• Tidak ada hasil yang ditemukan

Title Goes Here

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Title Goes Here"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Interactive Multimedia Thermodynamics to Increase Creative Thinking Skill of Physics Prospective Teachers

Multimedia Interaktif Termodinamika untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru Fisika

Abdul Hakim 1*, Liliasari2, Agus Setiawan3,G.A. Putri Saptawati4

1Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Mulawarman, Indonesia

2Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

3Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

4Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Indonesia

*hakim_fkip@yahoo.com ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika sebagai dampak penerapan mutlimedia interaktif termodinamika (MMIT). Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan control group pretest-posttest design. Subjek penelitian terdiri atas 34 mahasiswa kelompok eksperimen dan 33 mahasiswa pada kelompok kontrol, pada semester ke empat, di salah satu perguruan tinggi negeri di Kalimantan Timur. Instrumen penelitian ini terdiri dari 40 butir tespilihan berganda bermuatan keterampilan berpikir kreatif.Data dianalisis dengan uji perbedaan dua rerata.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan multimedia interaktif efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika.Hal ini diindikasikan oleh rerata skor gain yang dinormalisasi <g> keterampilan berpikir kreatif kelompok eksperimen sebesar 0, 60 dan kelompok kontrolsebesar 0, 31. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika.

ABSTRACT

This study aimed to determine the increase of creative thinking skills as result of the implementation of the interactive multimedia thermodynamics. Research method used a quasi experiment with control group pretest- posttest design. The research subject was 34 students as experimental group and 33 students as control group of physics prospective teachersof thefourth semester,in one of the state university in East Kalimantan. The research instrument used 40 items multiple choice testembeded creative thinking skills. Data analyzed with the differences of two averages. The result showed that after the implementation of interactive multimedia increased of creative thinking skills of physics prospective teacherseffectively. It was indicated that the average score of normalized gain

<g> of creative thinking skills of experiment group was 0.60 and those for control group of 0.31. These results indicated that the interactive multimedia is an alternative that can be used to enhance of creative thinking skills of physics prospective teachers.

Keywords: interactive multimedia, thermodynamics, creative thinking skills, physics prospective teachers.

PENDAHULUAN

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah dan tantangan semakin berat, pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa

(2)

yang akan datang. Dalam perspektif sejarah, tuntutan pembelajaran abad-21 dikembangkan di Amerika tahun 2007 yang didukung oleh negara-negara maju lainnya termasuk Australia yang di pelopori oleh Partnership for 21st Centuty Skill menghasilkan rumusan, bahwa siswa diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan secara memadai sesuai dengan dinamika perkembangan globalisasi secara dinamis. Keterampilan-keterampilan dimaksud termasuk keterampilan komunikasi, berpikir kreatif, berkolaborasi, berpikir kritis dan memecahkan masalah (Anderson, 2009). Harapannya, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal hidup di masyarakat yang memiliki karakter baik lokal maupun global dan dapat dipertanggungjawabkan secara personal maupun sosial. Dengan kemampuan berpikir kreatif, secara efektif akan memudahkan mahasiswa dalam menyelesaikan tantangan-tantangan yang berkaitan dengan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif sangat penting dikembangkan dan dimiliki mahasiswa dalam proses pembelajaran dan setelah proses pembelajaran.

Pembelajaran termodinamika dapat dijadikan wahana pengembangan keterampilan berpikir kreatif. Namun, permasalan yang timbul adalah materi atau konsep-konsep termodinamika banyak bersifat matematis, banyak rumus, banyak mengandung konsep-konsep abstrak, berdasarkan prinsip, dan menyatakan proses dan siklus. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa memahami materinya, frustasi membangun model mental, membosankan, sehingga berdampak terhadap hasil belajarnya. Sejumlah hasil penelitian terkait materi termodinamika diantaranya, Lewis (1993) menyatakan bahwa mahasiswa tidak mampu mengintegrasikan konsep-konsep termodinamika dalam fenomena yang kompleks. Kelly (2002) menyimpulkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan dalam pemetaan konsep-konsep abstrak.

