UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP KUALITAS LABA AKRUAL DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013
OLEH
NAMA : MAULANA PRATAMA
NIM : 130522033
DEPARTEMEN : AKUNTANSI S1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai
Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013“ adalah benar karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 7 Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good
Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013 “.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta
Bapak Sehatmin, SE,MM dan Ibu Nurmeini, SH yang telah menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang
terbaik selama ini, selama perkuliahan dan terlebih dalam pada penulisan skripsi
ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak sebagai dosen pembimbing penulis yang telah
berbaik hati memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan dalam
5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak dan Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak
selaku Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang banyak membantu
dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk kakak saya Gusthy Pratiwi, S.Kep, Ners dan adik saya
Prabu Thasbi yang telah memberikan dorongan dan do’a sehingga penulis
berhasil menyelesaikan Skripsi ini.
7. Bapak / Ibu Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi perkuliahan.
8. Untuk orang terdekat saya Dinarti Utari, S.Psi yang memberikan saya
semangat dan motivasi untuk penyusunan Skripsi ini, untuk teman-teman saya
selama perkuliahan dan membantu saya dalam pengerjaan Skripsi ini, M.
Fakhrurazy, Achmad A Trisatya, Ahmad Zuhri, Widhy A, Kak Devi, Bayu R
dan semua teman-teman grup A S1 Akuntansi - Ekstensi 2013.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
terutama penulis.
Medan, 7 Agustus 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL………. ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 7
1.3 Perumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1 Konservatisme Akuntansi ... 11
2.1.2 Kualitas Laba Akrual ... 14
2.1.3 Good Corporate Governance (GCG) ... 19
2.1.3.1Kepemilikan Manajerial ... 20
2.1.3.2 Komposisi Komisaris Independen ... 21
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 23
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 23
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Populasi dan Sampel ... 28
3.3 Jenis Data ... 31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.5.1 Variabel Independen ... 31
3.5.2 Variabel Dependen ... 32
3.5.3 Variabel Pemoderasi ... 33
3.5.3.1 Kepemilikan Manajerial ... 33
3.5.3.2 Komposisi Komisaris Independen ... 34
3.6 Metode Analisis Data ... 35
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 35
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas ... 36
3.6.1.3 Uji Autokorelasi ... 36
3.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... 37
3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 37
3.7 Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Hasil Penelitian ... 39
4.1.1 Statistik Deskriptif ... 39
4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 40
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 40
4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 42
4.1.2.3 Uji Autokorelasi ... 44
4.1.2.4 Model Regresi Sederhana ... 45
4.1.2.5 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46
4.1.3 Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi ... 47
4.1.3.1 Uji Normalitas Data ... 47
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 53
4.1.3.5 Model Regresi Berganda dengan Variabel Moderating ... 54
4.2 Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DAFTAR TABEL
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
3.1 Sampel Penelitian ... 29
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.3 Jadwal Penelitian ... 38
4.1 Statistik Deskriptif ... 39
4.2 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ... 45
4.3 Hasil Analisis Regresi ... 45
4.4 Model Summary ... 47
4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 50
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ... 54
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 24
4.1 Gambar Grafik Histogram ... 41
4.2 Gambar Normal Probability Plot ... . ... 42
4.3 Grafik Scatterplot ... 43
4.4 Gambar Grafik Histogram ... 48
4.5 Gambar Normal Probability Plot ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan atau organisasi menginginkan agar sistem operasional
yang mereka terapkan berjalan dengan baik, sesuai dengan keputusan manajemen.
Namun, adakalanya mereka mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan
manajemen terhadap tindakan yang akan mereka lakukan selanjutnya. Laporan
keuangan, khususnya informasi mengenai laba, dapat membantu pengambilan
keputusan manajemen dalam melakukan pengambilan tindakan berikutnya.
Menurut Sofian et al. (2011), laba dianggap sebagai informasi paling signifikan
yang dapat memandu dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang
berkepentingan. Atas dasar pernyataan tersebut, betapa pentingnya peran
informasi dan data yang dimiliki laba dalam upaya perkembangan perusahaan di
masa depan, sehingga menyebabkan para manajer melakukan upaya yang keras
untuk membuat laporan keuangan yang sebaik mungkin, untuk disajikan kepada
pihak internal maupun eksternal.
Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai
dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi, mengukur prestasi
atau kinerja karyawan, pembagian bonus, acuan perusahaan untuk penentuan
besarnya pengenaan pajak dan pembagian untung (dividen). Laba yang berkualitas
adalah laba yang akan menjadi acuan kelanjutan dari laba di masa depan.
Beberapa perusahaan menggunakan akrual basis dalam pelaksanaan kegiatan
berjalan, tanpa memperhitungkan waktu penerimaan atau pembayaran kas.
Akuntansi dasar akrual membutuhkan proses penyesuaian pada akhir periode
untuk membandingkan pendapatan dan beban secara benar. Pendapatan
dilaporkan pada periode dihasilkannya pendapatan tersebut dan beban
ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan. Bagi kebanyakan bisnis
berskala besar, penggunaan konsep berbasis akrual sering diterapkan.
Pentingnya informasi dan data mengenai laba pada perusahaan besar
sangat penting dalam pengambilan keputusan, Dalam PSAK Nomor 1 dijelaskan
bahwa informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya
ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus
kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004:04
par 12). Laba berperan sangat vital dalam segala sektor lini perusahaan,
khususnya bagi pihak eksternal, yaitu pemegang saham atau investor. Pemegang
saham dapat setiap saat memantau perkembangan perusahaan melalui berbagai
informasi, itu berkaitan dengan dividen yang akan diterima oleh pemegang saham,
apabila dividen turun yang diakibatkan laba perusahaan menurun, maka dividen
yang diterima oleh pemegang saham akan turun pula.
