• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titik Kritis Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Titik Kritis Pembangunan Pertanian Berkelanjutan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER NAME

2020 April HPA IV 6.pdf

WORD COUNT

3262 Words

CHARACTER COUNT

24903 Characters

PAGE COUNT

13 Pages

FILE SIZE

45.0MB

SUBMISSION DATE

Apr 5, 2023 1:37 PM GMT+7

REPORT DATE

Apr 5, 2023 1:38 PM GMT+7

24% Overall Similarity

The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.

24% Publications database Crossref database Crossref Posted Content database

Excluded from Similarity Report

Internet database Bibliographic material

Cited material

Summary

(2)
(3)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS IV

REGENERASI PETANI : TITIK KRITIS

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Universitas Galuh, 4 April 2020

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS 2020

1

2

3

(4)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis IV

Regenerasi Petani : Titik Kritis Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Susunan Panitia:

ELIND ! " # $$% &% &' $ G ( ) C& * & # + ' , -$&. -# & #G ( )

ENANGGJA/AB 0' $ F ' ( # - $& $$&.- #& # G ( )

KE12 0-. M ) * % N-%&$! #3, 4.E., M..

4EK+E1A+ 54 I. $4 "&% N- )* $, 4.., M.. BENDAHA+A 4 6(A7&7, 4.., M..

4EK4I-4EK4I 1. K# '- -& $

K 5 -. H. B%&4 & , M.M.

A$8 8, 2(& N -%&$, A.M%.

+&7 (%" I- # " % F )-, )* $

2. A9 -

K 2$ N,.& $", 4.., M..

A$8 8, 1&'& ' K -$& : &, 4.H., M.M.

H$ & H-(&$ ,4.1. 3. ;(&' # &, D' , - # &% $ D,'*$ #&

K 5 -. 4 % - < =M..

A$8 8, 5& # K-& # $ : &, A.M%.

+& $ K - $& , 4.., M.. E( $ J ( $&

4. K, $# *#&

K ! $ & I$% - : &,4.E.

A$8 8, A$ &# #6& # -&, 4.., M.. 5. K * $ $

K D-. D $ & L'* $ H '&*, 4.. A$8 8, B$&%7 -M. A$% - & , 4.., M..

A9 $8 I#' $% -, 4.%., M. %. I- : $ A6-& $#" )

Reviewer:

D& $&+, 9 )% & $&

1-&# $ I$# $ N,, - I: $4 & : $

A$ N,.& $"

B$&%7 - M. A$ % -&

+& $K -$ &

I. $4 "& % N- ) * $

4 6 ( A7&7 A$& # #6& # -&

Editor:

A8 #! $& : $ I#" $ ,

M) * % N-% & $! # 3 B%&4 &

4 %- <

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis

1 2

3

(5)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis IV

Regenerasi Petani : Titik Kritis Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

ISSN 2685-2233 Editor :

A I .

Desain Sampul : A N , A.M . Desain Tata Letak :

I F

I A

Penerbit :

F A G C

Redaksi :

J .E. M N 150

C 46274

+622652754011 Fax +6265776787

Email: [email protected]

Cetakan pertama, Mei 2020

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

1

8

(6)

i

KATA PENGANTAR

Prosiding ini merupakan publikasi dari paparan dan gagasan para pembicara kunci (keynote speaker), pembicara tamu (invited speaker) dan hasil penelitian dari para pemakalah pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis IV &

Call for Paper

yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2020 di Universitas Galuh Ciamis.

Rendahnya minat generasi muda pada sektor pertanian membuat regenerasi petani berjalan lambat. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan dalam mencapai keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan, hal ini lah yang mendasari para peneliti mendiskusikannya dalam kegiatan seminar nasional ini yang bertema

Regenerasi Petani : Titik Kritis Pembangunan Pertanian Berkelanjutan .

Prosiding seminar nasional ini memuat makalah dari Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, M.Si.

(Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia), Dr. Ir. Dudi Iskandar, M.For.Sc. (Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT), dan Dr. Ir. KRMT Gembong Danudiningrat (Pemilik CV Pendawa Kencana Multifarm), serta makalah hasil penelitian yang dipresentasikan secara

online

(live streaming).

Prosiding ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan penelitian terkait dengan regenerasi petani. Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan prosiding ini.

