• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Sosiologis, Struktural, dan Kultural

N/A
N/A
Solihin Lihin

Academic year: 2024

Membagikan "Tinjauan Sosiologis, Struktural, dan Kultural"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH USHUL DAKWAH

SASARAN DAKWAH

Dosen Pengampu:

Kelompok 9:

IRGI MARDIAN (12130411109) WAHYUDI SAPUTRA (12130414364)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS 6B FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF QASIM RIAU

TAHUN 1445 H / 2024 M

(2)

KATA PENGATAR

(3)

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGATAR...i

DAFTAR PUSTAKA...ii

BAB 1...1

1. Latar Belakang...1

2. Rumusan Masalah...1

3. Tujuan Penulisan...1

BAB 2...2

1. Sasaran Dakwah dari Segi Sosiologis...2

2. Sasaran Dakwah dari Segi Struktur Lembaga...4

3. Sasaran Dakwah dari Segi cultu...5

4. Sasaran Dakwah dari Segi tingkat usia...5

BAB 3...6

KESIMPULAN...6

DAFTAR PUSTAKA...7

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penulisan

(5)

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Sasaran Dakwah dari Segi Sosiologis

Adapun sasaran dakwah berdasarkan segi sosiologis penulis bagi menjadi 2 yaitu masyarakat pedesaan, dan masyarakat perkotaan:

a. Masyarakat Pedesaan

Dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri masyarakat, keadaan sosial masyarakatnya dapat disimpulkan bahwa dakwah di daerah pedesaan yang efektif haruslah menggunakan metode interpersonal (langsung) dalam meyampaikan dakwahnya, materi dakwah harus bersifat agamis seperti masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra da’i, da’I harus bersifat otorites namun tetap mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan dakwah harus bersifat informatif persuasif bukan yang hanya bersifat informatif saja sehingga aspek ilmu dan perbuatannya bisa dapat dilakukan oleh masyarakat desa.

Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat agamis contohnya seperti: ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan tidak begitu suka dengan materi dakwah yang disangkutpautkan dengan ilmu teknologi ataupun politik negara.

Masyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan tradisi mereka yang telah ada artinnya tidak mudah untuk menerima pemahaman baru yang berbeda dengan pemahaman islam yang telah ada di desa tersebut.

Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan dakwah di pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri karena sifat masyarakat desa yang sangat menghargai orang-orang yang berilmu dan jiwa sosialitasnyatasnya yang tinggi.1

b. Masyarakat perkotaan

1 Penganta ilmu dakwah 56 -60

(6)

Sasaran dakwah sangatlah heterogen, mereka terdiri dari kalangan intelektual, pejabat, pengusaha sampai rakyat jelata. Ada laki-laki, permpuan, orang tua, remaja, anak-nak-anak, masyarakat kota (urban), masyarakat desa (rural), disamping masyarakat marginal yang sering terlupakan dengan berbagai masalah kehidupan yang mereka hadapi.

Ternyata dakwah selama ini tidak/ belum/ kurang menyentuh kelompok- kelompok masyarakat terpinggirkan (marginal) sebagai salah satu subjek dan juga obyek dakwah. Selaku masyarakat marginal yang terpinggirkan jelas proses dakwah sangat diharapkan untuk mengangkat citra, martabat, dan memperbaiki derajat kehidupan serta kesejahteraan. Dalam berbagai bidang, fisik, sosial, ekonomi, budaya, pemerintah, agama, dan juga lingkukngan.

Metode, tekhnik, strategi maupun pendekatan dakwah yang diterpakan untuk masyarakat marginal menggunakan metode dakwah bil-aml atau bil- hal menjadi sangat penting dan signifikan disamping metode dakwah yang lain dakwah bilhal yaitu metode dakwah yang lebih menekankan pada amal usaha atau karya nyata yang bisa dinikmati dan bisa mengangkat harkat, martabat, kesejahteraan hidup kelompok masyarakat.

