TEORI dan
PRINSIP HAM
1. Doktrin hukum alam pra
modern dari Greek Stoicism yang berpendapat bahwa
kekuatan kerja universal
mencakup semua ciptaan dan tingkah laku manusia, oleh
karenanya harus dinilai
berdasarkan kepada –dan
ASAL USUL HISTORIS
KONSEPSI HAM
Hukum Romawi memungkinkan eksistensi hukum alam.
Berdasarkan ius gentium (hukum bangsa-bangsa atau hukum
internasional), beberapa hak yang bersifat universal berkembang
melebihi hak-hak warganegara.
Menurut Ulpianus, alam-lah, bukan negara yang menjamin semua
manusia, baik ia merupakan warganegara atau bukan.
Pada abad pertengahan,
doktrin-doktrin hukum alam
menjadi sangat terkait dengan pemikiran2 liberal mengenai hak-hak alam (natural rights)
Tokoh yang berpengaruh
Thomas Aquinas (1224 – 12740
Hugo Grotius (1583 – 1645) Dokumen yang berpengaruh :
Magna Charta (1215)
Bill of Rights (1689)
Declaration of Independence (1776)
Para tokoh dan dokumen2 tsb
menegaskan tentang meningkatnya pandangan masyarakat bahwa
manusia diberkati dengan hak-hak yang kekal dan tak dapat dicabut
oleh siapapun, yang tak terlepaskan ketika manusia ‘terkontrak’ untuk
memasuki masyarakat dari suatu negara yang primitif dan tidak
pernah dikurangi oleh tuntutan yang berkaitan dengan ‘hak-hak
ketuhanan dari raja.”
PENGARUH JOHN LOCKE DAN ERA REVOLUSI INDUSTRI
Penemuan Galileo, Newton,
materialisme Thomas Hobbes,r rasionalisme Rene Descartes dan Leibniz, pantesisme dari
Benedict de Spinoza, empirisme Francis Bacon dan John Locke, keseluruhannya mendukung
suatu keyakinan dalam hukum alam dan tatanan yang
universal.
John Locke (dan juga Voltaire J.J.
Rosseau, dan Montesquieu)
menguraikan dalam Revolusi 1688 (the Glorious Revolution) bahwa hak-hak tertentu dengan jelas
mengenai individu-individu sebagai manusia, karena mereka eksis
dalam ‘keadaan alami’ sebelum manusia memasuki masyarakat;
Yang mengemuka di antara hak-hak tersebut adalah hak hidup, hak
kemerdekaan, dan hak milik (life, liberty, and property)
Menurut John Locke, saat memasuki kondisi masyarakat sipil,
berdasarkan teori kontrak sosial, yang dilepaskan manusia kepada negara hanyalah hak untuk
menegakkan hak-hak ini,
dan bukannya hak-hak itu
sendiri. Kegagalan negara untuk mengamankan hak-hak alami
ini, dapat memberikan suatu hak bagi rakyat untuk meminta
pertanggungjawaban dalam bentuk revolusi rakyat.
Thomas Jefferson (Declaration of Independence 1776)
“ We hold these truths to be self- evident, that all men are created equal, that they are endowed by
their Creator with certain unalienable rights, that among these are Life,
Liberty, and the Pursuit of Happiness.”
SPEKTRUM TEORI HAM
1. TEORI HUKUM ALAM
2. TEORI RELATIVISME BUDAYA
pandangan2 Marxis
Pandangan2 agamis
Pandangan2 positivist
HAM BERDASARKAN TEORI HUKUM ALAM(Hak Kodrati)
1. HAM dimiliki setiap orang secara alami karena ia lahir sebagai manusia.
2. HAM dapat berlaku secara universal.
3. HAM tidak membutuhkan tindakan atau program dari pihak lain, apakah individu, kelompok, atau pemerintah
HAM DALAM PANDANGAN POSITIVIS
Menurut pandangan positivis, HAM tidak keluar dari manapun, HAM telah dijamin oleh konstitusi, UU, atau kontrak.
(Jeremy Bentham) “Right is a child of law; from real law come real rights, but from imaginary law, laws of
nature, come imaginary rights.
Natural rights is simply nonsense.
HAM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ALAM
Ketidaksepakatan terhadap
pandangan positivis melahirkan kembali pandangan hukum alam setelah PD II. Secara
substantif, pandangan ini
kemudian terwakili oleh lahirnya Universal Declaration of Human Rights 1948
HAM DALAM PANDANGAN RELATIVISME BUDAYA
Berpandangan bahwa tidak ada suatu HAM yang bersifat
universal. Teori hukum alam
mengabaikan dasar masyarakat dari identitas individu sebagai
manusia.
Berdasarkan teori ini, tradisi
yang berbeda dari budaya dan peradaban membuat manusia menjadi berbeda. Maka, HAM –pun tidak bisa diberlakukan
secara universal, kecuali ketika manusia mengalami keadaan
desosialisasi atau dekulturasi.
HAM DALAM PANDANGAN MARXISM
Menolak teori tentang asal-usul HAM yang bersifat alami.
Menurut mereka, negara atau kolektivitas merupakan tempat penyimpangan dari semua
HAM, dan HAM individu baru
dapat diakui jika diperkenankan oleh negara atau kelompok.
Maka menurut pandangan
Marxis, semua HAM didapatkan dari negara, dan tidak secara
alami dimiliki oleh manusia
berdasarkan atas kelahirannya.
Leszek Kolakowski on Human Rights and Marxism
“The conflict between marxist doctrine and human rights
theory consist in something more than the idea that all values and rights, in Marxist terms, are nothing but the
temporary products of particular relationship of productions,
That particular classes use to
express their vested interests, to give then an illusory ideological shape. For the marxist, both the concept of liberty and the idea of human rights, as defined by
enlightenment thinkers and
ideologist of French Revolution are the specific expressions of a bourgeois society.”
HAK-HAK PRIBADI DAN HAK-HAK KOLEKTIF
TEKANAN PADA HAK-HAK PRIBADI ATAU HAK-HAK KOLEKTIF
BAGAIMANA DENGAN KEWAJIBAN ASASI?