Tokoh
Mitologis
Perempuan di Dunia
FOLKLORE
Group Members
01 ADINDA JASMIN NURMALA 041121078
02 DICKY DWI
04112182
03 RAISHA N. BAHGIANA 041121086
04 SEBTIATININGSIH 041121079
05 SYAHRA CINTANAKITA. R
04112191
01
SIREN
Siren, pertama kali muncul dalam legenda Yunani kuno (8-7 SM), adalah mahluk setengah burung dan setengah wanita yang memikat para pelaut menuju malapetaka karena indahnya nyanyian mereka.
Makhluk ini berasal dari Timur dan datang ke Yunani selama periode orientalisme seni Yunani.
Para Siren merupakan penyanyi dan pemain kecapi yang berbakat. Begitu hebatnya bakat musik mereka, konon, mereka bisa menenangkan angin gemuruh.
Penggambaran Siren sebagai wanita setengah burung yang bersayap gelap telah tergantikan dengan putri duyung yang cantik dan seduktif.
Wilson berpendapat bahwa para penulis menyamakan Siren dengan peri laut seperti Lorelei, sebuah karya puitis abad ke-19 yang lagu-lagunya menggoda manusia hingga mati
di sepanjang Sungai Rhine. Para Siren kemungkinan besar juga terpengaruh oleh ledakan modern ikonografi putri duyung yang
sensual dan menekankan seksualitasnya pada
periode yang sama.
VIDEO SIREN
02
NURE ONNA
Nure Onna, atau nama lainnya Nure Yomejo, adalah makhluk yokai dalam
cerita rakyat Jepang yang berwujud makhluk ganas seperti naga dengan tubuh
ular dan kepala wanita.
Asal mula cerita tentang Nure Onna tidak bisa dipastikan, namun
makhluk ini telah diperdengarkan mulai dari zaman Edo di Jepang.
Nure Onna dideskripsikan sebagai makhluk reptil
terbang dengan wajah wanita berambut panjang, memiliki kaki seperti katak,
dan lidah yang dapat
memanjang. Ia menghantui daerah-daerah pesisir laut
Jepang atau sungai.
Nure Onna biasanya ditemukan di Kyushu, namun ada beberapa cerita
yang menyebutkan bahwa mereka juga muncul jauh di utara seperti
Niigata dan di timur di daerah Fukushima.
Adanya Nure Onna biasanya terjadi pada malam hari ketika seseorang tengah sendirian di dekat air. Makhluk ini akan muncul dengan wajah cantik namun memiliki bagian bawah tubuh yang berbentuk ular. Nure Onna akan meminta bantuan kepada korban untuk membantunya. Namun saat korban membantu, makhluk ini akan menyeret korban ke dalam air.
Nure Onna juga muncul di pertengahan film Exhuma, horor Korea yang lagi booming sampai saat ini. Kemunculan Nure onna di sini terjadi saat pembongkaran buyut dari keluarga Park di dataran tinggi. Saat peti mati berhasil diangkat salah satu penggali kubur menemukan ular berwarna merah yang hampir meliliti kakinya. Secara spontan penggali kubur itu membunuh ular merah tepat di bagian leher ular dengan sekop yang dipegangnya. Setelah ular itu dibunuh kepala ular seketika berubah menjadi kepala wanita muda dan terdengar jeritan suara perempuan yang kesakitan.
03
WEWE GOMBEL
Kalong wewe atau lebih sering dikenal sebagai wewe gombel adalah istilah dalam tradisi jawa yang mengacu kepada roh jahat atau hantu wanita yang kerap menculik anak-anak, namun ia tidak
mencelakakan mereka. Kisah wewe gombel kerap dipakai oleh orang tua zaman dulu untuk menakut- nakuti anak-anak agar segera pulang sebelum matahari terbenam.
Wewe gombel adalah hantu yang kerap kali digambarkan sebagai perempuan normal, namun ia bisa berubah wujud menjadi siapa pun. Ia digambarkan memiliki payudara yang amat besar dari wanita normal pada umum nya, berambut panjang acak-acakan, serta pakaian panjang yang kusam.
Menurut masyarakat sekitar bukit gombel, alasan wewe gombel menculik anak-anak adalah sebagai bentuk pembelaan kepada anak-anak yang ditelantarkan atau kurang diperhatikan dan ia akan
menunjukan tempat dimana ia menyembukan anak-anak tersebut jika orang tua nya berjanji akan lebih memperhatikannya.
Saat diculik oleh hantu ini, anak-anak akan diberi makan kotoran manusia namun dengan wujud
makanan yang lezat sehingga mereka akan terkecoh, setelah memakan nya mereka akan menjadi bisu atau sulit berbicara, hal ini dilakukan oleh wewe gombel supaya anak-anak ini tidak dapat berteriak atau menceritakan seperti apa wujud wewe gombel tersebut
Kisah hantu wewe gombel berasal dari kawasan desa di kawasan bukit gombel, Semarang. Seiring berjalan nya waktu dan perkembangan teknologi, kisah wewe gombel ini menyebar ke berbagai wilayah di indonesia berkat pengaruh media serta kemudahan untuk mengakses informasi
Kisah hantu wewe gombel dipercaya telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Nama wewe gombel disematkan oleh masyarakat di sekitar bukit gombel karena hantu tersebut kerap muncul di sekitar kawasan Bukit Gombel, Semarang dan kisahnya diwariskan oleh para orang tua secara turun-temurun hingga sekarang masih banyak orang yang mempercayai hantu ini.
