TEORI TENTANG HARTA DAN
PERMASALAHANNY A
OLEH KELOMPOK IV:
1. Eviana Lailatul Safitri (2301020128)
2. Iftita Dewi Karisma
(2301020133)
3. Syahratul Aini
(2301020123)
TEORI HARTA MENURUT ISLAM
Literatur fiqh menggunakan istilah al-mal yang bentuk jama nya al-amwal terhadap ‟ term harta. Kata al-mal sendiri menurut bahasa senang condong atau berpaling dari satu posisi kepada posisi yang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, harta diberi arti: 1) barang (uang dsb) yang menjadi kekayaan; barang milik seseorang. 2) kekayaan berwujud dan tidak berwujud yang bernilai dan menurut hukum dimiliki perusahaan.5 Makna yang diberi kamus ini adalah segala kekayaan yang dimiliki seseorang, baik terwujud ataupun tidak
dipandang sebagai harta.
Hanafi mendefinisikan harta dengan; Segala Sesutu yang digandrungi manusia dan dapat dihadirkan ketika dibutuhkan).
Jumhur ulama (Maliki, Syafi I dan Hanbali) manusia naluri yang Sesuatu dengan ‟ ,mendefinisi cenderung kepadanya dan dapat diserahterimakan dan orang lain terhalang mempergunakannya).
Mustafa Ahmad Azqar, pengikut Hanafi memberi makna harta setiap (yaitu ,jumhur diberikan yang seperti materi ‘ain yang mempunyai nilai yang beredar di kalangan manusia) atau;serta disimpan dapat ,dikuasai dapat yang sesuatu dapat diambil manfaatnya menurut kebiasaan).
PENGERTIAN KEPEMILIKAN
Berdasarkan pengertiannya, kepemilikan merupakan penguasaan seseorang terhadap sesuatu berupa barang atau harta baik secara riil maupun secara hukum, yang memungkinkan pemilik melakukan tindakan hukum, seperti jual beli, hibah, wakaf, dan sebagainya.
Islam menggaris bawahi bahwa kepemilikan senantiasa dipahami dalam dua dimensi yakni kepemilikan umum, dan kepemilikan khusus. Kepemilikan umum berkaitan dengan karakter manusia sebagai
makhluk sosial, sedangkan kepemilikan khusus merupakan pengejawantahan sebagai makhluk individu.
Kepemilikan (harta benda) menurut Islam bukanlah milik pribadi dan bukan pula milik bersama melainkan milik Allah Swt. Harta atau kekayaan yang telah dianugerahkan-Nya di alam semesta ini merupakan pemberian dari Allah Swt kepada manusia, dan manusia pada hakikatnya hanya menerima titipan
ketentuan mengenai pengaturan kepemilikan
1) pemanfaatan
2) penunaian hak
3) tidak mempengaruhi pihak lain
4) kepemilikan secara sah
5) penggunaan yag berimbang
Hubungan manusia dengan harta
Hubungan manusia dengan harta sangat erat. Demikian eratnya hubungan tersebut sehingga naluri manusia untuk memilikinya menjadi satu dengan naluri mempertahankan hidup manusia itu sendiri. Justru, harta termasuk salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Sebab, harta termasuk unsur lima asas yang wajib dilindungi bagi setiap manusia (al-dharuriyyat al-khamsah) yaitu jiwa, akal, agama, harta dan keturunan.
Dalam al-Qur’an terdapat 82 kata harta (al-mal, amwalukum, amwa-lahum, malukum).
Dalam ayat-ayat tentang harta itu menunjukkan bahwa harta benda itu meskipun milik/dimiliki perseorangan tetapi berfungsi sosial.
Secara umum harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan manusia yang tidak bisa ditinggalkan, seperti hasil pertanian, ternak, emas dan perak, dan barang-barang lainnya termasuk perhiasan dunia. Harta hakikatnya adalah milik Allah SWT. kemudian Allah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta tersebut melalui izin-Nya.
Seorang muslim yang memiliki harta tertentu maka ia harus memanfaatkan harta yang dimilikinya dan ia tetap wajib terkait dengan ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan pemanfaatan.
CARA MEMPEROLEH HARTA
harta dapat diperoleh dengan cara yang sesuai dengan syariat sebagai berikut:
1. pertukaran;
2. pewarisan;
3. hibah;
4. wasiat;
5. pertambahan alamiah;
6. jual-beli;
7. Luqathah;
8. wakaf;
9. cara lain yang dibenarkan menurut syariah.
