• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA DIALOG FILM HAFALAN SHOLAT DELISA KARYA SONY GAUKASAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA DIALOG FILM HAFALAN SHOLAT DELISA KARYA SONY GAUKASAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

110 Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jpbsi/index

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA DIALOG FILM HAFALAN SHOLAT DELISA KARYA SONY GAUKASAK

Erika Nurul Farah1), Ellsa Monica Haliza2), Muhammad Noor Ahsin3), Rosita Rahma4), Asep Purwo Yudi Utomo5)

1)Universitas Negeri Semarang E-mail: erikanurul08@students.unnes.ac.id

2)Universitas Negeri Semarang

E-mail: ellsa.hakhayhukhy@students.unnes.ac.id

3)Universitas Muria Kudus E-mail: noor.ahsin@umk.ac.id

4)Universitas Pendidikan Indonesia E-mail: rositarahma@upi.edu

5)Universitas Negeri Semarang E-mail: aseppyu@mail.unnes.ac.id Info Artikel

________________

Sejarah Artikel:

Diterima November 2022

Disetujui Desember 2022

Dipublikasikan Desember 2022

Abstrak

Pragmatik merupakan studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk. Bentuk tindak tutur dalam peristiwa tutur meliputi lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang menyebabkan adanya pengaruh tuturan pembicara dan mempengaruhi serta mempengaruhi orang yang menjadi sasaran tuturan itu.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk tindak tutur perlokusi pada tuturan dialog film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis pragmatis. Penelitian ini bersumber dari film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak yang diakses melalui sebuah aplikasi Video.com. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak serta menggunakan teknik simak catat. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan perlokusi tokoh yang terdapat pada dialog film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak. Pada penelitian ini ditemukan 5 jenis tindak tutur dengan 13 data tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur direktif 4 buah; tindak tutur komisif 1 buah; tindak tutur ekspresif 2 buah; tindak tutur asertif 2 buah;

dan tindak tutur fungsi kompetitif 4 buah. Penelitian ini memiliki manfaat yaitu meningkatkan pemahaman baik untuk mahasiswa ataupun peneliti tentang ragam tindak tutur perlokusi pada film.

Kata kunci: pragmatik, tindak tutur, perlokusi, film, Hafalan Shalat Delisa.

Alamat korespondensi:

E-mail: erikanurul08@students.unnes.ac.id

(2)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

111 Abstract

Pragmatics is the study of the relationship between linguistic forms and the users of those forms. Forms of speech acts in speech events include locutionary, illocutionary, and perlocutionary. Perlocutionary acts are speech acts that influence the speech of the speaker and affect and influence the person who is the target of the speech. This study aims to explain the forms of perlocutionary speech acts in the dialogues of the film Memorization of Shalat Delisa by Sony Gaukasak. This research is in the form of a qualitative descriptive study using pragmatic analysis techniques. This research originates from the film Memorization of Prayers Delisa by Sony Gaukasak which is accessed through an application Video.com. The method used in this study is the method of observing and using the technique of observing and noting. The data collection in this study was obtained from the perlocutionary utterances of the characters found in the dialogue film Memorization of the Delisa Prayer by Sony Gaukasak. In this study, 5 types of speech acts were found with 13 perlocutionary speech acts data, namely 4 directive speech acts;

commissive speech act 1 piece; expressive speech acts 2 pieces; assertive speech acts 2 pieces; and 4 competitive function speech acts. This research has the benefit of increasing understanding for both students and researchers about the various perlocutionary speech acts in films.

Keywords: pragmatics, speech act, perlocutionary, film, Memorization of Delisa Prayer

PENDAHULUAN

Manusia hidup dalam lingkungan sebagai individu yang saling terkait, termasuk hubungan verbal. Hubungan verbal antara satu orang dengan orang lain diisi dengan kata- kata. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena manusia membutuhkannya untuk saling berkomunikasi, berbagi pengalaman, dan meningkatkan kemampuan intelektualnya. Ketika seseorang sedang berkomunikasi, kita dapat berasumsi bahwa pembicara berbicara dengan maksud mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicara, dan kita ingin lawan bicara memahami apa yang mereka coba katakan (Haryani & Utomo, 2020). Dalam suatu proses komunikasi itu tidak terlepas adanya tindak tutur maupun peristiwa tutur (Septiana dkk, 2020).

