• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total akrual catatan, pengertian dan definisi

N/A
N/A
Muhammad Ardiles

Academic year: 2023

Membagikan "Total akrual catatan, pengertian dan definisi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Menurut Desai dan Dharmapala (2006), pengukuran tax avoidance dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran abnormal book-tax differences. Abnormal book-tax differences mengacu pada perbedaan antara penghasilan akuntansi dan penghasilan pajak yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor ekonomi yang sah. Ukuran ini mencerminkan aktivitas perusahaan yang menghasilkan perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak.

Faktor-faktor ekonomi yang sah mengacu pada faktor-faktor yang secara objektif dapat mempengaruhi perbedaan antara penghasilan akuntansi dan penghasilan pajak. Faktor-faktor ini dapat mencakup perbedaan dalam metode pengakuan pendapatan atau pengeluaran, perbedaan dalam perlakuan pajak terhadap aset atau kewajiban, atau perbedaan dalam kebijakan pajak yang berlaku di suatu negara atau yurisdiksi [1].

Referensi:

[1] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives.

Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

Contoh perbedaan metode pengakuan pendapatan atau pengeluaran adalah antara metode pengakuan pendapatan berbasis kas dan metode pengakuan pendapatan berbasis akrual.

Metode pengakuan pendapatan berbasis kas mengakui pendapatan hanya ketika kas diterima dari pelanggan. Misalnya, jika sebuah perusahaan menjual produk kepada pelanggan pada bulan Januari, tetapi pembayaran dari pelanggan tersebut baru diterima pada bulan Februari, maka pendapatan akan diakui pada bulan Februari ketika kas diterima.

Sementara itu, metode pengakuan pendapatan berbasis akrual mengakui pendapatan ketika transaksi penjualan terjadi, terlepas dari apakah kas sudah diterima atau belum. Dalam contoh yang sama, pendapatan akan diakui pada bulan Januari ketika penjualan dilakukan, meskipun pembayaran dari pelanggan belum diterima.

Referensi:

[1] Weygandt, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2018). Financial Accounting: Tools for Business Decision-Making. John Wiley & Sons.

Ya, perbedaan dalam perlakuan pajak terhadap aset atau kewajiban dapat mencakup perbedaan dalam metode penyusutan. Metode penyusutan adalah metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya aset yang dapat disusutkan selama masa manfaatnya. Ada beberapa metode penyusutan yang umum digunakan, seperti metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi.

Perbedaan dalam perlakuan pajak terhadap aset terkait dengan metode penyusutan dapat terjadi karena peraturan pajak yang berbeda diatur untuk aset yang berbeda. Misalnya, dalam beberapa yurisdiksi, peraturan pajak mungkin mengharuskan penggunaan metode penyusutan tertentu untuk aset tertentu, seperti metode saldo menurun untuk kendaraan bermotor. Sementara itu, dalam akuntansi, perusahaan mungkin menggunakan metode penyusutan yang berbeda untuk aset yang sama.

(2)

Referensi: [1] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

Pages:

42,43

Desai dan Dharmapala (2006) menggunakan abnormal book-tax differences sebagai proxy untuk mengukur tax avoidance karena ukuran ini dapat mengidentifikasi transaksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajak mereka. Mereka berpendapat bahwa perbedaan abnormal antara penghasilan akuntansi dan penghasilan pajak mencerminkan aktivitas perusahaan yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor ekonomi yang sah, seperti perbedaan dalam interpretasi hukum pajak atau penggunaan strategi perpajakan yang agresif.

Referensi: [1] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

Pages: 18

Faktor-faktor ekonomi yang sah dalam konteks perbedaan abnormal antara penghasilan akuntansi dan penghasilan pajak dapat mencakup perbedaan dalam interpretasi hukum pajak, perbedaan dalam metode akuntansi yang diizinkan oleh peraturan perpajakan, atau penggunaan strategi perpajakan yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Referensi: [1] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

Pages: 21

Total accruals mencerminkan manajemen laba karena dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laporan keuangan. Manajemen laba adalah praktik yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk memanipulasi angka-angka keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan citra atau kinerja perusahaan.

Menurut Healy dan Wahlen (1999), total accruals dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba melibatkan manipulasi pendapatan, pengeluaran, atau akuntansi lainnya untuk mencapai target laba yang diinginkan. Total

accruals dapat dipengaruhi oleh keputusan manajemen dalam mengakui pendapatan atau pengeluaran dalam laporan

keuangan. Dengan mengubah jumlah accruals, manajemen dapat

mempengaruhi laba yang dilaporkan.