Huang dan Gramoll (2004) mendapatkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan konsep-kosep abstrak. Siswa mengalami kesulitan bagaiman mengaplikasikan diagram p-V untuk menyelesaikan masalah (Kulkarni & Tambade, 2013). Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka, agar dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif.

Berbagai penelitian terkait penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran dipandang dapat membantu dan memfasilitasi peningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa. Multimedia interaktif dapat memvisualisasikan dan

(3)

menyederhanakan konsep-konsep abstrak termodinamika seperti entalpi dan entropi. Xiufeng Liu (2006) menyatakan bahwa konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti hukum-hukum gas lebih mudah dipahami ketika menggunakana multimedia. Junglas (2006) mengemukakan bahwa penggunaan simulasi interaktif akan memperbaiki model mental siswa. McKagan, et al. (2008) menyatakan bahwa software interaktif membantu mahasiswa memahami konsep-konsep abstrak pada materi mekanika kuantum. Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengintegrasikan konsep-konsep termodinamika dalam fenomena yang kompleks dan meningkatkan pemahaman, penggunaan multimedia interaktif dengan simulasi, film, diagram, grafik, animasi, dan suara yang memainkan peran penting untuk membantu memvisualisasikan dan menyederhanakan konsep-konsep abstrak yang sulit dipahami mahasiswa. Selain itu, multimedia interkatif memberi kesempatan mahasiswa mempelajari materi setiap saat, memberi respon secara cepat, membiasakan diri berpikir kreatif, dan mendorong keingintahuan mahasiswa untuk melakukan penyelidikan.

Sampai saat ini para ahli telah banyak meneliti, merancang, dan mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Podolefsky et al.

(2010) menyatakan pembelajaran dengan menggunakan simulasi dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penyelidikan, membuat hubungan antara representasi, dan analogi untuk memahami ide-ide ilmiah. Hasil overviu Mulop, dkk (2012) pada beberapa jurnal terkait pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam perkuliahan termodinamika yang terbit dari tahun 1993 sampai tahun 2009, menyatakan bahwa kecenderungan riset dalam pembelajaran termodinamika dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu; (1) penggunaan multimedia untuk membantu mahasiswa dalam pemecahan masalah (Tuttle, 1999; Baher, 1998;

Ngo, 2003; Liu, 2009); (2) penggunakan program simulasi dan multimedia untuk meningkatkan interaktivitas mahasiswa (Baher, 1998; Forbus, 1999; Kelly, 2002; Kumpaty, 2002; Ngo, 2003;

Anderson, 2005; Hassan, 2005; Junglas, 2006; Bullen, 2007; Chaturvedi, 2007; Weston, 2008;

Liu, 2009); (3) penggunakan multimedia interaktif dan simulasi untuk meningkatkan kemampuan refleksi dan penerapan ide-ide ilmiah (Ngo, 2003; Jonnasen, 2009). Berdasarkan hasil tersebut belum ada yang mengembangkan dan mengimplementasikan multimedia interkatif secara komprehensif yang meliputi animasi, laboratorium virtual, dan latihan interaktif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa calon guru dalam pembelajaran termodinamika.

(4)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diimplementasikan multimedia interaktif termodinamika yang telah dikembangkan peneliti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dengan nuansa atau desain yang berbeda dengan multimedia interaktif yang telah ada selama ini seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Multimedi interaktif termodinamika disusun dengan empat komponen utama: teori, animasi, laboratorium virtual, dan latihan. Tujuan tiap komponen adalah:

1) Teori memuat konsep-konsep penting dan merupakan pelengkap buku teks yang dimiliki mahasiswa. Pada materi terdapat link keanimasi terkait dengan konsep yang dipelajari.

2) Animasi digunakan untuk membantu mahasiswa memahami suatu proses dan siklus termodinamika, bentuk diagram tiap proses maupun siklus dan membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan tiap animasi dilengkapi penjelasan singkat.

3) Laboratorium virtual/simulasi digunakan sebagai komponen untuk melakukan aktivitas utama mahasiswa dalam mengembangkan High Order Thinking Skill (HOTS) khususnya kemampuan berpikir kreatif. Simulasi dirancang untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan eksperimen secara virtual, merumuskan hipotesis, mengumpulkan, menganalis data, dan menarik kesimpulan.