Ciamis, Mei 2020 Tim Editor

1

23

(7)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI

... .

iii

KEYNOTE SPEECH

Tantangan Masa Depan Agribisnis Indonesia: Regenerasi Pelaku, Pelaku Agribisnis Baru Khususnya Petani

Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, M.Si.

(Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia) ...

1 SEMINAR NASIONAL

Solusi Regenerasi Petani Melalui Teknologi Produksi Pertanian Dr. Ir. Dudi Iskandar, M.For.Sc.

(Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT)...

7

Smart Farming 4.0 dan Solusi dalam Regenerasi Pertanian Menuju Kedaulatan Pangan

Dr. Ir. KRMT Gembong Danudiningrat

(Pemilik CV Pendawa Kencana Multifarm) ...

19 SIDANG PARALEL

SUBTEMA 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

PROFIL PERUSAHAAN HORTIKULTURA DI PROVINSI JAWA BARAT

Fitri Awaliyah... 27 IMPLEMENTASI KOLABORASI MODEL PENTAHELIX DALAM PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI POLIKULTUR PERKEBUNAN TERINTEGRASI (UTPPT) DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Rina Nuryati, Lies Sulistyowati, Iwan Setiawan, Trisna Insan Noor... 34 PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Erna Puji Astuti, Chery Soraya Amatillah, Indarti Puji Lestari... 46 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA PADI BERBASIS PANGSA PENGELUARAN PANGAN

Enok Sumarsih, Ronnie S. Natawidjaja, Asep Harisman... 52 RESPON MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN TANAM CABAI DI DKI JAKARTA

Nurmalinda, Syarifah Aminah, Muflihani Yanis, Ana Feronika C. I, Waryat... 61 DINAMIKA HARGA KOMODITAS BAWANG MERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH

Chairul Muslim, Adang Agustian, Resty Puspa Perdana... 70 AGRIBISNIS SAPI DI PKSN KEFAMENANU KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Sari Anggarawati, Anak Agung Eka Suwarnata... 81 ANALISIS DAYA SAING USAHATANI BENIH DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERBENIHAN PADI PADA KELOMPOK DESA MANDIRI BENIH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Adang Agustian dan Resty Puspa Perdana... 89

25

(8)

iii

ANALISIS HET, PENGGUNAAN DAN KEBIJAKAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DI PROVINSI JAWA BARAT

Adang Agustian... 101 IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMODITAS HORTIKULTURA DI LAHAN RAWA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Waryat, Puspitasari, Lely... 112 DINAMIKA RENDAHNYA KEPESERTAAN PELAKSANAAN ASURANSI USAHA TANI PADI (AUTP) DI KABUPATEN TASIKMALAYA

D.Yadi Heryadi, Dedi Sufyadi, Siti Yuyun Wahyuni... 121 KAJIAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM M-P3MI DI SULAWESI SELATAN

Amalia Ulpah dan Miskat Ramdhani... 129 EFEKTIFITAS PROGRAM GERAKAN MENANAM BERBAGAI USAHA DIPEKARANGAN (GEMA BERBUDI) DI KOTA TASIKMALAYA

Hendar Nuryaman, Dedi Sufyadi, Dede Dian... 136 STUDI RENCANA AKSI DAERAH BIDANG PERTANIAN KABUPATEN BEKASI

Dani Lukman Hakim, Budi Setia, Agriani Hermita Sadeli... 144

SUBTEMA 2. USAHATANI

POHON INDUSTRI TERUBUK (Saccharum eduleHassk)

Reny Sukmawani, Aulia Miftahunnisa Exa Putriyana, Ema Hilma Meilani, Asep Muhamad Ramdan... 153 UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI JAKARTA UTARA

Nofi A Rokhmah, Kartika Mayasari, Affan Rafandi... 160 PENGARUH TIGA FORMULA PAKAN PELLET TERHADAP PERFORMANS KELINCI JANTAN MUDANEW ZEALAND WHITE(NZW)

Syamsu Bahar, Erna Puji Astuti, Neng Risris Sudolar... 167 PENDAPATAN USAHA PERTANIAN TERINTEGRASI PADA LAHAN BERPASIR DI PULAU PAYUNG KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU

Chery Soraya Ammatillah, Wylla Sylvia Maharani, Nurmalinda... 174 KINERJA PERBENIHAN DAN DAMPAK PENGGUNAAN BENIH UNGGUL TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROVINSI LAMPUNG

Resty Puspa Perdana dan Adang Agustian... 185 DESKRIPSI DAN FAKTOR PENENTU TREN PERALIHAN USAHATANI MANGGA KE PADI DI KECAMATAN SEDONG, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT

Elly Rasmikayati... 197 PENGUASAAN LAHAN PETANI MANGGA DI KECAMATAN CIKEDUNG DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN DENGANNYA

Elly Rasmikayati... 208 PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK DAN HAYATI UNTUK EFISIENSI PUPUK ANORGANIK PADA BUDIDAYA NILAM

Octivia Trisilawati... 216 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA USAHATANI PADI LAHAN RAWA DI KABUPATEN CIAMIS

Agus Yuniawan Isyanto, Budi Setia, Sudrajat, Muhamad Nurdin Yusuf, Yuprin Abel Dehen 228

2

8

18 29

30

(9)

iv

PENERAPAN PUKAN PLUS DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN JAGUNG MANIS DAN TERNAK DI LAHAN SUB OPTIMAL WILAYAH PESISIR

Dwi Retno Lukiwati, Yafizham (alm.), Widyati Slamet... 232 PENGARUH PUKAN PLUS DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea Mays Saccharata) DI KABUPATEN BATANG

Siti Maysyaroh, Dwi Retno Lukiwati, Didik Wisnu Widjajanto... 238 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM SENTUL (Kasus Pada Seorang Pembudidaya Ayam Sentul di Desa Sukajadi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)

Raden Tripantja Pandji, Nirwan M Hidayat, Restu isrami, Zulfikar Noormansyah... 244 HUBUNGAN PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Dedi Djuliansah, Trisna Insan Noor, Yosini Deliana, Meddy Rachmadi... 251 PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA TERHADAP PENDAPATAN USAHA TANI PADI HITAM ORGANIK (Oriza sativa L) Dan FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYADI KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kasus Pada Kelompok Tani Padi Hitam Organik S.U Pertanian Di Kab. Tasikmalaya)

Euis Dasipah, R. Budiasih, Iis Iskandar, Siska Sari Fitriani... 256 PELUANG LABA MAKSIMUM MELALUI PENAMBAHAN BIAYA PADA USAHATANI PADI DI DESA RANJENG KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU

Wachdijono, I Ketut Sukanata, Suaji... 266 RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG PADA BEBERAPA JENIS MEDIA TANAM SECARA HIDROPONIK DI DKI JAKARTA

Emi Sugiartini dan Imel Briyani... 274 PENGGUNAAN AIR AC DAN AIR TANAH SEBAGAI PELARUT NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TANAMAN SAWI HIJAU SISTEM HIDROPONIK SUMBU INDOOR DI DKI JAKARTA

Emi Sugiartini dan D. A. Sugiyanta... 283 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGALIHAN PENGGUNAAN VARIETAS PADI PAK TIWI 1 PADA BUDIDAYA PADI DI DESA CIPANAS KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON

Amran Jaenudin, Wachdijono, Reynaldi Adiat... 291 KERAGAAN USAHATANI PADI DI DAERAH SAWAH RAWAN BANJIR KABUPATEN PANGANDARAN

Muhamad Nurdin Yusuf, Agus Yuniawan Isyanto, Sudradjat, Rian Kurnia, Ivan Sayid Nurahman, Saepul Aziz... 300 ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PADA USAHATANI KEDELAI DI LAHAN DARAT

Rian Kurnia, Sudradjat, Agus Yuniawan, M Nurdin Yusuf, Ivan Sayid Nurahman, Benidzar M Andrie, Ane Novianty, Tiktiek Kurniawati, Saepul Aziz... 308 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA SUKAHURIP KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

Saepul Aziz, Sudrajat, Agus Yuniawan Isyanto, Muhamad Nurdin Yusuf, Budi Setia, Dani Lukman Hakim, Rian Kurnia, Ivan Sayid Nurahman, Tiktiek Kurniawati, Ane Novianti, Benidzar M Andrie... 313

