• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP MANAJEMEN KEHAMILAN METODE VARNEY 2.1.1 PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1) Biodata (a) Nama Untuk mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP MANAJEMEN KEHAMILAN METODE VARNEY 2.1.1 PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1) Biodata (a) Nama Untuk mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

Untuk mengetahui riwayat kesehatan reproduksi ibu yang dapat mempengaruhi jalannya kehamilan (Hatini, 2018). 8) Riwayat kehamilan saat ini. Palpasi abdomen untuk mengetahui letak, kecenderungan, posisi (usia kehamilan lebih dari 28 minggu) dan turunnya kepala janin (usia kehamilan 36 minggu), DJJ janin dengan fetoskop bila usia kehamilan lebih dari 18 minggu. (Musjalan, 2009) (1) Leopold I.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH a. Diagnosa kebidanan

Diukur pada usia kehamilan 12-28 minggu, dengan cara pasien tidur miring ke kiri kemudian diukur dan dicatat tekanan darahnya, kemudian pasien berbaring telentang dan diukur tekanan darahnya.

IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

INTERVENSI

Sepatu hak tinggi yang tidak stabil dapat meningkatkan masalah lordosis (Varney, 2007). e) Jelaskan pada ibu tentang mekanika tubuh. Sering buang air kecil karena adanya tekanan pada kandung kemih dari bagian bawah janin a) Memberikan informasi tentang perubahan saluran kemih berhubungan dengan trimester ketiga.

IMPLEMENTASI

EVALUASI

SUBJEKTIF Keluhan Utama

OBJEKTIF

Tujuan pemeriksaan Leopold II adalah untuk mengetahui posisi janin apakah memanjang atau melintang, serta mengetahui bagian janin yang berada di sisi kanan dan kiri rahim (Musbayarun, 2009). Tujuan pemeriksaan palpasi Leopold III. adalah untuk mengetahui bagian paling bawah (ruang depan) janin dan mengetahui apakah presentasi janin sudah mulai mengalami transisi ke PAP (Musbayarun, 2009).

ANALISA

PENATALAKSANAAN

KONSEP MANAJEMEN PERSALINAN

  • ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA I .1 PENGKAJIAN

Data Subjektif 1) Keluhan Utama

Data Objektif

  • IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
  • IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL 1) Diagnosa potensial pada kala I adalah perdarahan intrapartum,
  • IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
  • INTERVENSI
  • IMPLEMENTASI
  • EVALUASI
  • ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA II A. SUBJEKTIF

Digunakan untuk menilai kelainan perut dan memantau kesejahteraan janin, kontraksi rahim dan menentukan jalannya proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Digunakan untuk mengetahui kondisi ibu dan janin untuk menunjang proses persalinan (Laboratorium Sulistyawati meliputi: Kadar Hemoglobin (Hb), Golongan Darah.

PENTALAKSANAAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA III A. SUBJEKTIF

Letakkan satu tangan pada kain di perut ibu, pada tepi atas simfisis, dan tangan lainnya menarik tali pusat hingga kencang. Setelah rahim berkontraksi, regangkan tali pusat ke bawah sambil tangan yang lain mendorong rahim secara perlahan ke arah posterior (dorso kranial) (untuk mencegah inversi rahim). Jika planusta tidak keluar setelah 30-40 detik, hentikan ketegangan tali pusat, tunggu kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur.

Kencangkan dan dorong ke arah dorso-kranial hingga plasenta lepas, minta ibu mengejan sementara penolong menarik tali pusat sejajar dengan lantai lalu ke atas, sepanjang sumbu jalan lahir (masih dorso-kranial). Pijat fundus uteri dengan cara menggosok fundus secara melingkar menggunakan bagian telapak 4 jari tangan kiri hingga rahim berkontraksi dengan baik (fundus terasa keras). Periksa bagian plasenta ibu dan janin dengan tangan kanan untuk memastikan semua kotiledon ada.

Jika serviks hanya dapat dilintasi melalui alat, evaluasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan) (Rukiyah, 2010). a) Lakukan pijatan dan kompresi bimanual.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV A. SUBJEKTIF

Pantau terus kontak dan cegah pendarahan vagina sebanyak 2-3 kali pada 15 menit pertama setelah melahirkan, setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, setiap 20-30 menit pada jam kedua setelah melahirkan. Periksa denyut nadi dan kandung kemih ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama setelah melahirkan. Rendam sarung tangan kotor dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

R/ Lakukan infus NaCl selama 11/15 menit jika pasien mengalami syok (infus hingga sekitar 3 liter untuk mengatasi syok) (Rukiyah, 2010). Menyarankan ibu untuk menjaga bayi tetap hangat, memberikan ASI sesering mungkin, perawatan tali pusat yang baik dan benar serta perencanaan imunisasi yang lengkap. Beritahu ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir, seperti suhu bayi terlalu tinggi atau terlalu dingin, bayi mengantuk berlebihan, gumoh/muntah berlebihan, tali pusar merah, bengkak, bernanah atau berbau, tidak buang air kecil selama 24 jam.