Membahas mengenai tindak tutur tentu saja tidak terlepas dari penutur dan mitra tutur, namun juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status pihak-pihak yang terlibat dalam penuturan, dan maksud tersirat dari penuturan, ini termasuk dalam studi pragmatik (Gamgulu, 2015). Studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk disebut dengan pragmatik (Nadar, 2009). Dalam studi pragmatik, seseorang akan mengetahui makna dari tuturan orang lain dan bisa merespon tuturan tersebut sesuai dengan asumsi mereka dengan maksud dan tujuan yang sama (Yule, 2006). Tindak tutur

(3)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

112 adalah kegiatan komunikatif yang dicapai dalam kaitannya dengan maksud penutur dan interpretasi mitra tutur situasi tertentu di bawah konvensi sosial tertentu (Tsoumou, 2020).

Ujaran mempunyai implikasi berupa proposisi yang sebenarnya bukan bagian dari tuturan tersebut dan tidak pula merupakan konsekuensi yang harus ada dari tuturan itu (Yulianti &

Utomo, 2020).

Salah satu bagian dari komunikasi adalah saling bertutur atau dapat disebut dengan tindak tutur. Tindak tutur merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik (Saifudin, 2018).

Mengujarkan tuturan dapat dipandang sebagai tindakan (mempengaruhi), di samping memang mengucapkan ujaran itu (Widyawati & Utomo, 2020). Pengklasifikasian jenis tindak tutur (Tarigan, 2009) meliputi lokusi (melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu), ilokusi (melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu), dan perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu). Tindak tutur lokusi artinya tindak tutur yang mengungkapkan sesuatu dengan arti “menyatakan” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Hidayah dkk, 2020). Tindak tutur ilokusi (illocutionary acts), merupakan tindakan melakukan sesuatu dengan tujuan dan fungsi tertentu dalam kegiatan berbicara yang sebenarnya (Nirmala, 2015). Tindak tutur perlokusi dapat berupa pencapaian objek perlokusi (meyakinkan, membujuk) atau produksi sekuel perlokusi (Kurzon, 1998). Perlokusi adalah tindakan yang dilakukan dengan mengatakan sesuatu. Mengatakan sesuatu akan sering, atau bahkan biasanya, menghasilkan efek konsekuensial tertentu pada perasaan, pikiran, atau tindakan audiens, atau pembicara, atau orang lain (Marcu, 2000).

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi dan interaksi menjadi penyebab adanya suatu tindak tutur yang pada ranah ini berkaitan dengan film. Film adalah salah satu media komunikasi yang seringkali dipergunakan untuk menyampaikan pesan. Pesan film terdiri dari kata, frasa, klausa, dan kalimat yang membentuk sudut pandang eksklusif penonton. Oleh karena itu, ketika menonton film, setiap penonton film mempunyai persepsi yang berbeda bahwa mereka memahami makna film sesuai dengan konteks yang ada (Widayanti &

Kustinah, 2019). Di dalam film, serangkaian kisah yang terjadi pada manusia tersaji dalam bentuk visual, bahasa dan makna.

Berkaitan dengan tindak tutur, tutur kata tokoh pada film adalah yang menghasilkan alur cerita, sebagai akibatnya menjadi daya pikat untuk penikmat guna memahami jalan cerita. Daya pikat tersebut ada oleh adanya jenis tindak tutur yang mempunyai arti banyak dengan cara penyampaian yang banyak juga, diadaptasi menggunakan tujuan adanya tindak tutur tadi atau arti yang hendak disampaikan (Haryani & Utomo, 2020). Penelitian ini akan menganalisis tindak tutur perlokusi pada film yang berjudul Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak. Film ini menyajikan rangkaian cerita dari latar belakang tsunami Aceh pada tahun 2004. Di dalam film ini, dapat ditemukan berbagai bentuk tuturan dari para tokoh yang menarik buat dikaji serta dipahami. Aneka ragam tuturan yang ada pada film tersebut mempunyai keunikan yang memengaruhi orang-orang di sekitarnya yang membuat banyak orang dewasa melakukan “aksi” untuk tetap semangat dan berjuang menjalani hidup setelah bencana tsunami.

