• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)TEMPAT BERSARANG DAN TUMBUHAN SUMBER PAKAN Trigona spp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)TEMPAT BERSARANG DAN TUMBUHAN SUMBER PAKAN Trigona spp"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TEMPAT BERSARANG DAN TUMBUHAN SUMBER PAKAN Trigona spp. di PALAK JUHA VII KOTO KABUPATEN

PADANG PARIAMAN

Meri Andika Syah Putra, Jasmi, Elza Safitri

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat meriandikazufar83@gmail.com

ABSTRACT

Palak Juha has an area of about 0.47 km2 but has been converted to a farm or garden area of 71.54 ha, 0.76 ha of ponds, 4.72 buildings, and another3.83 ha. Altitude of sea level +30 mdpl. This condition certainly gives a considerable influence on animals whose survival depends on natural conditions. One of them is Trigona spp. which this animal needs flowering plants as a source of feed. The purpose of this study is to know the diversity of nesting places, the type of plants as a source of feed and weather conditions that affect the colony of Trigona spp.This research was conducted in December 2017 at Palak Juha VII Koto Sungai Sariak Lurah Ampalu, Padang Pariaman District. The type of this research is descriptive survey research. The observation parameters are nesting place, plant species as feed source and weather conditions affecting Trigona spp .Based on the research that has been done, the result of nesting place Trigona spp. of the plants there are 2 species of Cocos nucifera (coconut), Phythocellobium lobatum (jengkol) and in addition to plants there are community housing consists of various types of wooden houses (4 nests), semipermanen (3 nests), permanent (6 nests). For the type of plant as a source of food obtained 6 species of Wedelia trilobata L., Ageratum conyzoides L., Thunbergia grandiflora Roxb. Asystasia coromandeliana Nees, Celosia argentea L., and Syzygium jambos L .. For average weather conditions obtained are rainfall 32.67 mm, air temperature 25.31 ° C, air humidity 87.61%, wind speed 1, 35 knots, and the intensity of solar irradiance 3.59 / hour.

Keywords: Place of nesting, plant sources of feed, and Trigona spp.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Luas lahan di Indonesia saat ini bukan lagi berupa kawasan hutan, tetapi telah beralih

fungsi menjadi lahan pertanian atau lahan yang pernah digunakan sebagai sawah, tegalan, pekarangan, perkebunan, padang pengembalaan, kayu-kayuan dan tambak/ kolam dengan luas lahan ±70,2 juta ha (BBSDLP, 2008 dalam Hidayat,

(2)

2009). Hewan hutan atau satwa liar merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh- tumbuhan. Hewan tersebut selain sebagai konsumen yang pasti membutuhkan tumbuhan untuk sumber makanannya, juga menggunakan tumbuhan untuk beraktivitas khususnya hewan arboreal yang sebagian besar aktivitas hidupnya di atas pohon (Indriyanto, 2010).

Salah satu hewan arboreal tersebut adalah Trigona spp. Lebah penghasil madu termasuk dalam kelompok Apideae yang memiliki 2 sub familia yaitu Apinae yang dikenal dengan lebah madu (honey bee) dan Meliponinae yang dikenal dengan lebah tak bersengat (stingless honey bee) (Wilson, 1971 : Michener,1974 dalam Salmah, 1989).

Trigona spp. memanfaatkan sumber pakan yaitu tanaman berbunga yang mengandung nektar, dan polen. Bagi Trigona spp. nektar berguna sebagai sumber energi untuk mempertahankan suhu tubuh dan sumber produksi madu. Beberapa tumbuhan yang dijadikan sumber

pakan yaitu: kelapa (Cocos nucifera), mangga (Mangifera indica), kulit manis, (Cinnamomum verum), pohon coklat (Theobroma cacao L), pinang (Areca catechu) dll.

Kebanyakan dari jenis-jenis tersebut ditemukan di hutan-hutan dan beberapa jenis ditemukan di rumah-rumah penduduk, lubang- lubang pohon dan rongga-rongga (Salmah, 1989). Beberapa jenis lebah Trigona spp.hidup berkoloni (sosial), yang di dalam sarangnya dapat ditemukan lebah ratu, pekerja, jantan, telur, pot madu dan propolis (Michener, 1974 dalam Efin, 2015).

