• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiket Masuk M5 Kimling

N/A
N/A
IRWAN ADI SUSANTO XIPA5

Academic year: 2025

Membagikan "Tiket Masuk M5 Kimling"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ANALISIS KUALITAS AIR UNTUK PARAMETER MANGAN DAN KLORIDA PADA PERAIRAN

Oleh

Nama : Irwan Adi Susanto

NIM : 245100907111072

Kelompok : Y5

Asisten :

Afanka Deluna Aulia Muhammad Rafi

Aisyah Luthfi Islamy Muhammad Rafif Ahnan Chaterine Hanindya Putri S Muhammad Rakan Yassar F Dika Nur Hidayah Lucky Widya Nichola Fanisha Kamila Dara Nabila Rahmadaniar Fransisca Chiara Anindita Natanael Siahaan

Michael Kenan Brahmantyo Natasha Katarina Widada Muhammad Abiyyu Dzaki Sofia Maharani

Muhammad Heru Fitriansyah Zweta Bintang Pramesti

LABORATORIUM KUALITAS AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2025

(2)

ii DAFTAR ISI

COVER……….. i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1. Pengertian Pencemaran Logam Berat dan Sumber Pencemarnya ... 2

2.2. Pencemar dan Karakteristiknya ... 2

2.2.1. Mangan ...2

2.2.2. Klorin dan Klorida ...3

2.3. Dampak Pencemaran Mangan dan Klorida di Perairan... 4

2.4. Standar Baku Mutu Pencemar untuk Air Bersih dan Air Minum ... 4

2.4.1. Standar Baku Mutu Mangan ...5

2.4.2. Standar Baku Mutu Klorida ...5

2.5. Metode Analisis ... 5

2.5.1. Kolorimetri...5

2.5.2. Titrasi Argentometri ...6

DAFTAR PUSTAKA ... 7

LAMPIRAN ... 8

(3)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengertian Pencemaran Logam Berat dan Sumber Pencemarnya ... 8

Lampiran 2. Mangan ... 9

Lampiran 3. Klorin dan Klorida ... 10

Lampiran 4. Dampak Pencemaran Mangan dan Klorida di Perairan... 12

Lampiran 5.Standar Baku Mutu Mangan ... 14

Lampiran 6. Standar Baku Mutu Klorida ... 15

Lampiran 7. Kolorimetri ... 16

Lampiran 8. Titrasi Argentometri ... 17

(4)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat krusial untuk menunjang kehidupan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, memasak, dan mandi, air juga memainkan peranan penting dalam berbagai sektor, termasuk industri, pertanian, dan pembangkit tenaga listrik. Akan tetapi, kualitas air dapat mengalami penurunan yang disebabkan oleh faktor alamiah maupun aktivitas manusia, seperti erosi, pembuangan limbah domestik, serta limbah industri. Oleh karena itu, pemantauan dan pengawasan kualitas air sangat diperlukan guna menjamin ketersediaan air bersih yang aman dan layak untuk digunakan. Proses analisis kualitas air biasanya melibatkan pengukuran berbagai parameter fisika, kimia, dan biologi yang berpengaruh terhadap karakteristik serta kelayakan air untuk berbagai kebutuhan hidup dan aktivitas manusia.

Dua parameter kimia yang sering digunakan dalam analisis kualitas air adalah mangan (Mn) dan klorida (Cl⁻). Mangan merupakan unsur logam yang secara alami terdapat dalam lingkungan perairan, namun apabila hadir dalam konsentrasi yang tinggi, dapat menyebabkan perubahan warna dan bau air, serta berdampak buruk terhadap kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Di sisi lain, klorida adalah ion yang umum dijumpai dalam air alami dan sering digunakan sebagai indikator tingkat salinitas atau pencemaran akibat limbah domestik maupun aktivitas industri. Kadar klorida yang berlebihan dapat menimbulkan korosi pada sistem perpipaan serta memengaruhi rasa air sehingga menjadi kurang layak dikonsumsi. Oleh karena itu, pemantauan kadar mangan dan klorida dalam air sangat penting guna memastikan bahwa air tersebut memenuhi standar kualitas yang aman, baik untuk kesehatan manusia maupun keberlanjutan lingkungan

1.2. Tujuan

a. Mahasiswa mampu menentukan kadar mangan (Mn) dalam air dan memahami proses pengujian dengan kolorimetri.

b. Mahasiswa mampu menentukan kadar klorida (Cl-) dalam air dan memahami proses pengujiandengan titrasi argentometri.

c. Mahasiswa mengetahui dampak pencemaran mangan dan klorida yang melebihi baku mutu pada badan air.

