, dari sudut pandang ini, manusia memiliki sisi keinginan dan sisi akal sehingga berbagai kesalahan tidak dapat dihindari. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup tidak ada yang tidak bersalah, perbuatan salah melanggar perintah Allah SWT atau berbuat salah kepada makhluk ciptaan-Nya. Bertaubat merupakan jalan bagi orang-orang yang bersalah dan berdosa. Namun Allah SWT membuka pintu taubat sebanyak-banyaknya sampai seseorang itu menyadari kesalahan yang telah dilakukannya dan segera mencari ampunan dan bertaubat., Rasuullah SAW bersabda:

َلاَق : َ لاَ

ق هنع للها يضر ٍسَ

نَ أ ْن َع َو

ا ىلص ِ ه

للهَ ا ُ

لو ُس َر ملسو هيلع لله

( ُرْي َخ َو ٌءا هط َخ َم َدآ ي ِنَب ُّ

لُ ك

َنوُبا هوهتلَ ا َنيِئا هطَخْ

لَ ا )

Artinya: Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan dan sebaik-baik orang yang mempunyai kesalahan ialah orang- orang yang banyak bertaubat. (HR. Tirmidzi Dan Ibnu Majah).

Maka dari itu seseorang tidak terlepas dan tidak bisa terhindar dari perbuatan maksiat yang mana balasannya adalah sesuai dengan yang dilakukannya. Perbuatan maksiat yang dilakukan dapat mengakibatkan seseorang berdosa dan dosa ini juga memiliki kadar masing-masing tergantung dengan perbuatan maksiat yang dilakukannya, semakin besar kemaksiatan atau keburukan yang dikerjakan maka semakin besar pulalah dosa yang akan di perolehnya.

Orang-orang yang senantiasa mengikutinya dan bepegang teguh maka ia akan membimbing orang tersebut ke jalan yang benar yaitu jalan yang penuh dengan kenikmatan dan keselamatan. Namun bagi orang-orang yang berpaling dan meninggalkannya maka orang tersebut tentunya akan mengalami kehidupan yang buruk tanpa ada yang membimbingnya, sehingga mengakibatkan dirinya celaka karena perbuatannya sendiri (Mawardi, 1999: 10).

Jadi orang-orang yang beriman dan bertakwa sudah menjadi suatu kewajiban untuk menjauhi dan tidak mendekati perbuatan tersebut namun ada juga tekadang

(3)

seorang hamba terjerumus ke dalam perbuatan itu hendaknya bersegera bertaubat dan kembali kepada Allah SWT.

Oleh karena itu Allah SWT memberikan jalan kepada hamba-Nya yang masih melakukan perbuatan dosa dan maksiat untuk kembali dan memohon ampun kepada-Nya, Karena Allah SWT Maha penerima taubat dan pintu taubatnya sangatlah luas. Allah SWT berfirman:

َت ِ َُّ

للها ىَ

لِإ اوُبوُت اوُنَمآ َني ِذَُّ

لا ا َهُُّيَ أ اَي ٍتاَُّن َج ْمُ

كَ

ل ِخ ْدُي َو ْمُ

كِتاَئُِّي َس ْمُ كْن َع َرُّ

ِفَ كُي نْ َ

أ ْمُ

كُُّب َر ى َس َع ا ًحو ُصَن ًةَب ْو ا َُّ

للها ي ِزْخ ُي ال َمْوَي ُراَهْنألا اَهِت ْح َ

ت ْن ِم يِرْج َت ْم ُه ُروُن ُه َع َم اوُن َمآ َني ِذَُّ

لا َو َُّي ِبَُّنل ْم ِهي ِدْيَ

أ َنْيَب ى َع ْسَي

ْم ِه ِناَمْيَ أِب َو ٌري ِدَ

ق ٍء ْي َ ش ُّ

ِلُ ك ىَ

لَع َكَُّنِإ اَنَل ْرِف ْغاَو اَن َروُن اَنَل ْم ِمْتَ أ اَنَُّب َر َ

نوُ لوُ

قَي

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah demgan taubat yang sebenarnya (Taubatan Nasuha) muda-muhan rabbmu akan menutupi kesalahanmu dan memasukkan mu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia sedang cahaya mereka memancar dan disebelah kanan merekasambil mereka mengatakan: Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala sesuatu (QS. At-Tahrim Ayat: 8) (Syaithout, 1968: 19).

Di dalam surat An-Nahl ayat 119, Allah SWT juga berfirman:

ْن ِم َكَُّب َر َُّنِإ او ُحَ ل ْصَ

أ َو َكِل َذ ِد ْعَب ْن ِم اوُباَت َُّمُ ث ٍةَ

لا َه َج ِب َءو ُُّسلا اوُ

ل ِمَع َني ِذَُّلِل َكَُّب َر َُّنِإ َُّمُث

ٌروُ ف َغَ

ل ا َه ِد ْعَب

مي ِح َر Artinya: Kemudian, Sesungguh-Nya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan Karena kebodohannya, Kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah itu maha Pengampun. Maka, sudah seharusnya seorang muslim menyegerakan diri untuk bertaubat kepada-Nya dari segala dosa. Taubat dengan sebenar-benarnya taubat atau semurni-murninya Taubat, yang biasa disebut dengan ‘Taubat Nasuha’. Taubat merupakan yang paling penting yang fungsinya menyelamatkan manusia, Allah SWT senantiasa memberikan pengampunan bagi hamba-Nya yang terjerumus ke dalam perbuatan dosa dengan syarat istighfar dan bertaubat atas dosa yang dilakukan.