Trigona spp. biasanya membuat sarang di dalam lubang pohon, celah dinding atau lubang bambu di dalam rumah. Lebah ini tidak suka hijrah karena ratunya sangat gemuk dan tidak pandai terbang (Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Negara Unit Jawa Timur, 1986 dalam Salatnaya, 2012). Beberapa koloni menempati bekas sarang semut atau rayap dan membangun sarangnya di bebatuan di bawah tanah (Free, 1982).

Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan salah satu

(3)

pembudidaya lebah Bapak Malik di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman diketahui bahwa jenis lebah Trigona spp. biasanya bersarang di pohon marelang (bayua), kelapa, manggis, nangka, apokat, mangga, pala, jambu air, durian, duku, kandi dan perumahan masayarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui Tempat Bersarang dan Tumbuhan Sumber Pakan Trigona spp. di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif survey pengamatan secara langsung tempat bersarang dilakukan dengan metode sensus. Peneliti akan menggambarkan karakteristik tempat bersarang lebah Trigona spp. pada pertanaman polikultur, identifikasi

tumbuhan tempat bersarang serta tanaman yang sedang berbunga disekitar tempat bersarang Trigona spp. di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret tentang Keragaman tempat bersarang dan tumbuhan sumber pakan Trigona spp. di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman meliputi :

1. Tempat bersarang

Pohon yang digunakan sebagai tempat bersarang terdiri dari 2 species dan termasuk ke dalam 2 familia (tabel 1). Diameter pohon berkisar 0,41-0,51 m. Pada rumah ditemukan 13 sarang (terlihat pada tabel dibawah ini).

Tabel 1. Tempat bersarang koloni Trigona spp.di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman (Lampiran 1).

(4)

Keragaman sarang yang ditemukan untuk koloni Trigona spp.

di Palak Juha VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman terdiri atas sarang dari tumbuhan dan sarang selain tumbuhan. Sarang dari tumbuhan yang berperan sebagai tempat bersarang koloni Trigona spp.

terdiri dari 2 species pohon yang termasuk ke dalam 2 familia (Tabel 1.) Dimana pada masing-masing pohon ini terdapat satu sarang koloni Trigona spp. Sarang selain tumbuhan berupa sarang yang di temukan rumah kayu, semipermanen, dan permanen.

Spesies lebah Trigona spp.

memiliki keragaman sarang serta

perilaku makan yang bervariasi.

Namun persamaannya, semua spesies lebah tanpa sengat membangun sarang dalam sistem tertutup. Pilihan lokasi sarang antara lain di bongkahan kayu yang berongga di bagian tengah, belahan bebatuan, retakan dinding rumah, wadah kosong, lubang atau celah pada batang pohon yang masih hidup, dan rongga dalam tanah bekas sarang tikus.

Ketersediaan tempat bersarang sangat berperan terhadap keberadaan lebah madu pada suatu habitat (Aizen et al., 1994 dalam Jasmi 2014). Habitat asli dari Trigona spp.adalah daerah beriklim Lokasi/ Jenis tempat bersarang

Rata-rata Diameter

batang (m)

Tinggi dari permukaan

tanah

Tinggi gerbang

(cm)

Lebar gerbang

(cm) A. Tumbuhan

1. Cocos nucifera (kelapa) 0,51 2,23 7,76 1,67 2. Phithocellobium lobatum

(jengkol) 0,41 1,3 4,45 3,83

Subtotal 0,92 3,53 14,95 6,98

Rata-rata 0,46 1,77 7,48 3,49

B. Selain Tumbuhan

a. Rumah Kayu 118 2,013 2,615

b. Rumah Semi permanen 88,33 3,2 2,36

c. Rumah Permanen 188,5 6,88 3,13

Subtotal 394,83 12,093 8,105

Rata-rata 131,61 4,031 2,702

(5)

tropis dan kawasan hutan. Lebah madu dapat berkembang dengan baik di lingkungan alami atau di tempat pemeliharaan. Pada habitat alami, lebah lebih suka tinggal di kebun, hutan-hutan, padang rumput dan daerah-daerah yang memiliki tanaman berbunga yang berlimpah.Lebah madu akan membangun sarang di dalam rongga pohon untuk menyembunyikan diri dari pemangsa dan panas. (Aizen et al., 1994 dalam Jasmi, 2014).

Rongga-rongga sarang lebah madu sering ditemukan di dalam gundukan tanah, pohon-pohon dan sarang anai-anai (Schenider dan Blyther, 1988 dalam Jasmi, 2014).