(5)

2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pencemaran Logam Berat dan Sumber Pencemarnya

Pencemaran logam berat merujuk pada penumpukan unsur logam dengan massa jenis tinggi yang bersifat racun (toksik) di lingkungan, terutama pada media seperti air, tanah, dan udara. Keberadaan logam-logam ini dapat menimbulkan dampak serius bagi keseimbangan ekosistem serta mengancam kesehatan manusia. Berdasarkan sejumlah literatur, logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan arsenik (As) termasuk dalam kelompok kontaminan berbahaya yang bersifat nondegradable, yaitu tidak dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme. Karena sifat ini, logam berat cenderung terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup melalui rantai makanan, dan mengendap di sedimen dasar perairan selama waktu yang sangat lama. Paparan logam berat dalam konsentrasi tertentu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius, seperti kerusakan hati dan ginjal, gangguan sistem saraf pusat, serta peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti kanker. Oleh karena itu, deteksi dan pengendalian pencemaran logam berat sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan melindungi kesehatan publik (Razi et al., 2023).

Sumber pencemaran logam berat dapat berasal dari proses alami maupun aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Secara alamiah, logam berat masuk ke lingkungan melalui pelapukan batuan, letusan gunung berapi, dan proses geokimia lainnya. Sementara itu, sumber antropogenik—atau yang berasal dari aktivitas manusia—meliputi berbagai sektor seperti industri, pertanian, farmasi, serta limbah domestik. Di antara semua sumber tersebut, sektor industri merupakan penyumbang utama pencemaran logam berat, khususnya melalui kegiatan seperti pemurnian logam di pabrik, pembakaran batu bara di pembangkit listrik, eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi, operasional pembangkit listrik tenaga nuklir, serta proses produksi bahan sintetis seperti plastik dan tekstil. Tak hanya itu, praktik pertanian modern yang melibatkan penggunaan pupuk dan pestisida berbasis logam berat, emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa logam, serta pembuangan limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik juga turut berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi logam berat di lingkungan. Kondisi ini menimbulkan tantangan besar dalam upaya menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat secara berkelanjutan (Timothy and Williams, 2019).

2.2. Prinsip Kerja Surfaktan 2.1.1. Mangan

Mangan (Mn) merupakan ion logam yang bersifat kation dan memiliki karakteristik kimia yang menyerupai unsur besi. Di lingkungan, mangan umumnya dijumpai dalam dua bentuk oksidasi utama, yaitu manganous (Mn²⁺) yang larut dalam air, dan manganik (Mn⁴⁺) yang lebih stabil dalam bentuk padat, seperti mangan dioksida (MnO₂). Unsur ini tidak ditemukan secara bebas di alam, melainkan dalam bentuk senyawa, khususnya dalam mineral dan tanah. Sebagai elemen ke-12 terbanyak di kerak bumi, mangan tersebar luas di berbagai kompartemen lingkungan, termasuk atmosfer, perairan, dan tanah. Sumber pencemaran mangan berasal dari kegiatan manusia seperti industri pertambangan, peleburan dan produksi baja, pembuangan limbah baterai, serta juga dari proses alami seperti pelapukan batuan. Meskipun mangan merupakan unsur esensial bagi tubuh manusia dan organisme lainnya—terutama dalam peran metabolisme dan enzimatik—paparan dalam konsentrasi tinggi, khususnya melalui air minum atau tanah yang tercemar, dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan mengganggu kestabilan ekosistem. Oleh karena itu, pengendalian kadar mangan di

(6)

3

lingkungan menjadi hal penting dalam upaya perlindungan lingkungan dan kesehatan masyarakat (Ulfah, 2019).

Mangan yang terlarut dalam air, terutama dalam kondisi dengan kadar oksigen terlarut yang rendah, cenderung meningkatkan tingkat keasaman air.