Jadi, harta adalah yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan yang mempunyai nilai ekonomis. Harta tersebut dapat diperoleh dengan cara pertukaran, pewarisan, hibah, wasiat, pertambahan alamiah, jual-beli, luqathah, wakaf atau cara lain yang dibenarkan syariah.
FUNGSI HARTA:
1. Harta bermanfaat sebagai menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (madhah), sebab sebagai ibadah diperlukan alat-alat seperti kain sebagai menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal sebagai
melaksanakan ibadah haji, berzakat, sedekah, hibah, wakaf, dan lainya.
”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” [QS. Al-Jaatsiyyah : 13].
2. Harta juga bermanfaat sebagai meneruskan kehidupan dari satu periode
ke periode berikutnya
3. Meningkatkan keimanan (ketakwaan) kepada Allah swt., sebab kekafiran cenderung mendekatkan diri pada kekufuran, sehingga pemilikan harta
dimaksudkan sebagai meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.
”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui” [QS. Al-Baqarah : 188].
4. Harta bermanfaat untuk sarana atau modal pokok sebagai mengembangkan dan menegakan ilmu-ilmu,
sebab ilmu tanpa modal akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak bias kuliah di perguruan tinggi, bila ia
tidak memiliki biaya.
5. Harta juga bermanfaat sebagai memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan seperti adanya pembantu dan tuan, adanya orang kaya dan
orang miskin yang saling membutuhkan, sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan
berkecukupan.
6. Sebagai menumbukan silaturahmi dan sedekah
PENGARUH KEPEMILIKAN HARTA TERHADAP JIWA MANUSIA
Manusia memandang harta dalam kehidupannya sebagai sesuatu yang signifikan. Kecenderungan itu memang suatu ciri dari harta itu sendiri. Bahwasanya, harta memiliki sifat yang
mempengaruhi manusia akan senang dan suka memilikinya. harta benda yang dimiliki manusia merupakan pemberian Allah yang bersifat amanah dan dipergunakan untuk penompang
kehidupandi dunia.
Namun terkadang masih ada sebagian manusia yang menganggap harta adalah segalanya, sehingga sampai kepada masa mereka tidak memilikinya mereka cenderung mengeluh dan tak memilki semangathidup.
Coba saja tatkala kamu melihat orang terlihat lemas-lemas, mudah sakit-sakitan,uring uringan, barangkali dia sedang tidak memiliki uang. Coba Anda menjenguknya dengan membawakan bingkisan uang maka Anda akan melihat perubahan seketika pada raut wajahnya.
Sungguh uang termasuk harta yang memiliki fitnah dan memiliki pengaruh terhadap jiwa seseorang, tidak keliru kalau dikatakan: “Obat penguat di zaman ini adalah harta.” Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Ibnul Jauzî Rahimahullâh:
ةيودلا نم ءابطلا دنع دودعم وهو ،لاملا دوجو دنع ةيندب ةوق سفنلل
“Kekuatan badan pada jiwa itu ketika ada harta, dan harta terhitung sebagai obat menurut para dokter.”
BENTUK/ JENIS HARTA YANG DIMILIKI MANUSIA
1. Harta Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim Harta Mutaqawwim
Ialah hal yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’. Atau semua harta yang baik jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaanya. Harta Ghair Mutaqawwim ialah hal yang tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara penggunaanya.
2. Mal Mitsli dan Mal Qimi Harta Mitsli
Ialah sesuatu sesuatu yang ada persamaan dalam kesatuan kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagaimana di tempat yang lain tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai. Harta Qimi ialah sesuatu sesuatu yang kurang dalam kesatuan kesatuannya sebab tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.
3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal Harta Istihlak
Ialah hal yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya secara biasa kecuali dengan menghabiskannya. Harta Isti’mal ialah hal yang dapat digunakan berulanag kali dan
materinya tetap terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis dengan satu kali menggunakan
tetapi dapat digunakan lama menurut apa adanya.
LANJUTAN
4. Harta Ain dan Harta Dayn
Harta’ain
Ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras, jambu, kendaraan (mobil), dan yang lainnya. Harta’ain terbagi menjadi dua, yaitu’ain dzati qimah dan ain’ghyar qimah. Harta’ain ghyar qimah, yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta sebab tidak memiliki harga, misalnya sebiji beras.