Di Amerika Serikat rata-rata ukuran sarang dalam rongga pohon Oaks adalah 85 cm. Gerbang sarang umumnya tunggal dan rata-rata tingginya dari permukaan tanah 2,5 m. Sarang yang ditemukan di atas tanah umumnya ditemukan pada area yang tidak ada pohonnya.

Kebanyakan tempat bersarang adalah di dalam area tanpa pohon, sebagian sisisran dibangunsecara parsial dan satu arah untuk membantu ventilasi.

Ukuran sarang yang ditemukan

berbeda-beda tergantung pada rongga pohon dengan gerbang masuk relatif kecil (Gambino et al., 1990 dalam Jasmi, 2014).

Cara lebah Trigona spp.

dalam memperbaiki dan membuat sarang yaitu dengan mengumpulkan bahan baku pembuatan sarang berupa resin yang di dapat dari beraneka pohon dan semak. Menurut Greg Hambali, resin bermanfaat sebagai pelindung sarang karena memiliki sifat antibakteri, antimikroba, dan anti cendawan. Berkat getah itu sarang menjadi lebih kokoh sehingga koloni merasa nyaman dan aman untuk tinggal.

Beberapa tanaman sebagai sumber getah propolis antara lain manggis, pala, nangka, dan cempedak. Dan karena itu sarang Trigona spp. tidak boleh terlalu jauh mencari pakan dari tempatnya bersarang, karena jarak tempuh populasi Trigona spp. mencari makan hanya 200-500 m dari sarang.

Bahkan pada musim hujan jarak tempuh kurang dari 200 m.

Koloni lebah umumnya akan hijrah atau absconding bila merasa lingkungan yang ditinggalinya tidak

(6)

nyaman dan aman. Hijrahnya koloni lebah dapat dipicu antara lain oleh ketersediaan pakan yang tidak mencukupi, penggunaan insektisida yang intensif disekitar lokasi apiari, gangguan hama dan penyakit, dan merasa terancam oleh kehadiran koloni lain (Fadhilah dan Rizkika, 2015).

2. Keragaman tumbuhan sumber pakan

Jenis tumbuhan sumber pakan koloni Trigona spp. yang ditemukan di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 8 jenis, termasuk ke dalam 6 familia. Satu jenis tumbuhan tanaman budidaya dan tujuh tumbuhan liar.

Tabel 2. Jenis tumbuhan sumber pakan koloni Trigona spp. yang ditemukan di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto

Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman (Lampiran 5).

Tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pakan oleh koloni Trigona spp. di Palak Juha VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman terdapat 8 spesies satu termasuk tanaman budidaya dan tujuh tanaman liar, dimana ke 8 spesies tersebut termasuk ke dalam 6 familia. Jenis-jenis Tumbuhan yang

dijadikan sebagai sumber pakan oleh koloni Trigona spp. adalah :

a. Wedelia trilobata

Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta, Classis Mangnoliopsida, Ordo Asterales, Familia Asteraceae, Genus Wedelia, Spesies Wedelia trilobata.

No Familia Species Nama Lokal

1 Asteraceae Wedelia trilobata Subang-subang

Ageratum conyzoides L. Sibusuak

2 Acanthaceae Thunbergia grandiflora -

Asystasia coromandeliana -

3 Amaranthaceae Celosia argentea -

4 Myrtaceae Syzygium jambos Jambak

5 Convolvulaceae Ipomoea mauritiana -

6 Rubiaceae Borreria latifolia -

(7)

Ciri-ciri :

Wedelia trilobata merupakan tumbuhan yang dikenal dengan nama lokal subang-subang. Tanaman ini menjalar dengan perawakan berupa semak. Batang tanaman ini berwarna hijau dan membulat. Daun tanaman berbentuk lonjong. Ujung daun meruncing dan pangkal daun tumpul.

Permukaan daun berbulu dan tepi daun bergerigi. Bunga berwarna kuning cerah dengan ukuran yang kecil. Putik dan benang sari berlingkar penuh di tengah kelopak bunga, habitus tanaman ini adalah semak menjalar.

b. Ageratum conyzoides

Klasifikasi yaitu Divisio

Spermatopyta, Classis

Magnoliopsida, Ordo Asteraceae, Familia Asteraceae, genus Ageratum dan Spesies Ageratum conyzoides.

Ciri-ciri :

Tanaman ini dikenal dengan nama lokal sibusuk. Tanaman ini tumbuh berupa herba dengan akar tunggang. Batang berbentuk bulat dengan permukaan batang berambut.