(4)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

113 Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan untuk bisa dijadikan acuan pengembangan, yaitu penelitian “Tindak Tutur Perlokusi pada Dialog Film Keluarga Cemara” karya Yandy Laurens (Nadzifah & Utomo, 2020). Selanjutnya penelitian dengan judul “Tindak Tutur Perlokusi dalam Dialog Film The Teacher’s Diary dengan Subtitle Bahasa Indonesia” (Haryani & Utomo, 2020). Kemudian penelitian “Analisis Tindak Tutur Perlokusi dalam Konpers Presiden Soal Covid-19 Pada Saluran Youtube CNN Indonesia”

(Fatihah & Utomo, 2020) serta penelitian “Analisis Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Pada Film Papa Maafin Risa” (Hidayah dkk, 2020). Penelitian-penelitian tersebut tentunya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini.

Persamaannya yaitu kajian yang digunakan berupa tindak tutur, sedangkan perbedaannya adalah fokus kajiannya hanya pada tindak tutur. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti berfokus pada berbagai jenis tindak turur dengan penggunaan teori pragmatik yang beragam pula.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk tindak tutur perlokusi pada tuturan dialog film Hafalan Shalat Delisa. Penelitian ini memberi manfaat bagi peneliti baik secara teoretis maupun secara praktis. Penelitian ini secara teoretis bermanfaat dalam perkembangan kajian tindak tutur perlokusi dalam bidang pragmatik. Selain itu, penelitian ini secara praktis bisa meningkatkan pemahaman baik untuk mahasiswa ataupun peneliti yang lain tentang ragam tindak tutur perlokusi pada film.

METODE PENELITIAN

Kajian analisis dalam film berjudul Hafalan Shalat Delisa berdasarkan kajian pragmatik dengan fokus penelitian yaitu tindak tutur perlokusi. Jenis penelitian tindak tutur perlokusi dalam film berjudul Hafalan Shalat Delisa adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif akan menjelaskan penelitian dengan kata-kata yang tertulis sesuai dengan pengamatan yang dilakukan (Mahsun, 2011). Alasan peneliti memilih metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan tindak tutur perlokusi yang terdapat pada film Hafalan Shalat Delisa. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan perlokusi yang terdapat pada dialog film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak. Sumber datanya ialah film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak yang diakses melalui sebuah aplikasi Video.com yang memberikan akses gratis bagi pengguna untuk menonton film secara daring.

Analisis tuturan perlokusi pada kali ini menggunakan pendekatan pragmatik dengan karya sastra film Hafalan Shalat Delisa sebagai objeknya, pendekatan ini memfokuskan karya sastra untuk kepentingan penonton atau masyarakat dalam hal ini adalah kepentingan mengtahui pengaruh perlokusi dalam film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak agar masyarakat dapat mengetahui nilai pragmatik dalam film ini. Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak melalui bentuk tuturan, tindakan serta respon tuturan para tokoh. Peneliti menyimak tuturan dalam dialog film, kemudian menulis dan menganalisis semua tuturan tersebut dengan analisis tindak tutur perlokusi. Teknik catat merupakan teknik pengumpulan dengan cara mencatat hasil dari simakan yang dapat

(5)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

114 dimasukan dan dianggap relevan dengan penelitian dari penggunaan bahasa yang dilakukan secara tertulis (Mahsun, 2005). Selain itu, teknik analisis data lainnya yaitu analisis data interaktif (Sudaryanto, 2015). Peneliti mengumpulkan data dari awal hingga akhir video, mereduksi data dengan membaca dan menafsirkan data dari hasil pengumpulan sebelumnya, menyajikan data hasil reduksi, dan penarikan simpulan dari data tersebut.