Besarnya pendapatan laba yang dihasilkan oleh perusahaan menjadi poros,
acuan atau tolak ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Laba yang dihasilkan
perusahaan merupakan sumber dari penilaian atas kebijakan-kebijakan yang
diambil manajemen perusahaan, dan akan dilihat oleh pemegang saham atau
peran laba di atas, peran laba lainnya adalah membantu perhitungan jangka
panjang, meramalkan penghasilan laba tahun berikutnya.
Namun dalam perjalanan pengambilan keputusan, terdapat upaya dari
perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian atau ketidakpastian yang akan
terjadi dalam perusahaan. Kejadian tersebut membuat prinsip konservatisme
menjadi faktor penting dalam mempengaruhi laba dan pengambilan keputusan
manajemen. Pimpinan perusahaan membuat ketentuan yang sangat penting dalam
menerapkan prinsip konversatisme. Pimpinan perusahaan menempatkan beberapa
mekanisme untuk memastikan aset yang digunakan oleh perusahaan digunakan
secara efisien, menjamin para investor dalam pengembalian investasi yang
ditanamnya, Shleifer dan Vishny 1997, (dalam Juan Manuel Garcı´a Lara, 2007;
Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva, 2007. Hal. 162)
Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi
akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan
pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan
beban. Dalam perkembangannya, penelitian yang dilakukan oleh Watts, 2003a,
2003b; Ball dan Shivakumar, 2005, (dalam Juan Manuel Garcı´a Lara, 2007;
Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva, 2007. Hal. 162) akuntansi konservatisme bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam
membatasi pembayaran semena-mena oleh manajer dan sub-sektor lainnya,
meringankan masalah perusahaan dengan keputusan investasi manajemen,
peningkatan utang, penggunaan secara tepat pernyataan dari kontrak,
biaya. Hal ini disebabkan karena banyaknya tuntutan yang diterima pihak
manajemen dari pihak luar, khususnya peningkatan perlindungan bagi
stakeholders yang berkepentingan bagi perusahaan. Menurut Basu, 2009 (dalam
Putu dan Dewa Gede, 2014. Hal. 184) konservatisme akuntansi merupakan
praktik yang mengurangi laba saat perusahaan menghadapi bad news dan tidak
menaikkan laba pada saat perusahaan menghadapi good news. Perusahaan dengan
tata kelola yang baik menggunakan konservatisme akuntansi untuk melindungi
investor dengan cara memberikan informasi mengenai berita buruk (bad news)
pada waktu yang sangat tepat (Lara et al. ,2009).
Menurut agency theory ,dalam hubungan antara principal dan agent penuh
dengan konflik kepentingan (Berle and Means 1932; Jensen and Meckling 1976;
Jensen 1986). Terdapat sebuah anggapan yang menjelaskan hubungan antara
principal dan agent dalam sebuah bisnis. Agency theory merupakan teori yang
berfokus untuk menangani masalah yang muncul dalam hubungan agency yang
mana hubungan tersebut adalah hubungan antara principal, misalnya, pemegang
saham dan agen principal, misalnya eksekutif perusahaan. Agency theory
menangani dua masalah, yaitu, masalah yang muncul ketika terjadi konflik antara
keinginan atau tujuan dari principal dan agent. Masalah yang kedua adalah
masalah ketika principal dan agent mempunyai sikap yang berbeda dalam
menghadapi suatu resiko. Karena adanya perbedaan dalam menghadapi resiko,
principal dan agent cenderung melakukan tindakan yang berbeda juga. Konflik
seperti ini akan menyebabkan kualitas laba akrual menjadi menurun dan akan
menerapkan GCG (Good Corporate Governance). Penerapan GCG sangat baik
bagi perusahaan dikarenakan untuk jangka panjang, GCG akan mempunyai
hubungan terhadap kualitas kinerja suatu perusahaan. Manajer memberikan
informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan
akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip
ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang
tidak overstate. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi
konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi akan menghasilkan laba
rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada
penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang (Fala, 2007).
Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang
ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari
manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi
konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan dapat
menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi (Nugroho, 2012)
Fenomena konservatisme akuntansi di Indonesia telah banyak dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan dalam bidang manufaktur. Hal
ini disebabkan oleh pemahaman mengenai pentingnya peran konservatisme
akuntansi bagi kelangsungan perusahaan. Contohnya adalah manipulasi laporan
keuangan di Indonesia yaitu PT. KAI yang terdeteksi terdapat kecurangan dalam
penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar yaitu pada laporan
keuangan yang seharusnya adalah Rp 99,594 miliar namun ditulis Rp 132 miliar.
Hal ini merupakan suatu bentuk penipuan yang sangat menyesatkan bagi investor
dan stakeholders lainnya, Yazidah, 2011 (dalam Hikmah, 2013. Hal. 331)
Kasus di atas mengindikasikan rendahnya penerapan prinsip
konservatisme oleh perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya.
Penerapan prinsip konservatisme yang kurang baik ini juga terlihat dari manager
yang memiliki ekuitas tinggi di perusahaan akan menggunakan tingkat
konservatisme yang lebih rendah untuk menghindari penurunan harga saham.
Kualitas laporan keuangan, khususnya laba, sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan mobilitas perusahaan. Para manager dipaksa melakukan manipulasi
agar kualitas dari laba dapat dilihat oleh pemegang saham atau pemegang
kepentingan lainnya, sehingga para pemegang kepentingan menjadi tidak perlu
khawatir mengenai laporan keuangan perusahaan. Namun, laporan keuangan
seperti itu dapat menimbulkan kesalahpahaman antara pemegang kepentingan
untuk menentukan tindakan selanjutnya. Memanipulasi laporan tidak dapat
menjelaskan kondisi nilai pasar yang sesungguhnya. Laporan keuangan,
khususnya laba, diperlukan untuk mengambil keputusan jangka pendek dan
panjang dengan nilai pasar sebagai acuannya.