21

(10)

v SUBTEMA 3. PENGOLAHAN PASCAPANEN

STRATEGI USAHA PERDAGANGAN BERAS (Kasus di PD. BERAS ANDA Kota Cirebon)

I Ketut Sukanata, R. Eviyati, Kurniawan... 318 ANALISIS OPTIMALISASI TINGKAT PRODUKSI ROTI WAKWAW DALAM UPAYA MENCAPAI LABA MAKSIMUM (Studi Kasus di Home Industri Roti Wakwaw Keduanan Depok Cirebon)

Andung Rokhmat Hudaya, Wachdijono, Siti Aulia Dwi Maulidah... 326

SUBTEMA 4. PEMASARAN

ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MINYAK GORENG (Studi Kasus Pasar Tradisional Pusat Pembelanjaan Mentaya Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)

Tirsa Neyatri Bandrang... 334 ANALISIS MARJIN DAN FUNGSI PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH DI KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA

Benidzar M. Andrie, Agus Yuniawan Isyanto, Ane Novianty, Anisa Puspitasari, Budi Setia, Dani Lukman Hakim, Ivan Sayid Nurahman, Muhamad Nurdin Yusuf, Rian Kurnia, Saepul Aziz, Sudrajat, Tiktiek Kurniawati... 344 POLA SALURAN PEMASARAN DANFARMER S SHARECABAI RAWIT

Ane Novianty, Agus Yuniawan Isyanto, Anisa Puspitasari, Benidzar M. Andrie, Budi Setia, Dani Lukman Hakim, Ivan Sayid Nurahman, Muhamad Nurdin Yusuf, Rian Kurnia, Saepul Aziz, Sudrajat, Tiktiek Kurniawati... 349 STRUKTUR PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH DI KECAMATAN CIGALONTANG

Anisa Puspitasari, Ane Novianty, Benidzar M Andrie, Tiktiek Kurniawati, Ivan Sayid Nurahman, Rian Kurnia, Saepul Aziz... 353

SUBTEMA 5. KELEMBAGAAN

PENENTUAN HARGA POKOK DAN TITIK IMPAS NILAI PENJUALAN PADA AGROINDUSTRI PENGOLAHAN PUCUK TEH MENJADI TEH HIJAU

Suyudi, Tenten Tedjaningsih,Hendar Nuryaman... 358 PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI (KWT)

Ivan Sayid Nurahman, Sudradjat, Agus Yuniawan Isyanto, Rian Kurnia, Muhamad Nurdin Yusuf, Budi Setia, Saepul Aziz, Tiktiek Kurnniawati, Benidzar M Andrie, Ane Novianty... 370 PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERHASILAN KELOMPOK TANI (Studi Kasus Pada Kelompok Tani di Desa Sukamantri)

Tiktiek Kurniawati, Agus Yuniawan Isyanto, Sudrajat, M Nurdin Yusuf, Ane Novianty, Benizar M Andrie, Rian Kurnia, Ivan Sayid Nurahman, Saepul Aziz, Anisa Puspitasari... 375 PERAN KELEMBAGAAN SEKTOR HILIR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KOPI ARABIKA

Dyah Ratna Chandra Dewi, Soetriono, Sri Subekti... 380 STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KETUNAKISMAAN BURUH TANI PEREMPUAN

Ahmad Choibar Tridakusumah... 387

1

26

(11)

349

Aziz1, Sudrajat1, Tiktiek Kurniawati1

1Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis Jl. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis 46274

*email: [email protected] ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola saluran pemasaran dan farmer s share Cabai rawit di Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Penentuan responden menggunakan metode snowball sampling terdiri dari petani, pengepul dan pedagang. Metode analisis menggunakan deskriptif dengan didukung perhitungan farmer s share. Hasil penelitian ini adalah dua pola saluran cabai rawit yaitu (I) Petani pedagang pengepul pedagang besar pedagang pengecer konsumen. (II) Petani - pedagang pengepul pengecer konsumen. NilaiFarmer Share syang tergolong efisien berada pada saluran pemasaran II (45,23%) sedangkan pada saluran pemasaran I tergolong tidak efisien (36,36%). Diantara kedua saluran pemasaran tersebut yang paling efisien dan direkomendasikan pada penelitian ini adalah saluran pemasaran II karena mempunyai nilai farmer s shareyang paling tinggi yaitu sebesar 45,23 %.

