Tes Proyeksi
• Proyeksi adalah suatu istilah yang sekarang ini banyak digunakan dalam
psikologi klinis, psikologi dinami psikologi sosial. Psikologi proyektif merupakan dasar dari berbagai macam bentuk proyeksi termasuk tes-tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal. Istilah proyeksi pertama kali dikemukakan oleh Freud pada awal-awal tahun 1894 dalam tulisannya “The Anxiety
Neurosis" yang mengatakan bahwa: "Jiwa manusia memilik potensi untuk
mengembangkan kecemasan yang neurotis disaat dirinya merasa tidak mampu mengatasi rangsang- rangsang atau gairah-gairah seksual. Hal itu seolah-olah telah memproyeksikan gairah-gairah ini ke dalam dunia luar".
• Pada tahun 1896 dalam tulisan "On The Defense Neuropsychosis" Freud
menyampaikan elaborasi lebih jauh mengenai konsep proyeksi. Secara eksplisit Freud mengatakan bahwa proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar
dorongan-dorongan, perasaan-perasaan, dan sentimen-sentimen yang ada
pada diri individu ke orang lain atau dunia luar sebagai proses yang sifatnya
defensif dan individu tidak menyadari fenomena yang terjadi pada dirinya ini.
• Freud memberi contoh elaborasi tersebut melalui kasus Schreber (penderita paranoid yang memiliki kecenderungan homoseksual).
Karena ada tekanan dari super ego yang tidak memperbolehkan pria mencintai pria terjadi reaksi formasi mentransferkan suatu sikap "I love him" menjadi "I hate him" (proyeksi benci yang sebenarnya
cinta). "I hate him" masih ada kelanjutannya menjadi "He hates me".
• Konsep proyeksi Freud ini serupa dengan konsep kompensasi dari Adler (prinsip inferioritas dan kompensasi). Sejak lahir manusia memiliki kelemahan, namun manusia tidak putus asa dengan cara melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahan-kelemahannya.
Bentuk kompensasi Adler ini sama dengan proyeksi.
Dasar-Dasar Terjadinya Proyeksi
• Dasar mekanisme penolakan Individu ingin meringankan beban psikis yang ada dalam dirinya kemudian dimanifestasikan dalam
perbuatannya dan perbuatan itu menolak keinginan-keinginan yang sudah ada
• Usaha pendekatan Yaitu usaha yang dilakukan individu untuk mengembalikan hubungan yang sebenarnya sudah putus lalu berusaha mendekati kembali supaya hubungan terjadi lagi.
• Hubungan antara subyek dan obyek yang merupakan satu kesatuan.
Pengetian Teknik Proyeksi
• Teknik proyeksi merupakan suatu alat yang memungkinkan untuk mengungkap motif, nilai, keadaan emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara
individu memproyeksikan pribadinya melalui obyek di luar individu.
• Secara garis besar tes proyeksi dibagi dua kelompok yaitu :
Verbal : Baik materi, komunikasi antara testee dengan tester dan respon subyek berujud verbal (lisan maupun tulisan).
Non verbal: Wujud materi bukan dalam bentuk bahasa. Faktor bahasa hanya berperan
untuk komunikasi antara testee dengan tester.
Klasifikasi Tes Proyektif (LK Frank)
• Teknik Konstituitif (menyusun)
Subjek diberikan materi yang belum terstruktur, dan kemudian diminta untuk memberi struktur. Contohnya, Tes Wartegg, Tes Rosarch, Tes Finger Print
• Teknik Konstruktif (membentuk)
Subjek diberikan materi yang belum berbentuk, kemudian diminta membentuk bedanya teknik konstituitif, teknik konstruktif materinya lebih mentah dan lebih “free expression” bagi subjek.
• Tehnik Interpretatif (menginterpretasi)
Subjek diberikan materi kemudian diminta menginterpretasi, Contoh dari tesnya yakni TAT,CAT, Word Association Test (SSCT).
