i
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA
(Studi Empiris pada Perusahan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Rahmah Helmi NIM: 1111082000078
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE, TERHADAP KUALITAS LABA
(Studi Empiris pada Perusahan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Rahmah Helmi NIM: 1111082000078
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 8 September telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswi :
1. Nama : Rahmah Helmi
2. Nim : 1111082000078
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 September 2015
1. M. Hartana I. Putra, SE., M.Si ( _____________________ )
NIP.196806052008011023 Penguji 1
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( _____________________ )
NIP.198107312006042003 Penguji 2
3. Dr. Rini, M.si., Ak., CA ( _____________________ )
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 20 Oktober 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi :
5. Nama : Rahmah Helmi
6. Nim : 1111082000078
7. Jurusan : Akuntansi
8. Judul Skripsi : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Oktober 2015
1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., Ma (____________________)
NIP.197207112005011007 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM (____________________)
NIP. 197205162009011006 Sekretaris
3. Dr. Rini, SE., M.Si., Ak (____________________)
NIP. 19760315 200501 2 002 Penguji Ahli
4. Dr. Yahya Hamja MM (____________________)
NIP.194906021978031001 Pembimbing I
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rahmah Helmi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 06 Maret 1993
3. Alamat Asal : Jalan Raya Negara KM.9 Tanjung
Pati, Kandang Lamo Sarilamak, Kec.Harau Kab.50 Kota Sumatra Barat 26271
4. Alamat Sekarang : Perum Bukit Cirendeu Blok c5/4
5. Telepon : 0831 8090 1992
6. Email : rahmah.helmi@ymail.com
II. PENDIDIKAN
1. TK Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh Tahun 1999
2. SD Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh Tahun 2000-2005
3. SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh Tahun 2005-2008
4. SMK Negeri 1 Payakumbuh Tahun 2008-2011
5. S1 Akuntansi Ekonomi UIN Jakarta Tahun 2011-2015
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Bendahara Umum OSIS SMKN 1 Payakumbuh periode 2008-2009.
2. Ketua Umum OSIS SMKN1 Payakumbuh Periode 2009-2010.
3. Ketua Penegak Hukum Disiplin (PHD) Pelajar Keamanan Sekolah Polresta Payakumbuh periode 2009
vi
5. Pengurus Paskibra Sekolah SMKN 1 Payakumbuh Periode 2009-2011
6. Ketua Umum MPK OSIS SMKN 1 Payakumbuh Periode 2010-2011
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Helmi Syamsu, BA.
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Piladang/ 22 Februari 1940
3. Ibu : Ratna Hasnida
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Sarilamak/ 1 September 1971
5. Alamat : Jalan Raya Negara KM.9 Tanjung
vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rahmah Helmi
Nim : 1111082000078
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 3 oktober 2015
Yang menyatakan,
viii
THE INFLUENCE CONSERVATISM ACCOUNTING AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE TOWARDS EARNINGS QUALITY
By: Rahmah Helmi
ABSTRACT
The aim of this study is analyzing the influence of accountancy conservatism and good corporate governance (audit committee and commissioner independend) towards earnings quality. This study applies the theory of agency as the basic theory. By using 90 sample stakeholders of real estate concern and well established property in Indonesia Stock Exchanges 2010-1014 terms. The technique sampling methods is using purposive sampling and linier regression analysis.
The result shows that earnings quality is significantly affected by accountancy conservatism, committee audit and commissioner independend do not effected in significant against earning quality.
ix
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA
Oleh: Rahmah Helmi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh konservatisme akuntansi dan good corporate governance (komite audit dan komisaris independen) terhadap kualitas laba. Penelitian ini menggunakan teori agensi sebagai teori dasar. Dengan menggunakan sampel 90 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-1014. Tekhnik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba dipengaruhi secara signifikan oleh konservatisme akuntansi sementara itu komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, dan tanpa
terkecuali kepada penulis sehingga penulis mendapatkan anugerah dan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini tentang “Pengaruh Konservatisme
Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)” Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari alam
jahiliah kealam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan adanya saat
ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan sebagai salah satu
syarat-syarat guna meraih gelas Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT. Selain itu penulis juga ingin
mengucapkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Helmi Syamsu, BA dan Ratna Hasnida
yang telah memberikan semangat,dukungan materi dan non materi,
perhatian, kasih sayang, nasehat, dan doa yang tiada hentinya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Om dan tanteku tercinta, H. Ali Chaeruddin, SE., MS.i dan Hj. Martha
xi
empat tahun penulis bernaung demi menyelesaikan pendidikan penulis
hingga skripsi ini selesai.
3. Kakakku Velma Alicia dan Kedua adikku tercinta, Afdilani dan
Ridwan Helmi yang telah memberi dukungan, doa, dan semangat
kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri SE., MS.i., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MS.i selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak Dr. Yahya Hamja MM selaku dosen pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama penyusunan skripsi hingga penulis dapat
selesai menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Nur Wachidah, SE.,MS.,Ak selaku dosen pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga
untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi hingga penulis
dapat selesai menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis menjadi
xii
10.Seluruh staff pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu penulis dalam kelancaran administrasi kampus.