4) Latihan digunakan mahasiswa dibagian akhir pembelajaran setelah mempelajari konsep- konsep termodinamika dan melakukan kegiatan eksperimen dengan tujuan untuk menguji pemahaman mahasiswa. Latihan dirancang dengan memberikan umpan balik kepada pengguna untuk mengecek jawaban mereka.

Multimedia interaktif termodinamika dikembangkan terkait dengan penguasaan konsep termodinamika. Materi termodinamika yang menjadi fokus kajian yaitu konsep dasar termodinamika, energi dan hukum I termodinamika, sifat-sifat zat murni, gas ideal, dan hukum II termodinamika dan siklus Carnot. Selain pengembangan penguasaan konsep termodinamika, multimedia interaktif juga mengembangkan indikator keterampilan berpikir kreatif. Indikator tersebut meliputi fluency, flexibility, elaboration, dan originality.

Tahapan pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif dapat diuraikan dalam Tabel 1 sebagai berikut:

(5)

Tabel 1. Tahap kegiatan pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif Termodinamika (MMIT) Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan Motivasi dan brainstoming, menjelaskan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

Kegiatan inti Mengenalkan konsep-konsep yang berhubungan dengan materi.

Mahasiswa mempelajari konsep-konsep melalui Multimedia Interaktif Termodinamika (MMIT).

Mendiskusikan konsep-konsep yang memerlukan penekanan.

Mahasiswa berdiskusi secara kelompok (3-4 orang) untuk menyimpulkan maksud dan desain eksperimen atau langkah- langkah yang akan dilakukan dalam eksperimen virtual Mahasiswa melakukan kegiatan eksperimen secara virtual:

merumuskan hipotesis, merancang kegiatan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat kesimpulan.

Mengkomunikasikan hasil melalui presentasi kelompok

Penutup Membuat rangkuman pembelajaran, mengerjakan latihan melalui MMIT. Mencatat tugas individu dan kelompok.

Gambar 1. Contoh Tampilan Multimedia Interaktif Termodinamika: (a) halaman depan;

(b) materi; (c) animasi; (d) laboratotium virtual.

(a) (b)

(c) (d)

(6)

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan control group pretest-posttest design (Fraenkel, 2007). Pada desain ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (n=34) dan kelompok kontrol (n=33). Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran menggunakan multimedia interaktif termodinamika dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional. Terhadap dua kelompok dilakukan pretest dan posttest keterampilan berpikir kreatif berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 soal yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil analisis validitas soal secara kualitatif oleh tiga ahli menunjukkan bahwa soal berpikir kreatif dalam konteks termodinamika valid untuk digunakan dan hasil validitas secara kuantitatif (product moment) menunjukkan hasil yang signifikan (valid). Reliablitas soal menggunakan kriteria nilai Cronbach alpha adalah 0,79. Hasil ini menunjukkan bahwa soal keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan mempunyai konsistensi internal yang tinggi. Menurut Nunnally (1978), nilai minimum yang yang masih dapat diterima adalah 0,50. Berdasarkan kriteria reliabilitas koefisien alfa secara total, soal keterampilan berpikir kreatif valid untuk digunakan.

Data kedua kelompok dianalisis menggunakan uji perbedaan rata-rata (Uji t atau Mann- Whitney) dan skor gain yang dinormalisasi <g>. Skor gain yang dinormalisasi dengan rumus (Hake, 1998):

g ⟩= % ⟨ S

f

⟩−% ⟨ S

i

⟩ 100−% ⟨ S

i

dimana Sf=skor postes, Si=skor pretes dengan kategori yaitu: 1) renda (<g> < 0,3), 2) sedang (0,3

≤ <g> ≤ 0,7), 3) tinggi (<g> ≥ 0,7).

Tingkat signifikansi uji dua rerata digunakan ukuran effect size. Menurut Morgen et al.