Pada penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada perusahaan
manufaktur dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2009 - 2013. Peneliti tertarik dengan barang konsumsi
mengikuti trend sehingga perputaran harga yang cukup cepat, persaingan antar
barang menjadi lebih aktif dan kedaan global yang sulit diprediksi. Peneliti juga
berfokus pada satu jenis kategori kelompok untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berminat untuk melakukan
penelitian yan berjudul ”Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2 Batasan Penelitian
Agar penelitian dpat terwujud, maka peneliti membuat batasan penelitian
sebagai berikut :
1. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Periode penelitian adalah 2009-2013.
3. Kualitas laba yang dilihat adalah kualitas laba akrual.
4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang dilihat dibatasi
pada mekanisme internal perusahan, yaitu struktur kepemilikan (dilihat
dari kepemilikan manajerial) dan struktur pengelolaan (dilihat dari
komposisi komisaris independen).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat
1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba
akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) ?
2. Apakah mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari
kepemilikan manajerial, berpengaruh terhadap hubungan antara
konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
3. Apakah mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari
jumlah komisaris independen, berpengaruh terhadap hubungan antara
konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :
a. Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh konservatisme
akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh mekanisme Good
Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari kepemilikan
manajerial, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan
kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
c. Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh mekanisme Good
Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari jumlah komisaris
independen, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan
kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diinginkan dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat berguna untuk melihat
bagaimana penerapan konservatisme akuntansi dalam perusahaan di
dunia usaha yang berpengaruh kepada kualitas laba, khususnya laba
akrual dan penyajian laporan keuangan. Serta penelitian ini juga
memaparkan adanya pengaruh Good Corporate Governance (GCG)
dalam aktivitas perusahaan yang menjadi faktor pemoderasi antara
hubungan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual, agar
dapat tercapai kondisi internal dan eksternal perusahaan yang
kondusif, mencapai pendapatan yang maksimal, mampu bersaing
secara global dan mempunyai hubungan yang baik dengan para
stakeholder.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya dalam
menyajikan laba akrual pada perusahaan. Sehingga dapat mengambil
3. Dan untuk para peneliti lainnya dapat menjadi informasi tambahan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Konservatisme Akuntansi
Menurut konsep konservatisme adalah ketika kerugian sudah terjadi dalam
perusahaan, maka kerugian tersebut akan langsung diakui meskipun kerugian
tersebut belum terealisasi, namun tetapi jika keuntungan terjadi maka keuntungan
yang belum terealisasi tidak akan diakui. Pengertian konservatisme akuntansi
(Wolk et.al 2001 : 144-145 dalam Fitriana, 2011. Hal. 1) konservatisme akuntansi
adalah usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang (a)
memperlambat pengakuan revenues, (b) mempercepat pengakuan expenses, (c)
merendahkan penilaian aktiva dan (d) meninggikan penilaian utang. Sehingga
dalam penerapannya, konservatisme menjaga agar beban tidak berlebih dan dapat
meningkatkan laba secara proporsional. Pihak internal perusahaan tentu tidak
berharap apabila perusahaan mengalami kerugian yan menyebabkan para
pemegang saham menjadi ragu akan kinerja pihak internal. Secara bertahap,
akuntan yang dimiliki perusahaan menerapkan konsep konservatisme yang
menjadi konsep/ alat untuk hal pencegahan beban yang berlebih dan dapat
meningkatkan laba.
Dalam SFAC No. 2 para. 95 (Warikki, 2008 dalam Ananto, 2011, Bab 2, Par.
1) dijelaskan bahwa: “Conservatism is a prudence reaction to uncertainty to try to
considered.” Definisi ini menyatakan bahwa konservatisme adalah reaksi yang
hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam lingkungan bisnis
sudah cukup dipertimbangkan.
Dalam pengertian lain (dalam Ball dan Shivakumar, 2005), konservatisme
dapat meningkatkan efisiensi antara pengkontrak dan pihak pemegang saham dengan
membatasi hak kontrol terhadap kesalahan manajemen dan mentransfer kembali
kepada hak-hak penyedia dana sebelumnya. Konservatisme akuntansi (dalam Juan
Manuel Garcı´a Lara, 2007; Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva, 2007. Hal. 164) juga dapat menurunkan angka resiko konflik dalam perusahaan,
persyaratan pengakuan asimetris terhadap nilai keuntungan dan kerugian yang
sangat dekat terhadap rendahnya fungsi antara direktur dan auditor dalam hal ini
melebih-lebihkan asset bersih atau laba untuk menghasilkan pembiayaan di
perusahaan.
Sebuah konsekuensi yang sangat penting dalam penerapan konservatisme
akuntansi untuk pembuatan laporan keuangan terhadap laba dan rugi merupakan
hal yang tidak boleh diremehkan, khususnya laba bersih. Para pengatur pasar
modal, lembaga keuangan dan akademisi menilai kecenderungan untuk tidak
peduli dalam hal konservatisme akuntansi menjadi faktor dalam beberapa
kesalahan pengakuan biaya di perusahaan di masa depan yang diakibatkan oleh
kecenderungan yang tidak peduli terhadap laba bersih saat diakui. Contohnya
dalam Accounting Research Bulletin 2 /AICPA, 1939 (dalam Alarlooq, 2014. Hal
dengan mengorbankan konservatisme dalam laporan laba rugi yang jauh lebih
signifikan.