11.Teman-teman dekat penulis; Alvis Mei Yonef, Amna Suresti, Annisa,
Wandayani yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
12.Semua teman-teman akuntansi reguler A,B,C, dan akuntansi
internasional angkatan 2011.
13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena terbatasnya pengalaman pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Ciputat, Oktober 2015
xiii DAFTAR ISI
Halaman Judul ii
Lembar Pengesahan Skripsi iii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif iv
Lembar Pengesahan Uji Skripsi v
Daftar Riwayat Hidup vi
Pernyataan Bebas Plagiat viii
Abstact ix
Abstrak x
Kata Pengantar xi
Daftar Isi xiv
Daftar Tabel xvii
Daftar Gambar xviii
Daftar Lampiran xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 11
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian 11
xiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi 14
2. Konservatisme Akuntansi 19
3. Good corporate governance 22
4. Komite Audit 26
5. Komisaris Independen 28
6. Kualitas Laba 30
B. Penelitian terdahulu 33
C. Kerangka pemikiran 41
D. Keterkaitan antara variable dan perumusan hipotesa 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 46
B. Penentuan Sampel 46
C. Metode Pengumpulan Data 47
D. Metode Analisis Data 47
Statistik Deskriptif 49
Uji Asumsi Klasik 49
E. Operasional Variable Penelitian 56
Variabel Independen 56
xv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 62
B. Hasil Uji Penelitian 65
Hasil Uji Statistik Deskriptif 66
Hasil Uji Asumsi Klasik 67
Hasil Uji Hipotesis 73
- Uji Determinasi 74
- Uji F 75
- Uji t 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 81
B. Saran 83
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 33
Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Autokorelasi 51
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian 61
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dan Kriteria 63
Tabel 4.2 Sampel Penelitian 64
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif 66
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas 68
Tabel 4.5 Pengambilan Keputusan Autokorelasi 70
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi 70
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi 74
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik F 75
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 41
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Sampel Penelitian 87
Lampiran II Hasil Analisis Data Sampel 91
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pelaporan keuangan yang menjadi salah satu fokus utama adalah
informasi laba yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu
perusahaan selama periode tertentu. Investor dan kreditor sebagai pengguna
laporan keuangan dapat menggunakan informasi laba dan komponennya untuk
membantu mereka dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, mengestimasi laba
dalam jangka panjang, memprediksi laba dimasa datang, menaksir resiko investasi
atau pinjaman kepada perusahaan. Untuk mewujudkan manfaat tersebut maka
diperlukan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan angka-angka yang
relevan dan reliable (Juanda, 2007).
Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah
prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan reaksi yang berhati-hati atas
ketidakpastian yang ada agar ketidakpastian dan risiko yang berkaitan dalam
situasi bisnis dapat dipertimbangkan dengan cukup memadai. Ketidakpastian dan
risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan
kenetralannya dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan
memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan (Almilia,
2004).
Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai prinsip kehati-hatian
dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam
2 hutang yang mempunyai kemungkinan yang terjadi. Penerapan prinsip ini
mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan
laba atau aktiva yang lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan
demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas risiko menurun
(downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu (Haniati dan Fitriany, 2010).
GIvoly dan Hayn (2000) mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan
awal untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan
keuntungan. Definisi resmi dari konservatisme terdapat dalam Glosarium
Pernyataan Konsep No.2 FASB (Financial Accounting Statement Board) yang mengartikan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati (prudent reaction) dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan untuk mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis yang sudah
cukup dipertimbangkan. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika
diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta
angka-angka biya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi
karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan
serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung
terlalu rendah (understatement) (Juanda, 2007).
Berdasarkan definisi konservatisme tersebut maka praktek konservatisme
akuntansi sering memperlambat atau menunda pengakuan pendapatan yang
3 Sementara itu dalam penilaian aset dan hutang, aset dinilai pada nilai paling
rendah dan sebaliknya, hutang dinilai pada nilai yang paling tinggi (Juanda, 2007)
PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu
timbulnya penerapan prinsip konservatisme. Pengakuan prinsip konservatisme di
dalam PSAK tercermin dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di
dalam sebuah kondisi yang sama. Hal tersebut akan mengakibatkan angka-angka
yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
laba yang cenderung konservatif.
Beberapa pilihan metode pencatatan di dalam PSAK yang dapat
menimbulkan laporan keuangan konservatif diantaranya adalah:
1. PSAK No. 14 tentang persediaan yang menyatakan bahwa perusahaan
dapat mencatat biaya persediaan dengan menggunakan salah satu metode
yaitu FIFO (first in first out) atau masuk pertama keluar pertama dan metode rata-rata tertimbang.
