TEORI BELAJAR HUMANISTIK DENGAN AKTIVITAS KESASTRAAN MAKALAH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Teori Belajar Sastra Yang dibimbing oleh Frida Siswiyanti, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh :
Saufa Widia T (21801071059)
Ayu Novitasari (21801071143)
Rina Yuliani (21801071051) Dimas Angga Jaya (21801071050) Dafa Agmi Pradana (21801071146) Candra (218010710..)
Ariani Nur Fadila (21801071042)
Rismawati (21801071165)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Terimakasih penulis dihaturkan kepada Ibu Frida Siswiyanti selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Teori Belajar Sastra, yang membimbing serta motivasi kami (kelompok 6) sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan teliti. Selanjutnya kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut berperan dan berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang
“Teori Belajar Humanistik dalam Aktivitas Kesastraan”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata dari kami, semoga apa yang kami sajikan dalam makalah ini bisa memberikan manfaat dan insipirasi bagi para pembaca.
Malang, 26 November 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ...ii BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ... 1 1.3 Tujuan ... 1 BAB II PEMBAHASAN...
2.1 Hubungan Teori Belajar Humanistik dengan Aktivitas Performansi sastra... 2 2.2 Peng-intergrasian Teori Belajar Humanistik dalam Aktivitas Belajar
Sastra Sehari-hari ... 3 BAB III PENUTUP...
3.1 Kesimpulan ... 6 3.2 Saran ... 6 DAFTAR PUSTAKA ... 7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. dimana seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses pembelajaran sastra cenderung lebih abstrak dibandingkan dengan teori pembelajaran lainnya karena kajiannya lebih mengarah pada kajian tentang filsafat dan psikologi. Teori humanistik lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses pembelajaran itu sendiri.
Dalam kegiatan pembelajaran sastra dapat menggunakan model respon yaitu bermain peran melalui bentuk praktik langsung. Untuk mencapai pementasan harus menggunakan metode pembelajaran yang efektif yaitu Pembelajaran berorientasi e- lierning dan Pembelajaran berorientasi tamu dan tokoh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hubungan teori belajar humanistik dengan aktivitas performansi sastra?
2. Bagaimana peng-intergrasian teori belajar humanistik dalam aktivitas belajar sastra sehari-hari?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hubungan teori belajar humanistik dengan aktivitas performansi sastra 2. Mengetahui peng-intergrasian teori belajar humanistik dalam aktivitas belajar
sastra sehari-hari
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Teori Belajar Humanistik dengan Aktivitas Performansi Sastra Teori belajar humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan manusia.
Teori ini tidak lepas dari pendidikan yang berfokus pada bagaimana menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar yang bisa meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan potensi yang ada pada seseorang. Teori humanistik ini muncul sebagai perlawanan terhadap teori belajar sebelumnya, yaitu Teori Behavioristik yang dianggap terlalu kaku, pasif, bahkan penurut ketika menggambarkan manusia.
Dalam pengertian teori belajar humanistik, proses pembelajaran cenderung lebih abstrak, bidang kajian yang mendekati teori ini adalah filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Keberhasilan suatu pembelajaran menurut teori ini adalah ketika ada keinginan dari dalam diri seseorang untuk belajar, mengetahui informasi baru, sehingga terjadi asimilasi dalam struktur kognitifnya.
Kegiatan performansi sastra dalam pembelajaran sastra dapat menggunakan model respon. Dalam pembelajaran model ini, siswa diarahkan untuk membaca dan mendengarkan sastra sebanyak-banyaknya dan memberikan respon terhadap sastra yang didengar atau dibacanya, baik dalam bentuk lisan maupuan tulisan. Dalam pembelajaran performansi sastra, guru dapat menggunakan salah satu model respon sebagaimana ditawarkan oleh Beach dan Marshall (1991) yaitu bermain peran. Dalam aktivitas respon ini siswa dapat mengadopsi peran, karakter, atau memfokuskan pada satu dilema atau situasi dalam teks sastra. Bermain peran ini bisa dilakukan melalui pementasan yang dapat dilakukan dengan bentuk praktik langsung, akan tetapi proses yang dilalui untuk mencapai pementasan harus menggunakan metode pembelajaran
Bisa disimpulkan bahwa aktivitas performansi sastra akan memberikan pengaruh positif terhadap pelaku performansi sastra baik berupa inspirasi maupun kerja sama yang diperoleh dari pementasan tersebut, pengaruh tersebut merupakan bagian dari hakekat teori belajar humanistik yaitu memanusiakan manusia.
2.2 Peng-intergrasian Teori Belajar Humanistik dalam Aktivitas Belajar Sastra Sehari-hari
1. Pembuatan Rencana Pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa
Pembelajaran Bahasa dan Sastra yang humanistik secara tidak langsung membimbing dan melayani subjek pengajaran dan pembelajaran. Oleh sebab itu setiap sekolah perlu diberi kewenangan untuk membuat silabus mereka sendiri.
Asumsi dasar dari hal tersebut adalah kebutuhan peserta didik yang berbeda di tiap wilayah. Peserta didik dalam pendidikan humanis adalah manusia unik, yang memiliki karakter berbeda. Dengan memberikan kekuasaan kepada sekolah atau pun daerah untuk membuat silabus sendiri, diharapkan dapat menonjolkan kekhasan dari sekolah tersebut. Agar selaras, maka langkah awal adalah penyamaan porsi materi pembelajaran bahasa dan sastra, terutama pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.
