• Tidak ada hasil yang ditemukan

tersayang Yang telah membentang samudra cinta kasih tak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "tersayang Yang telah membentang samudra cinta kasih tak "

Copied!
59
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka

  • Tinjauan Penelitian Terdahulu
  • Pendekatan Fungsionalisme Struktural dan
  • Difinisi Makna
  • Difinisi Simbol
  • Lontara
  • Karakteristik Masyarakat Suku Makassar

Oleh karena itu, penulis mengamini apa yang disampaikan oleh mantan Wakil Presiden RI tersebut bahwa sebaiknya font Lontara diubah agar memudahkan pengguna dalam membaca font Lontara. Irawan (2012) melakukan penelitian berjudul Integrasi dan Peran Masyarakat Melayu di Sulawesi Selatan pada Abad 16-17. abad, penelitian berdasarkan naskah Lontara. Hasil penelitiannya adalah interaksi sosial budaya antara masyarakat Melayu dengan masyarakat Bugis-Makassar telah lama terjalin di Sulawesi Selatan, serta di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.

Secara etimologis, istilah “simbol” berasal dari kata simbol, yang dalam bahasa Inggris berakar dari kata latin symbolicium, sedangkan dalam bahasa Yunani adalah syiballo, syimballo berarti “melempar bersama-sama”, melemparkan atau merakit menjadi satu gagasan atau konsep. suatu benda yang kelihatan sehingga benda itu mewakili suatu gagasan (Wikipedia Indonesia). Baik pada masa pemerintahan Gowa Purba maupun pada masa Tumanurung, belum diketahui aksara Lontara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Aksara lontara ini sebenarnya bisa ditulis pada wadah apa saja, baik itu batu, kayu, kulit binatang, maupun dedaunan.

Masyarakat bisa berusaha ke arah utara, timur, barat dan selatan untuk mendapatkan rezeki yang halal.Tak heran jika banyak masyarakat Makassar dengan filosofi empat penjuru merantau ke berbagai pelosok untuk mencari tempat yang cocok. Ka ga ga pa ba ma. ta da na ca ya baru. http://id.m.wikipedia.org/wiki/aksara_lontara).

Kerangka Pikir

Ada beberapa suku yang dianggap bagian dari subsuku Makassar, yaitu: Makassar Lakiung, Turatea (Jeneponto, Bantaeng), Konjo (Bulukumba dan sebagian Maros) dan Selayar. Selain itu, mereka mudah bergaul, meski terkadang menggunakan kata-kata kasar (menurut suku lain), mereka adalah orang-orang yang setia dalam persahabatan. Dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Gowa di negara Makassar sekitar abad ke-14 hingga ke-17.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Instrumen Penelitian

Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan menarik kesimpulan tentang temuannya (Sugiyono.

Populasi dan Sampel

Pasalnya, 25 orang tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda dan merupakan orang-orang yang berperan di Desa Bangkalaloe.

Data dan Sumber Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik dokumentasi telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena dalam banyak kasus dokumentasi merupakan sumber data yang dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan memprediksi suatu hal atau peristiwa. Dokumentasi yang digunakan peneliti adalah data penelitian arsip dan beberapa pernyataan lisan dari sumber yang dicatat oleh peneliti. Alat yang digunakan dalam teknik dokumentasi ini antara lain kamera digital atau handycamp yang digunakan untuk mengambil gambar atau mengambil gambar dan video jika diperlukan oleh peneliti.

Hasil dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang melengkapi atau mendukung hasil wawancara dan observasi lapangan. Data dari dokumentasi juga bisa kita gunakan sebagai data yang kita gunakan untuk mengingat detail, gambaran lokasi, jika kita lupa sesampainya di rumah.

Teknik Analisis Data

Data diperoleh dari observasi yang jujur ​​atau terselubung, wawancara dan dokumen yang diuraikan dalam bentuk deskripsi. Tujuan utama dari analisa data ini adalah agar dapat dimengerti, sehingga penemuan-penemuan dilakukan pada saat masih di lapangan dan setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data tersebut sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir.

Teknik Pengabsahan Data

Desa Bangkalaloe merupakan salah satu dari dua belas desa yang terletak di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto. Hal ini bertujuan untuk mengetahui usia produktif warga desa Bangkalaloe sehingga memudahkan pemerintah merancang program pembangunan untuk kepentingan masyarakat. Jumlah penduduk Desa Bangkalaloe pada kelompok umur 60 tahun ke atas yang pada usia tersebut sudah tidak produktif lagi sebanyak 88 jiwa atau persentasenya sebesar 3,77 persen.

Sedangkan masyarakat Desa Bangkalaloe merupakan penduduk usia produktif yakni pada kelompok umur 25-29 tahun sebanyak 232 jiwa atau 9,94 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa Desa Bangkalaloe merupakan wilayah dengan jumlah penduduk usia produktif yang cukup tinggi. Selain bertani, sebagian masyarakat Desa Bangkalaloe ada yang memilih menjadi pedagang yang mengumpulkan dan mendistribusikan hasil pertanian.