• Teknik Katarik
Tujuan atau fungsi dari teknik ini yakni ketika subjek merespon akan terjadi pengurangan hambatan-hambatan psikis. Contoh dari tesnya yakni : Play Technique (bermain, psikodrama), Lowenfeld Mozaic.
• Teknik Refratik/Ekspresif ( tambahan dari SYMOND)
Subjek diberikan materi/ stimulus, kemudian subjek diminta mengekspresikan need, sentimen dan lain sebagaunya yang
ada padanya. Contoh tesnya adalah: Tes grafis, grafologi, tes bender gestalt, Myokenetic Diagnosis.
Klasifikasi tes Proyektif (Lindzey)
• Teknik Asosiasi
Subjek diberikan materi kemudian diminta untuk merespon dengan cara mengeluarkan penyampaian yang pertama kali muncul dalam pikiran atas stimulus tersebut. Contoh tes : Tes Rosarch,SSCT
• Teknik Konstruktif
Subjek diminta menyusun materi yang belum berbentuk menjadi sebuah cerita/gambar , dan fokus pada hasil subjek. Contohnya: TAT,CAT<dan subtest yang mengatur gambar (WAIS)
• Teknik Melengkapi
Subjek diberikan materi yang belum lengkap dan kemudian diminta untuk melengkapinya. Contoh : SSCT
• Teknik Mengatur
Subjek diberikan materi/ soal yang memiliki alternatif jawaban yang sesuai dengan dirinya atau membuat urutan atas dasar pilihan jawaban yang ada. Contoh: Study of Value, Survey Interpersonal Value, tes-tes mengukur
kreativitas
• Teknik Ekspresif
Hampir mirip dengan teknik konstruksi, hanya saja materi harus dibentuk dengan sifat yang lebih mentah, dan
fokusnya pada cara subjek menyelesaikan materi. Contoh: Finger Printing Test Project Therapy, Achivement,
Motivation Training (AMT).
Isu-Isu Tes Proyektif (mempunyai kelebihan dan kekurangan)
•
Rapport dan Keleluasaan PenggunaSebagian besar teknik proyektif dapat berfungsi sebagai ice breaker selama terjadinya hubungan antara tester dan testi. Tugas-tugas menarik dan tidak membosankan, bahkan seringkali bersifat menghibur.
•Faking
Pada umumnya teknik proyektif dapat terhindar dari kecendrungan terjadinya faking, dibandingkan dengan self raport. Tujuan dari teknik proyektif seringkali kabur dan sulit ditebak, bahkan teknik proyektif yang sudah sangat dikenal seperti Rosarch dan TAT. Testi lebih memikirkan respon apa yang akan dibuat, daripada menebak tujuan dari tes itu sendiri.
• Variabel Tester dan Situasi
Sudah dijelaskan bahwa sebagian besar teknik proyektif lemah dalam standarisasi baik administrasu maupun skoringnya. Oleh karena itu, untuk hasil yang akurat faktor tester dan situasi tes menjadi sangat penting.
• Norma
Kelemahan dari teknik proyektif adalah data normatif. Sejumlah data mungkin sangat kurang , tidak adekuat atau meragukan. Hal ini juga akan berpengaruh pada objektifitas interpretasi.
•Realibilitas
Sebuah teknik, seperti ha1nya teknik proyektif yang dianggap mempunyai prosedur skoring yang relatif kurang terstandar, skoring objektif, realibilitas skorer tidak sekedar memberikan skoring objektif, tetapi juga merupakan tahap skorermemberikan integrasi dan interpretasi secara lengkap.
• Validitas
Studi tentang validitas teknik proyektif yang banyak dilakukan adalah concurrent criterion-related validity. Dengan cara membandingkan performansi dari kelompok-kelompok kontras, dengan menggunakan alat ukur lain yang mengungkapkan hal yang sama.