Letak daun saling berhadapan dan bersilang. Daun berbentuk bulat telur

dengan ujung runcing dan pangkal membulat. Permukaan daun berambut dengan tepi daun bergerigi.

Bunga berbentuk malai rata berwarna putih keunguan yang keluar dari ujung tangkai, bunga berbentuk bongkol yang menyatu menjadi karangan, bentuk bunga malai rata.

Kelopak berbulu dan berwarna hijau, sedangkan mahkota berbentuk lonceng berwarna putih atau ungu.

Panjang bonggol bunga 6-8 mm dengan tangkai yang berambut (Harnani, 2016).

c. Thunbergia grandiflora

Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta, Classis Magnoliopsida, Ordo Solanales, Familia Acanthaceae, Genus Thunbergia dan Spesies Thunbergia grandiflora.

Ciri-ciri :

Habitus berupa semak dan memanjat. Batang membelit dan berbentuk bulat. Permukaan batang berbulu dan batang berwarna hijau.

Daun tunggal berhadapan. Bentuk daun berbentuk jantung. Permukaan berbulu dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk malai dan

(8)

terletak di ujung cabang. Kelopak bertau tiga dengan warna hijau. Putik dan benang sari duduk di bakal buah, memanjang keluar dari tabung mahkota. Dasar mahkota berbentuk tabung. Bunga berwarna ungu. Buah buni berwarna hijau. Biji bulat kecil berwarna cokelat.

d. Asystasia coromandelianaNees Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta,Classis

Magnoliopsida, Ordo

Scrophulariales, Familia Acanthaceae, Genus Asystasia dan

Spesies Asystasia

coromandelianaNees.

Ciri-ciri :

Tanaman ini merupakan tanaman berakar tunggang. Batang lunak berbentuk persegi memanjang.

Batang berwarna hijau. Daun duduk saling berhadapan, berbentuk bulat panjang dengan pangkal daun bulat dan ujung meruncing. Pertulangan daun menyirip. Mahkota bunga berwarna putih dan berwarna keungu-unguan. Kelopak bunga menutupi ovary.

e. Celosia argentea

Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta, Classis Magnoliopsida, Ordo Caryophyllales, Familia Amaranthaceae, Genus Celosia dan Spesies Celosia argentea.

Ciri-ciri :

Habitus berupa herba. Arah tumbuh tegak lurus dengan bentuk batang bulat. Permukaan batang licin sedikit beralur. Warna batang hijau atau ungu. Daun berupa daun tunggal berseling. Bentuk daun lonjong dengan ujung runcing dan pangkal runcing. Tepi daun rata dengan pertulangan daun menyirip. Warna daun ungu kehijau-hijauan. Bunga termasuk bunga majemuk berbentuk bulir dan terletak di ujung batang atau cabang. Warna bunga putih keunguan. Buah termasuk buah buni dan ditutupi seludang buah berwarna putih atau ungu. Biji berbentuk bulat pipih, kecil berwarna hitam.

f. Syzygium jambos

Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta, Classis Magnoliopsida, Ordo Myrtales,

(9)

Familia Myrtaceae, Genus Syzygium dan Spesies Syzygium jambos.

Ciri-ciri :

Jambu mawar berupa pohon kecil atau perdu dengan tinggi 4-8 m.

Daun tunggal berhadapan. Bentuk umum lonjong lanset dengan ujung runcing. Bunga dalam payung menggarpu, pendek, muncul di ujung ranting (terminal) atau di ketiak daun (axial). Bunga besar dengan warna putih kehijau-hijauan. Daun kelopak berbilang 4, daun mahkota agak bundar. Benang sari berjumlah banyak dan mudah gugur dengan panjang dapat mencapai 4 cm, tangkai putik sekitar 4 cm. Buah bulat sampai bulat telur. Daging buah agak kering. Biji 1-4 butir kecokelatan (Orwa et al., 2009).

g. Ipomoea mauritiana

Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta, Classis Magnoliopsi, Ordo Solanales, Familia Convolvulaceae, Genus Ipomoea dan Spesies Ipomoea mauritiana.

Ciri-ciri :

Ipomoea mauritiana merupakan tanaman yang memanjat.

Batang berbentuk bulat dan

berongga. Batang berwarna hijau.