(2004) hasil perbedaan signifikan tidak memberikan informasi tentang kualitas perbedaan antara dua kelompok data. Oleh karena itu, Cohen (Morgen et al. (2004) merekomendasikan adanya perbedaan yang signifikan dengan lima kategori yaitu: 1) sangat kecil (d< 0,2), 2) kecil (0,2 ≤ d ≤ 0,5), 3) sedang (0,5 ≤ d ≤ 0,8), 4) besar (0,8 ≤ d< 1,0), dan 5) sangat besar (d ≥ 1,0). Dengan rumus:

(7)

d=(MEMK)/

(SDE

2+SDK2 )/2

dimana ME=skor rerata kelompok eksperimen, MK=skor rerata kelompok kontrol, SDE= standar deviasi kelompok eksperimen, SDK=standar deviasi kelompok kontrol.

HASILDAN PEMBAHASAN

Indikator keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari empat indikator yaitu fluency, flexibility, elaboration, dan originality. Untuk menentukan keberhasilan pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif terkait dengan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa calon guru, skor gain yang dinormalisasi <g> dianalisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perolehan skor rerata pretes, postes, dan gain yang dinormalisasi <g> tiap indikator berpikir kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor rerata pretes, postes, dan gain yang dinormalisasi <g> tiap indikator keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Indikator Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen

(n=34)

<g>

(%)

Kelas Kontrol

(n=33)

<g>

(%) pretest postest Pretest postest

Fluency 34,22 71,12 56 36,36 59,05 36

Flexibility 44,22 85,09 72 40,96 58,33 29

Elaboration 34,33 76,52 60 35,37 53,76 28

Originality 36,47 70,27 49 35,45 54,85 31

Nilai gain yang dinormalisasi <g> dari indikator fluency pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan peningkatan sedang (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada indikator fluency. Pada indikator flexibility menunjukkan peningkatan sedang pada kelas eksperimen dan peningkatan renda pada kelas kontrol (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada indikator flexibility. Peningkatan sedang pada kelas eksperimen dan peningkatan rendah pada kelas kontrol pada indikator elaboration (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif dapat

(8)

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada indikator elaboration. Nilai gain yang dinormalisasi <g> indikator originality pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan peningkatan sedang pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (Tabel 2). Jadi, pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (fluency, flexibility, elaboration, dan originality) mahasiswa calon guru fisika.

Hasil analisis pengaruh pembelajaran termodinamika berbasis multimedia interaktif dan indikator kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai gain yang dinormalisasi <g> tiap indikator keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Indikator Berpikir

Kreatif

Uji Normalitas Uji Beda Rata-rata (Z dan t)

Makna d

Eksperimen Kontrol Fluency Tidak Normal

(Sig. 0.012)

Normal (Sig. 0.200)

Z=-4.073 Sig. 0.000 Berbeda signifikan

1,05 Flexibility Tidak Normal

(Sig. 0.000) Tidak Normal

(Sig. 0.000) Z=-4.775 Sig. 0.000 Berbeda

signifikan 1,40 Elaboration Normal

(Sig. 0.170)

Normal (Sig. 0.200)

t=10.148 Sig. 0.000 Berbeda signifikan

0,95 Originality Normal

(Sig. 0.200) Normal

(Sig. 0.200) t=4.539 Sig. 0.000 Berbeda

signifikan 1,05

Ket: Uji normalitas=Uji Kolmogorov-Smirnov (normal,sig.>0.05), p<0,05

Tabel 3 menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada tiap indikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Rerata gain yang dinormalisasi <g> kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kategori sedang. Hasil uji perbedaan dua rerata pada α=0,05 menunjukkan perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Effect size (d) tiap indikator keterampilan berpikir kreatif dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran termodinamika dengan multimedia interaktif efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika dibanding pembelajaran konvensional.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa rerata gain yang dinormalisasi <g> pada indikator flexibility pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, sedangkan rerata gain yang dinormalisasi <g> yang paling rendah terjadi pada indikator originality baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol, secara keseluruhan peningkatan keterampilan berpikir kreatif belum memuaskan. Membuat multimedia interaktif yang dapat mengarahkan pada peningkatan

(9)

keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis yang lebih cermat dan komprehensip lagi terhadap kesesuaian antara setiap indikator keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan dengan karakteristik materi yang akan dipelajari, animasi dan simulasi/laboratorium virtual yang digunakan, kegiatan pembelajaran yang dilakukan, dan instrumen yang digunakan untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika.

