PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
4 Moch Ichwan Kurniawan, “Hambatan Pelaksanaan SEMA Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Pemenuhan Hak Perempuan Pasca Gugatan Cerai di Pengadilan Agama Kabupaten Kediri,” Al-Syakhsiyyah, No. Untuk itu peneliti akan mengkajinya dari segi hukum progresif untuk mengetahui maksud dari poin c angka 1 huruf b SEMA No.
Rumusan Masalah
Permasalahan diatas perlu diteliti lebih lanjut, untuk dapat mengetahui seberapa progresif penyesuaian poin c angka 1 huruf b SEMA No. 2 Tahun 2019 dan mengkajinya lebih dalam dengan menganalisisnya menggunakan teori hukum progresif dalam tesis berjudul “Tinjauan Hukum Progresif SEMA No.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Untuk menjelaskan analisis hukum progresif terhadap tujuan poin c angka 1 huruf b SEMA No. 2 Tahun 2019 tentang Dukungan dalam Masalah Perceraian. Untuk menjelaskan analisa hukum progresif terhadap peraturan pada poin c angka 1 huruf b SEMA No. 2 Tahun 2019 tentang Dukungan dalam Masalah Perceraian.
Studi Penelitian Terdahulu
Persamaan penelitian Uswatun Hasanah dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pendapatan dalam kasus perceraian. 14 Novianti Alam Islami, “Review Hukum Progresif Satjipto Rahardjo untuk Kompilasi Hukum Islam”, Skripsi (Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember, 2019). . Penelitian ini menjelaskan peraturan SEMA no. 2 Tahun 2019 tentang retensi dalam perkara perceraian yang disengketakan.
Metode Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Data dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Pengecekan Keabsahan Data
Hukum progresif mengutamakan “pengejaran keadilan” karena tujuan hukum progresif adalah mencapai keadilan substantif (keadilan yang sesungguhnya). Cara hukum progresif tidak hanya mengutamakan peraturan (peraturan), tetapi juga bertindak berdasarkan asas hukum progresif, yaitu gerakan pembebasan (pelanggaran peraturan).
Sistematika Penulisan
TEORI HUKUM PROGRESIF
Pengertian Hukum Progresif
Gagasan ilmu hukum dan hukum progresif pada mulanya didasari oleh kekhawatiran akan rendahnya kontribusi ilmu hukum di Indonesia, termasuk krisis di bidang hukum. Untuk mengatasi hal tersebut, Prof. Satjipto Rahardjo menawarkan konsep pemikiran yang disebut hukum progresif. Hukum progresif lahir karena selama ini ajaran fikih positif (yurisprudensi analitis) yang diamalkan dalam realitas empiris di Indonesia masih kurang memuaskan.
Gagasan hukum progresif muncul akibat krisis kualitas penegakan hukum di Indonesia, terutama sejak reformasi berlangsung pada pertengahan tahun 1997. Hukum progresif merupakan koreksi atas kelemahan hukum modern yang ingin melepaskan diri dari dominasi hukum liberal. 4 Novianti Alam Islami, “Review Hukum Progresif Satjipto Rahardjo Tentang Kompilasi Hukum Islam”, Skripsi (Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember.
6 Novianti Alam Islami, “Review Hukum Progresif Satjipto Rahardjo tentang Kompilasi Hukum Islam”, Skripsi (Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember, 2019), 64. Penerapan hukum progresif sebagai satu kesatuan sistem hukum progresif sebagai ide yang dikembangkan oleh Satjipto Rahardjo sangat mungkin untuk diterapkan di Indonesia.
Ciri-Ciri Hukum Progresif
Oleh karena itu, keadilan substantif harus lebih diutamakan daripada keadilan prosedural, dan hal ini hanya agar hukum dapat dilihat sebagai solusi atas permasalahan kemanusiaan.19 Sebagaimana hukum yang tidak menghasilkan keadilan, maka tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. Hak progresif adalah hak yang selalu haus akan kebenaran dan tidak henti-hentinya mencari keadilan. Dengan demikian, hukum progresif senantiasa berupaya untuk menciptakan penegakan hukum yang bermuara pada tercapainya keadilan substantif.
Hukum progresif mempunyai pemikiran yang sama dengan realisme hukum dan Freirechtslehre, karena hukum tidak dilihat dari sudut pandang hukum, tetapi dilihat dan dinilai dari tujuan sosial yang ingin dicapai serta akibat yang ditimbulkan dari berjalannya hukum tersebut.20. Dalam hal ini kehadiran hukum bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas, yaitu: demi harkat dan martabat manusia, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kehormatan manusia. Pemahaman masyarakat terhadap hukum melampaui peraturan atau teks dokumen untuk melihat cara kerja hukum dan konsekuensi hukum.
