• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK

N/A
N/A
anisa anno

Academic year: 2024

Membagikan "TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK DAN BENTUK INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu: Alfun Khusnia, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 7 Annisa Nurul Fathya (20312277)

Siti Lia Maftuhah (20312307)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA TAHUN AKADEMIK 2022 M/1444 H

(2)

i

ميحرلا نمحرلا الله مسب

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta inayah-NYA kepada penulis, tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah sampai zaman yang terang benderang, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu Evaluasi Pembelajaran. Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan makalahnya maupun segi lainnya.

Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebar nya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi serta wawasan yang luas bagi kita semua.

Ciputat, 27 September 2022

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Masalah...2 BAB II PEMBAHASAN

A. Penilaian Kognitif ...3 B. Penilaian Afektif ...6 C. Penilaian Psikomotorik ...9 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...12 DAFTAR PUSTAKA ...13

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang- kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes objektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerap kali diabaikan. Padahal, pada setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang bukan sekedar produk tetapi juga proses pembelajaran. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran.

Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi peserta didik, pengolahan, dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian projek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.1

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi.

Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

1 Pipit Marianingsih dkk, Kemampuan Afektif Dan Psikomotor Siswa Melalui Penerapan Modul Berbasis Saintifik Kontekstual Keanekaragaman Buah Di Banten, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 2, No. 1, 2019, h. 738.

(5)

2

Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor.2

Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Terlebih saat ini juga diterapkan kurikulum berkarakter yang mengharuskan guru mengetahui pula bagaimana menilai karakter peserta didiknya, maka disusunnya makalah ini adalah untuk memahami dengan baik bagaimana teknik dan bentuk instrumen penilaian berupa penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian kognitif?

2. Apa yang dimaksud dengan penilaian afektif?

3. Apa yang dimaksud dengan penilaian psikomotorik?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa penilaian kognitif.

2. Untuk mengetahui apa penilaian afektif.

3. Untuk mengetahui apa penilaian psikomotorik.

2 Pipit Marianingsih dkk, Kemampuan Afektif Dan Psikomotor Siswa Melalui Penerapan Modul Berbasis Saintifik Kontekstual Keanekaragaman Buah Di Banten, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 2, No. 1, 2019, h. 738.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Penilaian Kognitif

1. Pengertian Penilaian Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Benjamin S. Bloom, berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu, ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain).3 Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Ranah kognitif terbagi menjadi enam, diantaranya:4

a. Pengetahuan, yaitu merupakan kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali, mengingat, memanggil kembali tentang adanya konsep, prinsip, fakta, ide, rumus-rumus, istilah dan nama. Dengan pengetahuan, siswa dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta, istilah-istilah, dan sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

b. Pemahaman, yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal- hal lain. Pemahaman ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori diantaranya:

pertama, tingkat pertama adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika,

3 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 86

4 Khusnul Khotimah dan Susi Darwati, Jurnal : Aspek-Aspek dalam Evaluasi Pembelajaran, dalam http://eprints.umsida.ac.id/6578/1/ASPEK-ASPEK%20EVALUASI%20PEMBELAJARAN.pdf (diakses 26 September 2022)

(7)

4

mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang saklar; Kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni yang menghubungkan bagian- bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata kerja, subjek, dan passesive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat yang benar, misalnya My friends is studying bukan My friend studying; Ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

c. Penerapan (Aplikasi) yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori- teori dalam situasi baru dan konkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman d. Analisis, yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur- unsur atau komponen pembentuknya

e. Sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh

f. Evaluasi, yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.

2. Ciri-ciri Penilaian Kognitif

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah

(8)

5

tersebut.5

Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip.

Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya.

Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.

3.

Contoh Penilaian Kognitif

Bentuk tes kognitif diantaranya, (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas,(2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portofolio dan (8) performans.