Bahkan terdapat fillm yang menggambarkan wewe gombel ini, (Marni : the story of wewe gombel)
04
LA LLORONA
La Llorona “The Weeping Woman” atau diartikan sebagai sosok wanita yang menangis adalah tokoh mitologi dalam cerita rakyat Meksiko dan Amerika Latin yang ratapannya dikatakan memikat orang dewasa dan anak- anak menuju kematian dini. Legenda La Llorona adalah kisah hantu populer yang terutama menonjol di Día de los Muertos dan di komunitas Chicano juga Amerika Latin.
Menurut legenda, La Llorona dulunya adalah seorang wanita cantik bernama Maria. Diceritakan suami Maria meninggalkannya demi wanita yang lebih kaya dan berkulit lebih terang. Karena cemburu, marah, dan putus asa, dia pun secara tak sengaja dibutakan oleh amarahnya, mengajak putra-putranya ke sungai terdekat dan menenggelamkan mereka sebelum menenggelamkan dirinya sendiri setelah menyadari apa yang telah dia lakukan.
Selamanya, hantu Maria, kini bernama La Llorona, terpaksa mengembara di bumi mencari putra-putranya yang hilang. Dia dapat dikenali dari tangisannya yang keras dan meratap:
“Mis hijos! Maafkan aku! Apakah ini salahmu?” (“Anak-anakku! Anak- anakku! Di mana anak-anakku?”)
Cerita ini diceritakan kepada anak-anak di seluruh Amerika Latin, seringkali untuk menghalangi mereka keluar terlalu larut malam. Beberapa versi mengklaim bahwa La Llorona dapat dipanggil dalam lingkungan seperti pemanggilan arwah. Yang lain mengklaim bahwa dia muncul ketika anak-anak berperilaku buruk atau ketika laki-laki tersesat dan sendirian di dekat danau atau sungai. Dalam beberapa versi, dia muncul di hadapan para ibu dan mencuri anak-anak mereka, mengira anak-anak itu adalah putranya yang hilang.
Dalam semua versi cerita, pertemuan dengan La Llorona harus dihindari. Siapa yang mendengar tangisan La Llorona disebut-sebut ditakdirkan mendapat kemalangan bahkan kematian. Sebagai roh yang putus asa dan jahat, dia dikatakan bertindak tegas dan tanpa belas kasihan, sering kali menenggelamkan anak-anak yang dia temukan atau culik ketika dia menyadari bahwa mereka bukan putranya.
Cerita lain juga mengatakan dia akan mulai merayu seorang pria yang sendirian kemudian membunuhnya sebagai bentuk balas dendam atas pelecehan suaminya.
Ratapannya sering kali terdengar semakin jauh jika dia semakin dekat dengan korbannya.
05
BOGINKA
Boginka adalah roh perempuan dalam kepercayaan Slavia yang menghuni lingkungan alam seperti rawa,
danau, hutan, dan pegunungan di Eropa Timur.
Makhluk ini juga dikenal dengan berbagai nama sebutan seperti Dziwożona, Mamuna, dan Rusalka di
beberapa wilayah tertentu.
Boginka dideskripsikan dalam berbagai wujud, mulai dari wanita tua dengan payudara panjang hingga gadis muda yang
cantik tanpa busana.
Boginka dikenal gemar menyerang perempuan yang
baru melahirkan, kemudian menculik bayi yang dilahirkan
untuk ditukarkan dengan
“Changeling”, yakni makhluk yang tampak seperti bayi manusia tetapi memiliki ciri
fisik yang abnormal. Di beberapa tempat, Boginka dikisahkan sering muncul di
pesta pernikahan untuk menyuguhi tamu undangan
minuman keras yang telah diracuni dan tak jarang Boginka
mengganggu ternak dan kuda, serta merusak sarang ikan.
Sebagian masyarakat Polandia percaya bahwa Boginka adalah perempuan
yang mengalami kematian tragis, seperti meninggal saat hamil atau
melahirkan, melakukan bunuh diri, atau semasa hidupnya memiliki anak di luar
pernikahan atau membunuh seorang anak. Setelah kematiannya, mereka menjalani hukuman di bumi dengan
menjelma sebagai Boginka. Kisah- kisah ini sering kali merefleksikan kritik sosial terhadap perilaku yang
dianggap tabu bagi perempuan, menjadikan Boginka sebagai simbol penderitaan sekaligus peringatan untuk perempuan agar tidak menyimpang dari
norma-norma sosial.
Masyarakat tradisional Polandia memiliki tradisi untuk
melindungi diri dari Boginka dengan memakaikan topi merah
di kepala serta pita merah di pergelangan tangan anak-
anaknya dan dengan menyimpan bunga St. John’s Wort di rumah,
bunga yang dianggap memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat dan memberi perlindungan
dari sihir hitam.
TERIMA KASIH
—OUR MOTTO
"Believe in yourself and all that you are.
Know that there is something inside you
that is greater than any obstacle"
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik
THANKS
Do you have any questions?
youremail@freepik.com +34 654 321 432
yourwebsite.com
Please keep this slide for attribution