Penerapan konservatisme dalam menjelaskan laporan laba rugi lebih
sering digunakan disaat-saat kritis. Konservatisme tidak bisa diterapkan apabila
hanya menjelaskan mengenai satu topik saja, konservatisme digunakan untuk
laporan laba/rugi dan neraca keuangan semenjak laporan keuangan atau neraca
dari perusahaan itu dimulai atau perusahaan mulai beroperasi, dengan adanya
penerapan konservatisme ini, banyak dari ekonom khususnya akuntan menjadikan
konservatisme sebagai pedoman atau acuan dalam praktik di perusahaan, sehingga
perusahaan dapat menilai laporan keuangan tanpa menimbulkan konflik
kepentingan di antara manajemen dengan para pemegang saham, hal ini bisa
berakibat buruk bagi kinerja perusahaan.
Risiko litigasi (Juanda, 2007 dalam Utami, 2011. Hal.1) merupakan risiko
yang berpotensi menimbulkan biaya yang tidak sedikit karena berurusan dengan
masalah hukum. Secara rasional manajer akan menghindari kerugian akibat
litigasi tersebut dengan cara melaporkan keuangan secara konservatif, karena laba
yang terlalu tinggi memiliki potensi risiko litigasi lebih tinggi. Faktor lain yang
mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah tingkat kesulitan keuangan
perusahaan. Tingkat kesulitan keuangan perusahaan adalah suatu keadaan
perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Kesulitan keuangan
dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika
proyeksi arus kas mengindikasi bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi
Sebagai pemahaman, berikut contoh dari penerapan konservatisme
akuntansi (dalam Hery, 2012), contoh penerapan konsep konservatisme dalam
akuntansi adalah metode harga yang terendah antara harga perolehan dengan
harga pasar yang digunakan untuk menilai persediaan. Contoh lain dari penerapan
konsep konservatisme dalam akuntansi adalah metode pencadangan yang
digunakan untuk mencatat piutang tak tertagih, di mana piutang usaha dilaporkan
dalam neraca sebesar jumlah yang lebih realistis (dan lebih rendah) sehinga
mencerminkan dengan lebih baik jumlah piutang yang sesungguhnya dapat
ditagih.
2.1.2 Kualitas Laba Akrual
Laporan laba rugi (income Statement) adalah laporan yang menyajikan
ukuran keberhasilan perusahaan untuk memenuhi target operasional perusahaan
selama waktu periode tertentu. Laporan keuangan mengklasifikasikan beberapa
uraian terkait aktivitas perusahaan dengan laba bersih sebagai hasil akhir. Melalui
laporan laba rugi, para investor dapat melihat tingkat pendapatan yang dihasilkan
oleh perusahaan, dan para kreditur dapat mempertimbangkan kembali tingkat
kelayakan kredit kepada perusahaan. Pembayaran pajak oleh perusahaan kepada
pemerintah, juga didapatkan berdasarkan jumlah dari laba bersih yang diterima
oleh perusahaan melalui laporan keuangan. Ukuran laba memperlihatkan kinerja
manajemen perusahaan dalam menghasilkan profit untuk membayar dividen
investor, membayar bunga dan pajak pemerintah.
Para ekonom mendefenisikan laba sebagai sisa pendapatan setelah biaya
konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi
tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Makna laba secara umum adalah kenaikan
pendapatan dalam suatu periode, tanpa pendapatan awal masih tetap
dipertahankan.
Di samping itu (dalam Hery, 2012. Hal. 187), FASB dalam kerangka kerja
konseptualnya menyatakan bahwa informasi mengenai laba perusahaan, yang
diukur dengan accrual accounting, pada umumnya memberikan dasar yang lebih
baik dalam hal memprediksi kinerja perusahaan di masa depan, daripada
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas. Jadi, di dalam kerangka
kerja konseptual disebutkan bahwa fokus utama pelaporan keuangan adalah
informasi mengenai kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan
komponen-komponennya (pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian). Laba
tidak sama dengan jumlah kas yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan operasional
perusahaan. Kebanyakan dari laba terkait dengan akuntansi akrual, sehingga
besarnya laba dengan arus kas dari operasi berbeda.
Akrual muncul karena aturan-aturan akuntansi seperti depresiasi, cadangan
kerugian, dsb. Laba akrual mempunyai arti penghasilan atau pendapatan yang
diperoleh selama jangka waktu fiskal tertentu, tetapi tidak diterima sampai
periode fiskal berikutnya atau masa depan. Sebagian besar perusahaan
menggunakan metode akrual akuntansi yang berarti bahwa pendapatan dan
pengeluaran yang dimasukkan ke dalam buku-buku dan catatan perusahaan
pendapatan tercatat sebagai penerimaan dan pengeluaran yang dicatat ketika
dibayar. Ketika perusahaan menghasilkan pendapatan dari produk atau jasa,
perusahaan mungkin menghasilkan pendapatan dalam satu bulan tapi tidak
menerima uang tunai sampai bulan berikutnya. Jika perusahaan menutup buku
setiap bulan, itu menghasilkan pendapatan yang diperoleh dan ditambahkan
menjadi pendapatan pada bulan diterima, meskipun saldo kas bisnis tidak
meningkat di bulan sekarang dari pendapatan tersebut. Untuk memahami cara
umum prinsip penerimaan akuntansi perusahaan diharuskan untuk mencatat
penghasilan untuk membantu user membuat evaluasi yang lebih baik.
Semakin agresif metode akuntansi yang diterapkan, semakin rendah
kualitas laba; semakin rendah kualitas laba, semakin tinggi penetapan resiko (risk
assessment); semakin tinggi penetapan resiko, semakin rendah nilai suatu
perusahaan yang dianalisis, Hennie Van Greuning, 2005:32 (dalam Ananto, 2011.
