PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI
“Studi kasus pada P.T. HM SAMPOERNA Tbk.”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
ANTONIUS RAMAD DJAWI NIM : 032214056
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ada kepantasan bagi segala sesuatu.
Jika yang kita minta besar, maka pantaskanlah
diri kita untuk menerima yang besar.
Dan jika kita mengeluhkan kecilnya penghormatan orang lain
Kepada kita, mungkin itu adalah pemberitahuan untuk
Memeriksa yang sedang kita lakukan, agar kita tidak melanjutkan
Sikap dan perilaku yang memantaskan kita bagi penghormatan
Kecil dari orang lain.
Kupersembahkan karya tulis ini untuk:
Ibunda, bapak, mbak Lia, Nimitya, dan Revorajendra tercinta, semua
saudara-saudariku, semua mahasiswa dan mahasiswi USD dan semua
teman-temanku.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Antonius Ramad Djawi
Nomor Mahasiswa : 032214056
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “ANALISIS
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN
SESUDAH AKUISISI” (Studi kasus pada P.T. HM SAMPOERNA Tbk).
Beserta perangkat data yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 Januari 2010
Yang menyatakan
(Antonius Ramad Djawi)
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertandatangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul
“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI” (Studi kasus pada P.T. HM SAMPOERNA Tbk)
Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 20 Januari 2010 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil tulisan saya sendiri, berarti gelar ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 30 Januari 2010
Yang membuat pernyataan,
Antonius Ramad Djawi
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI
S
tudi kasus pada P.T. HM Sampoerna Tbk.
ANTONIUS RAMAD DJAWI
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi. Kinerja perusahaan dinilai dengan menggunakan rasio-rasio. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Rasio Likuiditas (terdiri dari rasio lancar dan rasio quick), Rasio Aktivitas (terdiri dari rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva), Rasio Utang (terdiri dari rasio total utang terhadap total aset dan rasio times interest earned), Rasio Profitabilitas (terdiri dari profit margin, return on asset, dan return on equity).
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik yaitu Uji Mann-Whitney. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tidak ada perbedaan kinerja perusahaan pada periode sebelum dan sesudah akuisisi.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji Mann-Whitney diketahui bahwa rasio keuangan yang diuji tidak signifikan, artinya tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi.
v iii
ABSTRACT
COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL
PERFORMANCE
BEFORE AND AFTER ACQUISITION
Case study on P.T. HM Sampoerna Tbk.
ANTONIUS RAMAD DJAWI
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
The study aimed to determine whether there was a significant difference between a company's performance before and after the acquisition. The company performance was measured by: Liquidity Ratio (current ratio consists of and quick ratio), ratio of activity (consisting of an average age of receivables, the average age of inventory, fixed asset turnover, and the velocity of total assets), Debt Ratio (consisting of the ratio of total debt to total assets and times interest earned ratio), and Profitability Ratios (consisting of the profit margin, return on assets, and return on equity).
Data collection techniques used in the study was documentation. Data analysis techniques used was Mann-Whitney test. Hypothesis of the study was: there is no difference in company performance in the period before and after the acquisition.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun sebuah skripsi yang
berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dan dukungan dari pihak lain, oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Venantius Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Diah Utari, BR.,M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah
berkenan memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dari awal MPT hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Hyginus Suseno Triyanto Widodo, M.S. selaku Dosen Pembimbing II
yang dengan sabar telah berkenan memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan
dari awal sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih atas doa, perhatian dan cinta yang tak pernah berhenti aku
terima. Dukunganmu adalah motivasi terbesarku untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman mahasiswa USD ndok, pak tua, wawan sujarwan, ricky, icul, dani,
thithit, arum, faro, putri, alit, upik, mitha, dan yang nggak bisa disebutkan satu
persatu terima kasih atas dukungan kalian tanpa kalian niscaya semua dapat terjadi.
Teman-teman On-line (forum.djawir.com , indoflasher-forum.com) terimakasih atas
semua ilmu yang kalian bagikan sangat bermanfaat untuk mencari uang .
