• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis: Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tesis: Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Oleh karena itu, penelitian ini akan mengambil fokus Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan yang telah menerapkan praktik komunikasi terapeutik dengan pasiennya. Komunikasi terapeutik sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Rumusan Masalah

Komunikasi terapeutik digunakan perawat dalam menghadapi pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya, dan jika tidak dilaksanakan maka akan mengganggu hubungan terapeutik yang berakibat pada ketidakpuasan pasien. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mendalam dengan judul komunikasi terapeutik dalam keperawatan di RS Royal Prima Medan.

PembatasanMasalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

KAJIAN PUSTAKA

Teknik komunikasi terapeutik

Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik

Sikap Komunikasi Terapeutik

Karakteristik komunikasi terapeutik

Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Teori Interaksionisme Simbolik

Proses komunikasi Interpersonal dan Pasien (Terapeutik)

Teori Analisis Percakapan

Teori ini ditulis oleh Jenny Mandelbaum (budyatna) sebagai teori komunikasi interpersonal yang fokus pada wacana/interaksi. CA menggunakan rekaman percakapan di lapangan dan jenis percakapan lainnya serta mencatat perilaku dalam interaksi sebagai data, membangun deskripsi sistematis tentang mekanisme yang memungkinkan hal ini.Bukti kunci untuk menentukan relevansi deskripsi ini Bagian dari pengalaman hidup komunikator ditemukan di orientasi yang ditunjukkan komunikator dalam perilaku terbuka itu sendiri terhadap praktik yang dijelaskan.

Fitur penting dari teori CA adalah bahwa akun yang dikembangkannya mematuhi integritas sehubungan dengan episode interaksi tertentu. Artinya, teori tidak didorong oleh keprihatinan disipliner, melainkan keprihatinan dan orientasi orang yang berinteraksi, yang ditunjukkan dalam praktik yang mereka gunakan untuk berkomunikasi, menghasilkan penemuan. Hal ini berasal dari asumsi bahwa percakapan, seperti halnya aspek kehidupan sosial lainnya, mempunyai tatanan tersendiri, sehingga yang relevan secara organisasi adalah apa yang diadaptasi oleh partisipan itu sendiri, bukan apa yang secara khusus relevan dengan kepentingan peneliti.(Budyatna, 2015 :175).

Kita akan kembali ke rincian percakapan nanti di bab ini, sebagai sumber aspek konkrit teori CA. Ada tiga ciri utama teori analisis percakapan: 1) Bicara adalah tindakan. Struktur percakapan memungkinkan komunikator, antara lain, mengoordinasikan pembicaraannya sehingga pembicara bergiliran alih-alih berbicara secara bersamaan; Namun, dalam penelitian yang dijelaskan di sini, CA telah mulai menjelaskan praktik khusus komunikasi interpersonal; amalan itulah yang menjadi hakikat mendasar dalam menciptakan keterhubungan dalam hubungan (budyatna.

Teori pertukaran kasih sayang

Ciri-ciri utama teori dalam Budyatna, AET diawali dengan proposisi bahwa “kebutuhan dan kapasitas cinta adalah bawaan” (proposisi 1). Proposisi ini mempunyai dua implikasi penting, yang pertama adalah bahwa manusia tidak perlu belajar merasakan cinta, namun kemampuan dan kebutuhan untuk merasakan cinta adalah bawaan. Proposisi kedua tentang AET adalah bahwa perasaan yang tulus dan “pernyataan cinta adalah pengalaman berbeda yang seringkali, namun tidak selalu, berbeda” (proposisi 2).

Di sini, teori ini membedakan antara pengalaman emosional cinta dan perilaku yang melaluinya cinta diwujudkan. Kedua, orang dapat mengungkapkan cinta tanpa merasakannya, hal ini sering dilakukan orang sesuai dengan norma kesopanan. Ketiga, mungkin proposisi yang paling penting adalah bahwa “komunikasi penuh kasih bersifat adaptif dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup dan kesuburan manusia.”

Inilah inti dari AET, asumsi bahwa menerima dan mengomunikasikan ekspresi kasih sayang berkontribusi terhadap kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi. Lebih khusus lagi, subproposisi ini mengidentifikasi dua jaringan kausal utama yang melaluinya komunikasi penuh kasih dapat mencapai tujuan-tujuan menyeluruh ini (Budyatna. Dalam teorinya, “komunikasi penuh kasih” didefinisikan sebagai perilaku yang menyampaikan perasaan kasih sayang dan apresiasi positif yang antusias dan umumnya diterima seperti itu. oleh penerima yang dituju.

Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua individu atau lebih dengan tujuan menyampaikan pesan. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) secara langsung maupun tidak langsung (Suranto, 2011:5). Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan lebih sedikit orang (biasanya dua sampai tiga orang) dibandingkan komunikasi pada umumnya.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu metode komunikasi antar individu yang mengharuskan peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, baik secara fisik maupun psikis. Artinya seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali ciri-ciri pribadinya berdasarkan informasi orang lain. Dalam komunikasi interpersonal, Anda mempunyai kesempatan untuk menerima informasi dari orang lain, termasuk informasi yang relevan dan terkini.

Oleh karena itu, setiap orang telah menghabiskan banyak waktunya untuk komunikasi antarpribadi, dicurahkan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat miskomunikasi dan salah tafsir yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Sebab dalam komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan langsung yang menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan salah tafsir.

Teknik Komunikasi Persuasif

Dalam komunikasi persuasif penyampaian pesan dilakukan dengan cara membujuk, merayu, meyakinkan, memikat dan sebagainya sehingga timbul kesadaran akan perubahan dalam persekutuan yang berlangsung secara sukarela tanpa adanya paksaan. Sedangkan perubahan pendapat, sikap dan perilaku terjadi pada komunikasi koersif dengan perasaan terpaksa dan tidak senang akibat ancaman dari komunikator. Dampak dari teknik pemaksaan ini dapat menimbulkan perasaan tidak senang, benci, bahkan mungkin balas dendam.

Kajian Penelitian Terdahulu

Komunikasi sangatlah penting dan dapat mempengaruhi lamanya perawatan pasien dan kecepatan kesembuhan pasien, karena jika komunikasi terapeutik tidak dilakukan dengan baik maka pasien akan merasa tidak puas dan tidak diperhatikan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 7 pasien, 3 pasien menyatakan puas, 4 pasien menyatakan kurang puas dengan komunikasi terapeutik perawat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Pringgodani RS Rajawali Citra Bantul Yogyakarta (Lestari, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Huda, 2010 mengenai hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di rumah sakit. Bunda Margonda Depok bahwa tingkat kepuasan pelanggan sangat dipengaruhi oleh komunikasi terapeutik perawat, dari 31 pasien sebagai responden, 19 pasien (61,3%) menyatakan puas dan 12 pasien (38,7%) menyatakan tidak puas. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna, dkk (2009) mengenai hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di RS Siti Khodijah Sepajang menunjukkan bahwa perawat di RS Siti Khodijah Sepajang sudah melaksanakan komunikasi terapeutik (100%) dan pasien menyatakan kepuasan (84,6%).

Saat mengamati komunikasi terapeutik perawat, nampaknya masih ada perawat yang tidak mengenalkan nama dan hanya memanggil pasien dengan namanya, hanya memanggil pasien dengan sebutan ayah, ibu, adik, tanpa menanyakan nama panggilan pasien, perawat masih tidak melakukan kontak mata saat berkomunikasi dengan pasien, dan masih ada perawat yang sibuk menyampaikan informasi. Wawancara dilakukan terhadap 15 orang pasien mengenai kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat, 7 orang menyatakan puas dengan komunikasi terapeutik perawat, 6 orang menyatakan kurang puas dengan komunikasi terapeutik perawat, dan 2 orang menyatakan kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat. Pasien yang tidak puas mengatakan bahwa ketidakpuasannya disebabkan oleh adanya perawat yang tidak ramah, judes, lalai dan tidak komunikatif (Priscylia, 2014).

METODOLOGI PENELITIAN

  • Kerangka konsep
  • Nara Sumber/Informan Penelitian
  • Sumber dan Jenis Data
  • Teknik pengumpulan data
  • Wawancara
  • Observasi
  • Studi Dokumen
    • Teknik Analisis Data
    • Tempat dan Waktu Penelitian

Wienardi memperoleh beberapa informasi tentang komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di RS Royal Prima. Komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Royal Prima membutuhkan waktu beberapa menit sehingga perawat mengetahui apa yang telah mereka lakukan terhadap pasien. Royal Prima Hospital sangat mengutamakan pelayanan, sehingga pelayanan di Royal Prima Hospital sangat baik.