Sebagaimana dikutip dalam hadits Rasulullah SAW, bahwa dosa bisa membuat hati menjadi kotor sehingga mengakibatkan banyak kotoran yang terdapat di dalamnya. Saat hati telah menjadi kotor, maka seperti perumpamaan lampu yang tidak memiliki cahaya sehingga tidak bisa membedakan perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah, sehingga ketika lampu padam maka akan menjadi gelap. Jika seseorang menahan diri dari perbuatan dosa dan bertaubat untuk menggapai ampunan-Nya sehingga membuat Allah SWT ridho kepadanya maka hatinya akan kembali bersih seperti sebelumnya, tetapi ketika dia mengulangi perbuatan dosanya, noda atau kotoran yang sebelumnya telah hilang ia akan kembali mengisih hatinya (Nursani, 2005: 81).

(4)

Kesadaran akan perbuatan dosa ini nantinya akan menimbulkan perasaan gelisah yang mendalam, perasaan rendah diri dan rasa tidak diperhatikan oleh Allah SWT karena telah melakukan perbuatan dosa, seseorang yang senantiasa melakukan kemaksiatan atau perbuatan dosa maka ia akan mengalami ganguan-gangguan dalam dirinya, perasaan berdosa dapat menimbulkan rasa yang tidak pas atau ketidakseimbangan antara individu yang mengalaminya, di satu pihak hati nurani menolak agar tidak melakukan perbuatan dosa namun dipihak yang lain nafsu mendorong kepada keburukan, inilah ruh ilahi di dalam diri manusia yang memiliki kekuatan seperti cahaya kebenaran yang tidak mampu berdusta, disebut nurani (Mubarok, 2002: 169).

Bagi mereka yang telah melakukan kesalahan dan berbuat dosa, hal ini menimbulkan rasa kecemasan, dan rasa bersalah yang terus-menerus atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan, terlepas dari kekhawatiran mereka, yang sangat berdampak buruk bagi fisik dan mental mereka. Allah SWT, memerintahkan untuk bertaubat dari dosa-dosa yang dilakukan, dan dalam bentuk ketaatan dan taqwa kepada Allah SWT tidak melakukan apa-apa yang dapat merusak dan membuat perubahan pada dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dengan bertaubat dan kemabali kepada Allah SWT (Masyhur kahar, 1986: 96).

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research). Research berasal dari kata Re dan Search yang berarti mencari kembali, atau dalam kata latin Reserare yang berarti mengungkapkan atau membuka (Satori dan Komariah, 2012: 18).

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.

(Arikunto, 2006: 129). Sumber data pada penelitian Library Research ini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama, kitab tafsir Al-Muyassar yang bercorak tasawuf (isyari) sebagai sumber data primer dan buku-buku, jurnal-jurnal, artikel yang berhubungan dengan taubat dalam perspektif Al-Qur`an Studi Tafsir Tematik sebagai sumber data sekunder (Subagyo, 2006: 109).

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah untuk mengumpulkan ayat-ayat tentang Taubat penulis menggunakan Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Al-Fazh Alquran Al-Karim. Kemudian, mengurutkan ayat-ayat tersebut berdasarkan waktu/masa penurunannya. Setelah itu, ayat-ayat tentang Taubat diklasifikasikan, dari ayat-ayat yang sudah ada ditelaah melalui Tafsir Tematik

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode Analisis isi (Content Analysis), yaitu teknik yang biasa digunakan dalam penelitian kepustakaan, yakni dengan cara menganalisa terhadap berbagai sumber informasi yang telah didapat Term asuk bahan cetak (buku, artikel, koran, majalah dan sebagainya) menurut irawan, penelitian ini menggunakan pendekatan filologi.

Dalam menaganalisa data, penulis menggunakan metode metode tafsir tematik (Mawdhu’iy) membahas ayat-ayat Al-Qur`an sesuai dengan tema atau judul yang telah di tetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya seperti Asbab Al Nuzul, kosakata, dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh Dalil-Dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

(5)

baik argumen itu berasal dari Al-Qur`an, Hadits, maupun pemikiran Rasional (Baidan, 2000:151).

Selain menggunakan menggunakan metode tafsir Mawdhu’iy, penulis juga menggunakan metode prosedur analisis (Content Analysis) ini, penulis melakukannya dalam lima tahap: (Arikunto, 2003: 310).

1. Tentukan tujuan analisis Dalam hal ini, penulis mengidentifikasi tujuan analisis dengan terlebih dahulu menjelaskan masalah.