PEMBAHASAN

Tindak tutur perkolusi ialah Menerima, menolak, dan berperilaku netral. Intinya adalah bahwa 'sesuatu' yang terkandung dalam perlokusi ditentukan oleh konteks situasi dan percakapan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, makna yang terkandung dalam suatu tuturan sangat ditentukan oleh kemampuan penutur untuk menafsirkannya. Penafsiran ini merupakan penafsiran terhadap suatu pernyataan atau ucapan yang berbeda dari orang ke orang karena perbedaan persepsi orang-orang tersebut. Perlokusi dapat memegaruhi respon mitra tutur baik respon verbal maupun nonverbal. Pada dialog film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak ditemukan 5 jenis tindak tutur dengan 13 data tindak tutur perlokusi dengan rincian: tindak tutur direktif 4 buah tuturan memerintah, memberikan nasihat,meminta, dan mengajak; tindak tutur komisif 1 buah dengan rincian tuturan menjanjikan; tindak tutur ekspresif 2 buah dengan rincian tuturan menghargai dan memuji;

tindak tutur asertif 2 buah tuturan melaporkan; dan tindak tutur fungsi kompetitif 4 buah dengan rincian tuturan tidak bertatakrama membuat kesal, curiga, panik dan tuturan yang membuat mitra tutur melakukan tindakan.

1. Tindak Tutur Direktif

Maksud dari tindak tutur direktif, yaitu penutur menyampaikan tuturannya yang dapat menimbulkan pengaruh atau efek kepada mitra tutur yang berupa tindakan. Hal tersebut berupa tindakan memerintah, memberikan nasihat, meminta dan mengajak. Dalam film Hafalan Sholat Delisa terdapat 4 buah tindak tutur komisif, diantaranya.

Menit ke- 03:19

Tiur : “Umam nakal.”

Umam : “Eh Tiur, cepat kau ambil bolanya!”

Tiur : “Tak mau.”

Umam : “Ambil cepat.”

Tiur : “Tidak!”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi direktif. Tuturan yang dilakukan Umam kepada Tiur yaitu memerintah. Umam memerintah Tiur untuk mengambil bolanya setelah bola tersebut menghantam Tiur hingga terjatuh. Dari tuturan tersebut, kemudian menimbulkan efek terhadap Tiur sebagai mitra tutur. Tiur kemudian menolak dengan tegas dengan mengatakan tidak kepada Umam. Pada dialog ini respons Tiur sebagai mitra tutur adalah respon verbal dimana Tiur menolak perintah dari Umam.

Menit ke- 10:09

Umi : “Jadi dulu Aisyah menghafal hafalan salatnya hanya untuk kalungnya?”

(6)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

115 Aisyah : “Bukan, kata Ustad Rahman biar dapat hadiah surga.” (menangis terisak) Umi : “Jangan gampang iri ya, lagian kalungnya Aisyah dan kalungnya Delisa sama aja kok, tapi Aisyah jangan gampang cemburu sama barang-barang yang bukan milik kita apalagi barang itu milik saudara kita sendiri, yahh.”

Aisyah : “Maaf Umi.”

Umi : “Gapapa sayang.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi direktif. Tuturan yang dilakukan Umi kepada Aisyah yaitu memberikan nasihat. Umi memberikan nasihat kepada Aisyah agar tidak merasa iri dan cemburu kepada Delisa karena semua sudah mendapatkan hadiah kalung yang sama. Dari tuturan Umi, menimbulkan efek kepada Aisyah sebagai mitra tutur. Aisyah kemudian meminta maaf kepada Umi, selain respon verbal, Aisyah juga memberikan respon nonverbal yaitu dengan berhenti menangis terisak, rasa sadar atas nasihat Umi kepada Aisyah membuat Aisyah mulai tenang dan menerima nasihat Umi dengan lapang dada.

Menit 11:41

Delisa : “Tiur…Tiur…Ajari Delisa ya. Soalnya Abi sudah janji ingin belikan Delisa sepeda baru.”

Tiur : “Delisa seneng ya masih punya Abi, tidak seperti Tiur tidak memiliki Abi.”

Delisa : “Kalau begitu, Abinya Delisa bisa juga jadi Abinya Tiur. Ya sudah Tiur, sekarang ajari Delisa naik sepeda ya.”

Tiur : “Ya udah ayuk.”

Delisa : “Pelan-pelan ya Tiur dorongnya.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi direktif. Tuturan yang dilakukan Delisa kepada Tiur yaitu meminta. Delisa meminta Tiur untuk mengajarinya naik sepeda.