Berdasarkan standar kualitas air yang tercantum dalam berbagai literatur, batas aman kandungan mangan dalam air umum adalah sebesar 0,5 mg/L, sementara untuk air minum batas maksimum yang diperbolehkan adalah 0,4 mg/L. Jika konsentrasi mangan melebihi ambang batas tersebut, air dapat menimbulkan bau logam yang menyengat serta mengalami peningkatan kadar total padatan tersuspensi (TSS), yang secara signifikan menurunkan mutu air. Paparan mangan dalam jumlah berlebihan juga dapat berdampak serius terhadap kesehatan manusia, termasuk gangguan pada sistem saraf pusat, penurunan kemampuan kognitif, serta timbulnya gejala yang menyerupai penyakit Parkinson. Di samping itu, akumulasi mangan di lingkungan perairan dapat menjadi racun bagi ekosistem akuatik, menghambat pertumbuhan organisme air, dan merusak keseimbangan biologis dalam habitat tersebut. Oleh karena itu, pengawasan terhadap kadar mangan dalam air sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan (Rahayu et al., 2025).

2.2.2. Klorin dan Klorida

Menurut Sukmawati et al. (2016), klorin merupakan senyawa kimia yang umum digunakan sebagai agen pembunuh kuman dalam proses pengolahan air, serta berfungsi sebagai pemutih dalam industri tekstil dan kertas. Selain aplikasi industrinya yang luas, klorin kini juga digunakan dalam bidang pangan, khususnya sebagai bahan pemutih atau pengilat beras agar beras kualitas menengah tampak menyerupai beras premium. Meskipun klorin memiliki beragam manfaat, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan. Dalam konsentrasi tinggi, klorin dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mata, dan kulit, serta mengganggu kesehatan secara umum. Lebih lanjut, sisa klorin (residu) yang tertinggal dalam air dapat bereaksi dengan senyawa organik alami dan membentuk trihalometana (THM), yaitu senyawa yang bersifat karsinogenik atau pemicu kanker. Oleh karena itu, pengujian dan pemantauan kadar klorin dalam air sangat penting dilakukan secara rutin, guna memastikan keamanannya bagi kesehatan manusia dan meminimalkan risiko pencemaran lingkungan.

Klorida merupakan ion negatif (anion) yang sangat mudah larut dalam air dan secara alami tersebar luas di lingkungan, termasuk dalam air laut, tanah, serta berbagai sumber air permukaan maupun air tanah. Walaupun klorida bukanlah senyawa yang bersifat toksik, peningkatan kadarnya akibat pembuangan limbah industri dan domestik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Konsentrasi klorida yang tinggi dalam air dapat mempercepat proses korosi pada pipa logam, tangki penyimpanan, dan infrastruktur air lainnya, serta mengubah cita rasa air minum menjadi lebih asin dan kurang layak konsumsi. Selain itu, keberadaan klorida yang berlebihan di lingkungan perairan dapat mengganggu keseimbangan osmotik organisme akuatik, sehingga berdampak pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup mereka. Mengingat dampaknya yang cukup luas, pemantauan dan pengendalian kadar klorida dalam air menjadi langkah penting untuk menjaga mutu air dan melindungi kelestarian ekosistem perairan (Ngibad dan Herawati, 2019).

(7)

4

2.3. Dampak Pencemaran Mangan dan Klorida di Perairan

Paparan logam mangan dalam kadar tinggi melalui air minum dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan manusia, khususnya pada sistem saraf. Mangan yang terakumulasi dalam tubuh dalam jangka waktu lama berpotensi mengganggu fungsi otak dan memicu gangguan neurologis. Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan kronis mangan berkaitan erat dengan penurunan fungsi kognitif, gangguan koordinasi motorik, serta peningkatan risiko munculnya penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson. Di sisi lain, klorida yang terkandung dalam air minum dengan konsentrasi berlebih juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan. Salah satu risikonya adalah gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang dapat memperparah kondisi medis tertentu, terutama pada individu dengan gangguan ginjal atau tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, pengawasan terhadap kadar mangan dan klorida dalam air minum sangat penting guna menjamin keamanan konsumsi dan menjaga kesehatan masyarakat (Racette et al., 2021).