Model dakwah bil-hal ini dilakukan melalui proses dan hasil karya nyata bagi masyarakat. Bertujuan untuk menjadikan masyarakat sebagai masyarakat yang terberdaya dalam kehidupan, baik secara fisik, agama, ekonomi, sosial, budaya maupun usaha pengembangan atau pembangunan masyarakat (comunity development) atau pemberdayaan masyarakat (soscial empowerment) didaerah pedesaan atau di negara-negara yang sedang berkembang, masih bersifat mentransfer tekhnologi, memindahkan produk budaya suatu masyarakat yang lain.2

c. Masyarakat Perkotaan

Secara geografis dan sosiologis masyarakat dibedakan kepada masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Masyarakat desa dipandang sebagai masyarakat yang bersahaja dab tradisional. Sedangkan masyarakat kota dipandang sebagai masyarakat yang modern, dan maju.

Ciri umum kehidupan masyarakat kota adalah adanya keragaman seperti

2 Ibid 61-62

(7)

suku, agama, pendidikan, pekerjaan. Akibatnya kehidupa masyarakat kota lebih dinamis dan progresif. Oleh sebab itu efektifitas dan efisiensi dakwah hanya dapat dicapai melalui pendekatan dakwah yang spesifik berdasarkan pertimbangan kondisi objektif masing masing masyarakat.

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakan beragam berdampak positif dan negatif. Bagi masyarakat yang tidak meng antisipasi keberagaman tersebut maka akan terjadi konflik konflik seperti konflik agama, rasisme, karena kesenjangan sosial dll. Maka peranan dakwah sangat menentukan. Karena banyaknya keberagaman di kota maka perlu penyajian materi dakwah mengenai persaudaraan (ukhuah islamiyah), ajaran islam yang menekan pada persamaan mensosialisasikan bahwa islam memuliakan manusia diukur dari anal dan ketaqwaannya. Bukan dari suku dan dimana ia lahir.

Penduduk kota yang relatif padat. Kepadatan perduduk juga menyebabkan kekurangan lahan di perkotaan, sehingga rumah-rumah penduduk menjadi padat atau berdekatan. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pergaulan, keharmonisan hidup bertetangga, Karena itu materi dakwah menyangkut hah-hak bertetangga dalam Islam juga menjadi skala prioritas. Selain itu masyarakat kota lemah kontrol sosialnya. Perilaku menyimpang (pathologi), seperti perjudian, prostitusi, narkoba dan perkelahian serta berbagai bentuk kriminalitas sering dianggap sebagai tugas pihak berwajib (POLRI) untuk mengawasi dan mengatasinya.

Sedangkan masyarakat bersikap pasif dan tidak ingin mengambil risiko.

Karena itu materi dakwah harus menyentuh hal tersebut. Karena dalam Islam salah satu tugas bersama masyarakat adalah mencegah kemungkaran.3 Dll.

2. Sasaran Dakwah dari Segi Struktur Lembaga

Lembaga adalah suatu sistem norma khusus yang menata serangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Lembaga juga didefinisikan sebagai suatu sistem

3 Ilmu dakwah rajawali 199 202

(8)

norma khusus yang menata serangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat.

Lembaga sosial berfungsi sebagai organisasi yang mengatur pola hubungan dan interaksi dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pendukungnya, baik jasmani maupun ruhani, mental spiritual sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku. lembaga sosial adalah pengendalian sosial (social control. Dalam kamus sosiologi, kontrol sosial (sosial control), sebagian besar sosiologi berpendapat bahwa kontrol sosial diperoleh melalui kombinasi kepatuhan, tekanan (coercion), dan komitmen pada nilai-nilai sosial.