Semua indikator keterampilan berpikir kreatif baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan dalam kategori sedang dan berbeda secara signifikan (Tabel 3).

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran termodinamika dengan multimedia interaktif efektif meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika dibanding dengan pembelajaran konvensional. Hasil ini didukung beberapa hasil penelitian terdahulu terkait penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Menurut Wheeler, Waite,

& Bromfield (2002) bahwa penggunaan ICT dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Jacobsen et al. (2009) mengungkapkan bahwa simulasi komputer dapat digunakan dalam pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Faizin (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran multimedia interaktif dapat digunakan dalam pengajaran dan pembelajaran fisika sebagai: (1) Laboratorium virtual melalui pemodelan dan presentasifenomena dan proses. (2) Ruang belajar yang ekspresif dimana siswa dapat mendemonstrasikan ide-ide mereka, memprediksi, menurunkan hukum fisika dan menyelesaikan soal-soal. Simulasi konsep dan fenomena fisika melalui simulasi multimedia interaktif akan menjadi effektif dalam mengajar pada siswa karena: (1) Mendukung ruang pembelajaran yang kuat dalam mempelajari gejala- gejala fisika, (2) Mudah digunakan dan fleksibel, dan (3) Mudah diakses di lingkungan komputer.

Ivers (2002) mengungkapkan bahwa multimedia dapat mendorong siswa untuk belajar di dalam kelompok, menyampaikan pengetahuan mereka dengan cara-cara yang berbeda, mengatasi masalah, merevisi pekerjaan yang telah dilakukan, dan membangun pengetahuan. Simulasi komputer dapat mendorong mahasiswa melakukan penyelidikan: bertanya, membuat prediksi, berhipotesis (Tawil, 2011), mengobservasi, dan menginterpretasi hasil (Tambade & Kulkarni, 2013), mengembangkan kemampuan level berpikir tingkat tinggi siswa (Renshaw & Taiolor, 2000). Selanjutnya, simulasi komputer dapat memfasilitasi siswa merumuskan dan menguji

(10)

hipotesis, dan sebagai wahana untuk mencocokkan ide-ide mereka dengan apa yang mereka amati dalam simulasi (Zacharia, 2003).

Tingginya gain yang dinormalisasi <g> pada kelas eksperimen tidak lepas dari kegiatan pembelajaran yang mereka alami. Pada kelas eksperimen, mahasiswa memiliki kesempatan secara langsung membelajarkan diri sendiri hingga tuntas, mengkonstruksi pemahamannya, dan melatih kemampuan berpikir kreatifnya. Tiap materi dilengkapi dengan animasi dan simulasi/lab.virtual. Melalui kegiatan laboratorium virtual mahasiswa dilatih mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, misalnya indikator fluency, mahasiswa selalu memikirkan berbagai macam jawaban atau solusi atas hipotesis yang telah dirumuskan. Indikator flexibility, mahasiswa membangun hubungan yang sistematis, penalaran induktif untuk membuat kesimpulan. Indikator elaboration, mahasiswa menambahkan atau memperinci obyek menjadi lebih menarik melalui kegiatan pengukuran, mengumpulkan, mengola, dan menganalisis data percobaan. Indikator originality, mahasiswa merancang kegiatan percobaan yang akan dilakukan.

Pada kelas kontrol mahasiswa hanya menerima sejumlah informasi yang sifatnya satu arah, mereka kurang berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) telah dikembangkan multimedia interaktif termodinamika yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika; (2) peningkatan keterampilan berpikir kreatif paling tinggi terjadi pada indikator flexibility; (3) pembelajaran dengan multimedia interaktif termodinamika efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru fisika dibanding pembelajaran konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: a Revision of Bloom’s Taxonomy. New York, Longman Publishing.