Menurut Yadaf et al. (2025), salah satu dampak spesifik dari pencemaran klorida dalam air adalah terjadinya hiperkloremia, yaitu kondisi di mana kadar ion klorida dalam darah meningkat melebihi batas normal. Hiperkloremia dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, seperti dehidrasi, peningkatan tekanan darah, serta ketidakseimbangan asam- basa dalam tubuh yang berpotensi mengganggu stabilitas fisiologis. Kondisi ini menjadi lebih berisiko pada individu yang memiliki penyakit ginjal atau gangguan elektrolit, karena kemampuan tubuh mereka untuk mengatur kadar ion terganggu. Selain itu, konsumsi air dengan kandungan klorida tinggi juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan ion lainnya, yang berpengaruh terhadap fungsi vital seperti irama jantung dan kerja sistem saraf. Oleh karena itu, pemantauan kadar klorida dalam air minum sangat penting untuk mencegah gangguan kesehatan akibat ketidakseimbangan elektrolit (Santi, 2019).

Dari perspektif lingkungan, pencemaran mangan dan klorida dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap karakteristik perairan. Mangan dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan perubahan warna air menjadi kecoklatan atau kehitaman, serta menghasilkan bau yang tidak sedap. Hal ini tidak hanya mengurangi kualitas air untuk konsumsi manusia, tetapi juga mengganggu aktivitas perikanan, yang sangat bergantung pada kualitas air. Sementara itu, akumulasi klorida dalam jumlah besar dapat meningkatkan salinitas air, yang pada gilirannya berdampak buruk terhadap ekosistem perairan. Salah satu dampaknya adalah menurunnya populasi organisme air tawar, yang mengalami stres osmotik akibat perubahan kadar garam yang tajam. Kombinasi dari kedua zat pencemar ini, selain merusak estetika lingkungan, juga dapat menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada keseimbangan ekosistem perairan secara keseluruhan (Awliahasanah et al., 2021).

2.4. Standar Baku Mutu Pencemar untuk Air Bersih dan Air Minum 2.4.1. Standar Baku Mutu Mangan

Menurut Agustiany et al. (2024), baku mutu mangan (Mn) dalam air telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017. Dalam peraturan tersebut, kadar maksimum mangan yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 0,5 mg/L, sementara untuk air minum, batasannya lebih ketat, yaitu hanya 0,1 mg/L. Penetapan batas ini bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia, mengingat paparan mangan dalam konsentrasi tinggi dapat memicu gangguan pada sistem saraf, menyebabkan masalah perkembangan pada anak-anak, serta mengubah warna dan rasa air, yang dapat membuatnya tidak layak konsumsi. Oleh karena itu, pengawasan dan pengendalian kadar mangan dalam air sangat penting untuk mencegah risiko kesehatan yang dapat timbul.

(8)

5

Selain itu, berdasarkan literatur lainnya, standar baku mutu mangan juga diatur dalam Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, kadar maksimum mangan (Mn) terlarut yang diperbolehkan untuk keperluan higiene dan sanitasi adalah 0,1 mg/L. Tujuan dari pembatasan ini adalah untuk memastikan bahwa kualitas air yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan kegiatan domestik lainnya, tetap aman dan tidak menimbulkan efek negatif. Salah satu dampak yang dapat timbul akibat kadar mangan yang tinggi adalah noda yang terbentuk pada pakaian atau peralatan rumah tangga, yang disebabkan oleh endapan mangan yang berlebihan. Oleh karena itu, pengendalian kadar mangan dalam air sangat penting untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan masyarakat (Pamungkas et al., 2023).

2.4.2. Standar Baku Mutu Klorida

Standar baku mutu klorida dalam air telah diatur dalam berbagai regulasi yang bertujuan untuk memastikan kualitas air tetap aman bagi kesehatan manusia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, kadar klorida dalam air yang termasuk dalam kelas satu—yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum—tidak boleh melebihi 0,6 gram per liter (g/L). Sedangkan untuk air yang telah diproses dan layak dikonsumsi sebagai air minum, batas maksimum kandungan klorida yang diperbolehkan adalah 0,25 g/L. Penetapan batasan ini bertujuan untuk menjaga kualitas air agar tetap aman dan tidak menimbulkan efek samping negatif, seperti rasa asin yang berlebihan pada air minum atau potensi korosi yang dapat merusak pipa distribusi air. Oleh karena itu, pengawasan terhadap kadar klorida dalam air sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pasokan air bersih yang sehat (Lindasari et al., 2017).