Tuturan Delisa memengaruhi Tiur sehingga Tiur menyetujuinya tindakan persetujuan dari Tiur terhadap Delisa merupakan respon verbal lalu diikuti nonverbal dengan langsung mempersilakan Delisa untuk menaiki sepedanya. Tiur kemudian mengajari Delisa naik sepeda dengan pelan-pelan.

Menit 01:14:24

Koh Acan : “Masakan Koh Acan siap disantap. Selamat menikmati.”

Delisa : “Mie Koh Acan enak. Semuanya ayo…mienya koh Acan enak nih, beli mie ya koh Acan, enak lho…enak lho.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi direktif. Tuturan yang dilakukan Delisa merupakan tindakan mengajak. Delisa mengajak orang-orang yang merupakan mitra tutur untuk membeli mienya Koh Acan. Kemudian para mitra tutur tersebut merespon tuturan Delisa dengan mendatangi Koh Acan dan memesan mienya. Respon Delisa pada dialog ini merupakan respon verbal hanya saja kemudian respon Delisa

(7)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

116 menyebabkan individu lain tertarik dan memberikan respon nonverbal atau mendatangi Koh Acan untuk memesan mie.

2. Tindak Tutur Komisif

Pada tindak tutur komisif, tindakan di masa depan dituturkan oleh penutur untuk mengutarakan tuturannya yang terikat. Hal tersebut berupa tindakan menjanjikan. Dalam film Hafalan Sholat Delisa terdapat 1 buah tindak tutur komisif, diantaranya.

Menit 08:43

Delisa : “Delisa beli kalung, bagus deh ada huruf D nya.”

Abi : “Kalau Delisa hafal bacaan salatnya, Abi ada hadiah. Delisa mau sepeda kan?”

Delisa : “Iya Abi, Delisa mau sepeda yang warna biru.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi komisif. Tuturan yang dilakukan Abi kepada Delisa adalah menjanjikan. Tuturan Delisa yang mengatakan bahwa ia baru beli kalung, memengaruhi Abi. Kemudian Abi menjanjikan Delisa sebuah sepeda jika ia hafal bacaan salat.

3. Tindak Tutur Ekspresif

Dalam jenis tuturan ekspresif, penutur mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap situasi yang tersirat. Hal tersebut berupa tindakan memuji dan mengucapkan terima kasih. Dalam film Hafalan Sholat Delisa terdapat dua buah tindak tutur ekspresif, di antaranya sebagai berikut.

Menit 04:36

Fatimah : “Umi.”

Umi : “Iya.”

Umi : “Coba Umi tanya, kenapa sih kerudung Umi?”

Fatimah : “Warna ungu bikin wajah Umi menjadi gelap. Sebentar yaa, fatimah pilih warna yang cocok buat Umi.”

Fatimah : “Hmm.. ini dia, kalau Umi pakai jilbab ini, wajah Umi jadi bercahaya dan biar semua orang liat wajah Umi yang cantik”.

Aisyah : “Kak Fatimah kok bilang gitu. Kaya Umi mau pergi lama aja.”

Dialog tersebut merupakan tuturan perlokusi ekspresif. Tindak tutur dilakukan Fatimah merupakan tindakan memuji. Tuturan Fatimah yang memuji wajah Umi akan bercahaya dan cantik ketika memakai jilbab pilihannya. Dari tuturan Fatimah kemudian timbul respon dari Umi yang sebagai mitra tutur merespon tuturan tersebut dengan tersenyum kepadanya. Selain itu, Aisyah juga sebagai mitra tutur lainnya merespon tuturan Fatimah yang sedikit merasa heran dengan apa yang dituturkan Fatimah.

Menit 37:40

Pengelola Bantuan : “Pak…Pak…Bapak mau ke loekna?”

(8)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

117

Abi : “Iya”

Pengelola Bantuan : “Kita mau ke sana, sekarang mobil bantuan sedang disiapkan.

Kita akan berusaha mencapai titik loekna. Kalau bapak mau ikut, ikut kami.”

Abi : “Iya saya ikut Pak, terima kasih saya ikut.”

