• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penilaian Kompetensi Afektif yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Penilaian Kompetensi Afektif yang"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Penilaian Kompetensi Afektif yang Objektif pada

Siswa Sekolah Menengah Atas

Ardi Surya, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

22 Juli 2013

R

INGKASAN

Kesulitan dalam melakukan penilaian kompetensi afektif yang sifatnya objektif dalam dunia pendidikan sudah lama terjadi. Hal ini diakibatkan tidak adanya sistem yang dapat membantu para guru dalam memberikan nilai tersebut. Kompetensi afektif ini dianggap penting dalam dunia pendidikan, karena telah diatur oleh undang-undang. Secara umum kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, dan percaya diri. Pada dasarnya nilai-nilai seperti tanggung jawab dan kerja sama sangat dibutuhkan dalam dunia pekerjaan. Sehingga apabila pemberian nilai pada kompetensi ini dapat dilakukan secara objektif, maka para pemberi pekerjaan dapat menggunakan nilai ini untuk melihat soft skill seseorang yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan.

(2)

A. Latar Belakang dan Masalah Riset

Dalam dunia pendidikan, kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, dan percaya diri. Dalam undang-undang pemerintah telah mengatur tentang kompetensi kelulusan seorang siswa. Pasal tersebut yaitu : Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dari pasal tersebut dapat diartikan bahwa nilai afektif (sikap) juga sangat penting, namun dalam kenyataannya nilai afektif tidak dianggap penting oleh para guru.

Hasil wawancara dengan beberapa guru SMA, mereka mengatakan bahwa sampai saat ini masih mengalami kesulitan dalam memberikan nilai afektif secara objektif, sehingga kebanyakan dari mereka memberikan nilai secara subjektif. Dimana mereka memberikan nilai tersebut berdasarkan ingatan mereka tentang sikap siswa tersebut. Untuk memberikan suatu nilai hanya dengan ingatan seseorang sangat tidak efektif dalam menggambarkan kemampuan seseorang.

Dari penelitian terkait sebelumnya (Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Sebagai Alternatif Penilaian Penialain Afektif Dalam Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas) dikatakan bahwa: “hasil supervisi dan evaluasi tentang keterlaksanaan KTSP 2009 menunjukkan bahwa masih banyak guru yang kesulitan dalam menentukan KKO yang sesuai dengan tahapan berfikir ranah afektif, menyiapkan perangkat penilaian ranah afektif, melaksanakan penilaian secara objektif dan proporsional”.

Telah banyak penelitian tentang penilaian diranah afektif ini, namun kebanyakan menitik beratkan masalahnya pada penyiapan perangkat/instrumen penilaian afektif tersebut. Sedangkan pada proses pelaksanaannya dilapangan belum terlihat adanya sistem untuk membantu memberikan nilai afektif secara objektif dan proporsional.

(3)

nantinya digunakan untuk mengenali suara dari rekaman audio pada kegiatan belajar-mengajar. selanjutnya audio rekaman tadi dilakukan speech recognition untuk mengubahnya menjadi teks percakapan, dan hasil teks percakapan tadi akan di analisis emotions-nya, tidak seperti pada penelitian sebelumnya emotions yang dimaksud disini seperti instrumen-instrumen yang digunakan untuk menentukan nilai afektif pelajaran tertentu. Kemudian dihitung tingkat keterkaitan yang dibicarakan dengan instrumen tersebut dan kemudian memberikan nilai afektifnya. Sistem ini juga didukung oleh kurikulum terbaru (2013) yang bersifat karakter, dimana siswa dituntut untuk lebih aktif. Sehingga dapat mendukung sistem pemberian nilai afektif yang lebih objektif.

B. Tujuan Riset

Tujuan dari riset ini adalah:

 Membuat sistem pemberian nilai pada ranah afektif secara objectif dan proporsional.

 Mempermudah para guru dalam memberikan nilai afektif yang objectif dan proporsinal.

C. Metodologi Penelitian

Metodologi yang akan digunakan dalam pembuatan Sistem Penilaian Kompetensi Afektif (Sikap) Siswa Sekolah Menengah Atas adalah Design Research. Saya memilih metode ini karena, dalam riset akan dibuat suatu artifak berupa system informasi. Tahapan pengembangan system sebagai berikut:

1. Awareness of Problem, yaitu bagaimana menghasilkan penilaian yang akurat, valid dan objektif berkaitan dengan kompetensi afektif yang berdasarkan kegiatan belajar-mengajar dikelas.

2. Suggestion, yaitu pembuatan desain model dengan menerapkan solusi-solusi yang dapat dipakai yaitu: speech recognition, text mining, emotions mining dan lain-lain.

3. Development, yaitu mengembangankan desain tersebut menjadi suatu artifact berupa Sistem Informasi Penilaian Kompetensi Afektif Siswa Menengah Atas. 4. Evaluation, yaitu system akan diuji pada salah satu mata pelajaran SMA. 5. Conclusion, yaitu hasil akhir dari implementasi sistem

(4)

Teknik evaluasi yang akan digunakan adalah dengan mengujicobakan sistem pada satu mata pelajaran diberbeda SMA dan akan diberi kuesioner terkait kelayakan, ketepatan dan kesesuaian sistem.

D. Timetable Riset

E. Referensi

 Claudia Orellana-Rodriguez, Ernesto Diaz-Aviles, and Wolfgang Nejdl. Mining Emotions in Short Films: User Comments or Crowdsourcing?. L3S Research Center / University of Hannover, Germany

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penilaian panelis terhadap aroma yoghurt dengan penambahan sari buah mengkudu menunjukkan bahwa panelis menyukai aroma pada perlakuan P3 yaitu penambahan sari

Taspen (Persero) KC Pekanbaru, dimana dengan adanya penerapan gaya kepemimpinan demokratis ini akan memacu semangat kerja pegawai untuk dapat bekerja lebih giat dengan

Untuk itu diracanglah sebuah alat untuk dapat membantu proses penyiraman, pengecekan suhu dan pemberian nuturisi dengan menggabungkan kemampuan Arduino-uno sebagai

Perkembangan pesat yang terjadi dalam teori organisasi menekankan bahwa meskipun pendekatan tradisional yang juga dikenal dengan pendekatan struktural tetap relevan,

Metode penggabungan adalah metode yang menggabungkan ciri citra dan teks pada saat sistem melakukan proses temu kembali, sedangkan sistem dengan metode tanpa

Pemberian ASI pada bayi dengan neonatus harus dihentikan apabila bilirubin mencapai kadar yang mengkhawatirkan (Yuliarti, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Pratita,

Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek  Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek  Surat pernyataan dari Apoteker

Mengingat pentingnya aksesibilitas fisik maupun non fisik bagi penyandang disabilitas dan masih minimnya implementasi dari peraturan perundang-undangan yang ada,