Berikan salep mata untuk mencegah infeksi mata, suntikkan 0,5 ml Vit K ke paha kiri IM dan 1 jam kemudian suntik imunisasi Hb 0 ke paha kanan dan mandikan bayi setelah 6 jam.

KONSEP MANAJEMEN NEONATUS .1 PENGKAJIAN

  • IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIANGNOSA
  • IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
  • IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
  • INTERVENSI
  • IMPLEMENTASI
  • EVALUASI

Normalnya terlihat bulat dan simetris, pembesaran payudara dimulai pada hari ke 2-3 setelah melahirkan, pernapasan normalnya dangkal, simetris dan sesuai dengan gerakan perut. Untuk adduksi dan ekstensi lengan simetris BBL normal, jari-jari direntangkan seperti kipas, membentuk huruf C pada ibu jari dan jari telunjuk. Pada BBL normal, kepala biasanya akan menoleh ke arah rangsangan, membuka mulut untuk disentuh dengan jari atau puting susu.

Pada BBL normal, jari-jari kaki anak biasanya akan melengkung ke bawah bila jari-jarinya diletakkan di bagian bawah jari kaki. Suhu: 36-37˚C. Tidak ada tanda-tanda infeksi: kejang-kejang, lesu, nafas cepat/lambat, dinding dada lekukan, bintil-bintil pada kulit, mata bengkak dan gatal, umbilikus merah memanjang sampai ke dinding perut lebih dari 1 cm atau mengeras. R/ Identitas adalah cara yang tepat untuk menghindari kesalahan 4) Bungkus anak dengan kain kering yang lembut.

R/ Tali pusar yang dililitkan merupakan salah satu cara mencegah infeksi 6) Ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan pernapasan bayi. R/ Membantu orang tua mempelajari tindakan yang tepat untuk menjaga suhu bayi, seperti mendekap bayi erat-erat dan menutup kepala bayi a) Mulai memberikan ASI pada bayi. Langkah ini mengevaluasi efektivitas pelayanan yang diberikan, apakah sudah memenuhi kebutuhan pelayanan yang teridentifikasi dalam diagnosis atau permasalahannya (Musbayarun, 2009).

SUBJEKTIF Keluhan Utama

PENATALAKSANAAN a) Kunjungan Neonatal-II

KONSEP MANAJEMEN NIFAS .1 PENGKAJIAN

Data Subjektif 1) Alasan Datang

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

Pastikan identifikasi masalah atau diagnosis yang benar, interpretasi yang benar dari data yang dikumpulkan.

IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

Data subyektif : ASI tidak mengalir, nyeri dan menggigil Data obyektif : Payudara bengkak, keras dan merah, suhu. Data subyektif : Darah mengalir semakin banyak, pusing Data obyektif : Kontraksi uterus lunak, perdarahan >500 cc, pucat,. denyut nadi cepat, pernapasan meningkat, tekanan darah menurun. Data obyektif : Perut kembung, suhu tinggi, denyut nadi cepat dan lemah, nyeri tekan pada perut bagian bawah, kulit pucat dan dingin.

Data subyektif : Ibu mengatakan pada luka jahitan sangat nyeri Data obyektif : Tekanan darah rendah atau sama dengan 28,30C, edema,. jahitan merah dan peradangan, mengeluarkan nanah 6) Involusi subuterin. Data subyektif : Khawatir, takut, sedih dan bingung mengurus bayi Data obyektif : Tampak cemas, sedih dan bingung.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

INTERVENSI

R/ pemenuhan kebutuhan informasi, untuk mengurangi rasa takut dan ketidaktahuan yang dapat memperburuk persepsi nyeri. 3) Membantu ibu memahami hasil penelitian. R/ Nutrisi yang cukup dan cairan yang cukup dapat membantu ibu memproduksi ASI dan berperan penting dalam proses involusi rahim. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga luka perineum tetap kering (keringkan setiap habis buang air kecil dan besar).

Ingatkan ibu untuk meminum obat analgesik yang diberikan oleh bidan R/ analgesik bekerja di pusat otak untuk mengurangi persepsi nyeri. Anjurkan klien untuk mulai menyusui pada puting yang tidak nyeri jika hanya salah satu puting saja yang nyeri atau nyeri. R/ Adanya luka laserasi atau episiotomi dapat menimbulkan nyeri sehingga keinginan ibu untuk buang air besar menurun.

Anjurkan ibu untuk tidur siang dan tidur saat bayi sedang tidur. R/ Mengatasi kelelahan berlebihan dan memenuhi kebutuhan tidur ibu. Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang baik dan benar, yaitu membersihkan payudara dengan posisi bersih, duduk dalam posisi duduk, menempelkan perut bayi ke perut ibu, membiarkan bayi duduk setiap selesai menyusui. Jelaskan pada ibu bahwa pemberian ASI secara teratur akan memperlancar keluarnya ASI dan membantu mencegah terjadinya penyakit maag pada ibu.