2. Pengumpulan data Penulis membaca, menyelidiki, dan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang ada.

3. Mengidentifikasi bukti konseptual Dalam hal ini, penulis mulai mencari hubungan antara data yang ada dengan penulis yang diteliti.

4. Reduksi data Penulis mulai memilah-milah data yang dikumpulkan oleh penulis. Mengurutkan data yang digunakan dan tidak digunakan.

5. Analisis dan interpretasi data PEMBAHASAN

Perintah Bertaubat

Perintah bertaubat dalam Al-Qur`an dengan menggunakan kata Fi’ il Amr ( لعف رما) berulang sebanyak 7 kali yaitu: pada Q.s Al-Baqarah ayat 54. Q.s Hud ayat:

3,52,61 dan 90. Q.s An-Nur ayat 31. Dan Q.s At-Tahrim ayat 8. Diantaranya sebagai berikut:

ِإ اوُبوُتَف َل ْج ِعْ لا ُمُ

كِذاَخ ُِّتاِب ْمُ ك َسفْنُ َ

أ ْمُت ْمَ ل َظ ْمُ

كَُّنِإ ِم ْوق اَي ِه ِم ْوَ َ

قِل ى َسو ُم َ لاَ

ق ْذِإ َو َب ىَ

ِئ ِرا ل ْمُ

ك َسفْنُ َ أ اوُ

لُتقاْ َ ف ْمُ

ك

َع َباَتَ ف ْمُ

كِئ ِراَب َدْن ِع ْمُكَ ل ٌرْي َخ ْمُ

كِل َذ مي ِح َُّرلا ُبا َُّوَُّتلا َوُه ُهَُّنِإ ْمُ

ك ْيَ ل

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu.

Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah SWT akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". (Q.S Al-Baqarah 54).

Aidh al-Qarni menjelaskan dalam penafsirannya dan wahai Bani Israil, ketika Musa berkata kepada kaumnya yang menyembah patung anak sapi: “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah melakukan puncak kezaliman yaitu menyekutukan Tuhanmu yang telah menciptakan dan memeliharamu dengan patung anak sapi, padahal tidak ada Tuhan selain Dia. Maka bertaubatlah dari kemusyrikanmu itu, Dia memerintahkanmu agar orang yang tidak melakukan kemusyrikan membunuh orang yang berbuat musyrik. Itulah tebusan atau cara bertaubat bagi orang yang melakukan kemusyrikan yang menyatakan kebenaran taubatnya. Apabila kamu melakukan seperti itu, maka Allah akan mengampunimu dari dosa yang sangat besar itu. Dia Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih terhadap orang-orang yang mau kembali kepada-Nya dengan tidak menyiksa karena dosanya selama hamba tersebut mau bertaubat’.

(6)

Ayat ini menjelaskan tentang perintah bertaubat kepada banyak orang (Aidh al Qarni, 2008: 40).

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan juga perihal Q.S Al-Baqarah:54 bahwasanya Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada Bani Israil yang hidup semasanya pada waktu itu bahwa Musa AS sekembali dari munajat dengan tuhannya, mendapati kaumnya menyembah patung anak Sapi, lalu dia berkata kepada kaumnya:’Hai Kaumku, sesungguhnya perbuatan kamu menjadikan anak Sapi sebagai Tuhanmu, kamu telah membinasakan diri kamu sendiri. Oleh sebab itu, bertobatlah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan janganlah berbuat kebodohan semacam itu’ (Tafsir Kemenag, 2010:109-110)

Selanjutnya, sebagaimana bunyi surat Hud ayat 3, Allah SWT Berfirman:

َو ى ًُّم َس ُم ٍل َجَ أ ىَ

لِإ اًن َس َح اًعاَتَم ْمُك ْعُِّتَمُي ِهْيَلِإ اوُبوُت َُّمُث ْمُ

كَُّب َر او ُر ِف ْغَت ْسا ِنَ ٍلْضَف يِذ َُّلُك ِت ْؤُي أو

ُهَ

ل ْضفَ

َع فا َخُ َ أ يُّ ِن ِإف ا ْوَ َُّ

ل َوَت ْ نِإ َو ريِبَ

ك ٍم ْوَي َباَ ذَع ْمُ

ك ْيَ ل

Artinya: “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya.

(Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat’. (Hud ayat: 3).

Dinamakan Hud berarti tentang Nabi Hud. Surat ini terdiri dari 123 ayat, diturunkan di Mekkah sesudah surat Yunus. Surat ini mengandung apa yang tercantum di dalam surat Yunus, yaitu tauhid, kenabian, hari kiamat, hisab dan pembalasan (Ash-Siddieqy, 2011: 383).

Aidh al-Qarni menafsirkan ayat ini bahwasanya setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan perbuatan dosa. Maka dari itu bertaubatlah kepada Allah SWT dari perbuatan dosa dan kembalilah kepadanya dalam keadaan bertaubat dengan disertai penyesalan yang mendalam atas perbuatan yang telah dilakukan. Allah SWT akan memberikan kehidupan yang baik, kesehatan badan, negeri yang aman dan keridhaan- Nya hingga genap umur kalian dalam sebaik-baiknya keadaan.