Daun termasuk daun tunggal dengan duduk berseling. Bentuk umum daun berbentuk bulat. Ujung daun runcing dan pangkal tumpul. Permukaan daun licin dan berwarna hijau. Bunga berwarna ungu dengan kelopak yang lepas, bunga 3-5 yang keluar dari ketiak daun. sepal berbentuk telur yang cekung. Corolla berwarna pink atau ungu dengan bentuk yang melebar (Lamidi, 2013).

h. Borreria latifolia

Klasifikasi yaitu Divisio Spermatophyta, Classis Magnoliopsida, Ordo Rubiales, Familia Rubiaceae, Genus Borreria dan Spesies Borreria latifolia.

Ciri-ciri :

Daun tunggal, berhadapan, berseling, punya stipula interpetiolaris atau indrapetiolar.

Bunga umumnya biseksual, aktinomorf, berbilang 4-5, sering tunggal, majemuk simosa atau campuran. kaliks berbentuk tabung atau bersatu dengan ovarium, tabung corolla pendek panjang 4-5 lobus.

Stamen sebanyak lobus corolla dan berada di antara petal. Ovarium

(10)

inferus, biasanya dua ruang, setiap ruang mempunyai banyak bakal biji dengan plasenta aksilaris atau basalis. Buah kapsul, baka atau drupa. Embrio besar dalam endosperm yang banyak (Rizki, 2011).

Tanaman penghasil nektar dan polen sebagai pakan lebah dikelompokkan atas: 1) Tanaman kehutanan, terdiri dari Combretaceae, Leguminosae, Meliaceae, Minosaceae, Moraceae, Myrtaceae, Santalaceae, Theaceae, dan Verbenaceae. 2). Tanaman perkebunan,

terdiridariBambacaceae,

Euphorbiceae, Gramineae, Palmae, Malvaceae, Myrtaceae, Orchidaceae, Pedaliaceae, Rhamnaceae, Rubiceae, Solanaceae, dan Theaceae. 3). Tanaman buah- buahan, terdiri dari Anacardiceae, Bambacaceae, Carlcaceae, Cucurbitaceae, Cryteroniaceae, Ebenenaceae, Flacourtiaceae, Lauraceae, Leguminoceae,

Meliaceae, Musaceae, Myrtaceae, Oxalidaceae, Palmae, Proteaceae, Rosaceae, Rutaceae dan Sapindaceae. 4). Tanaman sayur- sayuran, terdiri dari Amarlllydaceae, Brassiccaceae, Gramineae, Convolvulaceae, Cucurbitaceae, Leguminoceae, Liliceae, Solanaceae dan Umbelliferae. 5).Tanaman hias, terdiri dari Compositae, Labiatae, Leguminosae dan Portulacaceae. 6).

Tanaman gulma, terdiri dari Amarantaceae, Gramineae, Leguminosae, Sapindaceae dan Compositae (Widjaja, 1991 dalam Jasmi, 2014) .

Tumbuhan pakan lebah merupakan tumbuhan yang menghasilkan pangan bagi lebah madu (Kasno, 2001 dalam Salatnaya, 2012).

3. Unsur-unsur cuaca

Kondisi unsur-unsur cuaca di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman (Tabel 3).

Tabel 3. Kondisi unsur-unsur cuaca di Korong Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman (Lampiran 3).

(11)

Unsur Cuaca Rata-rata

Curah hujan (mm) 32,67

Suhu udara (°C) 25,31

Kelembaban udara (%) 87,61

Kecepatan angin (knot) 1,35

Intensitas penyinaran matahari (jam) 3,59

Subtotal 150,53

Faktor Lingkungan

Rata-rata suhu udara di Kabupaten Padang Pariaman berkisar 25,31°C, kelembaban udara 87,61%, kecepatan angin 1,35 knot, lama penyinaran matahari 3,59/ jam, dan curah hujan 32, 67 mm. Kondisi tersebut sesuai dengan keberadaan lebah Trigona spp. yang berada pada dataran rendah. Dataran rendah memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi (Jasmi, 2014). Produksi lebah Trigona spp. optimal pada suhu 18- 35°C . Pada suhu di bawah 18°C dan di atas 35°C aktivitas Trigona spp.

menurun. Trigona spp. menghasilkan panas dari dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi suhu di sarang.

Pada suhu ekstrem di atas 35°C dapat mendorong Trigona spp.

berpindah sarang. Namun pada saat suhu rendah, Trigona spp. akan menghangatkan diri dengan membentuk gerombolan (Fadhilah

dan Rizkika, 2015). Trigona spp.lebih menghendaki tempat lembab tapi tidak basah sekitar 30- 80%.

