Pengertian iman kepada Rasul-rasul Allah.
A. Standar Kompetensi
3. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah.
B. Kompetensi Dasar
3.1. Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.2. Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.3. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
3.1.1. Mampu menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.1.2. Mampu mengidentifikasi tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.2.1. Mampu menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.2.2. Mampu mengidentifikasi contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.3.1. Mampu menunjukkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.3.2. Mampu meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah SWT.
D. Peta Konsep Pembelajaran
Iman Kepada nabi dan
Rasul
Sifat-sifat yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul
Tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
Contoh-contoh perilaku beriman kepada
Rasul-rasul Allah.
▸ Baca selengkapnya: peta konsep hakikat mencintai allah swt
(2)ِمْيِحَّرلا ِن ٰم ْحَّرلا ِالله ِمْسِب
IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Muqadimmah
Manusia di ciptakan oleh Allah SWT di lengkapi dengan berbagai potensi kehidupan, yaitu Hajatul ‘Udhuwiyah (kebutuhan akan makan, minum, pakaian dan tempat) serta Gharoiz (berbagai Naluri). Naluri yang di berikan oleh Allah kepada manusia berupa Naluri mempertahankan diri, Nalurui meneruskan keturunan dan naluri taqdis ( mennyucikan/ mengagungkan sesuatu).
Dari naluri taqdis ini manusia kemudian menyembah dan mengabdi kepada sesuatu yang di anggapnya agung. Oleh karena itu agar manusia tidak salah arah dalam mensucikan, mengagungkan dan menyembah, maka manusia memerlukan rasul.
Para Rasul Allah mendapat tugas dari Allah SWT untuk membimbing manusia dalam kehidupannya agar tidak tersesat.
Berikut ini uraian mengenai beriman kepad Rasul-rasul Allah SWT.
A. Pengertian Iman kepada Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul merupakan dua lafadh yang berbeda tapi bersatu dalam hubungannya dengan syara’.
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba.Dinamakan
Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan
mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu).
1Rasul secara bahasa berasal dari kata yang berarti utusan.
Definisi secara istilah yang umum, Nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya.
Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk menyembunyikan wahyu Allah. Begitu juga perintah menyampaikan wahyu (ayat al-Qur’an) di bebankan kepada semua orang-orang beriman, apalagi seorang nabi yang diberikan wahyu oleh Allah, pasti wahyu yang di terimanya untuk di sampaikan kepada ummatnya.
Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang pun.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Menurut Imam Baidhawi, dalam menafsirkan firman Allah QS Al-Hajj[22]; 52 ;
َنََّتَ اَذِإ لاِإ ٍِّبَِن لاَو ٍلوُسَر ْنِم َكِلْبَ ق ْنِم اَنْلَسْرَأ اَمَو
...
52 ( )
Artinya : dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,( QS Al-Hajj[22];52),
Rasul adalah orang yang diutus oleh Allah swt.dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt.untuk menyampaikan syari’at yang sebelumnya.
2Jadi Rasul adalah orang yang di perintahkan oleh Allah untuk menyampaikan syari’atnya sendiri sedangkan Nabi adalah orang yang di perintahkan oleh Allah untuk menyampaikan syari’at yang telah ada dan di wahyukan kepada rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia
1 http://muslimah.or.id/aqidah/iman-kepada-rasul.html,
2An-Nabhani. Taqiyuddin, as-Syahsiyah al-Islamiyah juz 1, (terjemah Zakaria Ahmad, Lc), Pustaka Thariqul Izzah, Bandung, 2003, hal 175