Allah SWT akan memberikan kepada orang-orang yang memiliki keutamaan yang senantiasa mengerjakan amal shaleh dan selalu mengintropeksi dirinya dengan hal yang baik dan senantiasa selalu mencari keridhaan-Nya dan senantiasa meninggalkan seluruh larangan-Nya maka ia akan memperoleh ilmu yang bermanfaat dan juga amal shaleh, serta pahala yang sesuai dengan amalannya. Dengan kemurahan-Nya dan keridhaan-Nya dan menghendaki kepada siapa saja yang di kehendaki-Nya.

Ayat ini menjelaskan tentang perintah bertaubat untuk banyak orang (Aidh al Qarni, 2008: 225).

Selanjutnya Allah SWT Berfirman dalam surat Hud ayat 52 yang berbunyi:

َلِإ اوُبوُت َُّمُث ْمُكَُّب َر او ُرِف ْغَت ْسا ِمْوَق اَيَو ْي

ْمُ

كْد ِزَيَو ا ًرا َرْدِم ْمُ ك ْيَ

لَع َءاَم َُّسلا ِل ِس ْرُي ِه ال َو ْمُ

كِت َُّوق ىُ َ لِإ ًةَُّوُق

ا ْوَُّ

ل َوَتَت

ني ِمِرْج ُم Artinya: Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia

(7)

akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. (Hud ayat: 52).

Aid al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya wahai kaumku, bertaubatlah kepada Allah SWT dengan meninggalkan perbuatan dosa dengan penuh penyesalan.

Orang-orang yang benar-benar bertaubat dan menyesali perbuatannya maka Allah SWT akan menurunkan hujan yang sangat deras sehingga dengan itu mendatangkan kebaikan, perasaan yang bahagia, kekuatan, keturunan, harta, dan kebrkahan rezeki.

Dan janganlah berpaling dan terus-menerus dalam keadaan dosa serta tidak mau menerima kebenaran. Ayat ini menjelaskan tentang perintah bertaubat untuk banyak orang (Aidh al Qarni, 2008: 249).

Balasan Bertaubat

Balasan bertaubat dalam Al-Qur`an terdapat 7 kali yaitu: pada Q.s An-Nisa ayat 146, Q.s Hud ayat 3 dan ayat 52, Q.s Maryam ayat 60, Q.s Al-Furqan ayat 70 dan At- Tahrim ayat 8. Sebagaimana bunyi surat An-Nisa ayat 146, Allah SWT Berfirman:

ِإ َس َو َنيِن ِم ْؤ ُمْ

لا َع َم َكِئَ لوُ

أف َِ لله ْم ُهَني ِد او ُصَُّ ِ َ ل ْخَ

أ َو ِ َُّ

للهاِب او ُم َصَت ْعاَو او ُحَل ْصَ

أ َو اوُباَت َني ِذَُّ

لا ال َُّ

للها ِت ْؤُي ف ْوَ

َأ َنيِن ِم ْؤ ُمْ ًمي ِظَع اًر ْج لا

Artinya: Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang- orang yang beriman pahala yang besar. (An-Nisa ayat 146).

Surat An-Nisa berarti perempuan, surat ini diturunkan di Madinah, terdiri dari 176 ayat dan diturunkan setelah surat Al-Mumtahanah (Ash-Siddieqy, 2011: 483).

Aidh al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya apabila kaum munafik itu mau bertaubat dengan sebenar-benarnya yaitu menyesali perbuatan buruk yang dilakukannya dan melaksanakan amal saleh dengan berpegang teguh kitab Allah SWT dan sunnah Nabi Muhammad SAW maka Allah SWT akan mencurahkan ampunan kepadanya. Tempat kembalinya adalah bersama orang-orang mukmin dengan mendapat pahala dan balasan yang agung di akhirat karena mereka benar-benar ikhlas dalam beramal demi mendapatkan ridha Allah SWT. Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang mukmin kelak di akhirat dengan mendapat pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi. Kaum munafik yang bertaubat akan bersama-sama dengan orang-orang mukmin mendapatkan pahala yang besar karena mereka telah melakukan perbuatan baik dan menjadi orang-orang mukmin yang sejati

Ayat ini menjelaskan tentang balasan bertaubat yaitu pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi (Aidh al Qarny, 2008: 539).

Selanjutnya, Sebagaimana bunyi surat Hud ayat 3, Allah SWT Berfirman:

ي ِذ َُّ

لُ

ك ِت ْؤُي َو ى ًُّم َس ُم ٍل َجَ أ ىَ

لِإ اًن َس َح اًعاَتَم ْمُك ْعُِّتَمُي ِهْيَ

لِإ اوُبوُت َُّمُث ْمُكَُّب َر او ُرِف ْغَت ْسا ِنَ أ َو

ُهَ ل ْضَ

ف ٍلْضَف

ريِبَ

ك ٍم ْوَي َباَ ذَع ْمُ

ك ْيَ

لَع فا َخُ َ أ يُّ ِن ِإَ

ف ا ْوَُّ

ل َوَت ْ نِإ َو Artinya: “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya.

(Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi

(8)

kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat’. (Hud ayat: 3).

Dinamakan Hud berarti tentang Nabi Hud. Surat ini terdiri dari 123 ayat, diturunkan di Mekkah sesudah surat Yunus. Surat ini mngandung apa yang tercantum di dalam surat Yunus, yaitu tauhid, kenabian, hari kiamat, hisab dan pembalasan (Ash-Siddieqy, 2011: 383).

Aidh al-Qarni menafsirkan ayat ini bahwasanya setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan perbuatan dosa. Maka dari itu bertaubatlah kepada Allah SWT dari perbuatan dosa dan kembalilah kepadanya dalam keadaan bertaubat dengan disertai penyesalan yang mendalam atas perbuatan yang telah dilakukan. Allah SWT akan memberikan kehidupan yang baik, kesehatan badan, negeri yang aman dan keridhaan- Nya hingga genap umur kalian dalam sebaik-baiknya keadaan.

Allah SWT akan memberikan kepada orang-orang yang memiliki keutamaan yang senantiasa mengerjakan amal shaleh dan selalu mengintropeksi dirinya dengan hal yang baik dan senantiasa selalu mencari keridhaan-Nya dan senantiasa meninggalkan seluruh larangan-Nya maka ia akan memperoleh ilmu yang bermanfaat dan juga amal shaleh, serta pahala yang sesuai dengan amalannya. Dengan kemurahan-Nya dan keridhaan-Nya dan menghendaki kepada siapa saja yang di kehendaki-Nya.

Ayat ini menjelaskan tentang balasan bertaubat berupa pahala yang sesuai dengan amalannya (Aidh al Qarni, 2008: 225).

َُّسلا ِل ِس ْرُي ِهْيَ

لِإ اوُبوُت َُّمُث ْمُكَُّب َر او ُرِف ْغَت ْسا ِمْوَق اَيَو ِزَيَو ا ًرا َرْدِم ْمُ

ك ْيَ لَع َءاَم ل َو ْمُ

كِت َُّوق ىُ َ لِإ ًةَُّوُق ْمُ

كْد ا ْوَُّ

ل َوَتَت ا

ني ِمِرْج ُم Artinya: Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. (Hud ayat: 52).

Aid al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya wahai kaumku, bertaubatlah kepada Allah SWT dengan meninggalkan perbuatan dosa dengan penuh penyesalan.

Orang-orang yang benar-benar bertaubat dan menyesali perbuatannya maka Allah SWT akan menurunkan hujan yang sangat deras sehingga dengan itu mendatangkan kebaikan, perasaan yang bahagia, kekuatan, keturunan, harta, dan keberkahan rezeki.

Dan janganlah berpaling dan terus-menerus dalam keadaan dosa serta tidak mau menerima kebenaran.

Ayat ini menjelaskan tentang balasan bertaubat berupa hujan yang deras, kekuatan, keturunan dan keberkahan rezeki (Aidh al Qarni, 2008: 249).

Syarat Diterimanya Taubat

Syarat diterimanya taubat dalam Al-Qur`an terdapat 6 kali yaitu: pada Q.s. Al- Baqarah ayat 160, Q.s An-Nisa ayat 16 dan ayat 146, Q.s Al-An’am ayat 54, Q.s At- Taubah ayat 5 dan Q.s An-Nahl ayat 119.

ِإ َو او ُحَ

ل ْصَ

أ َو اوُباَت َني ِذَُّ

لا ال ُمي ِح َُّرلا ُبا َُّوَُّتلا اَنَ

أ َو ْم ِهْيَ لَع ُبوُتَ

أ َكِئَ لوُ

أف اوُنَُّيَبَ

(9)

Artinya: kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 160).

Aidh al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya orang-orang yang mau bertaubat, menyesali terhadap kesalahannya, memohon ampun kepada Tuhannya dan mengganti perbuatan jeleknya yang telah lalu itu dengan kebaikan, dan mau menyebarkan kebenaran yang dahulu telah disembunyikannya, maka Allah SWT menerima taubatnya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat ampunan dan kasih sayang Allah SWT. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya, dan Dia Maha Penyayang dengan tidak menimpakan siksaan bahkan Dia menyempurnakan kenikmatan-Nya.

Ayat ini menjelaskan tentang syarat diterimanya taubat dengan mnyesali kesalahan, mengerjakan perbuatan yang baik dan meninggalkan perbutan yang buruk serta menyampaikan kebenaran (Aidh al Qarni, 2008: 131).

Dalam tafsir kemenag juga dijelaskan bahwasanya, orang-orang yang bertaubat dari kesalahan dan kelalaiannya serta memperbaiki dirinya dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, menerangkan serta menyebarkan ilmu yang dimilikinya, berani menegakkan kebenaran serta memerangi kemungkaran dikecualikan dan dibebaskan dari laknat Allah SWT. Bagi orang-orang yang seperti itu walaupun mereka telah terlanjur berbuat kesalahan, Allah tetap menyediakan ampunan, karena Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang (Tafsir Kemenag, 2010: 238).