Itu sebabnya hukum progresif ingin membongkar tradisi hakim mengambil keputusan hanya berdasarkan konstruksi. Oleh karena itu, kelompok sayap kanan progresif menginginkan adanya perubahan cara berpikir para akademisi hukum khususnya cara berpikir aparat penegak hukum, agar dalam penegakan hukum tidak hanya mengacu pada bunyi dan teks undang-undang saja, namun diharapkan terobosan juga telah dilakukan dalam cara berpikir lain.
Prinsip-Prinsip Hukum Progresif
Mendorong setiap pihak yang terlibat dalam proses penegakan hukum untuk selalu mempertanyakan hati nuraninya mengenai makna hukum yang lebih dalam. Dengan kata lain, gagasan hukum progresif sebagai gerakan pembebasan mendorong aparat penegak hukum (khususnya hakim) untuk menghadirkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi para pencari hukum dalam proses penegakan hukum dengan mencari dan menggali nilai-nilai. Menurut Satjipro Rahardjo, hukum emansipatoris adalah hukum progresif yang ingin melepaskan diri dari kerangka hukum modern yang masif, model liberal kapitalis yang telah banyak menimbulkan kegaduhan.23 Yang juga ingin dibebaskan adalah keterikatan pada status quo, yaitu segala sesuatu yang membuat manusia menjadi “budak di bawah hukum yang kaku”. Dengan cita-cita emansipasi, hukum progresif ingin tampil sebagai gerakan sosial emansipasi dalam ranah hukum dan fungsional.
Hukum progresif bukan berarti penolakan terhadap penggunaan peraturan yang terdapat dalam teks hukum, melainkan cara hukum yang hanya menjalankan perintah undang-undang tanpa melihat pesan moral dan keadilan dibalik perintah undang-undang tersebut.25 Dengan kata lain , hukum modern ini cenderung dijunjung oleh hukum positif. Dalam hal ini kehadiran hukum dikaitkan dengan tujuan-tujuan sosialnya, sehingga hukum progresif juga dekat dengan yurisprudensi sosiologis Roscoe Pound. Hukum progresif menempatkan faktor manusia lebih penting daripada aturan hukum, unsur-unsur yang ada dalam diri manusia seperti kasih sayang, empati, keikhlasan, peneguhan, komitmen, dan lain-lain. dianggap lebih tegas dibandingkan peraturan yang ada.
Hukum progresif mengutamakan atau lebih mengutamakan keadilan dan kebenaran demi kemanusiaan dibandingkan kepatuhan yang kaku terhadap kepastian peraturan. 28. Penerapan hukum hendaknya tidak hanya mengacu pada kebenaran hukum formal saja, namun juga harus menyertakan hati nurani dalam setiap langkah hukum yang diambilnya.
Karakteristik Hukum Progresif
2 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Setelah Talak Talak, yaitu melengkapi peraturan sebelumnya yaitu poin 3 SEMA No. 3 Tahun 2018 tentang Penerimaan Tunjangan Dalam Perkara Perceraian Bagi Wanita Yang Terbukti Tidak Nusyuz dan PERMA No. Dari penjelasan di atas, menjamin nafkah dalam perkara perceraian yang disengketakan merupakan salah satu bentuk keadilan untuk melindungi hak-hak perempuan.
Aturan mencari nafkah dalam perkara perceraian yang disengketakan adalah peraturan poin c angka 1 huruf b SEMA No. 2 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Setelah Perceraian yang melengkapi aturan sebelumnya yaitu poin satu angka 3 SEMA No. 2 Tahun 2019, karena peraturan ini merupakan peraturan terbaru dibandingkan dengan peraturan sebelumnya tentang perolehan penghasilan dalam proses perceraian.
Kewujudan peraturan SEMA adalah satu bentuk mengisi kekosongan undang-undang dengan menampung peraturan nafkah sebelum ini dalam prosiding perceraian. Oleh sebab itu, dengan peraturan mendapatkan nafkah dalam prosiding cerai bagi wanita yang belum terbukti nusyuz, termuat dalam SEMA No 3 Tahun 2018 tentang perolehan nafkah dalam perkara perceraian bagi wanita yang telah terbukti tidak nusyuz adalah. bahawa PERMA no.
Nilai keadilan hukum dalam KHI dan SEMA No. 2 Tahun 2019 tentang nafkah suami kepada isteri dalam perkara perceraian.” Ahkamul Usrah, no.