Faizin, M. N. 2009. Penggunaan model pembelajaran multimedia interaktif pada konsep listrik dinamis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan memperbaiki sikap belajar siswa.

Laporan Penelitian. Kudus : SMPN 2 Kudus.

(11)

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. 2007. How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.

Gall, M. D., Gall, J. P., and Borg, W. R. 2003. Educational Research: An Intruduction. Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Hake, R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods: a six-thousand-student survey of mechamics test data for introductory physics courses. Am. J, Phys. 64-74.

Huang, K. & Gramoll. 2004. Online Interactive Multimedia for Engineering Thermodinamics.

Proceeding America Society for Engineering Educational Annual Conference & Exposition.

Salt Lake City.

Ivers, Karen S. & Barron, Ann E. 2002. Multimedia Projects in Education: Designing, Producing, and Assessing. America: United States of America.

Jacobsen, D. A., Enggen, P., & Kauchak, D. 2009. Method for Teaching: Promoting Student Learning in K-12 Classroom. New Jersey: Pearson Education.

Junglas. 2006. Simulation Program for Teaching Thermodinamics. Global Journal of Engineering Education.10(2). 175-180.

Kelly, A. 2002. A Powerful Virtual Learning Enviromen. Teaching and Educational Development Institute. Australia: University of Queensland.

Lewis, E. L. 1993. The Effect of Computer Simulation on Introductory Thermodynamics Understanding. Education Technology Journal.

Kulkarni & Tambade. 2013. Enhancing the Learning of Thermodynamics using Computer Assisted Instructions at Undergraduate Level. Eurasian J. Phys. & Chem. Edu. 5(1): 2-10.

McKagan, S.B; Perkins, M., Dubson, C., Malley, S., Reid, R., LeMaster., & Wiemna, C.E. 2008.

Developing and Researching PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Technology.http://www.colorado.edu/iSTEM/pdfs/QMsims.pdf.

Morgen, G. A., Leech, N. L., Gloechkner, G. W., and Barrett, K. C. 2004. SPSS for Introductory Statistics: Use and interpretation. (Second Edition). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc.

Mulop, N., Yusop, K., & Tazir, Z. 2012. A Review on Teaching and Learning of Thermodynamics.Procedia-Social and Behavioral Sciences 56: 703-712.

Nunnally, J. C. 1978. Psychometric Theory. 2th Ed. New Delhi: Tata McGrawHill Publishing Company Limited.

Podolefsky, N. S., Perkins, K. K., Adams, W. K. 2010. Factor Promoting Engaged Exploration with Computer Simulation. Physics Education Research.6(2).020117-1-020117-11.

(12)

Reshaw, C. E. & Taylor, H. A. 2000. The educational effectivenes of computer based instruction.

Computer and Geosciences, 26(6), 677-682.

Tambade, P. S., & Wagh, B. G. 2011. Assessing the effectiveness of computer assistedinstructions in physics at undergraduate level. Eurasian Journal of Physics

&Chemistry Education, 3(2), 127-136.

Tawil, M. 2011. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Simulasi Komputer pada Perkuliahan Gelombang dan Optika untuk Meningktakan Keterampilan Berpikir Kreatif Calon Guru Fisika. Disertasi SPS UPI : Tidak Dipublikasikan.

Wheeler, Waite, & Bromfield. 2002. Promoting Creative Thinking Through the use of ICT.

Journal of Computer Assisted Learning, 18, 367-378.

Xiufeng Liu. 2006. Effects of Combined Hands-on Laboratory and Computer Modeling on Student Learning of Gas Laws [online]. Journal of Science Education and Technology.

Zacharia, Z. 2003. Beliefs, attitudes, and intentions of science teachers regarding the educational use of computer simulations and inquiry-based experiments in physics. Journal of Research in Science Teaching, 40, 792–823.

Referensi

Dokumen terkait

SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan hipotesis yang diajukan dapat disimpulkan: Terdapat perbedaan hasil belajar, kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains mahasiswa

Proposal kegiatan lomba cerdas tangkas pramuka pada tahun