Kata Kunci: Pola, Saluran Pemasaran,Farmer s Share LATAR BELAKANG

Salah satu bagian pembangunan pertanian di Indonesia yang mempunyai kedudukan strategis adalah kegiatan yang berbasis pada tanaman pangan dan hortikultura. Sektor ini selain melibatkan tenaga kerja terbesar dalam kegiatan proses produksinya juga merupakan bahan pangan pokok pada konsumsi nasional. Ditinjau dari sisi bisnis kegiatan ekonomi yang berbasis tanaman pangan dan hortikultura merupakan kegiatan bisnis terbesar dan tersebar luas di seluruh Indonesia (Saragih, 2001). Cabai adalah tanaman hortikultura yang tumbuh banyak di Nusantara. Tanaman cabai banyak dibudidayakan di Indonesia karena Indonesia mempunyai iklim tropis. Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah sehingga cabai di Indonesia sangat berlimpah.

Cabai adalah rempah-rempah bernilai tinggi sejak masa silam hingga sekarang. Cabai mempunyai banyak jenisnya, hanya saja di Indonesia jenis cabai yang digunakan hanya jenis-jenis tertentu saja seperti cabai besar yaitu, cabai merah, cabai hijau, cabai merah keriting dan paprika serta jenis cabai kecil yaitu, cabai rawit.

Komoditas cabai menduduki posisi penting dalam menu pangan, meskipun diperlukannya hanya dalam jumlah kecil, yaitu hanya 2,90 kg/kapita/tahun (2016), namun hampir seluruh menu masakan di Indonesia menggunakan cabai (Pusdatin 2016). Oleh karena itu, perlu keragaman produk, mutu tinggi, dan sifat konsumsi fancy. Diperkirakan konsumsi cabai akan terus meningkat, pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 2,95 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan diatas 3,10 kg/kapita/tahun. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk berbasis cabai akan terus meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. Aktifitas pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang paling penting, dimana pada kegiatan ini tujuannya adalah menyalurkan produk berupa cabai rawit dari petani sampai ke tangan konsumen akhir yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran untuk memudahkan produsen dalam menyalurkan cabai rawit. (Sukirno, 2005).

Permasalahan pemasaran komoditas hortikultura meliputi bagaimana menerjemahkan permintaan dari konsumen kepada produsen dan menginformasikan produk yang diproduksi produsen kepada konsumen, penyaluran produk dan jasa-jasa pemasaran serta menyelaraskan proses pemasaran akibat adanya dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen (Rachman 1997;

Saptana dan Rachman 2015).

4

6

6 8

10

13 13

15

17

31

(12)

350

Bagaimana efisiensi saluran tataniaga sayuran kubis berdasarkan farmer s share di Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya

METODE PENELITIAN

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling dan snowball sampling. Metode purposive sampling ini digunakan untuk pengambilan sampel pada petani, pedagang dan konsumen di Pasar Rau Trad Center (RTC), Pasar Lama, dan Pasar Karangantu, pemilihan kedua pasar ini didasarkan pada beberapa faktor yaitu a) adanya pedagang pengecer ikan bandeng yang berjualan secara kontinyu; b) lokasi pasar yang strategis; c) adanya keterikatan antara pengecer dengan konsumen.Sedangkan metode snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil merupakan sampel jenuh yang dalam penentuannya menurut Sugiyono (1999) bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 35 orang maka semua anggota dijadikan sampel. Maka dalam pengambilan sampel untuk petani cabai rawit di Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya yang aktif pada saat penelitian berlangsung sebanyak 8 orang. Sedangkan untuk sampel pada lembaga pemasaran menggunakan Snowball Sampling. Penarikan sampel pada lembaga-lembaga pemasaran dilakukan dengan mengikuti alur perdagangan cabai rawit, diambil berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden sebelumnya yaitu 8 orang dari tingkat petani.

Jumlah pedagang respoden sebanyak 22 orang.