2. PSAK No. 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain yang mengatur
estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap. Estimasi masa manfaat suatu
aktiva didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari
pengalaman perusahaan saat menggunakan aktiva yang serupa. Estimasi
masa manfaat harus diteliti kembali secara periodik dan jika manajemen
menemukan bahwa masa manfaat suatu aktiva berbeda dari estimasi
sebelumnya maka harus dilakukan penyesuaian atas beban penyusutan
4 perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan dan
dapat mendorong timbulnya laba yang konservatif.
3. PSAK No. 19 tentang aset tidak berwujud yang berkaitan dengan metode
amortisasi. Dijelaskan bahwa terdapat beberapa metode amortisasi untuk
mengalokasikan jumlah penyusutan suatu aset atas dasar yang sistematis
sepanjang masa manfaatnya.
4. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan
bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat
hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapkan
perusahaanakan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila
besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat ekonomis
di masa yang akan datang dan biaya tersebut dapat diukur secara handal,
maka biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva.
Dengan adanya pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap
angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari
laporan keuangan. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang
berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas
perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009).
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan
beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada
5 Melalui kualitas laba yang terkandung dalam laporan keuangan, maka hal ini
dapat dijadikan indikator baik atau tidaknya kemampuan suatu perusahaan dalam
rangka mengelola sumber dayanya. Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral
dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasarkan kualitas laba tersebut
profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku
kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan
keuangan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat diandalkan maka para
pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi.
Manipulasi terhadap laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Pemikiran
bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan
keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan
setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self- interested behaviour. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen
bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan
cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Penyusunan laba dilakukan oleh
manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut
dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan
informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan
yang dibuatnya sendiri. Pemisahaan kepemilikan seperti ini akan dapat
menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan
6 Karena kualitas laba yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut sangat
penting maka banyak pihak manajemen berusaha dengan berbagai macam cara
untuk menyusun laporan keuangan sesempurna mungkin, yang mana hal ini tidak
jarang memicu timbulnya ketidakcocokan informasi antara pihak manajemen
perusahaan dengan principal yang sering menimbulkan konflik agensi. Dalam teori agensi dijelaskan bahwa terdapat hubungan kontraktual berupa
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan dari pemilik (principle) kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976).
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan konflik
keagenan, yaitu kesenjangan informasi antara manajemen sebagai pelaksana dan
pemegang saham sebagai pemilik. Menurut pandangan teori keagenan, pihak
manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun
laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan
prinsipal. Konflik keagenan yang mengakibatkan peluang manajemen ini akan
mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendah kualitas laba ini akan membuat
kesalahan pembuatan keputusan kepada para pengguna informasi sehingga nilai
perusahaan berkurang. Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan
antara pihak agen dan principle yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan (Jensen dan Meckling, 1976).
Subramanyam (1996) dalam Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa
salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang
7 perusahan dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah
waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek. Dalam prosesnya, dasar akrual dapat memberikan kesempatan kepada
manajer dalam melakukan manajemen laba atau earnings management guna menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi
(Boediono,2005).
Widyaningdyah (2001) menyatakan definisi kualitas laba adalah perilaku
manajemen untuk bermain dengan komponen discretionary accrual yang menentukan besarnya laba. Laba yang tidak dilaporkan sesuai dengan fakta yang
terjadi dapat diragukan kualitasnya. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi
apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat
keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki karakteristik relevansi,
reliabilitas dan komparabilitas atau konsistensi (Sutopo, 2009). Rendahnya
kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam pembuatan keputusan para
pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan
berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Dalam praktek suatu perusahaan banyak kita temukan transaksi transaksi
yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham
minoritas) serta pemegang saham lainnya, terutama pada perusahaan Indonesia
yang menggunakan dana masyarakat dalam pembiayaan usahanya. Oleh karena
itu keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dan penting. Semua
komisaris independen harus bersikap independen dan mampu melaksanakan
8 terpengaruh oleh pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan
dengan kepentingan pihak lain. Selain komisaris indepeden, komite audit juga
diperlukan untuk lebih meningkatkan kualitas informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugasnya (Sutopo, 2009).
Pada kenyataannya sampai saat ini banyak sekali kasus manipulasi data
akuntansi yang terjadi, yang dimanipulasikan oleh orang-orang tertentu untuk
kepentingan tertentu yang menguntungkan pihak tersebut. Kasus ini menandakan
laporan keuangan yang disajikan tidak bagus atau kualitas laba pada laporan
keuangannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Contoh peyajian laporan
keuangan yang tidak menyajikan keadaan laba sebenarnya adalah Skandal
Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk. yang telah terbukti
melakukan perekayasaan laporan keuangan yaitu dengan jalan memperbesar laba.
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit
9 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar (bumn.go.id).
Sejak krisis, wacana tentang tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) merebak bagai ledakan besar. Sebenarnya tak menjadi penting bagaimana perusahaan itu dikelola, tetapi begitu krisis dan semua
perusahaan bangkrut, terusiklah kepentingan para pemegang saham, kreditor, dan
investor. Jadi, kepedulian terhadap tata kelola perusahaan yang baik berbanding
lurus dengan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian investasi. Secara
definitif, istilah corporate governance mengandung pengertian bagaimana pihak-pihak inti yang berkepentingan dengan perusahaan saling berinteraksi.