Intinya jika porsi pembelajaran bahasa 50%, maka pembelajaran sastra 50%
pula. Selain itu, agar pembelajaran bersifat humanis dan berpihak pada peserta didik, maka perlu dilakukan silang materi. Artinya pemberian materi bahasa dan sastra tidak berawal dari tingkat yang sama. Pemberian materi bahasa dapat diawali dari hal-hal yang sudah diketahui oleh peserta didik, sedangkan materi sastra diawali dengan hal- hal baru. Jadi jika pembelajaran bahasa diawali dengan pemberian materi yang gampang (karena berhubungan dengan hal yang telah mereka ketahui), maka pembelajaran sastra diawali dengan hal-hal yang sulit seperti memparafrasekan puisi.
Melalui teknik ini, diharapkan peserta didik tidak mengalami kebosanan serta dapat melaksanakan pembelajaran dengan menyenangkan. Dengan teknik silang ini pula diharapkan tidak menjadikan bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang menakutkan bagi mereka.
2. Memasukan nilai-nilai luhur dalam pembelajaran
Pembelajaran Bahasa dan Sastra yang Berbasis Humanistis membekali peserta didik dengan nilai-nilai kemanusiaan, moral dan spiritual, etis dan estetis sehingga mereka dapat menjadi manusia-manusia berkeutamaan, berwatak baik, berhati tulus, berbudi bahasa halus dan memiliki integritas moral yang tinggi. Jika ini yang menjadi prioritas utama pencapaian tujuan pembelajaran bahasa dan sastra, penulis yakin rumusan materi pembelajarannya akan benar-benar mampu menciptakan pembelajar bahasa dan sastra yang tidak hanya mahir atau terampil dalam berbahasa dan bersastra, namun lebih dari itu, mampu menciptakan manusia-manusia yang berakhlak dan bermoral tinggi.
Untuk menyusun materi pembelajaran bahasa dan sastra yang terintegrasi dengan visi revormasi mental, perlu diperhatikan beberapa hal-hal berikut;
1) Tujuan harus jelas Sebelum menyusun materi pembelajaran, hal pertama dan utama dilakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran bahasa dan sastra. Rumusan tujuan pembelajaran inilah yang akan memandu arah pencapaian pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan sejelas mungkin karena akan sangat menentukan arah pembelajaran.
2) Relevansi. Salah satu ciri pembelajaran yang humanis adalah sajian materi pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan siswa (pembelajar), dan bukan berdasarkan asumsi guru.Keinginan pembelajar, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan hidup mereka dalam berbagai lini kehidupan dengan memperhatikan perkembangan teknologi dan informasi.
3) Eksploratif. Materi pembelajaran bahasa dan sastra harus mampu
santun dalam berbahasa, dan peka terhadap masalah-masalah sosial.
Kompetensi psikomotor berhubungan dengan peningkatan keterampilan, misalnya semakin produktif menghasilkan karya-karya fiksi maupun non fiksi.
4) Integratif. Materi-materi pembelajaran diupayakan untuk terintegrasi antara materi bahasa dan materi sastra. Hal ini dimaksudkan agar jelas keterhubungan antara materi bahasa dan materi sastra dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa dan sastra. Selain itu, integrasi materi bahasa dan materi sastra dimaksudkan untuk menghilangkan rasa jenuh dalam diri pembelajar. Dengan penyajian materi yang integratif, pembelajar tidak merasa jenuh karena sajian materinya dapat saling mengisi dan silih berganti.
5) Humanis. Hal penting yang harus diingat dalam penyusunan materi pembelajaran bahasa dan sastra adalah konten materinya harus menekankan terciptanya pembelajar yang humanis. Artinya, konten materi harus berhubungan dengan berbagai masalah kemanusiaan, missal nya nilai-nilai etika, kesopanan atau kesantunan, kepekaan emosi, maupun kekritisan berpikir.
Beberapa Contoh Konten dan Sekuen Materi Bahasa dan Sastra Berikut dicontohkan beberapa materi pembelajaran bahasa dan sastra yang humanis, yang cakupan materi nya teritegrasi baik dari konten (isi) maupun sekuennya (urutan).
1. Mengungkapkan nilai-nilai moral dari puisi yang dibacakan secara langsung atau melalui rekaman
2. Membacakan puisi lama/baru dengan memperhatikan unsur suprasegmental, mimik, dan kinesik yang tepat
3. Menulis puisi bertema keagamaan, kehidupan, dan kesetia kawanan
4. Mengidentifikasi dan memahami unsur/struktur anekdot yang dibacakan atau diperdengarkan melalui rekaman
5. Menemukan makna yang terkandung dalam anekdot yang dibacakan atau diperdengarkan melalui rekaman
6. Memperkenalkan diri melalui dialog drama dengan memperhatikan bahasa yang efektif dan santun.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Humanistik lebih menekankan pada pengkajian terhadap perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Model pembelajaran yang relevan dengan pendidikan humanistik adalah model respon yaitu bermain peran. Juga bisa menggunakan metode pembelajaran berorientasi e- lierning dan Pembelajaran berorientasi tamu dan tokoh. Peng-intergrasian teori belajar humanistik terdapat 2 langkah yaitu pembuatan rencana pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa dan memasukan nilai-nilai luhur dalam pembelajaran.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
1) Khotimah, khusnul, dkk. 2019. Inovasi Pembelajaran Karakter Humanis Melalui Sanggar Satra Dengan Pendekatan Crs (Consideration Research Student) Dalam Matakuliah Apresiasi Dan Kritik Satra. Stalistika. Vol. 12. No. 1
2) https://docplayer.info/107488024-Pembelajaran-bahasa-dan-sastra-yang-berbasis- humanistis.htmldiakses pada 26 November 2019 pukul 20.36