Analisis Pola Saluran Pemasaran adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen, Maka dari itu saluran pemasaran ikan bandeng diteliti mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Makin panjang rantai pemasaran (semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat) maka semakin besar marjin pemasaran yang terbentuk diantara produsen dan konsumen maka dari itu dapat menjadikan saluran pemasaran ini pada umumnya tidak efisien. Saluran pemasaran dikatakan berjalan dengan efisien apabila tercipta kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, konsumen dan lembaga pemasaran yang menghubungkan antara keduanya.

Adanya efisiensi dalam saluran pemasaran yang akan menyebabkan pengurangan biaya-biaya pemasaran, maka dapat memperkecil perbedaan harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen.

Analisis tentang Farmer s Share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen merupakan perbandingan yang ditrima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Analisis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: (Anindita,2004).

FS = Pp / Pk x 100%

Keterangan : FS =Farmer s share

P = Harga di tingkat produsen/petani (Rp)

K = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Rp)

5

5

9 11

14 16

19

(13)

351

bagaimana saluran pemasaran, jumlah lembaga pemasaran, diferensasi produk, hambatan keluar masuk pasar, dan hubungan/koordinasi vertikal. Terdapat dua jenis saluran pemasaran cabai pada petani cabai di Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Saluran pemasaran I terdiri dari petani, pedagang pedagang pengepul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Saluran pemasaran II terdiri dari petani, pedagang pengepul, pedagang pengecer di kota, dan konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian jumlah lembaga pemasaran cabai di Kecamatan Taraju, ada tiga.

Lembaga-lembaga yang terlibat adalah pedagang pengepul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Lembaga tersebut terdiri ada tang merangkap sebagai pedagang pengepul juga sekaligus berperan sebagai pedagang besar. Hambatan keluar atau masuk pasar terdiri dari keuntungan biaya mutlak berupa permodalan, karakteristik produk yang mudah rusak, mengalami beberapa hambatan seperti pendistribusian dan terbatasnya persediaan cabai, serta persaingan yang dialami antar pedagang. Hubungan/koordinasi vertikal berbentuk integrasi.

AnalisisFarmer s Share

Analisis farmer s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani cabai rawit merah dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Analisis farmer s share merupakan salah satu indikator untuk menentukan efisiensi operasional pemasaran suatu komoditas. Hal ini tergantung dari upaya yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memberikan value added pada produk sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen.

Analisis farmer s share berbanding terbalik dengan analisis marjin pemasaran.

Farmer s share yang diterima petani pada saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan data yang tersaji pada Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa bagian terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran II yaitu sebesar 45,23 persen. Adapun saluran pemasaran I memiliki nilai farmer s share yaitu 36,36 persen yang merupakan nilai farmer s share terkecil. Hal ini dikarenakan saluran ini merupakan saluran pemasaran terpanjang jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dengan tujuan akhir ke konsumen yang berada di daerah Kota Tasikmalaya

.1

Gambar 1. Jenis Saluran Pemasaran Cabai Rawit I

2.

Gambar 2. Jenis Saluran Pemasaran Cabai Rawit II

Petani Pedagang

Besar Pengecer Konsumen

Petani Pedagang

pengepul Pengecer Konsumen

Pedagang pengepul

5

6

6 7

7 15

20 22

24

27

28

32

33

(14)

352 Saluran

Pemasaran petani

(Rp/kilogram) konsumen (Rp/kilogram)

Farmer s Share (%)

Saluran I 8.000 22.000 36,36

Saluran II 9.500 21.000 45,23

Sumber : Data Primer 2020 (diolah)

DAFTAR PUSTAKA

Saptana, Rachman HPS. 2015. Tinjauan konseptual makro-mikro pemasaran dan implikasinya bagi pembangunan pertanian. Forum Peneliti Agro Ekon. 38(2):1-18.

Saragih, Bungaran. 2001. Suara dari Bogor : Membangun Sistem Agribisnis. Yayasan USESE bekerjasama dengan Sucofindo. Bogor.

Sugiyono, 1999.Metode Penelitian bisnis,Alfabeta.

Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar edisi ketiga. PT.Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2016. Outlook komoditas sub sektor hortikultura: cabai. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi Pertanian.

(15)

24% Overall Similarity

Top sources found in the following databases:

24% Publications database Crossref database Crossref Posted Content database

TOP SOURCES

The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be displayed.