Pihak-pihak itu adalah pemegang saham (shareholders), pengelola (top management), dewan pengawas (board of directors). Para pemegang saham selalu berkepentingan mengamankan investasinya agar menghasilkan dividen tiap tahun.
Untuk itu, mereka menugaskan para dewan pengawas untuk memonitor kinerja
manajemen agar sesuai kepentingannya. Di sinilah letak pentingnya peran dewan
pengawas komisaris independen yang bertindak atas mandat yang diberikan para
pemegang saham, bukan pihak pengelola (Thomas L Wheelen & J David Hunger,
2000).
Para ahli strategic management sudah mengembangkan konsep yang menekankan tanggung jawab perusahaan dalam pengertian luas ini. Pada
10 saham saja, tetapi juga pada masyarakat secara umum. Sehingga, masyarakat
memiliki kepentingan terhadap berbagai praktik penyimpangan perusahaan, bukan
saja para pemegang saham. Dengan asumsi ini, masyarakat juga memiliki hak
untuk menuntut agar perusahaan dikelola dengan baik. Sehingga masalah
penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan bukan semata monopoli
kepentingan para pemegang saham saja. Manipulasi keuangan adalah praktik yang
menyangkut kepentingan masyarakat (Widyaningdyah, 2001).
Berdasarkan kasus manipulasi laporan keuangan di atas maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian ini dengan berbagai alasan yaitu pertama,
dengan tujuan agar penulis dapat mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yaitu peran komite audit dan komisaris independen terhadap kualitas laba dan pengaruh prinsip konservatisme terhadap hasil laporan
keuangan yang disajikanan yang mana PSAK sebagai standar pencatatan
akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip
konservatisme yang mengakibatkan angka-angka yang berbeda dalam laporan
keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung
konservatif. Kedua, untuk membuka pandangan investor terhadap pengaruh
penerapan konsep konservatisme, peran komite audit dan komisaris independen
terhadap kualitas laba pada laporan keuangan.
Oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi “Pengaruh Konservatisme
11 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Apakah Konservatisme Akuntansi, Good Corporate Governance (dilihat dari peran Komite Audit dan Komisaris Independen)
berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Laba?
2. Variabel mana yang paling dominan terhadap manajemen laba suatu
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisa secara empiris pengaruh konservatisme
akuntansi, good corporate governance (proporsi komite audit dan komisaris independen) terhadap kualitas laba.
2. Untuk menganalisa secara empiris variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap kualitas laba.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
12 1. Kontribusi Teoritis
a. Masyarakat, dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk
mengetahui tentang pentingnya informasi kualitas laba laba bagi
investor maupun pengguna laporan keuanga lainnya dan dapat
menambah wawasan masyarakat terhadap ilmu akuntansi.
b. Mahasiswa jurusan akuntansi, semoga penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai literature dalam penelitian selanjutnya dan menambah ilm pengetahuan akuntansi
c. Peneliti Selanjutnya, semoga penelitian ini dapat menjadi referensi
bagi peneliti selanjutnya tentang topic yang sama .
d. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis karna
sangat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba.
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi perusahaan, investor, dapat menggunakan informasi dari
laporan keuangan yaitu kualitas laba ini dengan baik untuk
13 b. Bagi Karyawan dan akuntan agar dapat menyajikan laporan
keuangan yang baik dan jujur agar tidak terjadi asimetri informasi
antara agen ataupun principle.
c. Bagi pengguna Laporan Keuangan diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat mempertimbangkan keputusannya dalam
melakukan investasi.
d. Bagi Bapepam atau pemerintah dapat menjadikan penelitian ini
sebagai evaluasi untuk mengawasi dan menanggulangi tindakan
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi dan Signaling Theory
Teori agensi biasa juga disebut sebagai teori keagenan. Teori
keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi
teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer. Pemisahan pemilik dan manajemen
di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan).
Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari
perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek
perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan
hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan
manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan
manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan
15 Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principle) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Hubungan antara principle dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang
perusahaan dibandingkan dengan principle. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri
sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan
mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principle. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak
dan membatasi perilaku opportunistic management adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility).
16 dapat meminimalkan tindakan manajemen laba yang akan
mempengaruhi kualitas laba dan rendahnya nilai perusahaan.
Kemudian, masalah keagenan juga akan timbul jika pihak
manajemen atau agen perusahaan tidak atau kurang memiliki saham
biasa perusahaan tersebut. Karena dengan keadaan ini menjadikan
pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk memaksimumkan
keuntungan perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil
keuntungan dari beban yang ditanggung oleh pemegang saham. Cara
yang dilakukan pihak manajemen adalah dalam bentuk peningkatan
kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas perusahaan.
Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986),
Weston dan Brigham (1994), bahwa masalah keagenan dapat terjadi
dalam 2 bentuk hubungan, yaitu; (1) antara pemegang saham dan
manajer, dan (2) antara pemegang saham dan kreditor. Jika suatu
perusahaan berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri
oleh pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa manajer–pemilik
tersebut akan mengambil setiap tindakan yang mungkin, untuk
memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk
peningkatan kekayaan perorangan dan juga dalam bentuk kesenangan
dan fasilitas eksekutif. Tetapi, jika manajer mempunyai porsi sebagai
pemilik dan mereka mengurangi hak kepemilikannya dengan
membentuk perseroan dan menjual sebagian saham perusahaan kepada
17 Keadaan ini menjadikan manajer mungkin saja tidak sedemikian
gigih lagi untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena
jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang sesuai dengan
pengurangan kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer
menetapkan gaji yang besar bagi dirinya atau menambah fasilitas
eksekutif, karena sebagian di antaranya akan menjadi beban pemegang
saham lainnya.
Konflik antara pemegang saham dengan kreditur, kreditur
menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang),
sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada besaran laba
perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan
kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya, dan
pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada
proyek. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil maka
kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi apabila
proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita
kerugian akibat dari ketidakmampuan pemegang saham untuk
memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi,
maka kreditur melakukan pembatasan penggunaan hutang oleh
manajer.
Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan
18 saham dengan pihak manajemen walaupun telah dilakukan kontrak
kerja yang sah antara pihak principal dan agent, namun di sisi lain pihak agent memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai perusahaan (full information) dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak principal. Pengetahuan yang lebih banyak dimiliki oleh pihak agent dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak principal ini membuat terbentuknya suatu asimetri informasi atau asymetric information.
Dalam kondisi adanya perbedaan kepentingan diantara agen dan
prinsipal dimana kontrak tidak dapat dibuat dengan sempurna, maka
corporate governance memainkan peranan untuk memperkecil konflik. Corporat governance yang terdiri dari board of director mempunyai peranan untuk memonitor informasi dalam menilai kinerja manajer
secara efektif dan efisien (Wardhani,2008)
Signalling theory menjelaskan bahwa pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri teori dengan
menerapkan konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menerapkan depresiasi
yang tinggi untuk menghasilkan laba yang rendah.
Dengan adanya understatement laba dan aktiva bersih yang permanen menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan
konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Dengan
19 perusahaan bagi investor dan dengan demikian pengguna laporan
keuangan akan terhindari dari kemungkinan pengambilan keputusan
yang terlalu optimistik yang apabila tidak mencapai tujuannya maka
akan menimbulkan risiko (Yustina, 2013; Handojo, 2012).
2. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang digunakan
dalam akuntansi. Menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Sari (2004) Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi
ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan
risiko pada situasi bisnis telah dipertimbangkan. Basu (1997)
mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (dan
mengecilkan aktiva bersih) dalam merespons berita buruk (bad news), tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam
merespons berita baik (good news).
Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan
verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi.
Watts juga menyatakan bahwa konservatisme akuntansi muncul dari
insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak, litigasi, pajak, dan
politik yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengurangi biaya
keagenan dan mengurangi pembayaran yang berlebihan kepada
pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan dan pemerintah.
20 laba dalam periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada periode-periode berikutnya, sebagai akibat
understatement terhadap biaya pada periode tersebut. Sedangkan, Suwardjono (2010) mendefinisikan konservatisme sebagai sikap atau
aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil
tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut.
Penman dan Zhang (2002) menjelaskan konservatisme akuntansi
merupakan suatu pemilihan metode dan estimasi akuntansi yang
menjaga nilai buku dari net assets relatif rendah. Mereka
mencontohkan definisi tersebut dalam penggunaan metode pencatatan
persediaan. Penggunaan metode LIFO dalam menilai persediaan pada
saat nilai persediaan meningkat adalah salah satu contoh penerapan
akuntansi konservatisme. Metode LIFO dikatakan lebih konservatif
karena metode ini mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah
dibandingkan dengan FIFO dan average cost method pada saat nilai persediaan mengalami peningkatan.
Richardson dan Tinaikar (2003) dalam Kiryanto dan Edy (2006),
21 kejadian-kejadian ekonomi saat ini, bahkan apabila
pengeluaran-pengeluaran tersebut berkaitan secara positif dengan harapan aliran kas
di masa yang akan datang. Ex-post conservatism atau news dependent conservatism menggambarkan lebih tepat waktu untuk pengakuan laba terhadap bad news dari pada good news. Secara umum, prinsip akuntansi ini menghendaki penghapusan dengan segera untuk
mengakui bad news terhadap persediaan, goodwill, ketidakpastian kerugian dan sebaliknya. Menurut Kiryanto dan Edy (2006),
penggunaan dari ex-post conservatism atau news dependent conservatism ini menghasilkan slop koefisien regresi laba terhadap returns yang lebih tinggi untuk perusahaan-perusahaan dengan negatif returns (bad news) dari pada positif returns (good news).
Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur dalam
standar akuntansi internasional (IFRS). Hellman (2007) menyatakan
bahwa jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, IFRS fokus
pada pencatatan yang lebih relevan sehingga menyebabkan
ketergantungan yang semakin tinggi terhadap estimasi dan berbagai
judgement. Dalam hal ini, kebijakan yang ditetapkan IASB (International Accounting Standard Board) tersebut menyebabkan semakin berkurangnya penekanan atas penerapan akuntansi
konservatif secara konsisten dalam pelaporan keuangan berdasarkan
22 Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan.
Menurut teori keagenan, manajer (agents) memiliki tindakan kesempatan untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan
mengorbankan kepentingan pemegang saham, debt holders, dan pihak pengontrakan lainnya (principals). Teori tersebut menjelaskan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat bertemunya kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan (Juanda, 2007).
3. Good Corporate Governance
Tata Kelola Perusahaan (corporate governance) adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi
pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau
korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara
para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola
perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi.
Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok,
pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta
masyarakat luas.
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak
aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah
menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat,
23 perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham.
Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa
sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi
hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para
pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata
kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang
menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain
selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan.
Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan
modern telah meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak keruntuhan
perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation dan Worldcom. Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah ini diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) pada akhir tahun 2004.
Pengertian good governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusanurusan publik. Good governance dapat tercapai apabila beberapa hal dibawah ini dipedomani dalam pengelolaan
APBD. Selanjutnya Mardiasmo (1999, 2006) mengemukakan elemen
manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol
kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi, akuntabil itas, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan.
24 Indonesia oleh lembaga-lembaga donor World Bank, Asian Developmen Bank (ADB) dan United Nation Developmen Program (UNDP). Good Governance sebagai suatu kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan umum yang baik. World Bank dalam Maryono, Warella, Kismartini (2007) mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam good governance yaitu: (1) bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam
manajemen-manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi
kepentingan pembangunan, (3) kemampuan pemerintah untuk
mendesain, mempormulasikan, melaksanakan kebijakan, dan
melaksanakan fungsi-fungsinya.
Asian Development Bank (ADB) mengartikulasikan empat elemen penting dari good governance yaitu: (1) akuntabilitas, (2) partisipasi, (3) terprediksi, (4) transparansi. UNDP menyebutkan enam indikator
kesuksesan good governance yaitu: (1) mengikut sertakan semua, (2)
transparan dan bertanggung jawab, (3) efektif dan adil (4) menjamin
adanya supremasi hukum, (5) menjamin bahwa priortas-prioritas
politik, sosial ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat, (6)
memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah
dalam proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan. Saragih (2003) dalam Maryono, Warella, Kismartini
25 keuangan publik yaitu : (1) transparansi, (2) efisisen, (3) efektif, (4)
akuntabilitas, (5) partisipasi.
World Bank dalam Mardiasmo (2002) menetapkan prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah antara
lain : (1) Komprehensip dan displin, (2) fleksibilitas, (3) terperediksi,
(4) kejujuran (5) informasi, (6) Transparansi dan akuntabilitas. ADB
memberikan indikator ataupun prinsip-prinsip good financial governance yaitu : (1) transparansi of financial reporting, (2) Reliability of financial reporting, (3) accounting and auditing standards, (4) strength of the accounting and auditing profesinal, (5) legal and regulatory framework. Karakteristik Good Governace menurut UNDP dalam Mardiasmo (2002) (1) participation, (2) rule of law, (3) trans parency, (4) responsiveness, (5) consensus orientation, (6) equity, (7) efficiency and effectiveness, (8) Accountability, (9) strategic vision. Dari berbagai elemen manajemen keuangan daerah dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan
akuntansi diperlukan untuk mengontrol kebjikan keuangan daerah
tersebut. Pencapaian good governance, good financial governance juga tidak terlepas dari hal tersebut diatas.
Komponen mekanisme Corporate Governance yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Komite Audit, dan Komisaris Independen.
26 a. Komite Audit
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam
Nomor Kep-29/PM/2004 (bagi perusahaan public) dan Keputusan
Mentri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite
audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka
membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit terdiri
dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan
sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar
emiten atau perusahaan publik. Anggota komite audit berasal dari
kalangan luar dan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya
yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit
harus bebas dari pengaruh direksi dan eksternal auditor dan harus
bertanggung jawab kepada dewan komisaris (Surya dan Yustiavanana,
2008).
Menurut Surya dan Yustiavanana (2008) pada umumnya komite
audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang yaitu :
1. Laporan Keuangan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan
yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang kondisi keuangannya, hasil usaha, rencana dan komitmen
27 2. Tata kelola perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan apakah perusahaan
telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Komite audit mengawasi secara efektif terhadap benturan kepentingan
dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi perusahaan yang
berpotensi mengandung resiko dan system pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan
keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Hal ini dikarenakan komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh
manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan.(Bradbury et al 2005).
Tugas komite audit meliputi penelaahan kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh perusahaan, penilaian pengendalian internal, dan
penelaahan sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap
peraturan (Suaryana,2005).
Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka
28 terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Keberadaan komite
audit independen yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan
keuangan merupakan sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba
perusahaan yang lebih baik (Suaryana, 2005).
b. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya, dann
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan
perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2006).
Menurut Surya dan Yustiviana, 2008 keberadaan komisaris
independen berhubungan dengan ketentuan penyelenggara tata kelola
peruahaan yang baik yaitu jumlah komisaris independen adalah
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris
terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada
dewan komisaris serta mengidentifikasi hal hal yang memerlukan
perhatian dewan komisaris yang mencakup:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan.
29 3. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan
akuntan publik untuk memastikan semua resiko yang perlu
dipertimbangkan.
4. Melakukan penelaahan atas efektifitas pengendalian internal
perusahaan.
5. Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan.
6. Komisaris independen wajib juga menyampaikan peristiwa atau
kejadian penting yang diketahuinya kepada dewan komisaris
perusahaan yang tercatat.
Dewan komisaris mempunyai peranan penting dalam implementasi
good corporate governance oleh karena itu diperlukan komisaris independen yang integritas tidak cacat hukum, tidak memiliki
hubungan kontrak bisnis dengan pemegang saham baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komisaris diusulkan dan dipilih oleh
pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham
pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Komisaris diharapkan mampu meningkatkan peran dewan
komisaris yang bertugas menjalankan fungsi pengawasan (monitoring) sehingga dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam pembuatan
laporan keuangan agar memiliki laporan laba yang berkualitas
30 4. Kualitas Laba
Informasi keuangan yang berkualitas merupakan informasi penting
dalam pengambilan keputusan ekonomi atau investasi yang dapat
mempengaruhi keputusan bagi pihak-pihak berkepentingan. Dalam
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Ikatan
Akuntansi Indonesia (2012) dinyatakan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Agar bermanfaat laporan keuangan perlu memiliki
karakteristik sebagai laporan keuangan berkualitas.
Melakukan analisis terhadap laba tidak hanya dapat dilakukan
dengan hanya sekedar melihat angka dari laba yang dilaporkan. Proses
pelaporan angka tersebut merupakan proses yang panjang, melibatkan
berbagai metode, asumsi dan estimasi dalam sebuah pemisahan batas
(cut-off) periode akuntansi yang lazim disebut dengan tahun takwim (financial year).
Menurut White, Sondhi dan Fried (1998, 956), Indikator Kualitas Laba yang baik adalah:
1. Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif.
2. Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan
31 3. Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi
terhadap piutang dan kerugian kredit dimasa lalu.
4. Menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated methods) dan umur yang singkat.
5. Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak berwujud lainnya.
6. Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya
overhead.(Wajib dihapuskan konsep bunga)
7. Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak
komputer (Computer Shofware)
8. Membebankan langsung biaya awal (start-up costs) untuk operasi-operasi baru.
9. Menggunakan metode kontrak penuh (completed contract method) dalam akuntansi pekerjaan dalam jangka panjang. 10.Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam rencana
manfaat untuk karyawan (employee benefit plans)
11.Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan hukum
dan kerugian kontijensi (Contingency Losses).
12.Meminimalkan penggunaan tehnik-tehnik pembiayaan off-balance sheet.
32 14.Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash
earenings).
15.Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai.
Kualitas Laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka
penilaian kualitas laba yang dapat dilakukan sesuai Hawkins (1998, 178)
adalah:
1. Mengukur dengan menggunakan skala, baik atau tinggi dan
buruk atau rendah, yang perlu diingat bahwa seberapa baik dan
seberapa buruk adalah hal yang sulit dilakukan, apalagi jika
harus dikuantifikasi dalam angka-angka.
2. Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu,lebih baik atau
lebih buruk, dimana juga perlu diingat bahwa seberapa banyak
menjadi lebih baik atau buruk tidak dapat ditentukan dengan
33 B. Table 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Hafiza Aishah Hasyim (2007)
Corporate Governance,
Ownership Structure and Earning Quality: Malaysian Evidence
Regresi Berganda, variable corporate governance, and earning quality
Variable ownership structure
Studi ini menemukan hubungan yang signifikan positif antara proporsi anggota keluarga dan pendapatan kualitas yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi dalam kepemilikan keluarga memiliki insentif untuk mengurangi biaya agensi melalui penyelarasan yang lebih baik dari pemegang saham dan kepentingan manajerial. Penelitian ini menemukan bukti signifikan positif pada hubungan antara kepemilikan institusional dan kualitas laba . Kepemilikan saham terkonsentrasi oleh investor institusi memberikan insentif untuk memantau rajin karena mereka memiliki sumber daya , keahlian dan insentif kuat untuk secara aktif memantau tindakan manajemen dan meningkatkan laba yang dilaporkan keuangan.