Pengelola Bantuan : “Iya.. mari.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi ekspresif. Tuturan yang dilakukan Abi adalah tindakan mengucapkan teima kasih. Abi mengucapkan terima kasih karena telah diperbolehkan ikut untuk ke Loekna. Tuturan Abi menimbulkan efek terhadap bapak pengelola bantuan sebagai mitra tutur dengan merespon tuturan Abi dengan mengatakan

“Iya…Mari” respon tersebut merupakan tindakan menghargai.

4. Tindak Tutur Asertif

Tindak tutur asertif memiliki tuturan yang mana penutur mengungkapkan kebenaran pada preposisinya. Hal tersebut berupa tindakan melaporkan. Dalam film Hafalan Sholat Delisa terdapat 2 buah tindak tutur asertif, diantaranya.

Menit 49:29

Koh Acan : “Abi Usaman…Abi Usman…Delisa. Ini baru saja ditempel di tenda darurat. Ini tulisan tangan Delisa kan. Nah ditulisanya semua orang terdekat padanya. Berarti Delisa masih hidup. Sekarang ada di rumah sakit darurat”.

Abi Usman : “Alhamdulillah…makasih koh.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi asertif. Tuturan yang dilakukan Koh Acan merupakan tindakan melaporkan. Koh Acan melaporkan bahwa Delisa masih hidup dan sekarang berada di rumah sakit darurat. Dari tuturan tersebut, Abi Usman sebagai miyra tutur kemudian mengucap syukur dan segera menuju ke rumah sakit dengan menaiki mobil relawan yang ia kejar.

Menit 01:23:16

Ayah Umam : “Umam…Umam…Umi ketemu.”

Delisa : “Hah Umi ketemu? Abi…Umi ketemu.”

Ayah Umam : “Maaf Delisa, bukan Umimu, tapi Uminya Umam.”

Umam : “Abi, Umi di mana?”

Ayah Umam : “Di sana.”

Dialog tersebut merupakan tindak tutur perlokusi asertif. Tuturan yang dilakukan Abinya Umam merupakan tindakan melaporkan. Abinya Umam melaporkan bahwa Uminya Umam telah ditemukan. Kemudian Delisa sebagai mitra tutur lantas merespon tuturan Abinya Umam dengan senang karena ia mengira Uminya lah yang ditemukan.

Namun, Abinya Umam lantas menjelaskan jika itu bukan Uminya, tapi Uminya Umam.

(9)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

118 Selain itu, mitra tutur lainnya yaitu Umam juga merespon tuturan Abinya dengan bertanya di mana Uminya. Mereka berdua lantas bergegas menuju tempat Uminya.

5. Fungsi Kompetitif

Kompetitif adalah tuturan yang tidak bertatakrama bertujuan bersaing dengan tujuan sosial. Hal tersebut berupa tindakan merasa kesal, curiga, panik, dan tindakan. Dalam film Hafalan Sholat Delisa terdapat 4 buah tindak tutur fungsi kompetitif, diantaranya.

Menit 01:33

Kak Fatimah : “Kalau kamu tidak mau bangun, kakak gelitikin saja, 1,2, 3,”

Delisa : (terpaksa terbangun karena gelitikan Aisyah dan Fatimah) “Kak Fatimah dan Aisyah bangunin Delisa jahat deh, maksa! (wajah kesal).

Dialog tersebut merupakan bentuk tuturan perlokusi yang tidak bertatakrama (membuat kesal). Tuturan dan tindakan nonverbal yang dilakukan oleh Kak Fatimah merupakan tindak tutur perkolusi yang memengaruhi Delisa sehingga Delisa bangun dengan keadaan kesal. Hal tersebut terjadi ketika Aisyah dan Kak Fatimah membangunkan Delisa untuk melaksanakan Ibadah shalat subuh yang sudah hampir terlambat waktu shalatnya.

Menit 19:42

Aisyah : “Ini cokelat siapa?”

Delisa : “Itu punyaku, hadiah dari Ustad Rahman!”

Aisyah : “Kenapa Ustad Rahman memberi hadiah? Hadiah apa? Hadiah apa?!!”

Delisa : “Ustad Rahman bilang Delisa anak yang baik, tidak pernah bohong, jadi Ustad memberi Delisa hadiah”

Umi : “Bagus dong, anak kalo tidak pernah bohong itu disayang Allah, insyaAllah!”