Selain regulasi yang telah disebutkan, literatur lain juga menyebutkan standar baku mutu klorida yang sering digunakan, yaitu sebesar 600 mg/L atau setara dengan 0,6 g/L. Batas ini diterapkan dalam berbagai pedoman kualitas air, baik untuk keperluan domestik maupun industri. Konsentrasi klorida yang berlebihan dalam air dapat menimbulkan rasa asin yang tidak diinginkan serta meningkatkan risiko terjadinya korosi pada infrastruktur perpipaan, yang dapat merusak pipa dan mengurangi umur pakai sistem distribusi air. Oleh karena itu, pengendalian kadar klorida dalam air sangat penting untuk menjaga kualitas air yang digunakan oleh masyarakat agar tetap aman dan tidak menimbulkan dampak negatif (Tambunan et al., 2015).

2.5. Uji Surfaktan Anionik 2.5.1. Kolorimetr

Metode kolorimetri adalah teknik analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu zat berdasarkan intensitas warna yang terbentuk dalam larutan. Jika larutan awal tidak berwarna, reagen atau pengompleks tertentu akan ditambahkan untuk menghasilkan warna yang dapat diukur secara kuantitatif.

Dalam analisis mangan dalam air, sampel terlebih dahulu diberi asam sitrat (C₆H₈O₇) sebagai penyangga untuk memastikan reaksi berlangsung dalam kondisi asam. Setelah itu, agen pengoksidasi, seperti natrium periodat (NaIO₄), yang bersifat basa, ditambahkan untuk mengoksidasi mangan menjadi bentuk yang dapat bereaksi dengan indikator warna. Proses ini memungkinkan kandungan mangan dalam air untuk dianalisis secara akurat dengan mengamati perubahan warna yang

(9)

6

terjadi, yang kemudian diukur untuk menentukan konsentrasi mangan dalam sampel (Hitsmi et al., 2020).

Metode kolorimetri memiliki berbagai keunggulan, di antaranya adalah kesederhanaannya, karena tidak memerlukan tahap preparasi sampel yang rumit, sehingga lebih praktis dibandingkan dengan metode analisis lainnya. Teknik ini juga tidak selalu memerlukan peralatan khusus, karena perubahan warna yang terjadi dapat langsung diamati dengan mata telanjang, khususnya dalam analisis anion tertentu, menjadikannya lebih hemat biaya. Dengan kepekaan yang tinggi terhadap perubahan warna serta kemudahan penggunaannya, metode ini banyak diterapkan dalam pemantauan kualitas air. Namun, faktor-faktor seperti adanya gangguan dari zat lain dalam sampel serta tingkat kekeruhan air perlu diperhatikan agar hasil analisis tetap akurat dan dapat diandalkan (Suharman dan Rahayu., 2020).

2.5.2. Titrasi Argentometri

Titrasi argentometri adalah metode klasik yang sering digunakan untuk menganalisis kadar klorida dalam air dengan memanfaatkan larutan standar perak nitrat (AgNO₃) sebagai pereaksi utama. Keunggulan dari metode ini terletak pada prosedurnya yang relatif sederhana, cepat, serta kemampuannya untuk memberikan hasil yang akurat dan teliti. Metode argentometri ini juga sangat fleksibel, karena dapat diterapkan pada berbagai jenis sampel air dengan karakteristik yang berbeda, menjadikannya pilihan yang populer dalam analisis kimia lingkungan dan kontrol kualitas air. Dengan tingkat ketelitian dan akurasi yang tinggi, metode ini banyak digunakan untuk memastikan kandungan klorida dalam air sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan (Oktaviana et al., 2024).

Salah satu metode argentometri yang sering digunakan untuk menentukan kadar klorida dalam air adalah metode Mohr. Dalam metode ini, larutan baku perak nitrat (AgNO₃) ditambahkan secara bertahap ke dalam sampel yang mengandung ion klorida (Cl⁻), dengan kalium kromat (K₂CrO₄) berfungsi sebagai indikator.

Selama proses titrasi, ion klorida akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan putih perak klorida (AgCl). Titik akhir titrasi tercapai saat kelebihan ion perak bereaksi dengan indikator kromat, menghasilkan endapan merah bata perak kromat (Ag₂CrO₄), yang menandakan bahwa seluruh klorida telah bereaksi. Metode Mohr banyak digunakan dalam analisis kadar klorida karena kemampuannya memberikan hasil yang akurat dan dapat diterapkan pada berbagai sampel air, seperti air minum, air limbah, maupun sampel dari lingkungan lainnya (Huljani dan Rahma, 2018).