Yogyakarta, Januari 2010
Penulis
Antonius Ramad Djawi
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN …..………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….………. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vi
ABSTRAK ………. vii
ABSTRACT ………. viii
KATA PENGANTAR ……….. ix
DAFTAR ISI ……… xi
DAFTAR TABEL ……… xiv
DAFTAR GRAFIK ….……… xv
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah ……….. 4
C. Batasan Masalah ……….. 4
D. Tujuan Penelitian ………. 5
E. Manfaat Penelitian ……… 5
F. Sistematika Penulisan ………. 5
BAB II LANDASAN TEORI ………. 7
A. Laporan Keuangan ……… 7
B. Analisis Laporan Keuangan ……… 15
C. Analisis Rasio Keuangan ……… 18
D. Akuisisi ………...……… 25
E. Hipotesis ……….……….. 26
BAB III METODE PENELITIAN ……….. 27
A. Jenis Penelitian ……….. 27
B. Lokasi dan waktu penelitian ……… 27
C. Subyek dan obyek penelitian ……….. 27
D. Jenis dan sumber data ………..………. 27
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ……..……… 29
F. Teknik pengumpulan data ……….. 32
G. Sampel Data .……… 32
H. Metode dan Teknik Analisis Data ………. 33
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……….. 37
A. Tentang PT HM Sampoerna Tbk .………. 37
B. Philip Moris Internasional ……… 43
C. Bisnis PT HM Sampoerna Tbk ……… 44
D. Merokok dan Kesehatan ………. 57
E. Legislasi Tembakau ……….. 69
F. Prakarsa Masyarakat ………..………. 73
G. Produk ……… 77
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 84
A. Analisis Rasio ………. 84
B. Uji Statistik ………….………. 99
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ……… 105
A. Kesimpulan ……… 105
B. Keterbatasan ………. 105
C. Saran ……… 106
DAFTAR PUSTAKA ………. 107
LAMPIRAN ………... 108
Daftar Tabel
Tabel V.1 Penghitungan Current Ratio ………. 85
Tabel V.2 Penghitungan Quick Test Ratio ……….. 86
Tabel V.3 Penghitungan Rata-rata Umur Piutang ……… 87
Tabel V.4 Penghitungan Rata-rata Umur Persediaan ……….. 89
Tabel V.5 Penghitungan Perputaran Aktiva Tetap .………. 90
Tabel V.6 Penghitungan Perputaran Total Aktiva ..……… 91
Tabel V.7 Penghitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset ……….. 93
Tabel V.8 Penghitungan Rasio Times Interest Earned ……… 94
Tabel V.9 Penghitungan Rasio Profitabilitas ……… 95
Tabel V.10 Penghitungan Return On Total Asset …….……… 96
Tabel V.11 Penghitungan Return On Equity ……… 98
Tabel VI.1 Rekap Data Rasio Keuangan ……… 99
Tabel VI.2 Data Rasio Keuangan Setelah Diberi Jenjang ……… 99
Tabel VI.3 Hasil Output Penghitungan Menggunakan SPSS 10 ………… 99
xv Daftar Grafik
Grafik V.1 Penghitungan Current Ratio………. 85
Grafik V.2 Penghitungan Quick Test Ratio ……….. 86
Grafik V.3 Penghitungan Rata-rata Umur Piutang ..……… 88
Grafik V.4 Penghitungan Rata-rata Umur Persediaan ……….. 89
Grafik V.5 Penghitungan Perputaran Aktiva Tetap ………. 90
Grafik V.6 Penghitungan Perputaran Total Aktiva ..……… 92
Grafik V.7 Penghitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset ……… 93
Grafik V.8 Penghitungan Rasio Times Interest Earned ….……… 94
Grafik V.9 Penghitungan Rasio Profitabilitas .……… 96
Grafik V.10 Penghitungan Return On Total Asset ……… 97
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meski dilanda dampak krisis keuangan global 2008, namun kondisi
perekonomian Indonesia jauh lebih baik dibandingkan saat krisis moneter
tahun 1997-1998. Dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebesar 240.559,9
ribu (Sumber: BPS/Proyeksi 2000-2025), maka perusahaan lokal yang
memiliki sasaran pasar dalam negeri seolah tidak terkena dampak krisis
keuangan global 2008. Misalnya perusahaan sablon; pada masa kampanye ini
omset perusahaan meningkat drastis karena tingginya permintaan. Namun
sebaliknya bagi perusahaan yang memiliki sasaran pasar ekspor, krisis
keuangan global memaksa mereka untuk merumahkan sebagian
karyawannya demi kelangsungan hidup perusahaan. Bahkan beberapa
perusahaan terpaksa gulung tikar karena tak mampu menghadapi krisis
global.
Salah satu dari sekian banyak industri yang tahan dalam menghadapi
krisis adalah industri rokok. Industri rokok terbukti mampu menghadapi
krisis moneter 1997-1998. Industri rokok adalah industri yang sangat unik,
meski dampaknya berbahaya bagi kesehatan namun jumlah perokok kian
bertambah setiap tahunnya. Rokok juga memiliki banyak musuh, dari ibu
rumah tangga yang jengkel karena uang belanja yang berkurang hingga
badan dunia WHO yang peduli masalah kesehatan. Menurut para ahli
kesehatan rokok mengandung banyak zat yang berbahaya bagi kesehatan
manusia diantaranya nikotin dan tar. Sehingga perusahaan rokok
mendapat banyak hambatan. Pemerintah mengenakan pajak yang sangat
besar selain PPN juga dikenai cukai tembakau sebesar 36%+Rp35/btg untuk
SKM (sumber label cukai rokok, pada kemasan rokok L.A. Lights tahun
2009 ), selain itu adanya peraturan pembatasan dalam periklanan. MUI juga
telah mengeluarkan fatwa haram merokok, meskipun masih banyak
kontroversi dari kalangan umat muslim maupun para ulama.