Bab 2, hal 6). Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih
tinggi karena lebih kecil kemungkinan kinerja kini dan perkiraan kinerja masa
depan dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan
cara yang lebih agresif K.R Subramanyam, 2005:134 Hennie Van Greuning,
2005:32 (dalam Ananto, 2011. Bab 2, hal 6).
Schipper dan Vincent, 2003 (dalam ananto, 2011, Bab 2, hal 6-8)
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara
menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba,
keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat
diikhtisarkan sebagai berikut :
Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba. Kualitas laba meliputi:
persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar
persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang
berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi
sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam
pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi
menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu,
misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah
laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa
datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang
mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.
Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang
dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba,
estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ kebijakan), dan
estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi
dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas
operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba
yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan discretionary accruals, laba
berkualitas adalah laba yang mempunyai discretionary accruals yang kecil.
kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba
dan sebaliknya.
Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka
Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). Laba yang
berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang
memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas /konsistensi.
Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau
tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi
harga dan return saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya
aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik
relevansi dan reliabilitas.
Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua
pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif
dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh
penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh
penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin
rendah kualitas laba, dan sebaliknya.
Peneliti memilih laba akrual dikarenakan peneliti meneliti perusahaan
barang konsumsi, dengan perusahaan barang konsumsi merupakan perusahaan
dengan perputaran dan aktivitas keuangan yang tinggi dan sangat terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro, jadi diperlukan penelitian guna mengetahui
keputusan pemilik saham yang tidak sekedar meminta kulitas laba tetapi juga laba
secara akrual yang berpengaruh terhadap keputusan manajemen.
2.1.3 Good Corporate Governance (GCG)
Corporate governance adalah suatu hubungan antara stakeholder dengan
manajemen perusahaan yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian
kinerja operasional suatu perusahaan. Menyelaraskan kepentingan antara
manajemen perusahan dengan pemegang saham yang bertujuan untuk
menghasilkan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan merupakan corporate
governance yang efektif.
Sementara itu menurut (dalam Tunggal, 2014) Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) mendeskripsikan seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurs, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Di samping itu (dalam Tunggal, 2014) OECD mendefenisikan corporate
governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak Direksi Perusahaan,
Komisaris, pemegang saham dan pihak lain yang memiliki kepentingan dengan
perusahaan, perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Good
Corporate Governance seharusnya dapat merangsang Komisaris dan Direksi
dalam usahanya mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan
mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara
lebih efisien.
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan yan efektif, para ekonom dan
akademisi membuat penelitian mengenai efektivitas dalam perusahaan. Penelitian
tersebut menghasilkan istilah yang dikenal dengan Good Corporate Governance.
Surat Edaran Meneg (dalam Tunggal, 2014) PM & P. BUMN No. S.106/M.PMP
BUMN/200 tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan penerapan Corporate
Governance menyatakan bahwa : “Good Corporate Governance adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari
Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan Struktur
Organisasi Perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung :
pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih
efisien, efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegan saham dan
stakeholderlainnya”.
Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance dikenal adanya 4
(empat) prinsip utama, yaitu : pertanggungjawaban, akuntabilitas, keadilan dan
Transparansi. Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan pihak intern sebagai
variabel pemoderasi, yaitu :
2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut
pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan.
Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial
konflik keagenan di antara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan.
Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur
kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui
pengungkapan informasi didalam perusahaan. Kepemilikan manajemen
terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi
perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen
puncak (Morck, Schleifer, dan Vishny, 1989 dalam Boediono, 2005).
2.1.3.2 Komposisi Komisaris Independen
Dewan komisaris mempunyai peran sebagai penanggungjawab dan
berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah
selanjutnya dalam aktivitas operasional perusahaan. Untuk membantu
dewan komisaris dalam menjalankan aktivitas perusahaan, dewan
komisaris melalui keputusan komisaris, dapat mendapat bantuan
professional. Dewan komisaris harus melakukan pemantuan terhadap
aktivitas dan efektivitas Good Corporate Governance yang diterapkan
oleh perusahaan, apabila perlu dilakukan perubahan atau penyesuaian.
Selain bertanggung jawab dan mengawasi kinerja dewan direksi, dewan
komisaris juga bertugas sebagai pihak koordinator
kepentingan-kepentingan antara pihak eksternal dan pihak internal, sebab itu dewan
komisaris mempunyai suatu sistem yang menjadi tolak ukur kepuasan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
Juan Manuel, et. al (2007)
Accounting conservatism and corporate governance
Konservatisme dan Corporate Governance Konservatisme dan Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Rangga Putra Ananto (2011) Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kualitas Laba Akrual sebagai variabel dependen, Konservatisme sebagai variabel independen, Kepemilikan Manajerial dan Komposisi Dewan Komisaris sebagai variabel pemoderasi. Variabel konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba akrual. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan antara
konservatisme akuntansi kualitas laba akrual, Variabel komposisi komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi kualitas laba akrual.
Putu Tuwentina dan Dewa Gede Wirama (2014) Pengaruh Konservatisme Akuntansi Dan Good Corporate Governance Pada Kualitas Laba Kualitas Laba Akrual sebagai variabel dependen, Konservatisme dan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel independen Konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba. Good Corporate Governance tidak berpengaruh pada kualitas laba .
1. Pada penelitian terdahulu sampel penelitian berjumlah 40 sampel,
sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengambil sampel berjumlah
50 sampel.
2. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki periode waktu penilaian selama
tahun 2009-2013, sedangkan penelitian terdahulu memiliki waktu penilaian
selama tahun 2004-2008.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang suatu topik yang akan dibahas. Menurut Maya, 2009 (dalam ananto, 2011)
kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu
masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara
variable-variabel penelitian, yaitu variable-variabel dependen dan variable-variabel independen.
Menurut Basu, 2009 (dalam Putu dan Dewa Gede, 2014. Hal. 184)
konservatisme akuntansi merupakan praktik yang mengurangi laba saat
perusahaan menghadapi bad news dan tidak menaikkan laba pada saat perusahaan
menghadapi good news. Lo, 2005 (dalam Warikki, 2008) mendefinisikan
konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi , serta
menurut konsep konservatisme adalah ketika kerugian sudah terjadi dalam
tersebut belum terealisasi, namun tetapi jika keuntungan terjadi maka keuntungan
yang belum terealisasi tidak akan diakui. Penerapan konservatisme akuntansi
diharapkan akan membawa pengaruh terhadap kualitas laba perusahaan,
khususnya kualitas akrual. Laba yang didapat dari operasional perusahaan, akan
menjadi pedoman perusahaan dan sta keholders untuk membuat
rencana/keputusan jangka pendek dan panjang. Oleh sebab itu, laba menjadi
faktor penting dalam operasional perusahaan, khususnya kualitas laba. Laba yang
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan, akan menyebabkan salah informasi yang
berujung kesalahan fatal. Maka para manajemen berusaha membuat informasi
mengenai laba dibuat dengan baik dan benar sesuai dengan keadaan pasar. Dalam
penerapan konservatisme akuntansi di dalam perusahaan, terdapat penerapan
Good Corporate Governance (GCG) khususnya pihak internal perusahaan
(kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris) yang dapat menjadi
faktor pemoderasi antara hubungan konservatisme akuntansi dengan kualitas laba
akrual. Atas dasar penilaian tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual sebagai
berikut :
KONSERVATISME AKUNTANSI
(X1)
KEPEMILIKAN MANAJERIAL
(X2)
KUALITAS LABA AKRUAL
(Y)
H1
H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
Y = Kualitas Laba Akrual
X1 = Tingkat Konservatisme
X2 = Kepemilikan Manajerial
X3 = Komposisi Komisaris Independen
2.3.2 Hipotesis
Hipotesis menurut Erlina (2008:49), menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat
diuji secara empiris. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan
permasalahan dan tujuan adalah sebagai berikut :
H1 : Fala (2007) menemukan hubungan positif signifikan antara
konservatisme akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan sehingga
konservatisme akuntansi yang tinggi mencermikan niai perusahaan yang
tinggi pula. Dalam Watts (2003a); Ball and Shivakumar (2005) mengatakan
akuntansi konservatif dapat digunakan sebagai mekanisme untuk memotivasi
para manajer untuk mengurangi kerugian tahun/periode sebelumnya dan
meninggalkan proyek yang dianggap buruk atau tidak berhasil. Selain itu,
konservatisme akuntansi dapat menjadi alat untuk memantau utang kontrak
yang dapat ditulis berdasarkan pada angka-angka yang konservatif, yang dapat
akuntansi konservatif bermanfaat untuk menghindari konflik kepentingan
antara investor dan kreditor karena akuntansi dapat mencegah pembagian
dividen yang berlebihan kepada investor. Peneliti menduga terdapat pengaruh
positif konservatisme akuntansi pada kualitas laba. Hal ini disebabkan oleh
prinsip-prinsip konservatisme yang berpihak kepada investor dengan
cenderung bersifat melindungi investor dari kesalahan berinvestasi akibat
kekeliruan dalam menganalisis informasi laba perusahaan sehingga hipotesis
yang dirumuskan adalah:
Konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur khusus barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Keberhasilan Good Corporate Governance dalam pelaksanaan
konservatisme dapat menjadi acuan untuk perusahaan dalam berkoordinasi
antara mekanisme internal dan eksternal. Dalam efisien susunan Direksi dan
kepemilikan manajerial yang paling menonjol dalam ketentuan internal
(Shleifer dan Visnhy 1986).
Adams (2000) dan Vafeas (1999) menyatakan bahwa jumlah dari
kepemilikan manajerial adalah proxy yang baik untuk para dewan dalam
pemantauan kegiatan usaha. Kepemilikan manajemen terhadap saham
perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
antara pemegang saham luar dengan manajemen puncak (Morck, Schleifer,
dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial
yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari
perusahaan yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung
mempengaruhi tindakan manajemen laba yang berkaitan dengan kandungan
informasi dalam laba. Adanya hubungan kepemilikan manajerial dengan
kualitas laba menjadi dasar peneliti untuk membuat hipotesis sebagai berikut :
Kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur khusus barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa direksi independen positif
berpengaruh terhadapan keputusan dewan. Weisbach (1988) menunjukkan
bahwa kehadiran di luar direksi dapat berpengaruh terhadap penghapusan
keputusan CEO. Byrd dan Hickman (1992), menemukan bahwa penawaran
perusahaan di luar direksi independen memegang keputusan setidaknya 50%
dari kursi keseluruhan. Atas dasar tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausal. Menurut Umar
(2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dengan kata lain desain
kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
yang lain”.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Chaplin (2008:375), “Populasi adalah totalitas semua organisme di dalam satu daerah geografis tertentu. Dalam studi statistik, populasi dilawankan
dengan Sampel”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi (Consumer Goods Industries)
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tahun 2009-2013 yang
berjumlah 50 perusahaan. Sampel adalah “satu jumlah terbatas dari individu yang diambil dari populasi, dan diduga representative sifatnya. Ada pengecekan
statistik untuk menentukan benar atau tidaknya sampel tersebut benar-benar
representative (Chaplin, 2008:375). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang
Kriteria yang dijadikan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur kategori barang konsumsi yang telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak delisting dari BEI selama periode
pengamatan tahun 2009-2013.