(3)

Referensi: [1] Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999). A review of the earnings management literature and its implications for standard setting. Accounting horizons, 13(4), 365-383.

Pages:

15 Total akrual digunakan untuk mengukur abnormal book-tax

difference karena total akrual dianggap dapat mengontrol manajemen laba akuntansi dalam menghasilkan perbedaan

antara laba buku dan laba pajak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2006, 2009), mereka menggunakan total akrual sebagai variabel kontrol untuk menghilangkan

pengaruh manajemen laba akuntansi dalam menghasilkan perbedaan antara laba buku dan laba pajak. Dengan

menghilangkan pengaruh manajemen laba akuntansi, mereka dapat mengisolasi perbedaan abnormal yang mungkin

mengindikasikan adanya manajemen laba pajak.

Referensi: [1] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179. [2] Desai, M. A., & Dharmapala, D.

(2009). Corporate tax avoidance and firm value. The Review of Economics and Statistics, 91(3), 537-546.

Pages:

15

Total akrual dianggap dapat mengontrol manajemen laba karena akrual merupakan bagian dari laporan keuangan yang dapat dimanipulasi oleh manajemen untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2006, 2009), mereka menggunakan total akrual sebagai variabel kontrol untuk menghilangkan pengaruh manajemen laba akuntansi dalam menghasilkan perbedaan antara laba buku dan laba pajak. Dengan menghilangkan pengaruh manajemen laba akuntansi, mereka dapat mengisolasi perbedaan abnormal yang mungkin mengindikasikan adanya manajemen laba pajak.

Referensi:

[1] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives.

Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

[2] Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2009). Corporate tax avoidance and firm value. The Review of Economics and Statistics, 91(3), 537-546.

Total akrual dapat dimanipulasi oleh manajemen karena akrual merupakan bagian dari laporan keuangan yang melibatkan estimasi dan penilaian subjektif. Manajemen dapat memanipulasi total akrual dengan melakukan tindakan seperti mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan

(4)

atau pengeluaran, mengubah estimasi biaya atau pendapatan masa depan, atau melakukan transaksi dengan pihak terkait yang dapat mempengaruhi jumlah akrual yang diakui.

Penelitian oleh Dechow et al. (1995) dan Healy (1985) menunjukkan bahwa manajemen laba seringkali menggunakan akrual untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan. Mereka menemukan bahwa manajemen cenderung meningkatkan akrual pada periode dengan laba rendah untuk meningkatkan laba yang dilaporkan, dan sebaliknya, mengurangi akrual pada periode dengan laba tinggi untuk menurunkan laba yang dilaporkan.

Referensi:

[1] Dechow, P. M., Sloan, R. G., & Sweeney, A. P. (1995). Detecting earnings management. The Accounting Review, 70(2), 193-225.

[2] Healy, P. M. (1985). The effect of bonus schemes on accounting decisions. Journal of Accounting and Economics, 7(1-3), 85-107.

Salah satu contoh kasus penghindaran pajak perusahaan di Indonesia adalah kasus PT Chevron Pacific Indonesia. Pada tahun 2018, Chevron Indonesia dilaporkan telah melakukan penghindaran pajak dengan cara memindahkan sebagian besar pendapatan mereka ke anak perusahaan di luar negeri yang memiliki pajak perusahaan yang lebih rendah [1].

Dalam kasus ini, Chevron Indonesia dilaporkan telah memindahkan pendapatan mereka ke anak perusahaan di Bermuda dan Singapura. Dengan demikian, mereka dapat mengurangi kewajiban pajak mereka di Indonesia.

Kasus ini menunjukkan bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan celah dalam sistem perpajakan untuk menghindari pembayaran pajak yang seharusnya mereka bayar. Praktik penghindaran pajak semacam ini dapat berdampak negatif terhadap penerimaan pajak negara dan mengurangi sumber daya yang dapat digunakan untuk pembangunan dan pelayanan publik.

Referensi:

[1] "Chevron Indonesia Terancam Denda Rp 5,5 Triliun Akibat Penghindaran Pajak", Kompas.com, 2018. [Online]. Available: https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/19/090000726/chevron- indonesia-terancam-denda-rp-55-triliun-akibat-penghindaran-pajak. [Accessed: 10-Jun-2021].

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel total aset secara parsial tidak terdapat pengaruh terhadap laba usaha, sehingga penelitian ini berbeda dengan teori akuntansi