Ketertarikan serangga penyerbuk terhadap bunga tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ukuran bunga, warna bunga dan jumlah bunga (Asikainen

& Mutikainen, 2005). Pada tanaman yang penyerbukannya dilakukan dengan bantuan serangga, bunga dikelilingi oleh corolla yang warna, bentuk dan susunannya berbeda antar species, yang ditujukan untuk menarik serangga penyerbuk (Menzel & Shmida, 1993 ). Selain itu ketertarikan serangga terhadap bunga juga dipengaruhi oleh ketersediaan nektar dan tepung sari serta kondisi bunga untuk serangga penyerbuk (Winfree et al, 2008).

Namun demikan untuk mengunjungi bunga serangga pertama kali tertarik terhadap warna

(12)

bunga (Campbell, et al., 2010) yang membatasi serangga penyerbuk tertentu untuk mengunjugi bunga dan mempengaruhi perilaku secara umum dari serangga penyerbuk.

Diantara faktor-faktor tersebut yang pertama kali menentukan kunjungan serangga penyerbuk pada bunga adalah warna bunga (Menzel &

Shmida, 1993).

KESIMPULAN

1. Tempat bersarang yang digunakan Trigona spp.dapat dibedakan menjadi sarang tumbuhan dan sarang selain tumbuhan. Sarang tumbuhan terdiri atas 2 spesies yaitu Cocos nucifera, dan Phythocellobium lobatum. Sarang selain tumbuhan yaitu kayu, rumah semi permanen dan permanen.

2. Spesies tumbuhan untuk sumber pakan Trigona spp. diperoleh 8 spesies tumbuhan satu tumubuhan budidaya masyarakat yaitu Syzygium jambosL. dan tujuh tumbuhan liar yaitu Wedelia trilobata, Ageratum conyzoides L., Thunbergia grandiflora, Asystasia coromandeliana Nees, Celosia

argentea, Ipomoea mauritiana, dan Borreria latifolia.

3. Untuk kondisi cuaca rata-rata yang didapat yaitu curah hujan 32,67 mm, suhu udara 25,31°C, kelembaban udara 87,61%, kecepatan angin 1,35 knot, dan intensitas penyinaran matahari 3,59/ jam.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2009. Sumber Daya Lahan Indonesia: Potensi, Permasalahan, dan Strategi Pemanfaatan. Jurnal Sumber Daya Lahan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan dan Pertanian Vol 3 no 2.

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan.

Bumi Aksara : Bandar Lampung.

Salmah, S. 1989. Jenis-jenis Lebah Penghasil Madu dan Potensi di Sumatera Barat. Laporan Penelitian. Padang: BKS-B dan USAID Pusat Penelitian Universitas Andalas.

Efin, A. 2015. Morphological Characteristics Of “Teuweul Omas” (Trigona spp.

Hymenoptera) From West Java. Skripsi. Bogor:

Department Of Biology Faculty Of Mathematics and Natural Sciences Bogor Agricultural University Bogor.

(13)

Free, B. J. 1982. Bees and mankind.

London: George Allen dan Unwin Ldt.

Jasmi. 2014 Kajian Morfometrik dan Ekologi Apis Cerana Fabr.

(Hymenoptera:Apidae) pada Pertanaman Polikultur di Sumatera Barat. Disertasi.

Program Doktor Ilmu-ilmu Pertanian Pemusatan Biologi Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.

Fadhilah, R. dan K. Rizkika. 2015.

Laba Lebah Tanpa Sengat.

Jakarta: Trubus Swadaya Harnani, M. R. 2016. Pengaruh

Ekstrak Air Daun Babandotan (Ageratum conyzoides) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.).

Skripsi. Lampung: FMIPA Universitas Lampung.

Orwa, C., A. Mutua, Kindt R., Jamnadass R., S. Anthony.

2009. Agroforestree Database:

a tree referencee and Selection Guide Version 4.0. (http://

www. Worldagroforestry.org).

Lamidi, M. 2013. Medicinal Plants 2 Prota. Netherlands: Ipomoea mauritiana Jacq. In: Schmelzer, G.H. & Gurib Fakim, A.

Rizki. 2013. Sistematika Tumbuhan.

Padang: Rios Multicipta.

Salatnaya, H. 2012. Produktivitas Lebah Trigona spp. Sebagai

Penghasil Propolis Pada Perkebunan Pala Monokultur dan Polikultur di Jawa Barat.

Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

501 For the northwest Atlantic we produced monthly time series estimates of DIC, with 502 uncertainties, including estimates for the seasonal cycle, natural variability and excess