Aisyah : “Ga percaya!” (berbicara dengan Delisa dengan tatapan sinis dan penuh curiga)

Dialog tersebut merupakan bentuk tuturan perlokusi yang tidak bertatakrama (curiga). Tuturan dalam dialog tersebut membuat mitra tutur merasa curiga. Dari dialog tersebut, jawaban Delisa atas pertanyaan Aisyah mengenai mengapa Delisa diberi hadiah, merupakan tuturan perkolusi, yang memiliki efek ketidakpercayaan, sehingga Aisyah terpengaruh dan menjadi tidak percaya.

Menit 30:00

Rekan Abi : “Usman, Usman, ada tsunami!”

Abi : “Oh ya? Dimana?”

Rekan Abi : “Di kota asalmu Aceh, hampir separuh meninggal dan menjadi korban.”

(10)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

119 Abi : “Astagfirullah hal adzim” (sambil berlari panik menuju televisi untuk

melihat kebenaran berita.”

Dialog tersebut merupakan bentuk tuturan perlokusi yang tidak bertatakrama.

Tuturan dalam dialog tersebut mengasilkan tuturan panik. Dari penggalan dialog diatas, ditujukan bahwa tindak tutur tokoh Rekan Abi, merupakan tindak tutur perkolusi yang memberikan kepada Abi selaku mitra tutur yaitu rasa panik karena mendengar kabar bencana tsunami Aceh.

Menit 54:50

Delisa : “Abi, kita sudah sampai Abi? Abi, rumah kita mana Abi?, Abi, rumah kita mana?!!” (sambil melihat lahan rumah yang porak-poranda)

Abi : “Abi bikin rumh baru buat Delisa, rumah bisa dibangun sayang, (sambil menunjuk bidang-bidang tanah) ini nanti kamar Abi dan Delisa, nanti Delisa tidur sama Abi ya?! Nanti di sini pintunya, dapur, buat Delisa main- main dibelakang…”

Dialog tersebut merupakan bentuk tuturan perlokusi yang tidak bertatakrama.

Tuturan dalam dialog tersebut membuat mitra tutur melakukan tindakan. Dari dialog tersebut, tindak tutur perkolusi adalah pada dialog yang dituturkan Delisa, pertanyaan- pertanyaan Delisa, memengaruhi Abi untuk melakukan tindakan yaitu membuat rumah untuk Delisa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan hasil bahwa dalam film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak memiliki 13 data tuturan perlokusi yaitu tindak tutur direktif 4 buah dengan rincian tuturan memerintah, memberikan nasihat,meminta, dan mengajak yang direspon dengan tindakan verbal maupun non verbal oleh mitra tutur; tindak tutur komisif 1 buah dengan rincian tuturan menjanjikan; tindak tutur ekspresif 2 buah dengan rincian tuturan menghargai dan memuji; tindak tutur asertif 2 buah tuturan melaporkan; dan tindak tutur fungsi kompetitif 4 buah dengan rincian tuturan tidak bertatakrama membuat kesal, curiga, panik dan tuturan yang membuat mitra tutur melakukan tindakan.

Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan pengetahuan kepada penonton bahwa dalam dialog film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak terdapat aspek pragmatik yaitu perlokusi yang dapat dimanfaatkan untuk melihat film Hafalan Shalat Delisa karya Sony Gaukasak dari sudut pandang lain yang lebih rinci.

Dan dapat menilai karakter setiap tokoh dengan tindakan perlokusi dan respon yang diberikannnya.

(11)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

120 DAFTAR PUSTAKA

Fatihah, A. C., & Utomo, A. P. Y. (2020). Analisis Tindak Tutur Perlokusi dalam Konpers Presiden Soal Covid-19 pada Saluran Youtube CNN Indonesia. Metamorfosis : Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 13(1), 1–10.

Gamgulu, N. (2015). Analisis Tindak Tutur dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi, 3(2).

Haryani, F., & Utomo, A. P. Y. (2020). Tindak Tutur Perlokusi dalam Dialog Film “The Teacher’s Diary” Dengan Subtitle Bahasa Indonesia. Jurnal Skripta, 6(2), 28–40.