Namun disisi lain industri rokok juga dibutuhkan pemerintah sebagai
sumber pajak dan penyerap lapangan kerja yang sangat besar. Industri
rokok di Indonesia menyerap 250.000 tenaga kerja yang bekerja di pabrik,
dan 684.000 petani tembakau (sumber : www.detiknews.com, Selasa,
24/02/2009).
Besarnya potensi pasar yang dimiliki oleh Indonesia mengundang
minat perusahaan asing untuk masuk ke Indonesia. PT Philip Morris
Indonesia telah mengambil alih 40 persen saham PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk dengan harga persaham Rp 10.600 pada Sabtu, 12 Maret
2005. Setelah proses akuisisi saham selesai, Philip Morris juga akan
melakukan penawaran tender untuk seluruh sisa saham dengan harga yang
sama persahamnya. “Penawaran tender tersebut diharapkan selesai dalam
waktu lebih kurang 80 hari,” kata Niken. (sumber: www. tempointeraktif.
Philip Morris International (PMI) adalah perusahaan rokok yang
berkantor pusat di Lausanne, Swiss, dan merupakan salah satu perusahaan
rokok terbesar di dunia:
- PMI memproduksi sejumlah merek rokok terlaris di dunia, termasuk
merek nomor satu di dunia.
- Merek-merek PMI diproduksi di 51 pabrik di dunia dan dijual di lebih
dari 160 negara.
- Sejak berdiri pada abad ke-19, PMI telah tumbuh menjadi organisasi
yang mendunia; kini PMI memiliki 75 ribu karyawan.
Antara tahun 1970 dan 2007, PMI mengalami pertumbuhan yang
luar biasa. Volume meningkat dari 87 juta batang menjadi 850 miliar batang.
Pertumbuhan volume ini disertai dengan peningkatan pendapatan yang
mengagumkan, yaitu dari $425 juta menjadi lebih dari $55 miliar dalam
periode yang sama. Pada tahun 2007, PMI meraih laba usaha sebesar $8,9
miliar, atau meningkat lebih dari seratus kali lipat dibandingkan tahun 1970.
( sumber : http://www.sampoerna.com )
PT HM SAMPOERNA Tbk didirikan oleh Liem Seeng Tee pada
tahun 1913. PT HM SAMPOERNA Tbk adalah produsen sejumlah merek
rokok kretek ternama seperti Sampoerna Hijau, Sampoerna A Mild, dan
“Raja Kretek” yang melegenda, yaitu Dji Sam Soe. Pada tahun 2007, HM
Sampoerna memiliki pangsa pasar sebesar 28,0 % di pasar rokok Indonesia,
berdasarkan hasil Audit Ritel AC Nielsen. HM Sampoerna memiliki lebih
Penulis ingin meneliti mengenai kinerja PT HM SAMPOERNA
sebelum dan sesudah diakuisisi oleh Philip Morris karena peristiwa akuisisi
PT HM SAMPOERNA Tbk oleh Philip Morris menarik perhatian publik
sehingga menimbulkan kontroversi. “Apakah dengan diakuisisinya PT HM
SAMPOERNA oleh Philip Morris kinerja perusahaan menjadi meningkat,
atau menurun?“ Pertanyaan inilah yang mendasari penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul: “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI”.
Studi kasus pada PT HM SAMPOERNA Tbk.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan Kinerja Perusahaan rokok PT HM
SAMPOERNA Tbk pada periode sebelum dan sesudah akuisisi, dari sudut
pandang laporan keuangan ?
C. Batasan Masalah
1) Perusahaan yang diteliti adalah PT. HM SAMPOERNA Tbk.
2) Masa sebelum akuisisi adalah dari tahun 2002 sampai dengan 2004,
masa sesudah akuisisi adalah tahun 2006 sampai dengan 2008, tahun
2005 sebagai masa terjadinya akuisisi sebagai titik nol.
3) Penelitian yang akan dilakukan adalah tiga tahun sebelum dan tiga
tahun sesudah akuisisi.
4) Melihat kinerja perusahaan dari sudut pandang laporan keuangan.
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja PT HM
SAMPOERNA Tbk, sebelum dan sesudah akuisisi.
E. Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti : Untuk memperluas pengetahuan bagi peneliti dan untuk
dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah.
2) Bagi Perusahaan : Sebagai masukan informasi dan bahan pertimbangan
manajer dalam pengambilan keputusan.
3) Bagi Universitas : Sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya
yang terkait dan sebagai tambahan kajian pustaka.