Pendidikan Agama Islam dapat dilaksanakan dalam keluarga, masyarakat, masjid, majelis taklim, pesantren, madrasah, sekolah/madrasah, dan tempat tempat lain. Penekanan pendidikan agama Islam di tempat-tempat tersebut berbeda-beda, tetapi biasanya saling melengkapi. Misalnya pendidikan di keluarga menekankan budi pekerti individual dan kebersamaan dalam keluarga, pendidikan di masyarakat menekankan pada ukhuwah dan kebersamaan dalam masyarakat, pendidikan di pesantren menekankan pada keilmuan Islam, pendidikan di madrasah menekankan pada pengetahuan Islam, dan pendidikan di sekolah/madrasah menekankan pada pemahaman secara kognitif terhadap ajaran-ajaran Islam.4

3. Sasaran Dakwah dari Segi cultur

Budaya berasal dari bahasa Inggris "culture", dan itu mengacu pada kesopanan, budaya, dan perhatian. Menurut teori yang berbeda, kata

“kebudayaan” berasal dari kata latin “cultural” yang berarti “mengolah”,

“memelihara”, atau “mengusahakan”. Struktur terbaik, khususnya jenis budaya sebagai kompleks pemikiran, pemikiran. , skor. ,norma, aturan, dan sejenisnya; (2) perilaku, khususnya budaya sebagai pola perilaku manusia yang kompleks dalam masyarakat; dan (3) objek, khususnya budaya sebagai objek karya perilaku manusia.

Syamsul Hidayat mengatakan bahwa dakwah budaya adalah jenis dakwah yang melihat potensi dan kecenderungan masyarakat sebagai makhluk berbudaya

4 27 81

(9)

untuk menjadikan budaya Islam alternatif yang berbudaya dan beradab serta dijiwai dengan pengetahuan, penghayatan dan penerapan ajaran Islam. dari Al- Qur'an dan alQur'an. - Sunnah dan berangkat dari budaya yang ditandai dengan takhayul, bid'ah, dan musyrik

a. Sasaran dakwah dari segi santri

Abdurrahman Wahid mendefinisikan pesantren sebagai tempat di mana: santri hidup. pondok pesantren dalam arti luas Lembaga pendidikan dan keagamaan yang ingin melestarikan dan mendidik Mempromosikan ajaran Islam moderat (wasathiyah) dan melatih paras. Siswa harus mau dan mampu mandiri. Pesantren sebagai tempat belajar Mahasiswa dikatakan mampu memberdayakan mahasiswa setelah menjadi kiai Menavigasi kehidupan Islam radikal.5

Dakwah do pesantren ini sebagai sistem terbuka yang berarti sistem dakwah yang dipengaruhi lingkungan sosio kultural. Ketiga, sistem dakwah di pesantren ini sebagai sistem feedback yang berarti sistem yang dipengaruhi oleh umpan balik yang berasal dari sistem itu sendiri

Sistem dakwah di pesantren ini juga dapat diibaratkan sebagai manusia.

Manusia yang mempunyai anggota badan yang saling bekerjasama tanpa adanya rasa iri, dikarenakan memiliki fungsi masingmasing dan mempunyai tujuan sama.6 Pembelajaran dan dakwah kepada khususnya santri dan santriwati yang tergolong remaja, yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk menjinakkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketenteraman daripada pembelajaran yang yang isinya ancaman dan kutukan- kutukan yang mengerikan. Jika sesuai tempat dan waktunya, tidak ada jeleknya memberikan pembelajaran yang berisikan peringatan yang keras atau tentang hukuman-hukuman dan azab yang diancamkan Allah kepada mereka yang sengaja berbuat dosa (tarhib).7

b. Sasaran dakwah dari segi sosial kultur

5 Paelani Setia dan Heri M. Imron, Kampanye Moderasi Beragama: Dari Tradisional Menuju Digital (Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2021), 105.

6 Anas Habibi Ritonga, “Sistem Interaksi Antar Unsur Dalam Sistem Dawah Dan Impilikasinya Dalam Gerakan Dakwah,” Hikmah 14, no. 1 (31 Agustus 2020): 15, https://doi.org/10.24952/hik.v14i1.2033 diakses pada tanggal 09 mei 2024 pada pukul 20.47

7 “DAKWAH DALAM PERSPEKTIF MEDIA SOSIAL | Jurnal Jurnalisa,” 63, diakses 8 Oktober 2022, https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jurnalisa/article/view/5621.

(10)

Sasaran dakwah dalam segi sosiologis dapat dilihat sebagai upayauntuk mempengaruhi dan membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir individu atau kelompok masyarakat melalui penyampaian pesan-pesanagama. Pemahaman tentang sosiologi dalam konteks dakwahmemungkinkan kita untuk melihat bagaimana faktor-faktor sosial, struktur masyarakat, dan interaksi antarindividu mempengaruhi sasaran dakwah danrespons yang diberikan oleh masyarakat terhadap pesan dakwah tersebut.

Dalam kajian sosiologi dakwah, terdapat beberapa perspektif dan teori yangdapat digunakan untuk memahami sasaran dakwah dalam konteks sosial.Beberapa di antaranya meliputi:

1. Teori Sosial Interaksionis: Teori ini menekankan pentingnyainteraksi sosial dalam pembentukan sikap, perilaku, dan pola pikir individu. Dalam konteks dakwah, sasaran dakwah dapat dipahamimelalui proses interaksi antara pemberi dakwah dengan masyarakatyang dituju. Interaksi ini dapat membentuk persepsi, pemahaman,dan penerimaan terhadap pesan dakwah.

2. Teori Sosialisasi: Teori ini menyoroti peran agen-agen sosialisasidalam membentuk individu dan mempengaruhi perilaku mereka.Dalam konteks dakwah, sasaran dakwah dapat dipahami sebagaiindividu atau kelompok yang sedang menjalani proses sosialisasiagama. Sasaran dakwah diidentifikasi berdasarkan tahapansosialisasi mereka, seperti anak-anak, remaja, atau dewasa.

3. Teori Struktural-Fungsional: Teori ini menekankan pentingnyastruktur sosial dan peran yang dimainkan oleh individu dalammenjaga keseimbangan sosial. Dalam konteks dakwah, sasarandakwah dapat dilihat sebagai individu atau kelompok yang memainkan peran tertentu dalam masyarakat dan memiliki pengaruhterhadap fungsi sosial yang diinginkan dalam dakwah.

Sasaran dakwah dalam tinjauan sosial kultural dapat dipahamisebagai individu, kelompok, atau masyarakat yang memiliki konteks sosialdan budaya yang spesifik. Pemahaman tentang sosial kultural dalamkonteks dakwah memungkinkan kita untuk melihat bagaimana faktor-faktor budaya, nilai-nilai, norma, dan tradisi masyarakat mempengaruhi sasarandakwah dan cara penyampaian pesan dakwah yang efektif. Dalam kajiansasaran dakwah dari segi

(11)

sosial kultural, terdapat beberapa aspek yangrelevan untuk dipertimbangkan, antara lain:

1. Konteks Budaya dan Nilai-Nilai Masyarakat: Sasaran dakwahditentukan oleh budaya dan nilai-nilai yang dominan dalammasyarakat tertentu.

Pemahaman mendalam tentang konteks budayadan nilai-nilai masyarakat memungkinkan pemberi dakwah untuk menyesuaikan pesan-pesan agama dengan cara yang relevan dandapat diterima oleh sasaran dakwah.

2. Bahasa dan Komunikasi: Bahasa yang digunakan dalam dakwahmemainkan peran penting dalam mencapai sasaran dakwah.Pemahaman tentang bahasa yang umum digunakan atau dipahamioleh sasaran dakwah akan memungkinkan pemberi dakwah untuk menyampaikan pesan dengan cara yang efektif dan mudahdipahami.

3. Tradisi dan Adat Istiadat: Sasaran dakwah juga dipengaruhi olehtradisi dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat. Pemberidakwah perlu memahami tradisi dan adat istiadat tersebut agar dapatmenyampaikan pesan dakwah dengan mempertimbangkan konteks budaya lokal dan menghindari konflik atau ketegangan dengantradisi yang ada.

c. Sasaran dakwah dari segi masyarakat jawa

M. Al-Ghazali dalam bukunya Dakwah Komunikatif membagi sasaran dakwah menjadi enam golongan yaitu:

1) Sasaran dakwah Islam yang menyangkut golongan dilihat dari struktur kelembagaan yaitu berupa masyarakat dari kalangan pemerintah dan keluarga.

2) Sasaran dakwah Islam yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari sosiokultural berupa golongan priyayi, dan santri, terutama dalam masyarakat jawa.

3) Sasaran dakwah Islam yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dll.

4) Sasaran dakwah Islam yang berhubungan dengan golongan masyarakat dari segi tingkat usia berupa golongan usia tua, muda, dan anak-anak.

5) Sasaran dakwah Islam dengan golongan masyarakat dari segi tingkat kehidupan sosial ekonomi berupa golongan ekonomi atas, menengah, dan miskin.

(12)

6) Sasaran dakwah Islam dengan golongan masyarakat dilihat dari segi kekhususan yaitu golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan sebagianya.

Muhammad Abduh (dalam Wahyu, 2010: 91) membagi mad’u menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.

2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian- pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang berbeda dengan golongan yang diatas mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalam benar.

4. Sasaran Dakwah dari Segi tingkat usia

Sasaran dakwah dari segi tingkat usia meliputi berbagai kelompok umur yang memiliki kebutuhan dan pemahaman yang berbeda terhadap ajaran Islam. Sasaran ini mencakup anak-anak (pada kelompok usia ini membutuhkan pendekatan yang khusus dan bermain untuk memahami konsep-konsep dasar dalam Islam), remaja (remaja membutuhkan pendekatan yang lebih relevan dengan masalah dan tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari), dan orang tua (orang tua membutuhkan pendekatan yang menekankan nilai-nilai tradisional dan kesempurnaan dalam menjalankan ajaran Islam). Dengan memahami karakteristik dan kebutuhan setiap kelompok usia ini, dakwah dapat disampaikan dengan cara yang lebih efektif dan relevan.

(13)

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA

“DAKWAH DALAM PERSPEKTIF MEDIA SOSIAL | Jurnal Jurnalisa,” 63, diakses 8

Anas Habibi Ritonga, “Sistem Interaksi Antar Unsur Dalam Sistem Dawah Dan Impilikasinya Dalam Gerakan Dakwah,” Hikmah 14, no. 1 (31 Agustus 2020):

15, https://doi.org/10.24952/hik.v14i1.2033 diakses pada tanggal 09 mei 2024 pada pukul 20.47

Ilmu dakwah rajawali 199 202

Oktober 2022, https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jurnalisa/article/view/5621.

Paelani Setia dan Heri M. Imron, Kampanye Moderasi Beragama: Dari Tradisional Menuju Digital (Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2021), 105.

Penganta ilmu dakwah 56 -60

Referensi

Dokumen terkait

Với tiếp cận xuyên ngành, nghiên cứu này cung cấp một khung phân tích có giá trị liên kết luận điểm lý thuyết du lịch cộng đồng với góc nhìn của nhân học văn hóa và nghệ thuật diễn

Với mong muốn cung cấp thêm một góc nhìn, từ cách tiếp cận hệ thống và quyền lực, bài viết sử dụng diễn ngôn về quyền lực của Chủ nghĩa Hiện thực để xem xét thách thức của Nhật Bản đối

Tuy nhiên, tại Việt Nam hiện nay chưa có nhiều các nghiên cứu về vấn đề này, vì vậy để đưa ra bằng chứng khoa học cần thiết cung cấp cái nhìn tổng quan về tình trạng hiện mắc các rối

Những nghiên cứu mới đây của các nhà khoa học trên thế giới mang đến cho chúng ta cái nhìn sâu sắc hơn về tác động của những mạch máu xấu đối với sức khỏe con người, từ đó đưa ra

Tài liệu này cung cấp một cái nhìn tổng quan toàn diện về quy trình thiết kế UX, bao gồm nghiên cứu, phân tích và thiết

Phân tích dữ liệu nghiên cứu Giải thích và phân tích dữ liệu liên quan đến quá trình thiết kế Giúp hình dung được cái nhìn sâu sắc về người dùng Nó sẽ trở thành tài liệu đi cùng bạn

Dokumen này giới thiệu ba vấn đề cơ bản của kinh tế và các tác nhân kinh tế, cung cấp cái nhìn tổng quan về hệ thống kinh