ًبا َُّوَت َ ناَ

ك هَ

للها َُّ

نِإ اَم ُهْن َع او ُضِرْعَ أَ

ف ا َحَ ل ْصَ

أ َو اَباَت ْ ن ِإَ

ف اَم ُهو ُذآَ ف ْمُ

كْن ِم ا َهِناَيِتْ أَي ِناَ

ذَُّ

ًمي ِح َر ا للاو ا

Artinya: Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertobat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (An-Nisa:

16).

Aidh al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya Apabila ada seorang laki-laki dan perempuan yang sama-sama belum bersuami atau beristeri melakukan perzinaan, maka wajib baginya untuk memberikan pengajaran, hukuman, celaan serta hukuman dera. Apabila keduanya telah berhenti dari berzina dan bertaubat pada Allah dan mereka berdua berbuat baik, maka bagi kamu tidak perlu menyebut-nyebut perbuatan dosanya yang telah dilakukan dan pula jangan berpaling dari mereka, dan menolak kehadiran mereka karena Allah SWT telah menerima taubatnya. Allah SWT akan memberikan rahmat dan ampunan bagi orang yang mau kembali kepada-Nya. Dia Maha Luas kasih sayang-Nya kepada orang yang mau kembali kepada-Nya ketika telah bergelimang dosa besar dan perbuatan keji. Untuk itu kamu hendaknya menyambut mereka dengan baik, seperti tidak menyebut-nyebut perbuatan kejinya yang telah lalu.

Ayat ini menjelaskan tentang syarat diterimanya taubat berhenti dari perbuatan keji dan melakukan perbuatan baik (Aidh al Qarni, 2008: 430).

ُحَ ل ْصَ

أ َو اوُباَت َني ِذَُّ

لا الِإ يِن ِم ْؤ ُمْ

لا َع َم َكِئَ لوُ

أف َِ لله ْم ُهَني ِد او ُصَُّ ِ َ ل ْخَ

أ َو ِ َُّ

للهاِب او ُم َصَت ْعاَو او َُّ

للها ِت ْؤُي ف ْو َس َو َنَ

ًمي ِظَع اًر ْجَ

أ َنيِن ِم ْؤ ُمْ لا

(10)

Artinya: Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang- orang yang beriman pahala yang besar. (An-Nisa ayat 146).

Surat An-Nisa berarti perempuan, surat ini diturunkan di Madinah, terdiri dari 176 ayat dan diturunkan setelah surat Al-Mumtahanah (Ash-Siddieqy, 2011: 483).

Aidh al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya apabila kaum munafik itu mau bertaubat dengan sebenar-benarnya yaitu menyesali perbuatan buruk yang dilakukannya dan melaksanakan amal saleh dengan berpegang teguh kitab Allah SWT dan sunnah Nabi Muhammad SAW maka Allah SWT akan mencurahkan ampunan kepadanya. Tempat kembalinya adalah bersama orang-orang mukmin dengan mendapat pahala dan balasan yang agung di akhirat karena mereka benar-benar ikhlas dalam beramal demi mendapatkan ridha Allah SWT. Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang mukmin kelak di akhirat dengan mendapat pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi. Kaum munafik yang bertaubat akan bersama-sama dengan orang-orang mukmin mendapatkan pahala yang besar karena mereka telah melakukan perbuatan baik dan menjadi orang-orang mukmin yang sejati

Ayat ini menjelaskan tentang syarat diterimanya taubat bertaubat dengan sebenar-benarnya, meyesali perbuatan buruk, melakukan amal shaleh dan berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW (Aidh al Qarny, 2008:

539).

Penyebab Seseorang Bertaubat

Penyebab seseorang bertaubat dalam Al-Qur`an terdapat 7 ayat, yaitu ditemukan dalam Q.S. An-Nisa ayat 16,18 dan 92, Q.S At-Taubah ayat 102 dan ayat 118, Q.S An-Nahl ayat 119 dan Q.S Al-Hujurat ayat 12.

للها هَ َُّ

نِإ اَم ُهْن َع او ُضِرْعَ أف ا َحَ َ

ل ْصَ أ َو اَباَت ْ

ن ِإف اَم ُهو ُذآَ ف ْمَ ُ

كْن ِم ا َهِناَيِتْ أَي ِناَ

ذَُّ

ًمي ِح َر اًبا َُّوَت َناَك للاو ا

Artinya: Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertobat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (An-Nisa:

16).

Surat An-Nisa berarti perempuan, surat ini diturunkan di Madinah, terdiri dari 176 ayat dan diturunkan setelah surat Al-Mumtahanah (Ash-Siddieqy, 2011: 483).