34 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2 Putu Tuwentina dan Dewa Gede Wirama (2014)
Pengaruh Konservatisme
Akuntansi dan Good Corporate
Governance pada Kualitas Laba
Analisis regresi berganda, variable independen:
variable konservatisme akuntansi, good corporate
governance
variable dependen: Kualitas Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan konservatisme akuntansi mendapatkan respon yang positif dari investor berdasarkan laba yang disajikan. Variable lain yaitu good corporate governance tidak berpengaruh pada kualitas laba.
[image:52.842.113.750.18.428.2]35 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Salami Suleiman (2014)
Corporate Governance
Mechanisms and accounting
Conservatisme
Regresi berganda variable corporate governance and variable accounting conservatism
Penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif yang signifikan dan pengaruh positif yang signifikan dari direktur independen di atas pelaporan konservatif.
[image:53.842.108.773.16.454.2]36 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4 Robertus M Bambang Gunawan, Effendie, Djoni Budiarjo
(2014)
The Influence of Good Corporate Governance,
Ownership
Structure and Bank Size to the Bank Performance and Company
Value in Banking Industry in Indonesia
Variable good corporate
governance,
Variable ownership
structure and bank size to the bank performance, and company value
Hasil penelitian ini menunjukkan gcg memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bank , struktur kepemilikan tidak ada efek positif pada kinerja bank , ukuran Bank memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja bank , tata kelola perusahaan yang baik memiliki
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan , struktur kepemilikan memiliki efek signifikan terhadap nilai perusahaan , ukuran Bank memiliki efek signifikan terhadap nilai perusahaan , dan kinerja bank memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai perusahaan .
[image:54.842.110.763.18.427.2]37 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 *Kyong Soo
Choi, Keimyung University, South Korea *Se Joong Lee, Ph.D student, The University of Hong Kong, Hong Kong
*Soo Yeon
Park, Korea University, South Korea *Yong Keun Yoo, Korea University, South Korea (2015)
Accounting Conservatism,
Changes In Real Investment,
And Analysts’ Earnings Forecasts
Regresi berganda Variable
accounting conservatisme
Variable change in real investmen and analysts’ earning forecast, sell side analist
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sell- side
analis tidak mengakui sepenuhnya efek patungan antara konservatisme akuntansi dan kegiatan nyata
pada kualitas laba dan bahwa mereka perlu mengurangi bias untuk meningkatkan efisiensi pasar dengan menyediakan investor dengan tolok ukur yang baik untuk harapan pendapatan mereka
[image:55.842.110.764.17.446.2]38 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6 Pedi Riswandi (2013)
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Proporsi Komisaris
Independen terhadap Kualitas Laba.
Regresi berganda, Variable
kepemilikan manajerial, komisaris
independen dan kualitas laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba,proporsi komisaris dependen
berpengaruh positif terhadap kualitas laba
[image:56.842.111.771.16.457.2]39 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Erna Hadian Ningsih
(2013)
Pengaruh Tenure Kantor Akuntan Publik, Mekanisme
GCG terhadap
Kualitas Laba
Regresi Berganda, Variable GCG dan Kualitas Laba
Pengaruh Tenur Akuntan Publik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Laba dipengaruhi secara signifikan oleh tenur kantor akuntan public dan dewan komisaris independen sedangkan komite audit, kepemilikan konstitusional, dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba
[image:57.842.112.764.17.430.2]40 Table 2.1 (lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8 Soleh Agus (2012)
Pengaruh Peran Komite Audit dan Pertumbuhan
Investasi terhadap Kualitas Laba
Regresi berganda, Variable dependen Kualitas laba
Peran komite Audit
[image:58.842.115.771.17.454.2]41 A. Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian pemikiran pada penelitian ini yaitu menganalisis
[image:59.595.147.534.132.490.2]apakah ada hubungan antara Konservatisme Akuntansi, Good Corporate Governance dan kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba. Yang mana digambarkan pada bagan berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung ke halaman berikutnya
Adanya skandal keuangan mengenai kualitas Laba
Faktor penyebab terjadinya Skandal Laporan Keuangan mengenai Kualitas Laba
42 Gambar 2.2: Skema Kerangka Pemikiran (lanjutan)
Konservatisme Akuntansi (X1)
Good Corporate Governance Dengan perspektif Komite Audit (X2) dan Komite Audit (X3) Komisaris Independen
Kualitas Laba (Y)
Metode Analisis: Analisis Regresi
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran Hasil Pengujian dan Pembahasan
43 B. Keterkaitan Antara Variable dan Perumusan Hipotesa
1. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme akuntansi adalah konsep yang mengakui beban dan
kewajiban sesegera mungkin meskipun ada ketidakpastian tentang
hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan aset ketika sudah
yakin akan diterima. Berdasarkan prinsip konservatisme, jika ada
ketidakpastian tentang kerugian, Anda harus cenderung mencatat
kerugian. Sebaliknya, jika ada ketidakpastian tentang keuntungan,
Anda tidak harus mencatat keuntungan. Dengan demikian, laporan
keuntungan cenderung menghasilkan jumlah keuntungan dan nilai aset
yang lebih rendah demi untuk berjaga-jaga. Da