Lima pasien menjawab perawat RS Royal Prima memiliki hubungan yang baik, namun tidak dengan pasien yang menjawab negatif. Pemberhentian sementara di RS Royal Prima dilakukan dengan menukar tugas dengan lebih banyak perawat. Dari jawaban seluruh informan terlihat jelas bahwa terdapat teknik komunikasi yang positif di RS Royal Prima khususnya dengan perawat.

Pada saat wawancara kondisi pasien sedang sakit sehingga beberapa pasien tidak menjelaskan komunikasi terapeutik di RS Royal Prima. Apakah anda selalu bersikap dan bersikap positif terhadap perawat di RS Royal Prima Medan? Apakah ada perbedaan RS Royal Prima Medan dengan RS lainnya dalam hal kesetaraan dengan pasien?

Gambar I Kerangka Konsep
Gambar I Kerangka Konsep

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian

Pada BAB IV peneliti akan menjelaskan fokus penelitian ini yaitu komunikasi terapeutik dalam keperawatan pada pasien di RS Royal Prima Medan. Peneliti melakukan wawancara di beberapa lantai mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh kepala perawat Rumah Sakit Royal Prima. Saat menentukan informan terlebih dahulu, Dr. Wienaldi mengenalkannya pada kepala perawat di RS Royal Prima.

Scolandari merupakan pasien di RS Royal Prima dan telah dirawat selama 4 hari karena demam dan penyakit lainnya. Perawat Ulfa sudah 2 tahun bekerja di RS Royal Prima. Ulfa merupakan lulusan Universitas Prima Indonesia Medan cabang keperawatan. Selama menjadi perawat di RS Royal Prima, Ibu Nisma mendapatkan banyak pengalaman, termasuk mengenal berbagai perilaku pasien.

Nyonya. Angriani bekerja sebagai perawat di RS Royal Prima selama kurang lebih 3 tahun, Ny. Angriani telah menjadi perawat selama kurang lebih 10 tahun dan sebelumnya bekerja di rumah sakit lain selama beberapa tahun. Perawat Angriani menjawab dengan jelas dan menambah informasi peneliti tentang komunikasi terapeutik di RS Royal Prima. Nyonya. Sugiati sebelumnya bekerja sebagai perawat di Jakarta selama kurang lebih 7 tahun, kemudian pindah ke Medan dan bekerja di RS Royal Prima.

Pembahasan Hasil Penelitian

Ketika seorang perawat ingin berkomunikasi dengan pasien, maka perawat tersebut tidak dapat berkomunikasi dimanapun, melainkan harus melalui SOP (Standard Operating Procedure) RS Royal Prima. Setiap edukasi yang diberikan perawat kepada pasien mempunyai SOP (Standard Operating Procedure) dan bukti berita acara, sesuai standar RS Royal Prima. Salah satu kendala komunikasi terapeutik di RS Royal Prima adalah adanya pasien yang bertentangan dengan apa yang dikatakan perawat sebelum pesan disampaikan sehingga menimbulkan ketidakharmonisan, seperti yang dikatakan perawat Ulfa.

Salah satu keunggulan RS Royal Prima adalah tidak memperbolehkan vendor yang dapat mengganggu istirahat pasien”. Penilaian sumatif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pencapaian pasien setelah menyelesaikan kegiatan pengobatan di RS Royal Prima. Dari wawancara yang dilakukan kepada pasien dan perawat di RS Royal Prima Medan, hanya sedikit perawat yang merasakan empati terhadap pasien dan sebaliknya hanya sedikit pasien yang merasakan empati perawat.

Tingkat kepuasan klien terhadap pola komunikasi terapeutik perawat di RS Bhayangkara Polda Kalimantan Barat. Upaya apa yang dilakukan perawat RS Perima Royal Medan untuk menjamin kesetaraan pasien? Sebutkan upaya apa saja yang dilakukan perawat RS Perima Royal Medan untuk mencapai kesetaraan.

Gambar

Gambar I Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Rata-rata komunikasi terapeutik yang paling sering dilakukan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan adalah teknik komunikasi diam dengan frekuensi 150

Penelitian ini berjudul Komunikasi Terapeutik Perawat Dan Pasien Gangguan Jiwa(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat, dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.. Teknik tersebut

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan anak usia prasekolah pada perawat di

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan Di Irna Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2015. Hubungan