• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Teori tentang Konsep dan Tahapan Persalinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Tinjauan Teori tentang Konsep dan Tahapan Persalinan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

Kontraksi yang terus-menerus dirasakan ibu dan upaya mengejan menyebabkan kepala bayi lebih cepat turun menuju jalan lahir. Tenaga tersebut meliputi kontraksi otot-otot rahim yang disebut ibu sebagai rasa sesak saat memasuki proses persalinan, dan gaya dorong yang berasal dari ibu. Perubahan psikologis yang dialami ibu saat dimulainya persalinan antara lain perasaan takut dan cemas.

Bimbingan dan persiapan rohani sangat diperlukan bagi para ibu dalam menjalani proses persalinan agar dapat merasakan ketenangan saat melahirkan. Permulaan proses persalinan menurut Sondakh (2013) ditandai dengan adanya darah, keluarnya lendir (bloody display), keluarnya cairan (cairan ketuban) dan hasil pemeriksaan dalam. Pecahnya selaput ketuban biasanya terjadi ketika selaput ketuban terbuka sempurna, dan proses persalinan diperkirakan tidak melebihi 24 jam.

Saat melakukan pemeriksaan dalam, akan terlihat bahwa leher rahim melunak, mendatar dan terbuka, yang merupakan tanda dimulainya proses persalinan. Kontraksi yang dirasakan ibu pada kala I persalinan menyebabkan segmen atas rahim (SAR) menebal dan berperan mendorong janin keluar dari jalan lahir, sedangkan segmen bawah rahim (SBR). berperan dalam relaksasi dan pelebaran ke saluran tipis yang akan dilalui bayi. Reeder (2013) mengatakan bahwa kepercayaan diri atau keyakinan ibu terhadap kemampuannya menghadapi proses persalinan berhubungan dengan kemampuannya dalam menurunkan persepsi persalinan.

Nyeri persalinan merupakan rasa tidak nyaman yang dialami setiap wanita pada saat memasuki proses persalinan.

Faktor Penyebab Nyeri Persalinan a. Faktor Fisiologis

Stimulasi persalinan disalurkan melalui segmen saraf tulang belakang pada T11-T12 dan saraf sensorik toraks bawah serta saraf simpatis lumbal atas. Hal ini didukung oleh Mansur et al (2014) bahwa persalinan disebabkan oleh proses dilatasi serviks, hipoksia otot rahim, iskemia korpus uterus, peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf serviks. Hal ini menyebabkan ambang nyeri menjadi lebih rendah dan sensitivitas nyeri menjadi lebih tinggi dibandingkan bila dipaparkan pada informasi netral dengan menghilangkan kata “nyeri”.

Penilaian individu terhadap nyeri akan memicu kebangkitan emosi dan respon perilaku terhadap suatu situasi yang harus dihadapi. Merupakan keyakinan individu bahwa dirinya mempunyai kekuatan untuk menghasilkan perilaku dalam menghadapi situasi yang dihadapi. Efikasi diri akan menentukan perilaku yang akan digunakan, upaya yang akan dilakukan, dan ketahanan upaya dalam menghadapi hambatan dan pengalaman yang tidak menyenangkan.

Ibu yang merasa dirinya hanya melakukan sedikit upaya untuk mengatasi nyeri persalinan akan melakukan upaya yang minimal dalam menggunakan strategi manajemen nyeri. Kepercayaan diri ibu yang melahirkan dalam mengendalikan situasi nyeri akan meredakan nyeri persalinan secara signifikan.

Mekanisme Nyeri Persalinan

Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

Reaksi terhadap nyeri akan berbeda antara primipara dan multipara karena multipara mempunyai pengalaman dengan kelahiran sebelumnya. Usia ibu yang lebih muda mempengaruhi keadaan psikologisnya yang masih labil sehingga memicu rasa cemas sehingga nyeri yang dirasakan semakin hebat. Sedangkan aktivitas yang berat akan menyebabkan ibu mengalami kelelahan dan memicu nyeri yang lebih hebat.

Rangsangan dalam tubuh yang memicu nyeri dipicu oleh lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan cuaca, panas, dingin, keramaian, dan kebisingan. Sarana dan sistem pendukung yang tersedia dari lingkungan akan membantu mengatasi rasa sakit tersebut, dan dukungan keluarga serta orang-orang di sekitar ibu akan membantu mengurangi rangsangan nyeri yang dialami seseorang saat melahirkan. Kondisi ekonomi yang buruk, pendidikan yang rendah, minimnya informasi dan kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai membuat para ibu tidak mengetahui cara mengatasi rasa sakit, dan permasalahan ekonomi terkait biaya dan persiapan persalinan seringkali menimbulkan kecemasan dalam menghadapi persalinan.

Komunikasi tentang penyampaian informasi mengenai nyeri persalinan seperti mekanisme nyeri, penyebab nyeri, cara mengatasi nyeri. Kurangnya komunikasi mengenai nyeri akan membuat ibu dan keluarga tidak yakin apa yang harus dilakukan saat mengalami nyeri persalinan.

Karakteristik Intensitas Nyeri Kala I Persalinan

Skala Pengukuran Intensitas Nyeri

Ibu merasakan nyeri sedang, mendesis, meringis, dapat menunjuk tempat nyeri, dapat menggambarkan nyeri yang dirasakan, mengikuti instruksi dengan baik. Ibu merasakan nyeri hebat, tidak dapat mengikuti instruksi dengan baik, namun masih dapat merespon tindakan orang disekitarnya, dapat menentukan letak nyeri, namun tidak dapat menggambarkan nyeri yang dirasakannya.

Keyakinan Ibu (Self Efficacy) dalam Persalinan .1 Self Efficacy

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Individu yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih banyak untuk mengatur tugasnya (Ariani, 2011 dalam Kharismashanti. Hubungan Efikasi Diri Ibu dengan Intensitas Nyeri. Nyeri yang dialami ibu juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang mempengaruhi proses persalinan, seperti adanya stressor atau kecemasan menghadapi proses persalinan Self efikasi diri ibu bersalin merupakan keyakinan ibu bersalin dalam menjalani dan beradaptasi selama proses persalinan serta kemampuan mekanisme koping perilaku dalam mengatasi stressor seperti kecemasan yang akan mempengaruhi yang dialami selama proses persalinan. proses kelahiran.

Ibu bersalin yang memiliki persepsi efikasi diri yang tinggi akan menggunakan mekanisme coping yang spesifik dan baik dalam proses persalinannya guna mengelola tingkat stresor yang akan terjadi. Ibu yang pernah melahirkan sebelumnya akan memiliki pengalaman dan hal ini akan mempengaruhi persepsinya terhadap efikasi diri di kemudian hari. Jika pada persalinan sebelumnya ibu tidak mampu mengatasi rasa sakit saat persalinan dan memiliki ingatan yang buruk terhadap jalannya proses persalinan, hal ini akan mengakibatkan ibu menjadi cemas dalam menghadapi persalinannya saat ini karena tidak mampu menggunakan. mekanisme penanggulangan dengan tepat. .

Hal ini dipertegas dalam penelitian Bjork (2007) yang mengukur efikasi diri pada ibu hamil, diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang sebelumnya pernah melahirkan dengan daya ingat yang buruk semakin meningkatkan kecemasannya dalam proses melahirkan. Hal ini akan mengakibatkan ibu mengalami kecemasan berlebihan sehingga tidak dapat berpikir rasional dalam menggunakan perilaku positif untuk tunduk dan mengatasi rasa sakit saat proses persalinan. Sumber daya ini dapat meningkatkan persepsi ibu tentang efikasi persalinan jika pemodel sosialnya setara dan pernah bersentuhan langsung dengan proses persalinan, seperti mengamati seseorang yang melahirkan.

Observasi yang dapat dilakukan oleh ibu bersalin adalah dengan menonton proses persalinan sebenarnya atau menonton film yang menggambarkan proses persalinan tersebut (Lowe, 1993). Ip dkk (2009) memaparkan proses pemodelan sosial melalui upaya dua orang ibu hamil asal Tiongkok, yang memodelkan keberhasilan dalam proses persalinan dengan menggunakan perilaku untuk mengatasi ketidaknyamanan saat persalinan, seperti nyeri. Hal ini akan membuat ibu bersalin beranggapan bahwa persalinan merupakan proses fisiologis dan nyeri merupakan penunjang kelancaran proses persalinan sehingga kecemasan ibu terhadap persalinan berkurang.

Rasa percaya diri ibu lebih berperan dalam coping persistence dalam menghasilkan perilaku positif selama persalinan sehingga ketidaknyamanan selama persalinan seperti nyeri dapat dikontrol dengan perilaku dibandingkan dengan menggunakan obat-obatan untuk mengurangi nyeri. Ibu melahirkan dengan persepsi efikasi diri tinggi mempunyai tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan ibu melahirkan dengan persepsi efikasi diri rendah. Sementara itu, wanita yang melahirkan dengan persepsi efikasi diri yang rendah memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi sehingga merasa tidak mampu menggunakan mekanisme coping yang efektif dalam kaitannya dengan proses persalinan.

Alat Ukur Self Efficacy Ibu Bersalin

Pada instrumen kuesioner CBSEI terdapat kategori mekanisme coping dalam menghadapi nyeri seperti konsentrasi/distraksi, berpikir, dukungan, relaksasi, dorongan diri, pengendalian diri, dan pernapasan. Ibu dengan efikasi diri tinggi akan menggunakan mekanisme koping tersebut lebih baik dibandingkan ibu yang memiliki efikasi diri rendah. Tanglakmankhong dkk (2011) telah melaporkan bahwa efikasi diri ibu saat melahirkan berhubungan dengan rendahnya intensitas nyeri yang dirasakan saat melahirkan.

CBSEI yang dimodifikasi telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan hasil 16 item yang valid dan nilai reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha sebesar 0,978.

Kerangka Konsep

Hipotesis

Gambar

Gambar  2.1    Kerangka  Konsep  Penelitian  Hubungan  Self  Efficacy  Ibu  Bersalin  dalam  Menghadapi  Persalinan  dengan  Intensitas  Nyeri  Persalinan  Kala I Fase Aktif

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Group Investigation terhadap Penguasaan Konsep dan Efikasi Diri Siswa SMA pada Konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan ” beserta seluruh

Walapun keempat langkah diatas merujuk pada penggunaan analisis kontrastif untuk pengajaran, langkah tersebut dapat juga diterapkan dalam kepentingan pengajaran

Skala penyesuaian diri disusun berdasarkan konsep teori Runyon dan Haber (1984) yang terdiri dari aspek: persepsi terhadap realitas, kemampuan menghadapi stres dan

tangan secara berlahan agar tidak membangunkannya. 6) Buatlah tempat yang tenang untuk tidur pada umumnya, bayi.. dapat membiasakan diri untuk tidak terjaga dengan

Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Perkembangan seks sekunder membedakan pria dari wanita dan membuat anggota seks tertentu tertarik pada

Olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau perjuangan dengan orang lain serta konfrontasi dengan

Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial.Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat

Jadi, kita dapat mendefinisikan konflik conflict sebagai sebuah proses yang dimulai ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negative, sesuatu