Hidayah, T., Sudrajat, R. T., & Firmansyah, D. (2020). Analisis Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, Dan Perlokusi Pada Film “Papa Maafin Risa.” Parole Jurnal Pendidikan Bahasa Dan

Sastra Indonesia, 3(1), 71–80.

https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/view/4466.

Kurzon, D. (1998). The speech act status of incitement: Perlocutionary acts revisited. Journal of Pragmatics, 29(5), 571–596. https://doi.org/10.1016/s0378-2166(97)00083-0

Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Mahsun. (2011). Metode Penelitian Linguistik. Yogyakarta: Rajawali Press.

Marcu, D. (2000). Perlocutions: The achilles’ heel of speech act theory. Journal of Pragmatics, 32(12), 1719–1741. https://doi.org/10.1016/s0378-2166(99)00121-6

Nadar, F. X. (2009). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nadzifah, Z. N., & Utomo, A. P. Y. (2020). Tindak Tutur Perlokusi pada Dialog Film

“Keluarga Cemara” Karya Yandy Laurens. Dinamika, 3(2), 43.

https://doi.org/10.35194/jd.v3i2.960.

Nirmala, V. (2015). Tindak Tutur Ilokusi pada Iklan Komersial Sumatera Ekspress. Kandai, 11(2), 139–150.

Saifudin, A. (2018). Konteks dalam Studi Pragmatik Linguitik. LITE Jurnal Bahasa, Sastra Dan Budaya, 14(2), 113.

Septiana, M. H. E., Susrawan, I. N. A., & Sukanadi, N. L. (2020). Pada Dialog Film 5Cm Karya Rizal Mantovani (Sebuah Tinjauan Pragmatik). Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia (JIPBSI), 1, 98–105. http://e- journal.unmas.ac.id/index.php/jipbsi/article/view/1604.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Anggota APPTI.

Tarigan, H. G. (2009). PENGAJARAN PRAGMATIK. Bandung: ANGKASA.

(12)

Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2746-7139

Universitas Jenderal Soedirman p-ISSN:2746-7120

Vol. 3, No. 2, Desember 2022

121 Tsoumou, J. M. (2020). Analysing speech acts in politically related Facebook

communication. Journal of Pragmatics, 167, 80–97.

https://doi.org/10.1016/j.pragma.2020.06.004.

Widayanti, S. R., & Kustinah. (2019). Analisis Pragmatik pada Fungsi Tindak Tutur dalam Film Karya Walt Disney. Prasasti: Jurnal of Linguistics, 4(2), 180–185.

Widyawati, N., & Utomo, A. P. Y. (2020). Tindak Tutur Ilokusi dalam Video Podcast Deddy Corbuzer dan Najwa Shihab pada Media Sosial Youtube. 5(2), 18–27.

Yule, G. (2006). PRAGMATIK. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR.

Yulianti, Y., & Utomo, A. P. Y. (2020). Analisis Implikatur Percakapan Dalam Tuturan Film Laskar Pelangi. Matapena: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 3(1), 1–14.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat ditemukan empat jenis tindak perlokusi yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur ekspresif.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan perlokusi berupa kata dan kalimat yang diambil dari dialog tokoh- tokoh yang terdapat dalam novel Sang Pencerah karya

Hasil penelitian ini berupa tindak tutur lokusi, tindak tutur perlokusi efek disengaja, dan tindak tutur perlokusi efek tidak disengaja yang terdpat dalam novel Surat Kecil

Hasil penelitian dari tindak tutur direktif dalam dialog film MRMSD Produksi MD Pictures menunjukan bahwa bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang paling sering

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada film “Hafalan Shalat Delisa”, menunjukkan bahwa film ini berisi pesan-pesan moral, sosial, dan keagamaan yang tertuang dalam

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan tokoh yang meliputi bentuk dan fungsi tindak tutur direktif dan ekspresif dalam dialog film Teman Tapi Menikah karya

Terdapat delapan bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam dialog film Rentang Kisah Karya Danial Rifki dengan jumlah total adalah 304 data penelitian yang terdiri dari bentuk

Dalam naskah drama “Petang di Taman” karya Iwan Simatupang, tindak tutur berjenis perlokusi membuat jengkel juga tampak pada tuturan antara tokoh Orang Tua, Wanita, dan Laki-Laki