2. Data laporan tahunan harus memuat informasi mengenai kepemilikan
manajerial.
3. Data laporan tahunan harus memuat informasi mengenai komposisi
komisaris independen.
[image:42.595.66.513.436.749.2]Proses Pemilihan Sampel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
No Perusahaan Kriteria Kode Sampel
1 2 3
1 PT Indofarma Tbk INAF
2 PT Kimia Farma Tbk KAEF
3 PT Schering Plough I. Tbk SCPI
4 PT Siantar Top STTP
5 PT Kedaung Setia Tbk KDSI
6 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR
7 PT HM Sampoerna Tbk HMSP
8 PT Kalbe Farma Tbk KLBF
9 PT Pyridam Farma Tbk PYFA
10 PT Mustika Ratu Tbk MRAT
11 PT Darya-Varia L Tbk DVLA
12 PT Bristol-Myres (PS) Tbk SQPI
13 PT Ultra Jaya Tbk ULTJ
14 PT Smart Tbk SMAR
15 PT Suba Indah SUBA
16 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk AISA
Sumber : Data Olahan Peneliti
18 PT Delta Jakarta Tbk DLTA
19 PT Mayora Indah Tbk MYOR
20 PT Bristol-Myres Tbk SQBI
21 PT Ades Water Indonesia Tbk ADES
22 PT Aqua Golden Missisipi Tbk AQUA
23 PT Cahaya Kalbar Tbk CEKA
24 PT Davomas Abadi Tbk DAVO
25 PT Indofood Sukses M. Tbk INDF 3
26 PT Multi Bintang I. Tbk MLBI
27 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN 4
28 PT Sekar Bumi Tbk SKBM
29 PT Sekar Laut Tbk SKLT 5
30 PT Fast Food Indonesia FAST
31 PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 6
32 PT BAT Indonesia Tbk BATI
33 PT Bentoel Internasional I. Tbk RMBA
34 PT Gudang Garam Tbk GGRM
35 PT Merck Tbk MERK
36 PT Tempo Scan P. Tbk TSPC
37 PT Mandom Indonesia Tbk TCDI
38 PT Sara Lee B.C.I. Tbk PROD
39 PT Kedaung Indah C. Tbk KICI 7
40 PT Langgeng Makmur I. Tbk LMPI 8
41 PT Alkindo Naratama Tbk ALDO
42 PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk DAJK
43 PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
44 PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 9
45 PT Toba Pulp Lestari Tbk INRU 10
46 PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk KBRI
47 PT Suparma Tbk SPMA
48 PT Tunas Alfin Tbk TALF
49 PT SLJ Global Tbk SULI
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
“Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul
data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Erlina, 2008:24). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari website Bursa
Efek Indonesia (BEI), dengan mendownload melalui situs www.idx.co.id.
Menurut sifatnya data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya
pasti.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara
mendownload melalui www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan
keuangan yang dibutuhkan.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab
terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah konservatisme akuntansi yang merupakan reaksi hati-hati
terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan
bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut
mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai
Pengukuran tingkat konservatisme akuntansi yang sering digunakan
adalah akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow from operation.
Apabila akrual bernilai negatif, maka laba dapat digolongkan konservatif.
Rumus untuk menghitung akrual :
Dengan :
Cit : Konservatisme perusahaan i pada tahun t
NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t
CFit : Arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun
t
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba, khususnya
kualitas akrual. Kualitas laba menurut Gumanti, 2001 (dalam Ananto, 2011) salah
satunya dapat diukur melalui discretionary accruals (DACit) yang akan
mengindikasikan ada atau tidaknya manajemen laba. Nilai discretionary accruals
yang positif mengindikasikan kualitas laba yang rendah, sedangkan nilai
discrenationary accrual yang negatif mengindikasikan kualitas laba yang tinggi.
Model perhitungannya adalah sebagai berikut :
Dengan :
TACit : Total accruals perusahaan i pada tahun t
Cit = NIit – CFit
NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t
CFit : Arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun t
Dengan :
DACit : Dicretionary accruals perusahaan i pada tahun t TACit : Total Accruals perusahaan i pada tahun t
SALESit : Penjualan perusahaan i pada tahun t t : Periode tes
t-1 : Periode sebelumnya 3.5.3 Variabel Pemoderasi
Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good
Corporate Governance (GCG), yang berkaitan dengan mekanisme internal
spesifik perusahaan. Mekanisme internal spesifik perusahaan tersebut terdiri dari
struktur kepemilikan, yang menggunakan variabel kepemilikan manajerial, dan
struktur pengelolaan, yang menggunakan variabel jumlah komisaris independen.
3.5.3.1Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham
luar dengan manajemen puncak. Kepemilikan manajerial adalah pihak
yang berasal dari dalam perusahaan serta memiliki beberapa saham di
dalam perusahaan dan ikut serta dalam pengambilan keputusan
operasional perusahaan. Informasi mengenai kepemilikan manajerial dapat
dilihat dari laporan keuangan tahunan masing-masin perusahaan.
Rumus yang digunakan adalah :
3.5.3.2Komposisi Komisaris Independen
Dewan komisaris mempunyai peran sebagai penanggungjawab dan
berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah
selanjutnya dalam aktivitas operasional perusahaan.