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Hasil pemeriksaan buruk jika pasien tidak merespon dengan baik atau tidak mampu berjalan mandiri (Sulistyawati, 2014). Tekanan darah yang rendah menandakan ibu mengalami anemia, sedangkan tekanan darah tinggi dapat menandakan ibu mengalami preeklamsia pasca melahirkan (Prawirohardjo, 2009). Apabila terjadi pernafasan cepat pasca melahirkan (>30x/menit) kemungkinan disebabkan oleh tanda syok (Pemeriksaan Fisik Bahiyatun a.

Konjungtiva berwarna merah muda atau tidak menandakan ibu menderita anemia atau tidak, sklera berwarna kuning atau tidak menandakan adanya penyakit hepatitis pada ibu, gangguan penglihatan menandakan ibu menderita rabun atau tidak, kelainan, kemurnian mata (Sulistyawati, 2014). Ada atau tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, apakah ada pembuluh darah gular yang tersumbat atau tidak. Kaji apakah payudara sudah simetris, bersih atau belum, apakah ASI sudah keluar, dan apakah muncul benjolan yang tidak normal.

Evaluasi apakah ada bekas luka operasi atau tidak, apakah terlihat striae albicans dan pucat atau tidak. Pada bekas luka sayatan episiotomi atau luka perineum, jaringan disekitarnya membengkak ya/tidak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ya/tidak, jahitan mudah lepas/tidak, terdapat luka yang terbuka menjadi maag dan mengeluarkan nanah /TIDAK. Adakah edema, tanda tromboflebitis, apakah terdapat varises dan kemerahan pada daerah tersebut (Rukiyah, dkk, 2010) Edema ada/tidak ada, ada/tidak ada varises, ada tanda Homan.

KONSEP MANAJEMEN KELUARGA BERENCANA .1 PENGKAJIAN

Data Subjektif 1) Biodata

Penggunaan kontrasepsi hormonal tidak diperbolehkan pada ibu yang menstruasinya tidak teratur dan keluar darah dari rahim tidak normal (Hartanto. Karena efek samping IUD adalah menstruasi yang lebih lama dan banyak, pendarahan (spotting), keputihan dan periode menstruasi yang lebih sedikit (Saifuddin, 2010 ) :MK-73) 4) Riwayat kesehatan dulu dan sekarang (a) Hormonal. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal tidak diperbolehkan pada ibu yang pernah mengalami penyakit kanker/keganasan, penyakit jantung, penyakit liver, darah tinggi, DM dan penyakit paru berat.

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seksual lain? Dahulu ibu menggunakan alat kontrasepsi jenis apa, berapa lama, keluhan penggunaan alat kontrasepsi sebelumnya, alasan berhenti dan jenis alat kontrasepsi apa yang ingin digunakan. Wanita yang mengalami nyeri saat buang air kecil, kemungkinan mengalami infeksi saluran kemih dan nyeri saat menstruasi, tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi spiral (Hartono.

Adanya infeksi pada daerah genital seperti sifilis, gonore dan ISK tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi IUD (Saifuddin, 2009: U-30). Ibu yang sering mengalami gangguan tidur, mual, pusing, sakit kepala tidak dapat menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi (Saifuddin, 2009: MK-34). Ibu yang mengalami flek setelah berhubungan intim tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntik dan implan), namun dapat menggunakan alat.

Data Obyektif

  • IDENTIFFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
  • IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
  • IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
  • INTERVENSI
  • IMPLEMENTASI
  • EVALUASI

Suhu tubuh yang tinggi menandakan adanya infeksi pada panggul atau saluran kemih sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD (Hartono, 2010: MK-51). Ibu dengan frekuensi pernafasan >24x/menit kemungkinan besar menderita asma, sehingga pada dasarnya penderita asma dapat menggunakan semua jenis alat kontrasepsi (Saifuddin 2009). Masalah berat badan merupakan efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dimana berat badan bertambah atau berkurang (Saifuddin, 2009: MK-42, MK-50).

Jadi ibu dengan preeklamsia/eklampsia kurang cocok menggunakan KB suntik kombinasi dan pil kombinasi, namun cocok menggunakan KB mini (Hartonno, 2010). Nyeri hebat pada perut bagian bawah dapat mengakibatkan kehamilan ektopik, infeksi saluran kemih atau penyakit radang panggul. Anda tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi IUD (Saifuddin, 2009: MK-58). Sedangkan penerapan yang dapat dilakukan pada masing-masing alat kontrasepsi bagi calon/akseptor KB adalah:

Memberikan bimbingan kepada klien tentang cara penggunaan pil KB, efek samping dan pengobatannya, permasalahannya dll. R/ Untuk menghindari komplikasi lebih lanjut, namun tetap berusaha mencegah ibu hamil dengan alat kontrasepsi lain. R/ Pada saat menstruasi ibu akan mengalami pendarahan ±50 cc, sedangkan pada kontrasepsi hormonal hal ini tidak terjadi sehingga menurunkan resiko terjadinya anemia.

Referensi

Dokumen terkait

Determination of optimum levels of phosphorus and nitrogen in the soil allows with high accuracy, using already known formulas V.G.Chernenok, 1989: Dr = Popt - Pfact*10, to calculate