Teknik dan bentuk instrumen penilaian kognitif:6

Teknik Bentuk instrumen Tujuan

Tes tertulis Benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda,

isian/melengkapi, uraian

Mengetahui penguasaan pengetahuan siswa untuk perbaikan proses

pembelajaran dan atau pengambilan nilai

Tes lisan Tanya jawab Mengecek pemahaman siswa untuk

perbaikan proses pembelajaran Penugasan Tugas yang dilakukan secara

individu maupun kelompok

Memfasilitasi penguasaan

pengetahuan (bila diberikan selama proses pembelajaran) atau mengetahui penguasaan pengetahuan (bila

diberikan pada akhir pembelajaran)

5 Eko Yuniarto, Penerapan Penilaian Kognitif dan Afektif Pembelajaran Blended Learning Berbasis Moodle pada Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UM, Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik, Vol. 12 No. 2, h. 125.

6 Candra Abdillah, S.Pd.,M.Pd, https://www.slideshare.net/candraabdillah1/penilaian-kognitif-afektif- dan-psikomotorik (diakses 27 September 2022).

(9)

6

portofolio Sampel pekerjaan siswa terbaik yang diperoleh dari penugasan dan tes tertulis

Sebagai (sebagian) bahan guru

mendeskripsikan capaian pengetahuan di akhir semester

B. Penilaian Afektif

1. Pengertian Penilaian Afektif

Penilaian Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.7 Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu :

a. Penerimaan (Receiving) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain sebagainya. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.

b. Jawaban (Responding) yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c. Penilaian (Valuing) yakni menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

d. Organisasi. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, yang dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai.

e. Karakteristik nilai atau pembentukan pola hidup. Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga pada dirinya dijadikan pedoman yang nyata dan jelas dalam berbagai bidang kehidupan.8

2. Ciri-ciri Penilaian Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.

7 Luki Yunita, dkk., Penerapan Instrumen Penilaian Ranah Afektif Siswa Pada Praktikum Kimia di Sekolah, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017, h. 108.

8 Luki Yunita, dkk., Penerapan Instrumen Penilaian Ranah Afektif Siswa Pada Praktikum Kimia di Sekolah, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017, h. 108.

(10)

7

Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang- kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes. Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu:9

a. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.

Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Minat.

b. Minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

c. Konsep diri. Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan

9 Khusnul Khotimah dan Susi Darwati, Jurnal : Aspek-Aspek dalam Evaluasi Pembelajaran, dalam http://eprints.umsida.ac.id/6578/1/ASPEK-ASPEK%20EVALUASI%20PEMBELAJARAN.pdf (diakses 27 September 2022).

(11)

8

kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.

d. Nilai. Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

e. Moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.

Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

3. Contoh Penilaian Afektif

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.10

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Contoh Skala Likert: Minat Terhadap Pelajaran Sejarah

Pelajaran sejarah bermanfaat SS S TS STS

Pelajaran sejarah sulit

Tidak semua harus belajar sejarah Sekolah saya menyenangkan

Keterangan:

SS : Sangat Setuju

10 Nurul Imtihan, dkk, Analisis Problematika Penilaian Afektif Peserta Didik Madrasah Aliyah, Jurnal Schemata, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017, h. 67.

(12)

9

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Teknik dan bentuk instrumen penilaian afektif:11

Teknik Penilaian Instrumen Penilaian

Observasi (langsung dan tidak langsung) Pedoman observasi Daftar cek

Skala penilaian dan rubrik

Penilaian diri Lembar penilaian diri

Penilaian teman sejawat Lembar penilaian teman sejawat

jurnal Lembar jurnal

C. Penilaian Psikomotorik

1. Pengertian Penilaian Psikomotorik

Ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotorik dikemukakan oleh simpons (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif, afektif hal ini bisa dilihat apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.12

2. Ciri-ciri Penilaian Psikomotorik

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.

Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui

11 Candra Abdillah, S.Pd.,M.Pd, https://www.slideshare.net/candraabdillah1/penilaian-kognitif-afektif- dan-psikomotorik (diakses 27 September 2022).

12 Khusnul Khotimah dan Susi Darwati, Jurnal : Aspek-Aspek dalam Evaluasi Pembelajaran, dalam http://eprints.umsida.ac.id/6578/1/ASPEK-ASPEK%20EVALUASI%20PEMBELAJARAN.pdf (diakses 27 September 2022).

(13)

10

(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.13

3. Contoh Penilaian Psikomotorik

Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik.

Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.

a. Tes simulasi

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.

b. Tes unjuk kerja (worksample)

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktek pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.

Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.

13 Andi Nurwati, Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa Dalam Pelajaran Bahasa, Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, h. 387.

(14)

11

Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).

Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.

Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula atau lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.

Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.

Teknik dan bentuk instrumen penilaian psikomotorik:14

Teknik Instrumen Contoh

Unjuk

kerja/kinerja/praktik

Perintah dan daftar cek, skala penilaian/rubrik

Praktik menggunakan mikroskop

Projek Lembar tugas dan daftar cek,

skala penilaian/rubrik

penghijauan

Produk Lembar tugas dan daftar cek, skala penilaian/rubrik

Produk bioteknologi konvensional

Portofolio Daftar cek Sampel karya-karya terbaik

peserta didik yang telah disepakati pendidik bersama peserta didik

Tertulis Lembar tugas dan skala penilaian/rubrik

Laporan praktikum

14 Candra Abdillah, S.Pd.,M.Pd, https://www.slideshare.net/candraabdillah1/penilaian-kognitif-afektif- dan-psikomotorik (diakses 27 September 2022).

(15)

12 BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Contoh penerapannya adalah melalui soal pilihan ganda dan portfolio.

Penilaian Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Contoh penerapan penilaian kognitif adalah menggunakan Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Candra, S.Pd.,M.Pd, https://www.slideshare.net/candraabdillah1/penilaian- kognitif-afektif-dan-psikomotorik (diakses 27 September 2022).

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rienerka Cipta. 2006.

Dr. H. Abdul Qadir, M.Pd, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit K- Media. 2017.

Eko Yuniarto, Penerapan Penilaian Kognitif dan Afektif Pembelajaran Blended Learning Berbasis Moodle pada Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UM, Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik, Vol. 12 No. 2.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Imtihan, Nurul dkk. Analisis Problematika Penilaian Afektif Peserta Didik Madrasah Aliyah, Jurnal Schemata, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017.

Khusnul Khotimah dan Susi Darwati, Jurnal : Aspek-Aspek dalam Evaluasi Pembelajaran, dalam http://eprints.umsida.ac.id/6578/1/ASPEK-

ASPEK%20EVALUASI%20PEMBELAJARAN.pdf (diakses 26 September 2022) Marianingsih, Pipit dkk. Kemampuan Afektif Dan Psikomotor Siswa Melalui

Penerapan Modul Berbasis Saintifik Kontekstual Keanekaragaman Buah Di Banten.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 2, No. 1, 2019.

Nurwati, Andi. Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa Dalam Pelajaran Bahasa, Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014.

Pipit Marianingsih dkk, Kemampuan Afektif Dan Psikomotor Siswa Melalui Penerapan Modul Berbasis Saintifik Kontekstual Keanekaragaman Buah Di Banten, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 2, No. 1, 2019.

Rubiyanto, Rubino dan Sri Hartini, Evaluasi Pendidikan. Surakarta: Program Akta Mengajar FKIP UMS. 2005.

Widiyanto, Joko, Evaluasi Pembelajaran (Sesuai dengan Kurikulum 2013) Konsep, Prinsip dan Prosedur. Jawa Timur: UNIPMA PRESS. 2018.

Wirawan, Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta: Rajawali. 2011.

Yunita, Luki dkk. Penerapan Instrumen Penilaian Ranah Afektif Siswa Pada Praktikum Kimia di Sekolah, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017.

(17)

14

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur nilai-nilai atau pandangan hidup yang diperoleh oleh peserta didik

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrumen penilaian afektif untuk mengukur sikap siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang

Dari penelitian terkait sebelumnya (Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Sebagai Alternatif Penilaian Penialain Afektif Dalam Pembelajaran Fisika Sekolah

Variabel afektif tersebut meliputi sikap ( attitudes ),minat, motivasi , nilai ( values), pilihan, konsep diri, dan kendali kontrol. Melakukan penilaian ranah afektif lebih sukar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a) pada umumnya mahasiswa sudah mampu menyusun instrumen penilaian pada aspek Kognifif dan afektif namun mahasiswa masih

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang menguasai bidang

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 27 September pukul 10:15 WIB untuk mengetahui pelaksanaan proses penilaian, khususnya penilaian ranah afektif pada pembeajaran tatap muka