(10)

7

DAFTAR PUSTAKA

Agustiany D, Wahyudin D, Iqbal M. 2024. Variasi waktu kontak media filter zeolit dan karbon aktif terhadap penurunan kadar mangan (Mn) pada air bersih di PT. X. Jurnal Promotif Preventif 7(4): 841-848.

Awliahasanah R, Sari DNSN, Yanti D, Azrinindita ED, Ghassani D, Maulidia NS, Sulistiyorini D. 2021. Analisis risiko kesehatan lingkungan kandungan mangan pada air sumur warga kota Depok. Jurnal Sanitasi Lingkungan 1(2): 80-86.

Hitsmi M, Firdaus ML, Nurhamidah N. 2020. Pengembangan metode citra digital berbasis aplikasi android untuk analisis ion logam Cr (Vi). Alotrop 4(2): 117-124.

Huljani M, Rahma N. 2018. Analisis kadar klorida air sumur bor sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) II Musi II Palembang dengan metode titrasi argentometri. ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan 2(2): 5-9.

Lindasari S, Rudiyansyah KPU, Utomo KP. 2017. Penentuan kapasitas adsorpsi ion klorida (Cl-) pada pasir kuarsa terlapis mangan oksida dan kaolin teraktivasi HCl. Jurnal Kimia Khatulistiwa 6(1): 8-16.

Ngibad K, Herawati D. 2019. Analisis kadar klorida dalam air sumur dan PDAM di Desa Ngelom Sidoarjo. JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia) 4(1): 1-9.

Oktaviana FP, Aina GQ, Yusran DI. 2024. Gambaran kadar klorida pada air sumur bor di Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Borneo Journal of Medical Laboratory Technology 6(2): 628-632.

Pamungkas AI, Walukow AF, Medyati, N, Mulyono, S, Mofu R. 2023. Pengolahan air sumur gali yang tercemar besi (Fe) dan mangan (Mn): studi kasus di Kelurahan Koya Timur, Kota Jayapura. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 33(3): 92-101.

Racette BA, Nelson G, Dlamini WW, Prathibha P, Turner JR, Ushe M, Nielsen SS. 2021.

Severity of parkinsonism associated with environmental manganese exposure.

Environmental Health 20(1): 1-13.

Rahayu MM, Budiman J, Andriani T, Notodarmojo S. 2025. Analisis perubahan perilaku besi terlarut pada lindi sebagai pengaruh dari sampah plastik. Journal of Scientech Research and Development 7(1): 224-242.

Razi NM, Fildzah F, Dhani DN, Nasir M, Rizki, A, Firdus F. 2023. Literatur review:

pencemaran logam berat di Pelabuhan Indonesia. Jurnal Laot Ilmu Kelautan 5(1): 48- 61. Suharman S, Rahayu SU. 2020. Senyawa hidrazone dari Vanilin-DNPH sebagai sensor kolorimetri anion sianida. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 16(1): 77-93.

Sukmawati S, Nurdiyanah, Azriful. 2018. Gambaran kadar klorin (Cl2) pada beras di pasar Toddopuli Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. J-KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat 2(2): 75-86.

Tambunan MA, Abidjulu J, Wuntu A. 2015. Analisis fisika-kimia air sumur di tempat pembuangan akhir Sumompo Kecamatan Tuminting Manado. Jurnal MIPA 4(2): 153- 156.

Timothy NA, Williams ET. 2019. Environmental pollution by heavy metal: an overview.

International Journal of Environmental Chemistry 3(2): 72-82.

(11)

8

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengertian Pencemaran Logam Berat dan Sumber Pencemarnya

(12)

9 Lampiran 2. Mangan

(13)

10 Lampiran 3. Klorin dan Klorida

(14)

11

(15)

12

Lampiran 4. Dampak Pencemaran Mangan dan Klorida di Perairan

(16)

13

(17)

14 Lampiran 5. Standar Baku Mutu Mangan

(18)

15 Lampiran 6. Standar Baku Mutu Klorida

(19)

16 Lampiran 7. Kolorimetri

(20)

17 Lampiran 8. Titrasi Argentometri

(21)

22

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan kadar logam berat Mangan (Mn) dan Krom (Cr) dalam air minum hasil penyaringan dari alat Yamaha Water Purifier dilakukan dengan mendestruksi sampel air terlebih