[image:47.595.118.518.419.754.2]Komposisi Komisaris Independen dapat dihitung dengan cara :
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Jenis Variabel Defenisi Indikator Penelitian
Independen Konservatisme (X)
Suatu prinsip akuntansi dengan melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa
kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa
Cit=Nit-CFit Rasio Jumlah saham yang dimiliki direktur dan komisaris
Jumlah Saham X 100 %
Jumlah komisaris independen Jumlah Komisaris
X 100%
kemungkinan nilai kewajiban dan beban.
Dependen Kualitas Laba Akrual
(Y)
Laba sebenarnya yang akan menjadi acuan keputusan operasional perusahaan dan dapat dijadikan dasar pertimbangan
stakeholder dalam mengambil
keputusan.
DACit=(TACit/SALESt
)-(TACit-1/SALESit-1)
Rasio
Moderasi 1 Kepemilikan Manajerial (X2)
Suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik dan ikut serta dalam kepemilikan saham.
Jumlah saham yang dimiliki pihak
manajemen dibagi total saham dikali 100 %.
Rasio Moderasi 2 Komposisi Komisaris Independen (X3) Pihak yang berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah.
Jumlah komisaris independen dibagi jumlah total komisaris dikali 100%.
Rasio
Sumber : Data Olahan Peneliti 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model analisis
regresi linear sederhana dan regresi linear berganda dengan bantuan software
SPSS versi 20. Penggunaan metode analisis dalam pengujian hipotesis, terlebih
dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian
3.6.1.1Uji Normalitas Data
Menurut Sumanto 2014:146, uji normalitas dimaksudkan untuk
memastikan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Pada uji normalitas, data dikatakan berdistribusi normal jika
residual (nilai pengganggu) mendekati nol. Pengujian normalitas ini
dilakukan dengan uji one sample Kolmogorov-smirnov. Dengan α = 5%,
bila sig > α , maka data mempunyai distribusi normal. Dan sebaliknya, jika
sig < α, maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. 3.6.1.2Uji Multikolinearitas
Menurut Sumanto 2014:165, dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antarvariabel bebas. Jika
terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yan
sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk
menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat.
3.6.1.3Uji Autokorelasi
Menurut Nugroho 2005:59 (dalam Ananto, 2011), uji ini bertujuan
untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar
kesalahan penganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya.
Model regresi yang baik, seharusnya tidak terdapat autokorelasi. Uji ini
dapat dilakukan dengan menhitung nilai Durbin-Watson. Beberapa kriteria
untuk mendeteksi autokorelasi :
• Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi
• Angka D-W di atas 2 berarti ada autokorelasi.
3.6.1.4Uji Heterokedastisitas
Menurut Nugroho 2005:62 (dalam Ananto, 2011) , uji ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
(varians) antar satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi
yang baik adalah terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu
maka telah terjadi gejala heterokedastisitas.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji-t. Uji t dilakukan untuk
mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,
atau dengan kata lain untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel
dependen secara parsial.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X1X2 + β5X2X3 + β6X2X3 + …………ε
Keterangan :
Y = Discretionary accruals X1 = Konservatisme akuntansi X2 = Kepemilikan manajerial
X3 = Komposisi komisaris independen
X2X3 = Pengaruh kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris
independen.
α = Konstanta
ε = Error
3.7 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu sebagaimana tertera
[image:51.595.80.545.324.634.2]pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni
2015 Juli 2015
Pencarian Data Awal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Akhir
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Statistik Deskriptif
Pada bagian ini akan digambarkan data dari masing-masing variabel yang
telah diolah berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar
deviasi. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu
konservatisme akuntansi (X1) terhadap kualitas laba akrual (Y) dengan variabel
moderasi yaitu kepemilikan manajerial (X2) dan komposisi komisaris independen
(X3) pada Perusahaan Manufaktur kategori Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hasil pengujian statistik deskriptif
[image:52.595.112.532.472.661.2]dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KONSERVATISME 50 -154.54 167.75 8.0922 59.22861
LABAAKRUAL 50 -72.77 73.15 .5078 18.16873
K.MANAJERIAL 50 .00 .40 .0488 .12073
K.INDEPENDEN 50 .00 .50 .3597 .08263
KON.IND 50 -51.51 83.88 3.2971 23.87747
KON.MJR 50 -16.73 7.20 -.1880 2.62068
Valid N (listwise) 50
Sumber: Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa:
1. Nilai rata-rata konservatisme adalah 8.0922 dengan standar deviasi
2. Nilai rata-rata laba akrual adalah 0.5078 dengan standar deviasi
18.16873, nilai minimum -72.77 dan nilai maksimum 73.15.
3. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial adalah 0.0488 dengan standar
deviasi 0.12073, nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum 0.40.
4. Nilai rata-rata komisaris independen adalah 0.3592 dengan standar
deviasi 0.08263, nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum 0.50.
5. Nilai rata-rata uji interaksi antara konservatisme dengan kepemilikan
manajerial adalah sebesar 3.2971 dengan standar deviasi sebesar
23.87747, nilai minimum -51.51 dan nilai maksimum 83.88.
6. Nilai rata-rata uji interaksi antara konservatisme dengan komisaris
independen adalah sebesar -0.1880 dengan standar deviasi 2.62068,
nilai minimum -16.73 dan nilai maksimum 7.20.
4.1.2 Analisis Regresi tanpa Variabel Moderasi
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang
digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model
analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi
klasik yang dilakukan meliputi; Uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
memiliki distribusi normal atau mendekati normal dengan melihat normal
probability plot. Uji normalitas yang pertama dilakukan adalah berdasarkan grafik
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)
[image:54.595.162.441.124.360.2]Gambar 4.1
Gambar Grafik Histogram (Data Asli)
Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi normal, akan tetapi
jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram,
maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.
Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat