Telaah Karya Nabi-nabi Perjanjian Lama
Lahirnya Tradisi Kenabian
Pembahasan mengenai tadisi kenabian di Israel dipengaruhi oleh pandangan komunitas yang terbentuk saat itu.1 Umat memperoleh pengetahuan yang diyakini karena adanya jalinan dengan kuasa lain yang lebih besar dari mereka. Jalinan tersebut disampaikan melalui penghubung yaitu seseorang yang memiliki kharisma dan kemampuan khusus. Sejalan dengan perkembangan tradisi dan pengetahuan di daerah Timur Dekat Kuno tercipta pandangan dari seorang yang bernama Cicero seorang sejarawan Romawi.2 Ia menyebutkan istilah divinasi (ramalan) yang berhubungan dengan mantra-mantra serta magi yang dikenal dengan ahli pembaca bintang (astrologi). Pandangan ini disebut dengan istilah divinasi induktif.3 Istilah ini sangat dekat hubungannya dengan ilmu pengetahuan kuno yang berkembang di Asyur dan Babilonia. Sementara istilah lainnya adalah divinasi intuitif yang menyebar tidak seluas divinasi induktif dan lebih dikenal dengan tradisi kenabian.
Tradisi kenabian merupakan divinasi intuitif yang menyatakan bahwa nabi adalah penasihat raja yang memberikan peringatan, anjuran, kata-kata keselamatan, dan kata-kata hukuman. Kharisma dan jabatan bukanlah dua hal yang berlawanan melainkan dua hal yang bersatu dalam jabatan nabi. Keduanya berjalan seimbang karena jabatan kenabian diberikan Allah kepada orang yang telah dipanggilnya. Mereka yang dipanggil Allah untuk menjadi nabi diberikan kharisma sebagai bekal pelayanannya. Para nabi menggunakan media yang dipergunakannya untuk menyampaikan beberapa karya ilahi sebagai inspirasi dalam kehidupan dan budaya mereka.Tetapi dalam perjalanan sejarah hanya beberapa individu yang mampu menjelaskan mengapa fenomena tersebut dapat disampaikan. Divinasi induktif diawali dari observasi-observasi sejajar dan terdapat perbedaan secara sistematik yang terjadi dalam seluruh peristiwa- peristiwa dan digunakan untuk menganalogi masa yang akan datang. Perkembangan tersebut tidak hanya berdampak dalam lingkungan alami tetapi dalam kehidupan sosial manusia. Asumsi yang disampaikan adalah beberapa bagian saling berhubungan antara yang ilahi dan yang bersifat kemanusiaan.
Penafsir-penafsir profesional menyatakan bahwa divinasi induktif berhubungan dengan masa yang akan datang. Masa tersebut dinyatakan melalui cara ketika para pelihat menerima peristiwa-peristiwa masa yang akan datang secara intuisi. Fenomena divinasi intuitif terlihat melalui visi-visi yang diterima nabi atas kepemimpinan mereka. Para nabi menyampaikan inspirasi ilahi mengenai informasi-informasi
1 John Eaton, Misterious Messengers, A Course on Hebrew Prophecy from Amos on Wards, (GrandRapid, Michigan:
Eerdmans, 1998), 1. Setting dan bentuk pemahaman mengenai kenabian di Israel memiliki kesejajaran dengan pemahaman di Timur Dekat Kuno. Pemahaman ini menyatakan bahwa raja-raja dan manusia memiliki kemampuan yang berhubungan dengan kuasa ilahi.
2 Klaus Koch, The Prophets vol one, The Assyrian Period (Philadelphia: Fortress, 1983), 10.
3 Ibid., 12.
yang menjalin hubungan dengan pelaksanaan ibadah dengan maksud untuk menemukan hal-hal pribadi yang terjadi di masa yang datang. Kuasa ilahi berkuasa atas pelayanan para nabi sehingga mereka dapat menyampaikan pesannya. Tradisi kenabian di Israel memiliki beberapa aspek yang harus diperhatikan diantaranya situasi historis. Sebagai contoh ketika raja Zimrillim dari Mari berperang melawan suku nomadic, dimana dewa dagon mendapat pesan dari para nabi dengan kalimat ‘Send your ambassador to me and give a promise for the future.’4
Para nabi menyampaikan berita-beritanya pada masa dan peristiwa khusus yang kemudian selanjutnya dilakukan penulisan dan pentransmisian teks. Von Rad secara garis besar menuliskan tiga bagian pemberitaan tradisi kenabian. Langkah pertama formasi tradisi kenabian ini yaitu penyataan tradisi oral yang dilakukan sendiri oleh para nabi. Langkah ini masih berproses sampai pada penyusunan pesan para nabi tersebut. Proses selanjutnya merupakan reinterpretasi tradisi seperti yang dilakukan oleh nabi Natan (2 Sam. 7). Pada ayat 11 dan 16 dituliskan peristiwa yang terjadi dan diberitakan oleh nabi kepada Daud. Perjanjian yang disampaikan nabi berlaku bagi semua umat, demikian pula dengan ucapan kenabian mengenai Salomo yang diproyeksikan akan membangun Bait Allah seperti yang diadaptasi oleh teologi sejarah Deuteronomistis. 5
Tradisi Kenabian yang Fungsional
Fenomena dari seluruh sejarah Israel untuk menyampaikan kehendak Allah berhubungan dengan pesan para nabi seperti yang diungkapkan oleh para sejarawan melalui bentuk kehadiran para nabi, yaitu:
1. Di bidang agama sebagai generasi yang menentang sinkretisme.
2. Di bidang politik memberikan emansipasi untuk menyampaikan kehendak Yahwe dan melindungi umat.
3. Dalam bentuk perkembangan aspek ekonomi dan sosial kerajaan yang mengalami disintegrasi antara suku-suku Israel. Demikian juga terjadinya pelanggaran terhadap kehendak Allah, pajak yang tinggi, perilaku ketidakadilan, dan penindasan terhadap kaum lemah. Para nabi memperjuangkan kebenaran dan keadilan Allah yang teraktualisasi dalam kehidupan umat.6 Para nabi berperan secara independen dan memiliki otoritas lebih dekat dengan Allah termasuk konsekuensi yang harus mereka tanggung. Para nabi mentransmisikan perkataan-perkataannya yang berasal dari Allah kepada umat.7 Sebagai contoh pada pemberitaan Yesaya tercipta komitmennya sebagai
4 Klaus Koch, The Prophets, 15.
5 Gerhard von Rad, The Message of The Prophets. London : SCM Press Ltd, 1982, 30-35. Lihat juga R.E. Clements, Prophecy and Tradition (Atlanta: Jhon Knox Press, 1975), 57.
6 Gerhard von Rad, The Message of The Prophets, 15-18.
7 Carolyn J. Sharp, Old Testament Prophets for Today (Louisville : Westminster Jhon Knox Press, 2009), 7.
seorang nabi untuk menuliskan perkataan-perkataannya bagi umat. Bidang pelayanan nabi selalu berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan sehingga Allah sebagai subyek maka jabatan kenabian bersifat fungsional daripada status. Para nabi juga menyusun bentuk pengajaran Allah kepada umat sehingga terjalin hubungan antara Allah, pengalaman hidup umat dan kehidupan kultus mereka.
Pesan Kenabian
Para nabi menyampaikan pesan sebagai respon atas apa yang mereka alami kepada umat. Pesan yang disampaikan berupa kritik sosial, visi-visi mengenai keselamatan, dedikasi personal dan literatur kenabian. Pesan tersebut disampaikan melalui tema-tema kenabian, yaitu:
1. Hanya satu Allah yang benar
Tema pemberitaan ini berdasarkan pada perkembangan Monoteisme yang beredar dalam kepercayaan Israel. Konsep ini dapat diketahui melalui pengajaran Yesaya 40-45, demikian pula dengan pemberitaan Amos melalui konsep bahwa Allah sebagai yang berdaulat melalui ibadah dan keberadaan ilahi. Di tengah-tengah konsep tersebut terdapat tantangan mengenai Politheisme karena pengaruh dari bangsa-bangsa sekitar terutama ketika masa pembuangan di Babilonia.
2. Kekudusan dan Kemuliaan
Para nabi memuji kekudusan Allah sebagaimana yang dituliskan oleh pemazmur dalam Mazmur 9 yang dibentuk dari tiga pujian untuk kekudusan Yahwe (9:3,5,9). Pemazmur menggambarkan kekuatan para penyembah di Sion. Demikian pula Yesaya melihat dan mendengar keberadaan ilahi yaitu kekudusan Allah di bait-Nya (Yes.6:3). Para nabi secara khusus memberikan pandangan bahwa Allah yang paling kudus. Demikian pula menurut Yeh. 36:25-32 menceritakan mengenai kekuatan dan kekudusan nama-Nya. Kekudusan adalah bagian esensi dari keberadaan Allah sehingga Ia dipenuhi oleh kemuliaan-Nya (Mzm. 29:9, Yes.6:3).
3. Allah adalah hakim atas seluruh bangsa
Menurut berita dari Mzm. 2:9, 5-8, 11:4 menceritakan mengenai kekuatan Allah untuk menghakimi seluruh bangsa. Allah yang bertahta di Sion sebagai simbol kehadiran tahta-Nya di dunia.
4. Kemahakuasaan Allah Israel
Kemahakuasaan Allah sebagai pencipta dikatakan memiliki hubungan khusus dengan umat.
Tema ini diikat melalui perjanjian untuk mengekspresikan hubungan antara Allah dengan Israel.8 Allah menyebut Israel dengan umat-Ku (Yes.1:2-3) dari semua bangsa. Demikian juga dalam Amos 3:2 terdapat konsep mengenai kuasa Allah atas Israel berhubungan dengan pemilihan umat.
8 Horst Dietrich Preuss, Old testament Theologi Vol. 1 (Westminster: Jhon Knox Press, 1995), 84-87.
5. Pelanggaran umat
Bagi nabi-nabi pelanggaran Israel di hadapan Allah dilakukan dalam beberapa bentuk perilaku yaitu, penindasan pada kaum miskin (Amos 2:6-7, 4:1, Yes 5:7) dan bentuk dosa dalam ibadah terhadap ilah lain disebut sebagai perzinahan. Pandangan ini disimbolkan melalui narasi yang tercatat dalam Hosea 1:2, 2:5, Yer. 2: 9-13, Yeh 16:15 dimana Israel disimbolkan sebagai istri dari Yahwe. Para nabi menyampaikan berita-berita penghukuman atas pelanggaran umat tersebut.
6. Pertobatan
Kenabian menyebutkan mengenai pertobatan sebagai ekspresi dari kehidupa moral yaitu terjalinnya kembali hubungan antara Allah dengan umat. Mereka seharusnya kembali percaya kepada Allah dan hidup terus mencari serta memiliki pengetahuan-Nya (Yes.10:21, 55:7, Hos.6, Yeh. 18:30, Amos 5:4-6, Hos.6:3, Yer.31:34).
7. Anugerah dan pemulihan
Pertobatan berdasarkan visi Zefanya mengenai restorasi yang dinyatakan melalui ilustrasi akan datangnya anugerah dari Allah. Penghakiman yang dialami umat disertai dengan pemberian anugerah karena komitmen ilahi dan kasih yang mengikat. Narasi dalam Mzm. 136 menuliskan berita mengenai umat yang akan membangun kembali penyembahan kepada Allah dan Ia akan memberikan semangat dengan ketulusan hati yang baru bagi mereka (Yeh.36:24-27).
Figur Nabi
Siapakah sebenarnya para nabi yang ditulis dalam berita-berita Alkitab?9 Apakah kata-kata mereka relevan bagi kita pada konteks saat ini? Apakah hubungan para nabi dengan keberadaan Allah di tengah umat? Kita mendapat keterangan mengenai para nabi dalam tulisan-tulsan PL sebagai figur manusia yang mendapat tugas dan tanggung jawab dari Allah. Para nabi memberikan respon terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan umat termasuk krisis yang dialami Israel dalam hubungannya dengan bangsa lain. Sebagai contoh agresi militer yang dialami Israel dari bangsa Asyur, Babilonia dan kekuatan militer Mesir, Syria, Amon, Edom, Tirus dan Filistin.10
Pemanggilan nabi di hadapan Allah menunjukkan hubungan perjanjian di antara keduanya.
Walaupun cara-cara pemanggillan mereka berbeda,11 mereka diperlengkapi dengan kemampuan berpikir
9 Terdapat asumsi-asumsi yang menjelaskan keberadaan para nabi yang bertujuan untuk menjelaskan siapa sebenarnya mereka serta tanggung jawabnya dalam komunitas umat. James A. Sanders, Hermeneutics in True and False Prophecy’ in George W. Coats and Burke O. Long (ed), Canon and Authority: Essay in Old Testament Religious and Theology (Minneapolis: Fortress Press, 1977), 21.
10 Carolyn J. Sharp, Old Testament Prophets for Today, 3.
11 Situasi yang berbeda dalam pemanggilan para nabi menunjukkan bahwa Allah dapat memberikan otoritas-Nya kepada mereka apapun jabatan dan latar belakangnya. Bandingkan Amos 7:14, 2 Raja 22:14, Haggai 2:12, Bil.11, Yoel 2:28. Lihat juga dalam C. Vriezen, An Outline of Old Testament Theology (1958), 261.
yang memimpin pada kehendak Allah. Sebagai contoh pemanggilan Elisa sebagai umat manusia yang disiapkan menjadi pelayan Allah (1 Raja 19:19). Elisa disebut sebagai murid dari Elia sehingga kharisma Elia diberikan kepadanya (2 Raja 2:15). Bagi para nabi kehadiran Roh Allah merupakan aspek yang absolut sehingga pemanggilan mereka secara langsung secara pribadi menciptakan situasi yang baru dan dipimpin Allah. Menjadi seorang nabi mengalami kondisi yang tampak dalam perilaku bukan hanya melalui kata-kata saja tetapi keseluruhan hidup mereka bagi kehendak-Nya dan mempersiapkan jalan bagi damai sejahtera umat. Pemberitaan nabi dapat menciptakan perubahan perilaku dalam berbagai aspek (Amos 7:14). Jabatan nabi bukan hanya profesi saja tetapi totalitas hidup mereka dibentuk bagi Allah serta sesama (Yer. 15:17, 20:7).
Cerita-cerita mengenai kenabian dan perkataannya dari Alkitab berperan sebagai penyambung antara Allah dengan umat bahkan sebagai duta Allah untuk menyampaikan visi-visi-Nya kepada umat (Amos 7:7, 9:1, Yes.6, Yeh. 1;26). Para nabi memfasilitasi komunikasi antara yang ilahi dan kenyataan yang profan. Mereka menyampaikan berita-beritanya berdasarkan konteks yang terjadi. Perkataan-perkataan yang disampaikan berupa puisi, fragmen-fragmen cerita yang berbentuk cerita (bibliografi) seperti Amos, Yeremia, Yunus. Para nabi menyampaikan perkataan-perkataan dari Allah melalui berbagai media misalnya melalui narasi Yer.1:11-14, Yeh. 1:4-7, Amos 7:4, Zakharia 5:5-9. Melalui visi-visi dan mimpi- mimpi, para nabi melihat maksud Allah yang ditujukan kepada Israel dan bangsa sekitar bahkan untuk seluruh bangsa di bumi. Perkataan para nabi menjadi inspirasi untuk umat yang ingin melihat keadilan dan pelaksanaan kultus yang benar. Perkataan penghakiman dari Allah merupakan tantangan untuk mereka yang hidup dalam dosa. Perkataan para nabi berupa seruan yang mendatangkan kecemasan bagi umat. Demikian pula perkataan teologi dari nabi-nabi disampaikan dalam bentuk metaphora sebagai tanda yang penuh kuasa terhadap nilai dan konsep-konsep yang berarti dalam sistem budaya dan bergantung pada pemahaman mengenai kebenaran. Berita-berita retoris kenabian terkadang menggunakan bahasa metaphora yang mengarahkan pada pemahaman mengenai hubungan umat dengan Allah.12
12 Keterangan mengenai berita-berita yang disampaikan para nabi merupakan perkataan Allah yang diterimanya.
Para nabi diberikan Allah kemampuan untuk membimbing umat pada ketaatan pada kehendak Allah. Keterangan dari Ulangan 13:2-6 menuliskan mengenai kematian para nabi yang menunjukkan tanda dan mukjijat serta mengarahkan umat untuk menyembah allah lain. Mereka membawa umat untuk meninggalkan kehidupan bersama Allah. Demikian pula keterangan dalam Ulangan 18:15-22 dituliskan mengenai perkataan-perkataan yang disampaikan nabi merupakan perkataan Allah yang diberikan kepada mereka. Bahkan dikatakan Allah sendiri yang menyimpan perkataan-perkataan tersebut pada mulut para nabi-Nya. Lihat Hans Barstad, ‘The Understanding of the Prophets in Deuteronomy’, JSOT 8 (1994), 236. Bandingkan juga mengenai berita nabi-nabi palsu yang tercatat di kitab Yeremia dan memiliki kesejajaran dengan materi Deuteronomy, Yer. 14:14-15, 23:16, 21-27, 30-33, 27:9-10, 14-16, 28:15-17, 29:8-9, 21-32. S.R. Driver, Deuteronomy (ICC: Edinburgh: T & T Clark, 3rd edn, 1965), 229. Lihat pula dalam Yeremia 26-29 yang menuliskan secara literal mengenai konflik tindakan kenabian terhadap nubuatan untuk Babilonia. Robert P. Carroll, Jeremiah (OTL: Philadelphia: Westminster Press, 1986), 510. Linda S. Schearing and
Identitas kenabian mulai abad ke-8 SM di Israel dan sangat berperan dalam kehidupan umat. Nabi- nabi tersebut terbagi berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya. Nabi-nabi yang bertugas di kerajaan bertindak sebagai penasehat raja dan memahami hukum kenegaraan di dalam maupun luar wilayah kerajaan. Sementara nabi-nabi profesional berhubungan dengan tugas-tugas keagamaan di tempat-tempat ibadah termasuk di Bait Allah Yerusalem. Mereka menjalankan tugas dan tanggung jawabnya bersama para imam untuk menyampaikan keluhan dan permintaan umat kepada Allah dan jawaban-Nya kepada mereka.Terdapat pula nabi-nabi individu yang bekerja sendiri memenuhi panggilan Allah. Mereka sangat bergantung kepada kehendak Allah dalam meyampaikan beritanya berdasarkan iman, akal budi, pemikiran dan kekhususannya masing-masing.13
Tugas dan Panggilan Nabi di Israel
Nabi-nabi yang memenuhi panggilan Allah untuk menyampaikan kehendak-Nya berdasarkan tradisi kenabian dipercaya bahwa mereka telah menerima pesan dari Allah dan membuat nubuatan atau ramalan berdasarkan pesan yang telah diterimanya itu. Mereka sebagai penasihat raja yang memberikan peringatan, anjuran, kata-kata keselamatan, kata-kata hukuman. Pada abad ini situasi sejarah ditandai dengan dominasi kerajaan-kerajaan besar seperti Asyur, Mesir dan berakhir di Babilonia. Kekuasaan bangsa-bangsa besar tersebut dipahami para nabi sebagai alat yang dipakai Allah untuk menghukum perilaku umat yang melanggar perintah-perintah-Nya.
Seorang nabi ditentukan oleh isi nubuat pemberitaannya berdasarkan konteksnya.14 Jabatan kenabian adalah anugerah Allah kepada mereka yang dipanggil dan diberi kharisma dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Oleh karena itu pengertian nabi dikenal dengan istilah ‘penyiar yang dipanggil’.
Mereka dipanggil untuk memberitakan kehendak Allah termasuk menasihati, mengkritik, membimbing, memberikan peringatan, kata-kata hukuman dan keselamatan bagi umat termasuk raja yang memerintah.
Bentuk-Bentuk Karya dan Pelayanan Para Nabi
Steven L. McKenzie (eds). Those Elusive Deuteronomists (JSOT Sup, 268: Sheffield:Sheffield Academic Press, 1999), 189-99. Albertz, Israel in Exile (trans. David Green: Atlanta: Society of Biblical Literature, 2003), 302-45.
13 Georg Fohrer, History of Israelite Religion (NewYork:Abingdon, 1972), 238.
14 James L. Crenshaw, Prophetic Conflict BZAW, 124 (Berlin: W.de Gruyter, 1971), 12. Lihat juga pandangan J. Tigay yang menyatakan tugas-tugas kenabian dimana mereka berbicara atas nama dan perintah Allah saja. Pandangan ini atas dasar materi dalam Ulangan 18;15-22. J. Tigay, Deuteronomy (The JPS Torah Commentary, 5, Philadelphia: The Jewish Publication Society of America, 1997), 177. Walaupun demikian tidak dapat disangkal terjadinya konflik dalam pemberitaan kenabian seperti yang tertulis dalam kisah nabi Yeremia (Yer. 26-29) dengan pengaruh karya Deuteronomistis. R. Davidson, Orthodoxy and the Prophetic Word: A Study in the Relationship between Jeremiah and Deuteronomy, VT 14 (1964), 407. R.W.L. Moberly, Prophecy and Discerment (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), 105.
Para nabi dipakai Allah untuk menyampaikan pesan dan kehendak-Nya kepada para umat di berbagai bidang. Hal tersebut dipakai untuk menyelesaikan berbagai bidang termasuk politik dan segala hal yang ada di dalamnya. Secara umum para nabi menyampaikan berkat Allah dan sering digambarkan sebagai ‘Mesias’. Para nabi berperan dalam kehidupan seluruh umat yaitu aspek sosial politik, ekonomi dan keagamaan. Mereka begitu kritis dalam memberikan pandangan, pendapat dan kebijakan di berbagai bidang kehidupan tersebut. Hal ini dapat terlihat dalam kebijakan nabi Yesaya ketika menyatakan ketidaksetujuan dengan pendapat para raja Yehuda. Ketika ia bernubuat di Israel Selatan pada waktu ia mengingatkan raja Ahas untuk tidak meminta bantuan pada Asyur (Yesaya 7 : 18-25). Yesaya memahami krisis yang dialami Yehuda saat itu karena sikap dan perilaku para pemimpin yang tidak taat kepada Allah yaitu menyimpang dari peraturan dan kehendak-Nya serta melakukan penindasan terhadap rakyat yang lemah. Yesaya mengarahkan raja untuk meminta pertolongan kepada Allah saja dengan cara menghentikan segala kejahatan , ketidakadilan, penindasan, pemerasan, dan kekejaman yang dilakukan oleh pemerintahan.
Hal yang sama berlaku pada kata-kata kecaman yang disampaikan para nabi kepada umat untuk menyatakan kebenaran dan keadilan Allah seperti yang disampaikan oleh Yahwe. Para nabi sebagai yang menyampaikan kehendak Allah dinyatakan dalam orasi-orasi mereka.15 Berbagai bidang kehidupan umat menjadi pusat perhatian para nabi untuk membimbing mereka kepada ketaatan dan kehendak Allah.
Para nabi mengingatkan umat untuk dapat melakukan tanggung jawab yang diberikan Allah kepada mereka. Peristiwa pemilihan digambarkan melalui peristiwa-peristiwa yang dialami umat diantaranya peristiwa sejarah para leluhur pengembaraan padang gurun sampai masa pelayanan para nabi. Penggambaran ini menunjukkan konsep pemilihan Allah kepada mereka karena peristiwa-peristiwa tersebut merupakan dasar terbentuknya sejarah Israel sebagai bangsa yang terpilih. Pandangan ini seperti yang dituliskan oleh Blenkinsopp: ‘Moses received Torah from Sinai and delivered it to Joshua, then Joshua delivered it to the elders. The elders to the prophets and the prophets delivered it to the men of the great assembly’16
Selain peristiwa-peristiwa sejarah yang dijadikan dasar bagi pemilihan para nabi dan umat Israel, diaktualisasikan juga konsep perjanjian Allah dengan umat. Hubungan perjanjian antara Allah dengan umat terbentuk sangat erat di antara keduanya karena konsep tersebut mempengaruhi keberadaan mereka sebagai umat pilihan Allah. Hubungan khusus dengan Allah akan berakhir jika mereka tidak dapat melakukan kehendak Allah.17
15 Bahkan berita mengenai kejatuhan dan penghukuman atas umat disampaikan para nabi, lihat Peter R. Ackroyd, Studies in the Religious Tradition of the Old Testament (London; SCM Press, 1987), 46.
16 Joseph Blenkinsopp, A History of Prophecy in Israel, from the Settlement in the Land to the Hellenistic Period (Philadelphia: The Westminster Press, 1983), 24.
17 Martin Noth, The History of Israel (London : A and C Black, 1965), 137-138. Konsepsi perjanjian Allah dengan Israel diusung dengan pengakuan bahwa Allah adalah ‘Allah Israel’ yang bereksistensi sepanjang sejarah mereka dan menjalin perjanjian dalam seluruh aspek kehidupan umat.
Keberadaan kehendak Allah yang dinyatakan melalui firman-Nya menjadi pedoman bagi para nabi dan umat Israel untuk berperilaku benar di hadapan Allah. Apa yang difirmankan Allah menunjukkan adanya jalinan relasi yang khusus antara Allah dengan para nabi dan umat Israel. Hubungan yang khusus tersebut ditandai dengan anugerah Allah yang membebaskan dan menyelematkan. Hubungan khusus tersebut ditandai oleh kewajiban umat untuk memberikan respon dengan melakukan kehendak Allah yang diberikan melalui berbagai hukum, ketetapan, peraturan dan peringatan. Firman Allah itu sebagai dasar untuk melakukan seluruh aspek kehidupan umat, tidak hanya aspek ibadah saja tetapi hukum- hukum dan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada setiap umat untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum-hukum tersebut.18
Kenabian pada Periode Masa Kerajaan Israel Awal
Gerakan kenabian mulai terlihat jelas pada abad ke-9 sM melalui diri nabi Elia yang aktif di Israel utara pada masa pemerintahan raja Ahab. Elia sebagai nabi Tuhan memperlihatkan kekritisan terhadap situasi bangsa Israel yang melakukan penyembahan berhala dan penyelewengan terhadap kehendak Allah. Seorang nabi dengan tegas menyatakan kehendak Allah untuk dilakukan umat-Nya. Pada masa hidup dan pelayanan nabi Elia dan nabi Elisa dan pada masa itu kenabian mulai terdengar. Hal ini merupakan pertumbuhan dalam keimanan Israel dan konsep penyembahan (kultus). Demikian juga kenabian memiliki fungsi yang spesifik yang menampilkan institusi kekeluargaan dan hukum-hukum kekudusan. Secara khusus pada abad ke-8 s.M. gerakan kenabian mulai sangat jelas tercipta yang ditandai dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Amos, Hosea, Yesaya.
Kenabian pada Periode Kerajaan Israel Pertengahan 930-700 sM (Amos, Hosea, Proto Yesaya, Mikha)
Amos
Amos termasuk salah satu nabi abad ke-8 SM dan menjalani masa pelayanannya dalam situasi politik yang dikuasai oleh dominasi atau kekuasaan-kekuasaan kerajaan besar seperti Asyur dan Mesir.
Secara bergantian bangsa Israel menjadi kerajaan yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan besar tersebut sampai akhirnya mereka mengalami masa-masa pembuangan di Babilonia. Masa pelayanan nabi Amos tersebut dipahami oleh bangsa Israel sebagai masa dimana Allah memakai dominasi bangsa-bangsa besar
18 Ibid, 25, Bagian ini menunjukkan fungsi primer dari nabi yang menjembatani perbedaan antara peristiwa Sinai dan kepemimpinan para nabi. Mereka dipahami sebagai peletak dasar tradisi Taurat yang terimplementasi melalui hukum-hukum. Demikian juga Blenkinsopp pada bagian ini mengutip pendapat Wellhausen yang menyatakan bahwa para nabi sebagai peletak dasar hukum tetapi tidak mengubah fungsinya dalam aspek etika dan kehidupan spiritual.
sebagai alat yang dipakai Allah untuk memberikan hukuman kepada mereka yang dianggap telah memberontak kepada Allah baik secara sosial, politis, ekonomi maupun di bidang keagamaan.
Berdasarkan berita dari Alkitab nabi Amos berasal dari Tekoa yang adalah seorang gembala dan peternak (Amos1:1,7:14 ). Ia menjalani masa pelayanannya ketika pemerintahan Yerobeam II di Israel Utara pada sekitar tahun 760–750 SM.19 Ia adalah nabi pertama yang menuliskan berita-berita nubuatnya yang disampaikannya di daerah Samaria. Latar belakang kehidupan yang dimilikinya mengundang berbagai pertanyaan apakah ia sebenarnya pantas menjadi seorang nabi Allah. Amos menjawab hal tersebut dalam kitabnya Amos 7:14 yang menyatakan bahwa Amos bukanlah seorang nabi seperti nabi-nabi yang ada pada waktu itu. Ia tidak termasuk nabi-nabi profesional yang berangkat dari sebuah kerajaan dan mengalami masa pemilihan yang struktural dan tidak juga disebut sebagai nabi kultus. Tetapi walaupun demikian dia tetap disebut sebagai seorang nabi karena ia menjalankan fungsi kenabian Allah yang sesungguhnya. Hal ini didukung karena Amos sebagai seorang nabi menyampaikan nubuat pemberitaan tentang kehendak Allah kepada Israel dibuktikan dengan nubuat yang disampaikannya.20
Beberapa hal yang terjadi pada masa pelayanan Amos adalah:
1. Para penguasa melakukan penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakadilan terhadap rakyat sehingga terjadi disintegrasi bangsa. Pihak yang kuat dan kaya melakukan penindasan terhadap kaum yang lemah.
2. Ritual agama yang dilakukan Israel terlihat begitu indah di hadapan Allah tetapi mereka melakukan itu seolah-olah hanya untuk menghapuskan dosa dan pelanggaran mereka di hadapan Allah. Mereka menganggap bahwa Allah dapat disuap seperti mereka menyuap para penguasa pada saat itu.21 Selain itu mereka dipengaruhi pemahaman kepercayaan dewa-dewa sekitarnya yang meyakini bahwa mereka biasa disuap dengan upacara-upacara keagamaan dan kurban-kurban. Hal yang sebenarnya pemahaman agama Israel tidak seperti itu karena dasar dari keagamaan Israel adalah karya penyelamatan Allah.22 Hal itu menciptakan pemahaman bahwa tingkah laku umat dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan keagamaan yang dilakukannya.
19 Data-data kronologi suatu peristiwa dapat diketahui melalui penelitian sejarahwan yang terkadang bervariasi dalam pelaporannya. Salah satu referensi yang baik sekali didapat melalui fefleksi dari pemerintahan raja-raja pada periode tersebut. Lihat J. Bright, A History of Israel (3d ed, Philadelphia: Westminster, 1981), 470-71. Juga J. M.
Miller and J. H. Hayes, A History of Ancient Israel and Judah (Philadelphia: Westminster, 1986), 296.
20 Nubuat-nubuat yang disampaikan Amos merupakan kelompok frasa dengan kata yang spesifik, ekspresif, memiliki rumusan formulasi, bersifat didaktis retoris, orasi yang sejajar dengan hikmat kebijaksanaan yang beredar di Israel. Lihat S. Terrien, ‘Amos and Wisdom,’ In Israel’s Prophetic Heritage: Essays in Honor of James Mueilenburg (ed. B. W. Anderson and W. Harrelson: New York: Harper & Brothers, 1962), 108.
21 Shalom M. Paul, Amos: A Commentary on the book of Amos (ed: Frank Moore Cross; Hermeneia-A Critical and Historical Commentary on the Bible, Minneapolis: Fortress Press, 1991), 3.
22 Y. Kaufmann, The Religion of Israel (tr. M. Green berg; Chicago: The University of Chicago, 1960), 365-67
Menurut Amos mencari Tuhan memiliki tujuan untuk kembali melakukan kehendak-Nya. Tinjuan ini memiliki kesejajaran dengan pemberitaan Yesaya bahwa mencari Tuhan berarti hidup di jalan-Nya.
Menurut berita Amos 4:6 pertobatan lebih mengarah pada sikap hidup dalam hubungannya dengan sesama (konteks sosial). Konsekuensi dari hal ini tercipta perilaku umat yang benar di antara komunitas yang dibangun Allah sendiri. Setiap umat memiliki hak atas kepemilikan tanah mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga keadilan dan kebenaran dinyatakan dalam kehidupan mereka.
Selanjutnya narasi dalam Amos 5:4-7 menuliskan mengenai hal-hal yang benar dan salah ketika umat mencari Tuhan. Terdapat dua aspek yang dilakukan umat untuk mencari Tuhan yaitu melalui praktik keadilan dan kebenaran baik melalui kultus maupun kehidupan sosial. Pemberitaan ini dijelaskan dalam 6:12-14 mengenai praktik kultus yang dilaksanakan pada masa Yerobeam II tetapi justru Amos mengktitik kegiatan tersebut.
