• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinjauan yuridis mengenai harta bersama sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "tinjauan yuridis mengenai harta bersama sebagai"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

iv

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI HARTA BERSAMA SEBAGAI MAHAR PERKAWINAN POLIGAMI TANPA IZIN MENURUT

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Oleh :

Moh. Firman Amrulloh, NIM 1714101129

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa (1) akibat harta bersama sebagai mahar perkawinan poligami tanpa izin. (2) pembagian harta bersama yang telah menjadi mahar perkawinan poligami tanpa izin apabila terjadi perceraian dengan istri pertama. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Hukum Normatif dan pendekatan peraturan perundang-undangan (statue approach). Sumber Data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) akibat harta bersama sebagai mahar perkawinan poligami tanpa izin, maka penggunaan harta bersama tersebut dianggap cacat hukum karena tidak adanya persetujuan pihak lain yang juga memiliki hak yang sama atas harta bersama tersebut. Harta bersama yang digunakan tanpa izin tersebut harus dikembalikan pada posisi awal seperti sebelum terjadinya pengalihan hak. (2) pembagian harta bersama yang telah menjadi mahar perkawinan poligami tanpa izin apabila terjadi perceraian dengan istri pertama mengenai besaran pembagian harta besama yaitu diatur dalam KUHPerdata dan Kompilasi Hukum Islam. Pasal-pasal yang mengatur baik yang diatur dalam Pasal 128 KUHPerdata maupun dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam suami istri memperoleh masing-masing seperdua dari harta bersama tersebut.

Kata Kunci : Tinjauan Yuridis, Harta Bersama, Perkawinan

(2)

v

JURIDICAL REVIEW CONCERNING JOINT PROPERTY AS A DOWRY FOR A POLYGAMOUS MARRIAGE WITHOUT A PERMIT, ACCORDING

TO ISLAMIC LAW AND POSITIVE LAW IN INDONESIA

By :

Moh. Firman Amrulloh, NIM 1714101129

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out and analyze (1) the consequences of joint property as a dowry for unlicensed polygamous marriages. (2) the distribution of joint property which has become a polygamous marriage dowry without permission in the event of a divorce with the first wife. The type of research used is normative law research and the statutory approach. Sources of data used are primary, secondary, and tertiary legal materials. The technique of collecting legal materials used in this research is literature study. The results of this study indicate that (1) due to joint property as a polygamous marriage dowry without permission, the use of joint property is considered legally flawed because there is no agreement from other parties who also have the same rights over the joint property. Shared assets used without such permission must be returned to the original position as before the transfer of rights. (2) the distribution of joint property which has become the dowry of a polygamous marriage without permission in the event of a divorce with the first wife regarding the amount of the distribution of joint property which is regulated in the Civil Code and the Compilation of Islamic Law. The articles that regulate both those regulated in Article 128 of the Civil Code and in Article 97 of the Compilation of Islamic Law husband and wife each get one-half of the joint property.

Keywords: Juridical Review, Joint Assets, Marriage

Referensi

Dokumen terkait

Ketika terjadi perceraian antara suami dan istri, salah satu akibat hukum yang ditimbulkan dari putusnya perkawinan karena perceraian adalah terkait masalah harta benda

serta , b agaimanakah pembagian harta bersama dalam hal terjadi putusnya perkawinan poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Pada Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa bila perkawinan putus karena perceraian harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Jika diperhatikan maka Pasal 37

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Berdasarkan uraian di atas permasalahan akan terjadi ketika terjadi perceraian poligami yaitu seperti pemisahan harta

1) Permohonan izin poligami harus bersifat kontensius, pihak istri harus didudukkan sebagai termohon. 2) Alasan izin poligami yang diatur dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor

Harta gono gini adalah harta benda dalam perkawinan yang dihasilkan oleh pasangan suami istri secara bersama-sama selama masa perkawinan masih berlangsung.Konsep harta

Terhadap masalah ini, jika perkawinan putus karena perceraian maka pembagian harta bersama tersebut dapat melalui kompensasi berupa pengembalian oleh pihak yang

Ikatan perkawinan menjadikan adanya harta bersama antara suami istri, sebagaimana tertuang dalam undang-undang perkawinan pasal 35 ayat (1). Namun, bukan berarti dalam perkawinan