Penafsiran Hukum Progresif
ANALISIS HUKUM PROGRESIF TERHADAP SEMA NO. 2
Analisis hukum progresif terhadap tujuan poin c angka 1 huruf b
Keempat, tesis penelitian Novianti Alam Islami, pada tahun 2019 yang berjudul: “Tinjauan Hukum Progresif Satjipto Rahardjo tentang Kumpulan Hukum Islam.”14. Kesamaan penelitian Novianti Alam Islami dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode teori hukum progresif dan metode literatur normatif. Kesamaan penelitian Alfin Salam Nasrulloh dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori hukum progresif.
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dan mengambil data yang dianggap penting kemudian menganalisisnya dengan menggunakan teori hukum progresif tentang Peraturan SEMA No. 34 Novianti Alam Islami, “Review Hukum Progresif Satjipto Rahardjo tentang Kompilasi Hukum Islam”, Tesis (Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember, 2019), 39. Oleh karena itu, metode hukum progresif tidak hanya mengedepankan regulasi, tetapi juga perilaku.
Sebagai ciri khas undang-undang progresif, mengutamakan "pencarian keadilan" (pencarian keadilan) untuk mencapai keadilan substantif (keadilan sebenar).
Analisis hukum progresif terhadap regulasi dalam poin c angka 1
3 Tahun 2017 tentang Pedoman mengadili perselisihan perempuan yang melanggar hukum untuk menjamin perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan setelah perceraian, maka perintah pembayaran kewajiban suami kepada istri setelah perceraian dapat ditambah dengan kalimat sebagai berikut: .. .dibayarkan sebelum tergugat mengeluarkan surat cerai, dengan syarat penetapan itu tercantum dalam posita in petitum gugatan. 8" Apakah ketentuan pada poin c angka 1 huruf b SEMA Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pemberian Tunjangan Dalam Perkara Talak Sengketa Bagi Istri Yang Tidak Terbukti Nusyuz mempunyai dampak yang lebih progresif karena pada aturan sebelumnya diatur bahwa istri yang menceraikan suaminya, tidak dapat memperoleh nafkah dalam perkara cerai gugat sebagaimana tercantum dalam Pasal 149 Kompendium Hukum Islam 2 Tahun 2019 masih ada ketentuan/persyaratan dalam pelaksanaannya, artinya peraturan tersebut dapat memberikan peluang, bahwa istri hak-hak tersebut tidak terpenuhi jika suami tidak mengambil/meminta akta cerai dan jika ketentuan nafkah tidak dicantumkan dalam situasi dan permohonan gugatan, sehingga akan menghambat perolehan nafkah dalam perkara perceraian dalam keadaan tersebut.
2 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Dalam Perkara Sengketa Perceraian bersifat progresif, karena dalam peraturan ini batas waktu pembayaran kewajiban nafkah kepada suami (terdakwa membayar hak-hak isteri yaitu sebelum terdakwa bercerai) merupakan suatu penegasan yang ketentuan tersebut tidak diatur dalam peraturan sebelumnya mengenai tunjangan dalam perkara perceraian yang disengketakan, dalam hal ini lebih tegas dari pada ketentuan yang bersifat memaksa, sehingga diharapkan dengan penambahan peraturan turunan. bahwa hak-hak istri dapat diperoleh melalui tunjangan yang dibayarkan oleh suami dalam perkara perceraian yang digugat.2 Tahun 2019, pengaturan perkara perceraian yang digugat mengenai tata cara pembayaran nafkah setelah perceraian yang sah melengkapi aturan sebelumnya, yaitu pasal nomor 3 SEMA no.
Dalam hal ini merupakan ketentuan yang bersifat memaksa, lebih tegas, sehingga diharapkan hak-hak isteri dapat diperoleh melalui tunjangan yang dibayarkan oleh suami dalam perkara perceraian yang digugat. “Sensitivitas Hakim Terhadap Perlindungan Hak Perempuan Dalam Perkara Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Syariah Banda Aceh No. 157/Pdt.G/2020/Ms.Bna).” Mediasa, tidak.
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah agar suami tidak melalaikan kewajiban nafkahnya terhadap isterinya setelah terjadi perkara perceraian dengan cara mengikutsertakannya dalam posita dan petitum gugatan. Seperti halnya ciri hukum progresif, yaitu sifat ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi aturan ini harus diterapkan oleh hakim dalam mengambil keputusan dengan menyatakan atau memasukkan tujuan tersebut dalam keputusan tersebut.
Saran
Asas Hukum Progresif Sebagai Paradigma Reformasi Sistem Peradilan di Indonesia.” Jurnal Penelitian Universitas Batanghari Jambi, no.