Pelaksanaan kultus umat dikatakan Amos tidak berkenan di hadapan Allah. Hal ini disebabkan karena apa yang dilakukan umat dalam kehidupan keagamaannya tidak benar di dalam pandangan Allah.
Seharusnya apa yang dilakukan umat menunjukkan terlaksananya keadilan dan kebenaran. Amos mengarahkan umat untuk menjalankan kehidupan keagamaannya bukan hanya sebagai suatu bangsa saja tetapi bangsa pilihan Allah. Koch mengutip pandangan Welhausen mengenai pelaksanaan kultus di Israel dengan kalimat ‘Apa yang disampaikan Amos kepada umat adalah bentuk pengajaran monotheisme etis dari para nabi. Mereka percaya dalam aturan moral di dunia sebagai kebenaran dalam keberadaannya melalui pernyataan hukum yang berkuasa untuk semua umat’.23
Beberapa hal yang menjadi pokok berita pelayanan Amos di tengah umat Israel adalah sebagai berikut:
1. Universalisme Allah yang dapat diartikan bahwa Allah adalah Allah bagi seluruh bangsa sehingga kehidupan mereka berada dalam otoritas Allah. Kemahakuasaan Allah ini bukan hanya berlaku pada berita penghukuman bagi bangsa-bangsa tetapi juga berlaku sebagai berita keselamatan bagi mereka. Berita dalam Amos 9:7 berisi penegasan bahwa Allah membebaskan bangsa-bangsa lain juga.
2. Jalinan hubungan khusus antara Allah dengan umat-Nya menunjukkan adanya pemahaman pemilihan Allah atas Israel. Konsep pemilihan tersebut tidak dapat diartikan bahwa Allah memberikan hak istimewa hanya kepada Israel dan terlepas dari koridor perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka. Hubungan khusus berupa pemilihan tersebut harus tampak dalam kehidupan sehari-hari dan ditandai dengan ketaatan yang utuh umat terhadap Allah dan kehendak-Nya. Hal ini menciptakan konsep bahwa ketika Israel melanggar perjanjian Allah dengan ketidaktaatan, maka Israel mendapatkan hukuman. Allah adalah Allah yang adil dan
23 Klaus Koch, The Prophets Vol one, The Assyrian Period, 56.
menyatakan keadilan-Nya di tengah Israel, sehingga konsep persembahan kurban Israel akan menyurutkan kemarahan Allah.
3. Pengertian ibadah yang benar menjadi berita yang disampaikan oleh Amos. Pemahaman tentang keagamaan Israel yang menganggap bahwa melalui ritual keagamaan yang dilakukan, maka Allah dapat disuap untuk tidak memberikan penghukuman atas ketidaktaatan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Ibadah dalam pengertian yang sebenarnya ialah menyatukan ibadah yang bersifat ritual dengan tingkah laku umat setiap harinya. Ibadah dengan perilaku umat merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hal inilah yang menyebabkan Amos mengecam segala bentuk kejahatan sosial yang dilakukan Israel di hadapan Allah.
4. Konsep kebenaran dan keadilan menjadi bagian dari berita yang disampaikan Amos kepada Israel. Konsep ini tercipta dilatarbelakangi oleh perilaku Israel yang korup dan tindakan yang tidak sesuai dengan keadilan dan kebenaran Allah. Hal ini dialami oleh Israel melalui kepincangan sosial yang terjadi, dimana pihak yang kaya dan berkuasa semakin kaya dan berkuasa sementara pihak yang miskin dan lemah semakin menderita. Dimensi keadilan sudah tidak ditemukan di dalam kehidupan peradilan umat, seharusnya sistem peradilan harus didukung oleh sistem yang memihak kepada kepentingan rakyat bukan memihak penguasa atau pengusaha besar. Penegakkan keadilan dilakukan melalui penghapusan segala kejahatan dan kelaliman di antara manusia. Solidaritas yang tercipta di antara umat Israel perlu ditumbuhkan sehingga dapat dirasakan oleh seluruh umat. Berbagai peristiwa sejarah yang dialami Israel yaitu pembebasan dari perbudakan di Mesir, penyertaan Allah di padang gurun sampai pada pemberian tanah perjanjian menjadi dasar bagi solidaritas umat.
Hosea
Hosea berasal dari Israel Utara dan menjalankan masa pelayanannya pada abad ke-8 SM. Hosea bernubuat pada masa pemerintahan Yerobeam II ketika politik Asyur mulai mempengaruhi kehidupan Israel Utara sekitar tahun 728 – 700 SM. Riwayat kehidupan Hosea tidak dijelaskan secara lengkap hanya yang dapat kita ketahui melalui kehidupannya dan cerita mengenai anak-anaknya. Riwayat perkawinan Hosea mengundang pertanyaan mengenai kehistorisannya sehingga banyak pendapat yang mencoba untuk menjelaskannya. Berpijak pada asumsi bahwa seorang nabi menyampaikan nubuat mereka melalui perkataan atau berupa tindakan yang merupakan simbol, maka nubuatan yang disampaikan nabi Hosea dilakukannya melalui tindakan yang dilakukannya. Kisah perkawinan Hosea merupakan tindakan nyata yang mengibaratkan kasih Allah yang tidak berkesudahan bagi umat-Nya walaupun mereka sudah berbuat salah.
Situasi kehidupan umat yang dialami Hosea ditandai dengan kebobrokan kehidupan sosial Israel.
Hal ini menyebabkan rusaknya kehidupan ibadah di Israel yang membuat mereka menyimpang dari kehendak Allah. Konsep pemahaman umat tentang pola kehidupan Israel telah berubah dari iman mereka yang murni kepada Allah. Mereka berkeyakinan bahwa Allah Israel hanyalah Allah di padang gurun saja, karena itu kelimpahan yang mereka dapatkan setelah di Kanaan bukan karena Allah tetapi pemberian dewa-dewa Kanaan. Israel mulai aktif dalam kehidupan ritual Kanaan dan terlibat dalam praktik pelacuran yang diadakan di kuil-kuil Baal. Ada beberapa hal yang menjadi pemberitaan nabi Hosea yaitu, 1. Berita yang disampaikan merupakan kumpulan ucapan yang berhubungan dengan cerita perkawinan Hosea dan anak-anaknya yang menggambarkan kesetiaan Allah pada perjanjian dan kasih kepada umatnya.
2. Kumpulan nubuat-nubuat terdiri dari berbagai kecaman dan ancaman hukuman yang ditujukan kepada para pemimpin bangsa Israel yang telah melakukan pelanggaran- pelanggaran. Kecaman dan ancaman hukuman yang ditujukan kepada mereka terbagi atas bagian pendahuluan (Hos 4:1-3) yang kemudian dijabarkan dalam (Hos 4:4-14:9).
3. Pokok pemberitaan teologi nabi Hosea menyatakan bahwa Allah adalah pemilik tanah Kanaan.
Hal ini diangkat menjadi pemberitaan teologi nabi Hosea karena pada saat itu bangsa Israel sudah lama menetap dan mengalami inkulturasi budaya dengan penduduk Kanaan sehingga lahirlah konsep-konsep yang menyimpang dari ajaran Allah yang sebenarnya. Mereka menganggap bahwa segala kelimpahan dan berkat yang mereka dapatkan di Kanaan berasal dari dewa-dewa Kanaan. Konsep pemikiran inilah yang menjadi perhatian nabi Hosea untuk meluruskan kembali pemahaman Israel mengenai kuasa Allah. Hanya karena Allah Israel saja yang memimpin mereka sampai ke tanah perjanjian dan mengalami keberhasilan di tanah tersebut. Demikian pula Allah satu-satunya pemilik tanah Kanaan termasuk segala kelimpahannya.
4. Nabi Hosea terus mengingatkan bangsa Israel untuk tidak meninggalkan Allah. Sehingga dalam pemberitaan-pemberitaannya ia terus menerus menekankan pengenalan kepada Allah dengan mengajak Israel untuk mengingat perjalanan sejarah mereka bersama dengan Allah.
Inti pemberitaan yang disampaikan atas dasar peristiwa perjalanan padang gurun dan peristiwa-peristiwa yang menunjukkan adanya relasi perjanjian antara Allah dengan umat- Nya. Konsep pengenalan akan Allah dinyatakan umat melalui penyembahan kepada-Nya dengan setulus hati dan tidak menyimpang kepada berhala lain, berhenti berbuat dosa, berbalik dan mencari Tuhan, melakukan perbuatan kasih, keadilan dan kebenaran.
5. Hubungan Nabi Hosea dengan tradisi perjanjian diawali dengan membangun hubungan antara Allah dengan umat-Nya yang dapat kita ketahui melalui peristiwa Keluaran. Melalui peristiwa tersebut Allah menyatakan diri-Nya sebagai satu-satunya Allah Israel (Kel. 12 : 10, 13: 4) ‘Tetapi
Aku adalah Tuhan, Allahmu sejak di tanah Mesir,……, engkau tidak mengenal allah kecuali Aku,..’. Penekanan ini digunakan Hosea dengan istilah Berit yang berarti perjanjian untuk membimbing para pemimpin Israel untuk kembali mengaktualisasikan konsep perjanjian tersebut dengan benar. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara hukum- hukum yang disampaikan Hosea dengan tradisi Musa dalam Deuteronomis.
6. Hosea menekankan pelaksanaan hukum-hukum Tuhan dalam pola kehidupan bangsa Israel.
Hal ini nampak pada perhatian Hosea pada hukum perjanjian dalam pemberitaannya. Ia dengan setia mengikuti hukum Tuhan melalui kasih dan pengenalan akan Allah. Sebaliknya kehidupan yang menyimpang dari hal-hal tersebut bertentangan dengan hukum–hukum Allah.
Yesaya
Yesaya pertama atau disebut sebagai proto Yesaya terdiri dari pasal 1-39 merupakan masa pelayanan pada abad ke-8 SM dengan latar belakang sejarah Yehuda. Pada masa pemerintahan Raja Hizkia (701 SM ) nabi ini bergerak aktif dalam masa pelayanannya. Latar belakang kehidupan umat pada saat itu memiliki kesamaan dengan nabi-nabi seperti Amos dan Hosea. Inti dari pemberitaannya yaitu mengecam berbagai kelaliman dan ketidakadilan yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan terhadap rakyatnya.
Ia juga mengecam kepalsuan dalam kehidupan ibadah di Israel yang tidak bermakna. Selain itu raja memiliki keyakinan pada pertolongan dari bangsa asing daripada bersandar dan percaya kepada Allah.
Pokok-pokok berita teologi dari kitab Proto Yesaya ini adalah kekudusan Allah yang dinyatakan dalam kehidupan Israel, Allah Israel tidak hanya berkarya untuk Israel saja tetapi bagi bangsa-bangsa lainnya, penegakkan kebenaran dan keadilan dalam rangka kekudusan Allah.
Ketidakadilan dalam komunitas sosial terjadi karena arogansi para penguasa pada masa awal periode pada pasal 5:1-7. Narasi tersebut berisi mengenai kritik sosial seperti halnya Amos yang berbicara tentang konsep keadilan dan kebenaran. Melalui penggambaran seorang petani kebun anggur, Yesaya menggambarkan bahwa kapasitas sesuatu yang baik bertumbuh dari kerangka presaposisi sejarah yang ditentukan oleh hubungan antara aksi dan kehendak Allah. Melalui kesuburan tanah yang diberikan Allah, Israel akan bertumbuh dan hidup dalam kerangka keselamatan Allah. Nyanyian mengenai kebenaran membimbing umat dalam kerangka keselamatan. Kehadiran Allah dinyatakan melalui pelaksanaan keadilan dan kebenaran oleh umat. Pada bagian penutup nyanyian petani kebun anggur menyatakan bahwa Yahwe secara aktif bergerak dalam sejarah umat dan melindungi Israel untuk mendapatkan tanah pemberian Allah. Yesaya juga memperhatikan kehidupan para janda dan anak yatim yang tidak memiliki hak suara dalam komunitas (1:17, 23, 10:2). Keadilan bukan hanya dipraktikkan di bidang pertanian tetapi dalam membangun kehidupan sosial dan organisasi hukum yang berlaku dalam
pemerintah (5:20-23). Pengajaran Yesaya berlaku juga dalam kehidupan kultus Israel yang merupakan kelanjutan dari kritik sosial yang disampaikan.
Mikha
Masa pemberitaan nabi Mikha pada masa pemerintahan Raja Yotam (751 - 736 sM) dan ia aktif bernubuat di Yerusalem. Latar belakang sejarah yang dialaminya menyangkut kehidupan di bidang sosial, politik, ekonomi dan keagamaan. Tujuan dari pemberitaan nubuatnya mengenai keadaan kota- kota besar seperti Samaria dan Yerusalem. Nubuat Mikha untuk kota Samaria terjadi pada masa menjelang kejatuhan kota Samaria (Mikha 1:2-9) dan kejatuhan Yehuda serta pengepungan terhadap kota Yerusalem (Mikha 1:10-19 ). Kejatuhan kota-kota tersebut disebabkan karena pengaruh kultus agama Kanaan dan sinkretisme yang terjadi.
Hal lain yang menjadi penyimpangan bangsa Israel dan terjadi pada masa pelayanan nabi Mikha adalah pelanggaran hukum oleh para pejabat pemerintah, golongan orang kaya, para nabi dan para imam. Nabi mengecam situasi bangsa Israel yang korup dan kejahatan di berbagai bidang termasuk keagamaan yang semakin merajarela (Mikha 3:5-6). Akibat dari pelanggaran yang terjadi di antara bangsa Israel itu maka hukuman Tuhan menimpa atas mereka. Bahkan Yerusalem pun tidak akan luput termasuk Bait Allah akan binasa. Kitab Mikha memiliki beberapa pokok bagian yang penting diantaranya:
1. Isi kitab Mikha terdiri dari 2 bagian yaitu pasal 1-3 yang berisi kecaman dan berita penghukuman yang ditujukan kepada Samaria dan Yerusalem. Bagian ini dilanjutkan dengan berita pengharapan mesianis. Bagian selanjutnya yaitu pasal 6 : 1- 7 : 7 berupa berita mengenai penghakiman Allah atas umat-Nya yang dilanjutkan dengan berita keselamatan.
2. Tema pemberitaan teologi kitab Mikha adalah keadilan, kebenaran, ketaatan, kasih setia dan pengharapan keselamatan dari Allah (masa mesianis). Mikha mengkritik perilaku para pemimpin yang melanggar ketetapan dan kehendak Allah. Berita penghukuman disampaikan sebagai bagian dari penolakan dan didikan Allah atas perilaku mereka. Allah memberikan pengharapan bahwa masa pemerintahan para pemimpin baru akan tiba melalui seorang Mesias yang akan memerintah dengan adil dan menciptakan keadaan damai sejahtera bagi umat Allah.
Kenabian pada Periode Kerajaan Israel Akhir 700-590 sM (Zefanya, Nahum, Habakuk dan Yeremia)
Zefanya
Pada masa inilah muncul nabi-nabi yang menyuarakan kehendak Allah di tengah Bangsa Israel.
Baik nabi Yeremia, Nahum, Habakuk dan Zefanya mengalami konteks sejarah yang sama sehingga ada beberapa hal yang menjadi inti dari pemberitaan nabi adalah:
1. Allah tidak menghendaki terjadinya kejahatan bahkan mendatangkan penghukuman atas segala tindakan kejahatan yang dilakukan umat-Nya. Allah menghukum siapa saja yang merasa berkuasa di dunia, tidak terkecuali sebuah bangsa besar sekalipun. Asyur yang bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa lain tidak luput dari penghakiman Allah karena kejahatannya. Bentuk penghukuman Allah terkadang menggunakan bangsa lain untuk memberikan didikan dan penghukuman bagi umatnya yang melanggar dari perjanjian yang kudus.
2. Berita keselamatan menjadi pemberitaan yang disampaikan nabi-nabi pada abad ke- 7 SM ini yang ditujukan kepada Yehuda dan Yerusalem. Berita keselamatan ini disampaikan ketika Israel bertobat dari perilaku mereka yang menyimpang dan kembali untuk tetap setia di jalan Allah, pada saat yang sama keselamatan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Kehidupan yang dipenuhi oleh damai sejahtera dan sukacita yang berasal dari Allah akan dialami oleh umat.
3. Tujuan dari kitab-kitab yang ditulis ini meyakinkan umat mengenai nubuat yang disampaikan sebelum masa pembuangan dan menggarisbawahi perubahan radikal yang terjadi pada masa itu. Konsep percaya kepada Allah maka keselamatan itu akan diterima Israel menjadi berita kenabian yang beredar pada saat itu.
4. Pemahaman tentang ‘Hari Tuhan’yang dimiliki oleh Bangsa Israel adalah waktu yang terang benderang yaitu hari yang penuh berkat dan keselamatan yang ditandai dengan kemenangan atau kebahagiaan mereka atas musuh-musuhnya. Sementara pemahaman para nabi pada waktu itu mengartikan ‘Hari Tuhan sebagai hari yang gelap dan berkaitan dengan historis Israel yang ditandai dengan penyimpangan ibadah yang benar dari Allah. Israel menyembah dewa-dewa asing dan ikut menjalankan perilaku atau sikap moral dari kepercayaan terhadap dewa-dewa tersebut. Selain itu terjadi pula tindakan kejahatan di bidang-bidang lainnya sehingga sudah jauh menyimpang dari keadilan dan kebenaran Allah. Penghukuman Allah dilakukan atas dasar kasih-Nya kepada Israel karena dibalik penghukuman tersebut disampaikan dan dinyatakan janji pemulihan melalui konsep ‘Perjanjian Baru’ yang ditetapkan Allah bagi umat-Nya. Pembaruan perjanjian yang disampaikan nabi-nabi merupakan peneguhan kembali perjanjian Sinai yang telah dilanggar oleh Israel. Walaupun mendasarkan pada perjanjian Sinai, konsep perjanjian yang baru itu berlaku dalam kehidupan umat Israel dan tertulis di hati mereka. Hal ini dimaksudkan supaya semua hati umat diperbaharui dan tidak melanggarnya kembali.
5. Penderitaan yang dialami nabi-nabi adalah juga penderitaan yang dialami Allah. Relasi yang erat antara Allah dan nabi menggambarkan bagaimana Allah hadir secara nyata dalam setiap pemberitaan yang disampaikan mereka. Panggilan mereka sebagai nabi-nabi Allah merupakan ungkapan pilihan Allah dalam diri mereka. Berita-berita yang disampaikan para nabi menunjukkan solidaritas Allah atas penderitaan yang mereka alami. Ketika berita mengenai penghukuman kepada umat disampaikan, Allah turut menderita menyaksikan semuanya itu.
Walaupun demikian keadilan dan kebenaran tetap menjadi esensi dari kehendak Allah atas umat-Nya.
Nahum
Nahum dikenal dalam pelayanannya pada masa kerajaan Asyur. Keterangan ini dapat diketahui dari isi beritanya ketika terjadi penyerangan tentara Asyur atas kota Tebe di Mesir sekitar tahun 663 sM.
Keterangan selanjutnya sebagai batas pelayanan Nahum yaitu keruntuhan Niniwe sekitar tahun 612 sM.
Pelayanan Nahum terlihat dari struktur pemberitaannya yaitu: pada pasal 1 berisi mengenai ucapan ilahi tentang Niniwe yang berisi tentang murka Allah, ucapan penghakiman melawan musuh atau raja serta ucapan keselamatan bagi Yehuda. Sementara pasal 2-3 berisi mengenai berita tentang keruntuhan Niniwe yaitu ucapan ancaman dan nyanyian celaka. Terdapat indikasi bahwa isi kitab ini ditulis pada masa Yosia dengan reformasinya. Hal ini dilatarbelakangi dengan alasan bahwa isi kitab ini merupakan kutukan bagi bangsa lain dan keselamatan hanya bagi Yehuda.
Habakuk
Karya dan pelayanan nabi Habakuk yang adalah seorang nabi pada masa kekuasaan Babilonia. Ia berkarya setelah tahun 626 sM dan kemungkinan besar dia bekerja pada masa reformasi Yosia. Seperti halnya Nahum dalam beritanya Habakuk memberitakan hukuman kepada bangsa-bangsa lain dan kasih karunia atas umat Allah yang setia. Struktur dari kitab Habakuk adalah: pada pasal 1-2 terdapat dialog antara Nabi dengan Allah. Dialog ini membicarakan mengenai pertanyaan nabi kepada Allah mengapa seolah-olah Ia membisu terhadap ketidakadilan sosial di Yehuda. Pertanyaan nabi selanjutnya mengapa Allah membisu terhadap penindas-penindas dan berita yang diterima nabi bahwa penghukuman akan diterima oleh penindas-penindas tersebut. Terdapat pernyataan bahwa ‘orang benar akan hidup oleh percayanya’ (2:4). Kemudian pasal 2:5, 3 terdapat 5 ucapan celaka melawan penindas dan mazmur Habakuk. Pada ayat 1:6 terdapat seruan yang menyerang Yehuda sebab aturan-aturan di dalam negara dan terdapat konflik sosial. Situasi politis di bawah bangsa lain dipandang sebagai ketidakadilan namun Allah akan berpihak pada umat-Nya dengan menghukum bangsa penindas Yehuda. Pada akhirnya
melalui nyanyian mazmurnya Habakuk menyampaikan visi mengenai suasana damai yang akan dialami oleh Yehuda bahwa meski penindasan dialami umat, Allah akan memihak mereka.
Yeremia
Masa kebangkitan kritik kenabian pada periode Neo-Babilonia terjadi pada tahun 626 sM dengan dipanggilnya oleh Allah seorang nabi bernama Yeremia. Ia berasal dari keluarga imam dari keturunan Abyatar di Anatot sebelah timur laut Yerusalem. Karya kenabiannya terbagi atas beberapa karakteristik yaitu: Bagian perkataan yang berbentuk puisi yang ditujukan kepada Yeremia sendiri. Bagian ini mendominasi pemberitaan Yeremia pada pasal 1-25. Secara umum tidak ada hal yang diperdebatkan dari pasal-pasal ini. Kemungkinan gulungan tulisan yang asli berasal dari pasal 36 dan materi dasar dari perkataan mengenai bangsa-bangsa terdapat pada pasal 46-51. Karakter kedua yaitu berupa laporan perkataan orang ketiga mengenai perkataan Yeremia (pasal 19:1-20:6, 26-29:37-44). Bagian ini berasal dari laporan saksi mata yang dialamatkan kepada Baruch. Karakter ketiga yaitu perkataan dari orang pertama yang berbentuk prosa dengan struktur dan tema-tema baru (1:4-10:7, 11, 18, 21, 25, 32, 34, 35). Bagian ini merupakan tema-tema yang berisi kesempatan umat untuk bertobat dan mendapatkan keselamatan di masa mendatang. Karya ini dirancang untuk pembaca umum sehingga dapat dipahami dan sebagai pengajaran bagi umat. Selain terdapat beberapa karakteristik dari Kitab Yeremia, kitab ini terbentuk dalam empat periode masa pelayanan, yaitu: Periode pada masa kekuasaan Yosia yaitu tahun 626-622 sM, pada periode ini nabi memberikan kritik terhadap ibadah sebelum reformasi Deuteronomistis.
Seperti nabi-nabi abad ke- 8 sM, Yeremia pun mengkritik kehidupan Israel yang tidak taat kepada Allah. Nabi menyatakan bahwa setiap umat dipersiapkan untuk melakukan perbuatan yang benar dan menyembah hanya kepada Allah saja Tetapi pada kenyataannya umat memberikan persembahan korban kepada dewa-dewa yang dipercaya dengan sebutan baal. Situasi ini terjadi di kerajaan selatan sekitar tahun 620 sM. Hal ini terjadi karena pengaruh agama baalisme yang tumbuh subur di utara. Kritik kenabian dilakukan terhadap pengaruh kepercayaan kepada dewa-dewa tersebut dengan menjalankan upacara hanya kepada Allah termasuk tata cara pemberian persembahan yang diijinkan dan berkenan di hadapan Allah.
Kenabian pada Periode Pembuangan di Babilonia 590-540 sM ( Yehezkiel dan Deutero Yesaya)
Yehezkiel
Yehezkiel hidup pada masa pembuangan di Babel bahkan ia dan keluarganya turut dibuang ke Babel pada tahun 597 SM. Ia dipanggil menjadi nabi ketika ia berada di pembuangan di Babel. Masa
pelayanannya sebagai nabi terjadi sebelum masa pemerintahan Koresy raja Persia dengan demikian seluruh kegiatan dan nubuatnya dilatarbelakangi oleh peristiwa sejarah pada masa pembuangan. Periode masa pelayanannya terbagi atas:
1. Periode pertama pada masa berakhirnya kerajaan Yehuda yang ditandai dengan jatuhnya Yerusalem dan hancurnya Bait Allah. Isi dari nubuat yang disampaikan Yehezkiel pada periode inilah supaya Israel berhenti berharap dan mengikat diri dengan Yerusalem. Pada saat itu tercipta anggapan yang keliru tentang Yerusalem sebagai tempat Allah berdiam sehingga Yerusalem tidak dapat dihancurkan. Anggapan ini yang diluruskan oleh nabi karena Allah yang benar tidak terikat pada ruang dan waktu.
