TUGAS MKP DAERAH OTONOMI BARU VALDA TEORINTINA GORETTI
135060601111046
KONSEP UNTUK KEBERHASILAN PENETAPAN DAERAH OTONOMI BARU
Daerah Otonomi Baru (DOB) merupakan daerah hasil pemekaran atau penggabungan dari daerah induk. Otonomi bertujuan untuk memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan ini ternyata masih belum bisa terbukti, karena banyak urusan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang berkaitan dengan jalannya pemerintahan masih tetap ditangani pusat. Otonomi daerah merupakan merupakan salah satu perubahan besar bagi Indonesia. Kebijakan pemekaran daerah mengalami perubahan yang signifikan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang tersebut kemudian dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan merupakan salah satu tonggak reformasi pemerintahan di Indonesia. Adanya undang-undang tersebut memungkinkan pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah merupakan landasan teknis pengajuan pemekaran daerah. Terdapat sedikitnya 7 kriteria dan 43 sub indikator yang menjadi persyaratan pemekaran suatu daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 Bab II pasal 2, menyebutkan bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:
a. peningkatan pelayanan kepada masyarakat; b. percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi;
c. percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; d. percepatan pengelolaan potensi daerah;
e. peningkatan keamanan dan ketertiban; dan
f. peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.
Terdapat isu-isu yang terkait dengan pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) dapat dirumuskan yaitu sebagai berikut.
b. Isu tentang kualitas pemerintahan c. Isu tentang perbaikan pelayanan publik d. Isu tentang daya saing daerah
Ciri-ciri Daerah Otonomi Gagal
Permasalahan daerah otonomi baru timbul akibat kebijakan yang sifatnya bottom up lebih melihat politik daripada memperhatikan teknis prosedural pemekaran daerah. Akibatnya banyak daerah baru yang mekar tetapi belum memiliki kapasitas minimum untuk melakukan tugas distribusi pelayanan publik terhadap masyarakat. Oleh karena itu, rencana pemekaran daerah dan pembentukan daerah baru menjadi satu hal yang krusial. Kementerian Dalam Negeri mencatat tidak ada Daerah Otonomi Baru (DOB) yang memperoleh predikat baik dan sangat baik dalam aspek pemenuhan kebutuhan pemerintahan. Penilaian tersebut diberikan ke-18 Daerah Otonomi Baru (DOB) yang lahir pada periode 2012-2014 hanya memperoleh nilai 50 hingga 60 dalam aspek pemenuhan kebutuhan pemerintahan.
Secara umum ciri-ciri sebuah daerah otonomi dikatakan gagal dapat didasarkan pada beberapa faktor yaitu faktor sosial, ekonomi, dan politik.
a. Secara sosial, pertumbuhan penduduk tak bisa dikendalikan.
b. Secara ekonomi, kesenjangan ekonomi makin melebar, kemunduran ekonomi membayang dalam melambungnya harga-harga, cadangan pangan menipis, serta kemiskinan dan pengangguran tinggi.
c. Secara politik, keterlibatan pejabat daerah dalam berbagai tindak korupsi serta memburuknya pelayanan publik.
Permasalahan dalam Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB)
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menilai bahwa pemekaran wilayah yang sudah dilakukan hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan bagi kesejahteraan rakyat. Bedasarkan dari hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah tahun 2012 adalah 70% dari 205 Daerah Otonomi Baru (DOB) gagal, hasil sementara tata kelola daerah dan pelayanan publik belum memuaskan. Evaluasi dilakukan di 205 Daerah Otonomi Baru (DOB) yang terdiri atas 7 provinsi, 146 kabupaten, dan sisanya kabupaten kota. Berikut permasalahan yang menyebabkan kegagalan dalam pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah pasal 1 (1) menyebutkan bahwa otonomi daerah dilaksanakan menurut prakarsa sendiri dan berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu, idealnya usulan pemekaran daerah merupakan aspirasi masyarakat daerah dengan alasan peningkatan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi usulan masyarakat ini sering kali ditunggangi atau disalah gunakan oleh kepentingan elit politik yang ingin mendapatkan status kekuasaan atas pembentukan daerah otonomi baru tersebut.
2. Mempersempit kapasitas fiskan pemerintah pusat
Adanya pembentukan pemekaran daerah maka akan mempersempit kapasitas fiskal pemerintah pusat. Semakin banyak daerah pemekaran baru, maka setiap tahun jumlah transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah semakin tinggi. Hal ini akan menyebabkan jumlah Belanja Negara setiap tahun semakin meningkat, apabila pertumbuhan Belanja Negara lebih tinggi dari pertumbuhan Pendapatan Negara, makan akan mempersempit kapasitas fiskal pemerintah pusat.
3. Dependensi terhadap APBN semakin besar
Semakin banyak daerah otonomi baru, maka dependensi terhadap APBN semakin besar. Dependensi tersebut yaitu semakin besarnya transfer daerah yang dibiayai dari APBN ke daerah otonomi baru.
4. Scan of control dari pemerintah pusat makin lemah
Semakin banyak daerah pemekaran baru, maka span of control dari pemerintah pusat akan semakin melemah. Organisasi Span of Control (SOC) adalah rentang kendali dari manajeman puncak terhadap seluruh aktivitas yang ada dalam suatu organisasi. Apabila negara dianggap sama seperti organisasi maka semakin besar struktur baik vertikal maupun horisontal dalam organisasi tersebut, maka akan semakin melemahkan pengendalian dari manajemen puncak, dalam hal ini pemerintah pusat.
5. Kelestarian lingkungan terancam
permasalahan yang dihadapi di Papua yaitu pemekaran wilayah menjadi provinsi atau kabupaten baru di Papua cenderung merusak hutan.
6. Beban kehidupan semakin tinggi
Konsep untuh Keberhasilan Penetapan Daerah Otonomi Baru (DOB)
Kegagalan dalam pemekaran daerah tersebut dijadikan salah satu pertimbangan pemerintah melakukan moratorium. Kementerian Dalam Negeri perlu menyusun Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) sebelum mencabut status moratorium pemekaran daerah. Berikut beberapa konsep yang dapan digunakan untuk keberhasilan penetapan Daerah Otonomi Baru (DOB).
1. Moratorium
Pemerintah perlu membentuk Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) 2010-2025. Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) diharapkan dapat mengubah pola pikir yang selama ini menganggap otonomi hanya sekedar pembentukan daerah menjadi penataan daerah yang membutuhkan tanggungjawab untuk menata. Penataan daerah yang ideal harus mencakup kebijakan pembentukan, penggabungan, penyesuaian serta evaluasi kemampuan dan pembinaan daerah otonomi baru.
Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) juga mensyaratkan adanya tahapan daerah persiapan yang diberlakukan selama tiga tahun sebagai pertimbangan untuk memutuskan layak tidaknya daerah tersebut menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB). Tiga tahun merupakan masa kritis yaitu proses peralihan dari pemerintah induk ke pemerintahan yang baru.
2. Daerah Persiapan
Dasar hukum pembentukan daerah persiapan ada dalam Pasal 7 Ayat (3) Rancangan Undang-Undang Pemerintah Daerah yang sedang dibahas oleh DPR. Adanya daerah persiapan maka masalah-masalah teknis yang kerap muncul seperti ibu kota yang tidak jelas, sengketa batas wilayah, dan pembagian aset yang tidak jelas dapat dihindari. Sehingga ketika menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) bisa langsung fokus kepada pelayanan publik, mempercepat demokratisasi, pembangunan perekonomian daerah dan mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan potensi daerah.
dari bagian wilayah daerah otonom yang berdekatan, yang disiapkan secara khusus untuk menjadi daerah otonom baru, dengan memberikan kewenangan menjalankan pemerintahan di bawah pembinaan dan tanggung jawab daerah otonom induknya. Jika dalam kurun waktu tiga tahun tidak dapat dipenuhi, maka akan digabungkan kembali pada daerah induk.
3. Grand Design Penataan Wilayah
Grand design penataan wilayah merupakan desain penataan wilayah yang dipersiapkan pemerintah ke depan dalam pembentukan atau pemekaran daerah baru baik provinsi maupun kabupaten/kota. Grand design penataan wilayah ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu, (i) membentuknya dengan menggunakan perhitungan berdasarkan parameter geografis, demografis, dan kesisteman sesuai pembentukan daerah tersebu; dan (ii) menggunakan pertimbangan realita aspirasi yang disimpulkan dari usulan pembentukan daerah baru yang berkembang hingga saat ini.
Berdasarkan dua pendekatan tersebut, pemerintah Kementerian Dalam Negeri menetapkan,dari tahun 2010-2025 di Indonesia diestimasi hanya ada penambahan jumlah maksimun Daerah Otonomi Baru (DOB) untuk provinsi sebanyak 11 dan 54 kabupaten/kota.