Berdasarkan tabel tersebut terlihat jelas bahwa penduduk Desa Bangkalaloe sangat bergantung pada sektor pertanian, dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Mata pencaharian masyarakat Desa Bangkalaloe yang paling sedikit adalah profesi TNI/POLRI sebanyak 10 orang dengan persentase 0,42 persen. Angka buta huruf di Desa Bangkalaoe sama dengan jumlah penduduk yang berpendidikan D1/D3, yakni masing-masing sebanyak 12 orang dengan angka 0,51 persen, sedangkan penduduk dengan pendidikan tertinggi di Desa Bangkalaoe yaitu S1 sebanyak 60 orang. orang dengan angka 2,57 persen.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa di Desa Bangkalaloe terdapat 5 gedung sarana pendidikan yaitu 1 gedung untuk taman kanak-kanak (TK), 2 gedung untuk sekolah dasar (SD), 1 gedung untuk sekolah menengah pertama (SLTP), dan 1 gedung untuk sekolah menengah pertama (SLTP), dan 1 gedung untuk suprastruktur. Gedung Sekolah Tingkat (SLTA). Masyarakat Desa Bangkalaloe sebagai suatu unit sosial mempercayakan keamanan wilayahnya dengan membentuk lembaga keamanan yaitu Hansip dan Linmas. Rentang usia antara 25 hingga 50 tahun dianggap mewakili populasi Desa Bangkalaloe dalam memberikan informasi dalam menjawab seluruh permasalahan dalam penelitian.

Informan yang pernah tinggal selama 5-10 tahun di Desa Bangkalaloe paling sedikit yaitu 5 orang dengan persentase 20 persen. Makna Simbolik Kitab Lontara Pada Masyarakat Desa Bangkalaloe. Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan rujukannya. Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan wawancara terhadap 25 orang di Desa Bangkalaloe, makna simbolik dalam kitab lontara mulai terkikis seiring berjalannya waktu.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengaruh perubahan zaman sangat mempengaruhi keberadaan kitab lontara di Desa Bangkalaloe, karena sebagian besar masyarakat Desa Bangkalaoe sudah tidak mengetahui lagi makna sebenarnya di balik kitab lontara tersebut. Pemahaman masyarakat Desa Bangkalaloe Kabupaten Jeneponto mengenai makna simbolis kitab lontara pada sebagian masyarakat sudah tidak mengetahui lagi makna yang terkandung dalam kitab lontara tersebut.

Tabel 4.1 Penduduk Desa Bangkalaloe berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1 Penduduk Desa Bangkalaloe berdasarkan jenis kelamin

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Lebih lanjut Blumer (Poloma) mengatakan bahwa keistimewaan interaksionisme simbolik adalah masyarakat terlihat saling menafsirkan atau membatasi setiap tindakannya dan tidak hanya merespons tindakan satu sama lain sesuai dengan modus stimulus-respon. Seseorang tidak bereaksi secara langsung terhadap tindakan orang lain, namun didasarkan pada pemahaman, yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Dengan demikian, interaksi manusia dibangun melalui penggunaan simbol-simbol, melalui penafsiran, melalui kepastian makna tindakan orang lain.

Blumer mengatakan bahwa keistimewaan interaksionisme simbolik adalah bahwa orang-orang terlihat saling menafsirkan atau membatasi setiap tindakan mereka dan tidak hanya merespons tindakan satu sama lain sesuai dengan modus stimulus-respon. Dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, melalui penafsiran, dengan menentukan makna dari tindakan orang lain. Makna bahasa sebagai penghubung dengan dunia luar merupakan kesepakatan antar pemiliknya, sehingga sulit dipahami oleh orang lain.

Makna simbolik adalah lambang yang timbul dari suatu benda sehingga menimbulkan suatu tindakan berdasarkan makna yang melekat pada benda itu. Misalnya, penggunaan mangkuk lagu berwarna putih untuk individu menimbulkan suatu penghargaan. Kebanyakan masyarakat belum memahami makna tersirat di balik terciptanya kitab lontara karena banyaknya lontara yang ditulis. Oleh karena itu, banyak masyarakat saat ini yang belum mengetahui seperti apa kitab lontara dan apa maknanya.

Melihat hal tersebut, masyarakat Makassar dan generasi muda tidak perlu malu menggunakan bahasa Lontara, melainkan harus bangga dengan aksara Lontara milik kita sendiri, yang merupakan warisan budaya yang patut diketahui oleh seluruh generasi keturunan suku Makassar. Surat ini hampir hilang karena ditelan oleh surat-surat lain yang kini sudah mendunia, seperti surat Korea yang saat ini sangat digemari oleh generasi muda. Pasalnya, lontara tertulis sangat sedikit dan saat ini generasi muda sepertinya sudah tidak peduli lagi dengan warisan budaya tersebut.

Selain itu, minimnya minat generasi muda untuk mempelajari Lonta juga erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah sendiri yang hanya memasukkan bahasa daerah sebagai salah satu dari sekian banyak muatan lokal. Shadiq Kawu, A. 2011. Peribahasa Masyarakat Sulawesi Selatan 2. Pustaka Refleksi Lathief, Halilintar 2014. Masyarakat Makassar. Yogyakarta: Kuat. Protomalayan.2012.Karakteristik Masyarakat Suku Makassar (Online). http://www.protomalayan.blogspot.com/suku_makassar_sulawesi_html).

PENUTUP

Saran

Cintai budaya sendiri karena akan menjadi kebanggaan bangsa dan negara jika budaya lokal tetap dilestarikan. Jangan hanya mengagung-agungkan budaya asing sementara budaya kita sendiri dilupakan, sampai-sampai banyak orang mengira budaya itu hilang seiring berjalannya waktu.

Gambar

Tabel 4.1 Penduduk Desa Bangkalaloe berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4. 2 Penduduk Desa Bangkalaloe berdasarkan kelompok umur  No  Klasifikasi umur (tahun)  Jumlah (jiwa)  Persentase (%)
Tabel 4. 3 Penduduk Desa Bangkalaloe berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 4. 4 Penduduk Desa Bangkalaoe berdasarkan tingkat pendidikan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objective: To determine the seasonal quality of pasture, by analysis of the botanical and chemical composition of pasture found on a selection of n=26 commercial Thoroughbred and