2. Periode kedua ditandai dengan perubahannya nubuat yang disampaikan nabi. Nabi berbicara mengenai keselamatan yang hanya diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh bertobat dan kebinasaan bagi mereka yang tidak bertobat.
3. Periode ketiga Yehezkiel memberitakan keselamatan yang baru dimana manusia akan dibaharui, Israel akan dipersatukan kembali di Bait suci yang akan dibangun kembali. Pembaharuan ini terjadi secara universal dan dapat dirasakan oleh seluruh umat yang percaya kepada Allah.
Semua yang terjadi ini karena kasih dan keajaiban dari Allah semata. Israel digambarkan sebagai yang sudah mengalami kematian dan dikuburkan. Pengharapan yang tunggal adalah Israel mengalami pembaruan melalui penciptaan kembali. Permulaan yang baru itu merupakan bukti dari kerelaan Allah yang memberikan kembangkitan bagi umat-Nya tanpa syarat. Hal lain yang menjadi perhatian nabi mengenai permulaan yang baru bagi Israel ini adalah mengutamakan sikap positif dan taat kepada hukum-hukum Allah. Yehezkiel menekankan bahwa keselamatan dari Allah merupakan bentuk solidaritas Allah kepada umat-Nya atas perbuatan-perbuatan manusia yang menyimpang dari kehendak Allah sehingga menempatkan manusia pada keadaan yang rapuh dan memprihatinkan.
Deutero Yesaya
Karya dan pelayanan Deutero Yesaya pada masa akhir pembuangan yang mengacu pada awal kekuasaan Persia tahin 547 sM. Nabi Deutero Yesaya adalah seorang murid dari sekolah Yesaya. Dia mungkin adalah murid langsung dari nabi Yesaya, namun kemungkinan dia bukan murid langsung tetapi salah seorang penerus tradisi Yesaya generasi ketiga. Yesayan melihat raja Koresy dan menganggapnya sebagai orang yang dapat membebaskan bangsa Israel. Nama nabi ini tidak diketahui lagi karena tidak menyebutnya secara langsung.
Bagi Deutero Yesaya gerakan kenabian terjadi dalam berbagai konteks kehidupan umat. Hadirnya dewa-dewa atau berhala yang ada di sekitar Babilonia mempengaruhi kehidupan umat Israel. Pengaruh
tersebut terjadi dalam kehidupan kultus umat sehingga para nabi mengarahkan umat pada kehidupan yang dipimpin Allah. Secara frekuentif Yesaya memperkenalkan kepercayaan monoteisme kepada umat melalui pemberitaan Kemuliaan Allah yang dinyatakan dengan keberadaannya merupakan manifestasi dari dunia yang nyata (40:6). Ketika Yahwe mengikuti berita kenabian untuk didengar umat. Dia menjadi pribadi yang aktif dan kreatif karena para nabi tidak hanya menggambarkan mengenai Allah yang omniscient tetapi memberi dampak yang penting dalam sejarah kehidupan umat manusia.
Kenabian pada Periode Setelah Pembuangan Israel 540-400 sM (Trito Yesaya, Haggai, Proto Zakaria, Maleakhi)
Trito Yesaya
Melalui narasi dari Yes 61 : 1-3 dituliskan mengenai figur dari seorang nabi yang diangkat menjadi hamba Tuhan. Ia menyebutkan bahwa dirinya dipenuhi oleh Roh Tuhan yang telah mengurapinya, mengutusnya untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang yang sengsara dan merawat orang- orang yang remuk hati. Memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang- orang terkurung untuk mendapat kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan.
Bahan-bahan yang digunakan oleh nabi yang disebut Trito Yesaya berasal dari masa sebelum pembuangan di Babel dan ada juga bahan yang berasal dari masa pembuangan. Bahan-bahan tersebut mengalami perkembangan berupa tambahan-tambahan yang disusun oleh Trito Yesaya terutama mengenai ucapan-ucapan nabi sebelumnya. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang dilakukan Allah terhadap umat sebelumnya diceritakan kembali agar umat dapat melihat perbuatan-perbuatan Allah yang menyelamatkan mereka. Trito Yesaya memperhadapkan umat pada kenyataan-kenyataan kehidupan baru dalam sejarah Israel yang disertai dengan karya penyelamatan Allah.
Haggai dan Proto Zakaria
Nabi Haggai berasal dari kelompok keimaman dan berkarya dimulai pada tahun kedua pemerintahan Darius yaitu tahun 520 sM. Inti berita yang disampaikan senada dengan gerakan reformasi keimaman yang mengajak umat untuk membangun bait suci supaya mereka dapat melangsungkan peribadahan mereka kembali dan taat dalam melakukan peribadahan kepada Allah. Struktur pemberitaan nabi Haggai adalah: Pasal 1 berisi ajakan untuk membangun kembali bait suci dan pasal 2 menuliskan mengenai kemegahan bait suci yang baru, Taurat keimaman tentang sesuatu yang suci dan najis serta janji mesianis kepada Zerubabel. Sejajar dengan pemberitaan nabi Haggai, pada masa tersebut berkarya juga seorang nabi bernama Zakharia yang adalah anak Berekhya dan cucu Ido seperti yang disebutkan pada pasal 1:1. Zakharia adalah seorang nabi yang berkarya pada masa pemerintahan raja Darius 520 sM sampai
tahun 518 sM. Struktur tulisan nabi Zakharia adalah pasal 1-8 menuliskan mengenai 7 penglihatan malam yang terdiri dari pasal 1-6 mengenai para penunggang kuda, 4 tanduk atau 4 tukang besi, seorang dengan tali ukur, kandila emas yang berhiaskan dua pohon zaitun, gulungan kitab yang terbang, perempuan dalam gantang, 4 kereta pada 4 arah mata angin dan visi antara setan sebagai penuduh imam besar Yosua.
Pada masa-masa tersebut tercipta keberhasilan politik para nabi dan didukung dengan kebijakan yang dikeluarkan Raja Persia sehingga Israel dapat membangun kembali peribadahan mereka di tanah airnya. Demikian juga semangat Yudaisme dipraktikkan melalui norma-norma yang berlaku dalam perilaku hidup manusia. Nabi Haggai dan Zakharia adalah nabi-nabi kultus yang melakukan pembaharuan setelah umat kembali dari pembuangan. Mereka bertugas untuk menjaga kekudusan umat di hadapan Allah. Kehadiran kekudusan Allah menjadikan umat berhasil dalam kehidupan mereka termasuk membangun komunitas kultus di Israel (Haggai 2:15-19 dan Zakharia 3:8-10).
Maleakhi
Nabi Maleakhi. Dia adalah seorang nabi yang berkarya pada paruhan pertama abad ke-5 sekitar tahun 465 sM dan setelah pelayanan Haggai dan Zakharia. Hal ini dilatarbelakangi karena upacara peribadahan di bait suci telah dilaksanakan namun sebelum Nehemia dan Ezra. Struktur pemberitaan Maleakhi terdiri dari 4 pasal yaitu : Pasal 1-3 berisi mengenai 6 diskusi mengenai kawin campur dan perceraian, perpuluhan, pembangunan diskusi mengenai pertanyaan jemaat dan nabi menberitakan jawaban Yahwe lalu diajukan kembali pertanyaan dan jawaban sebagai ucapan kenabian. Kemudian dilanjutkan dengan pasal 4:4-6 sebagai tambahan pada 12 kitab nabi dengan fokus pada pengutusan nabi Elia.
Berita nabi Maleakhi mengenai peribadahan di sekitar bait suci namun pemikiran dan gaya berbicara dipengaruhi dengan gaya Deuteronomistis. Hal ini mempengaruhi tujuan penulisan mengenai kedatangan nabi Elia yang dipahami oleh kelompok Deuteronomistis sebagai mesias politik yang dijanjikan.
Berita-berita yang menjadi pemberitaan para nabi pada masa setelah pembuangan adalah:
1.