1

AD Susila, K Suketi. "Determination of fertilizer rate recommendations ... Crossref 3%

2

Reny Sukmawani, Aulia Miftahunnisa Exa Putriyana, Sri Ayu Andayani. ... Crossref 3%

3

Wachidatus Sa’adah. "ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDAN... Crossref 2%

4

Suratno Suratno, Christoporus Christoporus, Dance Dance. "ANALISIS ... Crossref 2%

5

Satria Afnan Pranata, Musnaini Musnaini. "EFISIENSI PEMASARAN IKA... Crossref 1%

6

DWI PUTRIANA KINDING. "ANALISIS PEMASARAN KENTANG DI KECA... Crossref 1%

7

Lasmaria Elisabet Marbun, Juliana R. Mandei, Ribka M. Kumaat. "PEM... Crossref 1%

8

Lismawati Lismawati, Agus Yuniawan Isyanto. "FAKTOR-FAKTOR YAN... Crossref 1%

9

Ngatno Ngatno, Syaiful Azhar, Mainif Sepfera. "Analisis Kinerja Saluran... Crossref <1%

Sources overview

(16)

10

S P Pangemanan, T. F.D Lumy, C Ooray. "Eisiensi pemasaran telur aya... Crossref <1%

11

Mohd Winario, Irawati Irawati, Hasgimianti Hasgimianti, Emilia Susanti.... Crossref <1%

12

Tinur Sulastri Situmorang, Zulkili Alamsyah, Saidin Naenggolan. "ANA... Crossref <1%

13

Juneke Marisa Sambuaga, Rine Kaunang ., Kaunang, Grace A. J. Ruma... Crossref <1%

14

Agus Muriawan Putra, I Komang Tri Suta Guna. "ANALISIS MENU A’LA ... Crossref <1%

15

Ahmad Nur Rizal, Rosda Malia, Wandi ,. "ANALISIS SALURAN PEMASA... Crossref <1%

16

Sharon E.E Repi, Lexy K Rarung, Djuwita R.R Aling. "ANALISIS FINANSI... Crossref <1%

17

Iswahyudi Iswahyudi, Sustiyana Sustiyana. "Model Distribusi dan Farm... Crossref <1%

18

Esa Noerbayinda, Eliana Wulandari. "THE DIFFERENCE OF BEHAVIOR A... Crossref <1%

19

Ni'mawati Syariah, Asruddin Asruddin. "POTENSI PASAR IKAN SAGELA... Crossref <1%

20

Novindra ., Hesti Widyaningsih. "ANALYSIS OF TOBACCO CHANNELS ... Crossref <1%

21

Surtinah Surtinah. " Increasing Sweet Corn Production: Fertilizing Cont... Crossref <1%

Sources overview

(17)

22

Muhamad Nurdin Yusuf. "SALURAN PEMASARAN TOMAT DI KABUPA... Crossref <1%

23

Ruly Hamida, Cece Suhara. "PENGARUH SUGARCANE STREAK MOSAI... Crossref <1%

24

Munawir Muhammad, Fatmawati Fatmawati, Abdul Haris Din. "Analysis... Crossref <1%

25

Nasrul Z., Aulina Adamy, Wardiati Wardiati, Tauik Tauik. "PEMETAAN ... Crossref <1%

26

Arma Putra, Putri Suci Asriani, Musriyadi Nabiu. "THE EFFECTIVENES... Crossref <1%

27

Manna Saragih, Kustopo Budiraharjo, Titik Ekowati. "Analisis Eisiensi ... Crossref <1%

28

Putri Sari, Eliza Eliza, Novia Dewi. "Analysis of Mangosteen Marketing i... Crossref <1%

29

Sution, Laurensius Lehar. "NEW SUPERIOR VARIETY ADAPTATION AN... Crossref <1%

30

Fatmawaty Fatmawaty, Sri Mardiyati, Syaiuddin Syaiuddin, Mohamma... Crossref <1%

31

Asya Utari Rahmawati, Dona Setia Umbara, Budhi Wahyu Fitriadi. "SAL... Crossref <1%

32

Cendy Claudia Wowiling, Lyndon R. J. Pangemanan, Joachim N. K. Du... Crossref <1%

33

Dara Latifa, Faidil Tanjung, Rina Sari. "Marketing Eiciency Analysis of ... Crossref <1%

Sources overview

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,