Aidh al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya Apabila ada seorang laki-laki dan perempuan yang sama-sama belum bersuami atau beristeri melakukan perzinaan, maka wajib baginya untuk memberikan pengajaran, hukuman, celaan serta hukuman dera. Apabila keduanya telah berhenti dari berzina dan bertaubat pada Allah dan mereka berdua berbuat baik, maka bagi kamu tidak perlu menyebut-nyebut perbuatan dosanya yang telah dilakukan dan pula jangan berpaling dari mereka, dan menolak kehadiran mereka karena Allah SWT telah menerima taubatnya. Allah SWT akan memberikan rahmat dan ampunan bagi orang yang mau kembali kepada-Nya. Dia Maha Luas kasih sayang-Nya kepada orang yang mau kembali kepada-Nya ketika telah bergelimang dosa besar dan perbuatan keji. Untuk itu kamu hendaknya

(11)

menyambut mereka dengan baik, seperti tidak menyebut-nyebut perbuatan kejinya yang telah lalu.

Ayat ini menjelaskan tentang penyebab seseorang bertaubat dari perbuatan keji (Aidh al Qarni, 2008: 430).

ِإ ىَُّت َح ِتاَئُِّي َُّسلا َنوُ

ل َم ْعَي َني ِذَُّ

لِل ُةَب ْوَُّتلا ِت َسْيَ َني ِذَُّ ل َو

لا ال َو َ

نآلا ُتْبُت يُّ ِنِإ َ

لاق ُت ْو َمَ ْ

لا ُم ُه َد َحَ

أ َر َض َح ا َذ ًميِلَ

أ اًبا َ ذَع ْم ُهَ

ل اَن ْدَت ْعَ أ َكِئَ

لوُ أ ٌرافَُّ ُ

ك ْم ُه َو نوُتو ُمَيَ ا

Artinya: Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan:

"Sesungguhnya saya bertobat sekarang" Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih (Q.s An-Nisa ayat 18).

Surat An-Nisa berarti perempuan, surat ini diturunkan di Madinah, terdiri dari 176 ayat dan diturunkan setelah surat Al-Mumtahanah (Ash-Siddieqy, 2011: 483).

Aidh al Qarni menjelaskan dalam penafsirannya Taubat yang diterima Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang melampaui batas dalam berbuat kejahatan. Mereka terus menerus berbuat dosa, bergelimang maksiat dan perkara haram dengan sengaja, menganggap remeh janji dan ancaman Allah SWT, serta bukan taubat dari orang yang sudah kedatangan ajal, lalu ia minta ampun kepada Tuhannya.

Orang seperti itu bukanlah orang yang berhak menerima taubat karena ia merasa senang dan sombong terhadap sesuatu yang diharamkan Allah SWT dan menunda-nunda bertaubat. Demikian pula tidak diterima taubat dari orang yang mati dalam kekafiran. Orang kafir tersebut akan kekal di dalam neraka, dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak dari siksaan Allah SWT di hari kiamat. Di akhirat Allah SWT menyediakan siksaan yang sangat pedih bagi orang-orang kafir dengan tanpa jeda atau putus selama-lamanya (Aidh al Qarni, 2008: 424-425).

ِر ْحَتَف ً

أ َط َخ اًن ِم ْؤ ُم َ

لَتق ْن َم َو َ ً

أ َط َخ الِإ اًنِم ْؤُم َلُتْقَي ْنَ

أ ٍن ِمْؤُمِل َناَك اَمَو

َُّل َس ُم ٌةَي ِد َو ٍةَن ِم ْؤ ُم ٍةَبَق َر ُري ىَ

لِإ ٌةَم

ٍةَبَ

ق َر ُريِر ْحَتَف ٌنِم ْؤُم َو ُهَو ْمُكَ

ل ٍُّوُدَع ٍمْوَق ْنِم َناَك ْنِإَف اوُق َُّد َُّصَي ْنَ

أ الِإ ِهِلْهَ ٍم ْوَ أ

ق ْن ِم ناَ َ ك ْ

ن ِإ َو ٍةَنِم ْؤُم

َن ِم ْؤ ُم ٍةَبَ

ق َر ُريِرْح َتَو ِهِل ْهَ أ ىَ

لِإ ٌةَمَُّل َسُم ٌةَي ِدَف ٌقاَثيِم ْمُهَنْيَبَو ْمُكَنْيَب ِنْيَعِباَتَتُم ِنْيَرْه َش ُماَي ِصَف ْد ِجَ

ي ْمَ ل ْن َمَ

ف ٍة

اًمي ِك َح اًميِلَع َُّ

للها ناَ َ كَو ِ َُّ

للها َن ِم ًةَبْوَت Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut (Q.s An-Nisa ayat 92).

(12)

Surat An-Nisa berarti perempuan, surat ini diturunkan di Madinah, terdiri dari 176 ayat dan diturunkan setelah surat Al-Mumtahanah (Ash-Siddieqy, 2011: 483).

Aidh al-Qarni menjelaskan dalam penafsirannya haram bagi seorang mukmin membunuh mukmin lain yang dilindungi darahnya dengan tanpa sebab yang dihalalkan agama, karena iman seseorang dapat melindungi dirinya dari tindak pembunuhan. Akan tetapi apabila seorang mukmin melakukan pembunuhan karena kesalahan yang tidak disengaja walaupun sebenarnya sudah berhati-hati, maka wajib baginya memerdekakan seorang budak. Memerdekakan budak seakan- akan memberi kehidupan kepada orang lain karena ia dapat keluar dari kehinaan jeratan hidup, dan pula wajib baginya membayar diat yang diserahkan kepada keluargannya kecuali apabila keluargannya itu memaafkannya maka diatnya gugur.