Harta dayn
Ialah: “sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.” Seperti uang yang berada dalam tanggung jawab seseorang. Dalam kaitan ini ulama Hanafiyah berpendapat bahwa harta tidak dapat dibagi menjadi harta’ain dan dayn sebab harta menurut Hanafiyah ialah sesuatu yang berwujud, maka sesuatu yang tidak berwujud tidaklah dianggap sebagai harta, misalnya utang tidak dipandang sebagai harta tetapi utang menurut Hanafiyah adalah washf fi al-dhimmah.
5. Harta yang Dapat Dibagi dan Harta yang Tidak Dapat Dibagi
Harta yang dapat dibagi ialah harta yang tidak dapat menimbulkan sesuatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi, contohnya : beras, tepung dan lainnya.
Harta yang tidak dapat dibagi ialah harta yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi contohnya : gelas, kursi, meja, mesin dan lainnya.
6. Harta Pokok dan Harta Hasil (Buah)
Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain
Harta hasil ialah harta yang terjadi darinya harta yang lain
7. Harta Khas dan Harta ‘Am
Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh diambil manfaatnya tanpa direstui pemiliknya
Harta ‘am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil.
MACAM MACAM KEPEMILIKAN
1. kepemilikan individu (al-milkiyat al-fardiyah atau private property)
Kepemilikan ini merupakan hak seseorang untuk memanfaatkan kepemilikan kekayaannya, Dalam menetapkan kepemilikan pribadi Islam mengatur beberapa hal. Pertama, Islam
Mengatur tentang barang atau jasa yang diizinkan (dibolehkan) untuk dimiliki dan yang tidak.
Dalam hal ini, Allah telah menentukan sesuatu dengan halal dan haram. Kedua, Mengatur tentang tata cara memperoleh harta yang diizinkan (dibolehkan) dan yang tidak diizinkan seperti Bekerja (al’amal), Pewarisan (al-irts), pemberian maupun hibah.
2. kepemilikan umum (al-milkiyyat al-’ammah atau public property)
Kepemilikan ini memiliki kebermanfaatan besar bagi masyarakat dan menyangkut hajat hidup masyarakat dan diperuntukkan untuk kemaslahatan dan kemanfaatan umum, serta dimiliki secara bersama-sama oleh masyarakat.
Hak milik umum tidak dapat dialihkan menjadi hak milik individu, serta tidak boleh dikuasai
oleh negara. Namun, pengelolaan kepemilikan umum dilaksanakan oleh negara sebagai wakil
rakyat.
3. kepemilikan negara (al-Milkiyyat al-Dawlah atau State property)
Kepemilikan negara pada dasarnya merupakan hak milik umum, tetapi hak pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Perbedaannya terletak pada bahwa hak milik negara ini dapat dialihkan
menjadi hak milik individu jika memang kebijakan negara menghendaki demikian.
Kepemilikan negara seperti harta ghanimah, fa’i,
khumus, kharaj, jizyah, ushr, pajak, harta hasil BUMN.
CARA MEMANFAATKAN HARTA
1. menggunakan harta secukupnya atau seperlunya
2. membelanjakan harta dijalan yang benar, maka ia harus mengacu pada kaidah dan aturan Islam seperti tidak boros, tidak mubazir, tidak kikir.
3. Menghindari Tabdzir dan Israf serta Tidak Kikir dalam Menggunakan Harta.Ajaran Islam membolehkan umatnya menikmati kebaikan
duniawi selama tidak melewati batas kewajaran. Seperti tidak melakukan perbuatan tabzîr dan Isrâf. Tabzîr artinya menghambur- hamburkan harta tanpa ada kemaslahatan yang terwujud.
4. menggunakan harta untuk berinfaq dan bershodaqoh untuk kepentingan akhirat
Dan masih banyak lagi
HARTA ADALAH SARANA UNTUK IBADAH.
.Pemanfaatan Harta Untuk Masa Depan AkhiratDalam Islam terdapat anjuran untuk memperhatikan
kepentingan kehidupan akhirat, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allâh dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allâh, sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[Al-Hasyr/59:18]
Ayat tersebut merupakan landasan dari pemanfaatan
harta untuk tujuan akhirat. Diantaranya penggunaanya
untuk berjihad, bershodaqoh, berzakat, membantu
keperluan jihad, serta menolong sesame manusia.