Apabila yang terbunuh itu dari keluarga kafir harbi (memusuhi Islam) padahal orang yang terbunuh itu seorang mukmin, maka si pembunuh wajib memerdekakan seorang budak mukmin saja, dan tidak menyerahkan diat kepada keluarganya karena mereka memerangi dan memusuhi orang-orang Islam. Apabila yang terbunuh itu dari orang-orang kafir akan tetapi antara mereka dengan orang Islam telah mengadakan perjanjian dan kesepakatan damai, maka bagi si pembunuh selain wajib memerdekakan seorang budak mukminah, ia wajib menyerahkan diat kepada keluarganya.

Apabila si pembunuh tidak mendapatkan seorang budak, maka ia wajib melaksanakan puasa dua bulan berturut-turut, sebagai tebusan terhadap jiwanya. Ia harus menyesal dan minta ampunan serta bertaubat kepada Allah SWT yang Maha mengetahui dan mengawasi. Dia Maha bijaksana terhadap syariat-Nya yang berkaitan dengan memerdekakan budak dan membayar diat karena tindak pembunuhan yang tidak disengaja tadi (Aidh al-Qarni, 2008: 492-493).

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian tentang taubat dalam perspektif Al-Qur’an studi tafsir tematik, sesuai dengan batasan masalah yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan dari penelitian tersebut sebagai berikut:

Pertama; Taubat merupakan suatu perintah yang wajib dilakukan dan menjadi kewajiban bagi manusia untuk memperoleh ampunan dari dosa dan maksiat yang telah dilakukan.

Kedua: Allah SWT memberikan balasan berupa keutamaan-keutamaan bagi hamba-Nya yang senantiasa bertaubat dengan sungguh-sungguh maka Allah SWT akan memberikan balasan yang luar biasa yaitu menghapuskan dosa, mengganti keburukannya menjadi kebaikan, memberikan kesuksesan di dunia dan di akhirat, memberi jalan menuju surga, menjauhkan dari neraka dan mendapatkan ridho-Nya.

Ketiga: Berhenti dan berlepas diri dari perbuatan dosa dan maksiat, Menyesali kesalahan dan perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan, Berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan, Pernyataan bebas dengan bertaubat kepada Allah SWT dan meminta maaf kepada sesame, Bertaubat dengan ikhlas hanya kepada Allah SWT dan bukan kepada yang lain, Taubat dilakukan sebelum nyawa berada dikerongkongan.

Keempat: Orang-orang yang melakukan perbuatan dosa dan maksiat akan menyebabkan dirinya jauh dari Allah SWT maka wajib baginya untuk bersegera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

(13)

REFERENSI

Baqi, M. 1981. Mujam al-Mufahras Li al-Fazh Al-Qur’an Al-Karim, Beirut: Dar al Fikr.

Qarni, Aidh. 2008. Tafsir Muyassar Jilid 1. Jakarta Timur: Qisthi Press Terjemah.

_______.,2008. Tafsir Muyassar Jilid 2. Jakarta Timur: Qisthi Press Terjemah.

_______.,2008. Tafsir Muyassar Jilid 3. Jakarta Timur: Qisthi Press Terjemah.

_______.,2008. Tafsir Muyassar Jilid 4. Jakarta Timur: Qisthi Press Terjemah.

Arikunto, S. 2006. Prosesdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ash-Siddieqy, Prof. Dr Teungku Muhammad. 2011. Tafsir Al-Qur’anul Majid An- Nur. Jakarta: Cakrawala Publishing. Jil 1.

___________.,2011. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur Jilid 2. Jakarta: Cakrawala Publishing.

___________.,2011. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur Jilid 3. Jakarta: Cakrawala Publishing.

___________.,2011. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur Jilid 4. Jakarta: Cakrawala Publishing.

Faqih, Abdul Latif, 2008. Mengungkap Rahasia Al-Fatihah. Jakarta: Lentera Hati.

Masyhur Kahar, 1986. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Ilmu Pengetahuan Akhlak Dan Iman.

Kalam Mulia.

Nursani, Muhammad. 2005. Mencari Mutiara di Dasar Hati, jakarta; Tarbawi Press.

Suliyanto. 2009. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Surur, Miftahus. Konsep Taubat Dalam Al-Qur’an. Kaca Jurusan Ushuluddin Stai Al Fithrah. VOL.8. NO.2, Agustus. 2018.

Zaini Hasan, Hasnah Radhiatul, 2015. ‘Ulum Al-Qur’an. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan Metode Reciprocal Teaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan

Because of the charges against Gill and because there is often a close connection made between antinomianism and Hyper-Calvinism, a brief evaluation of Gill in relation to antinomianism