F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II Landasan teori
Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung sebagai dasar
untuk menganalisa data-data yang mempunyai keterkaitan
dengan permasalahan yang ada.
Hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan
BAB III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, hipotesis
penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data, variabel
penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini diuraikan mengenai riwayat singkat perusahaan,
sumber daya manusia, dan kegiatan usaha.
BAB V Analisis Data dan Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan mengenai analisis data dari hasil
penelitian yang dilakukan beserta pembahasan dari
permasalahan yang dikemukakan.
BAB VI Penutup
Dalam bab ini diuraikan kesimpulan, saran, dan keterbatasan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
SAK (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002 : 4), adalah :
" Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara seperti misalnya : laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disarnping itu juga termasuk skedul dan informasi tarnbahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga ".
Menurut Myer yang tercantum dalam bukunya Financial statement
Analysis (Munawir, 2004:5) Laporan keuangan adalah :
“ Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan)”.
Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan: Neraca, Laporan Rugi Laba, dan
Laporan Aliran Kas (Hanafi, 2007 : 12)
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan menurut SAK (Ikatan Akuntansi Indonesia,
2002: 4) adalah :
"Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi".
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan
waktu serta kepastian dari hasil terse but. Posisi keuangan perusahaan
dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi
kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk
merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya.
3. Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara
periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan, jadi
progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan
hasil dari suatu kombinasi antara (Munawir, 2004:6):
1. Fakta yang telah dicatat (Recorded fact),
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi
(accounting convention and postulate),
3. Pendapat Pribadi (Personal Judgment)
4. Keterbatasan Laporan Keuangan
Dengan memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut
diatas, laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain
(Munawir, 2004: 9):
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
Karena. itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalarn
laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likwidasi atau realisasi
dimana dalam interim report ini terdapat/terkandung
pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan
oleh Akuntan atau Management yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going
aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga
perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap
tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena. itu angka yang
tercantum dalarn laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book
value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun
nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun,
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan
volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu
menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar,
mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut
yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. Jadi suatu
analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa
membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan
diperoleh kesimpulan yang keliru (misleading).
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang
(dikwantifisir); misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya
kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui,
kemampuan serta integritas managernya dan sebagainya.
5. Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon
investor, kreditor, pemasok, kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat, dan shareholders (para
pemegang saham).
Berdasarkan SAK (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002 : 2), para pemakai
laporan keuangan adalah :
1. Investor
Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan
hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka
juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian
terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.
2. Kreditur (pemberi pinjaman)
Para kreditur tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
3. Pemasok dan kreditur usaha lainnya
Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi
terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek dibanding kreditur.
4. Shareholder s (para pemegang saham)
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi
mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan
diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan berikutnya.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalarn
perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh
karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu,
mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan memberikan balas
jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
8. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai
cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional,
termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada
para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu
masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan
perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian
aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum,
sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap
pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko,
maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka,
juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
6. Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca,
laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang
tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan keuangan
terdiri dari :
a. Neraca
Menurut Munawir (2004:13) Neraca adalah :
“ Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan pada suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance sheet “
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) komponen Neraca adalah :
(Darsono dan Ashari 2005:18)
1.Aktiva (asset) yang terdiri atas Aktiva lancar, Aktiva Tetap, dan Aktiva lain-lain;
2.Kewajiban (liability) dan Ekuitas (equity). Kewajiban yang terdiri atas
Kewajiban jangka pendek dan Kewajiban jangka panjuang. Ekuitas
adalah hak pemilik baik dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi.
b. Laporan Laba-Rugi
Laporan Laba-rugi meringkas hasil dari kegiatan perusahaan selama
periode akuntansi tertentu biasanya satu tahun
Laporan laba-rugi adalah Laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. (Munawir, 2004:26)
c. Laporan Aliran Kas
Laporan Aliran Kas memberikan informasi mengenai aliran dana
perusahaan, flexibilitas keuangan perusahan, dan kemampuan operasional
perusahaan (Hanafi, 2007: 59)
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Merupakan suatu perubahan laporan atau mutasi laba yang ditahan
yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu periode
tertentu. Dalam laporan laba ditahan ditunjukkan laba tidak dibagi awal
periode, ditambah laba yang tercantum pada laporan laba-rugi dan
dikurangi dengan dividen yang diumumkan selama periode tertentu.
B. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2007:5)
“ Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan “
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi. Pada sisi lain, ternyata bahwa karena karakteristiknya,
laporan keuangan bukanlah segala-galanya, karena laporan keuangan
memiliki keterbatasan.
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk
pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan
mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui
proses pembandingan, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi
tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Di sinilah arti
pentingnya suatu analisis terhadap laporan keuangan.
Hasil analisis laporan keuangan akan membantu
menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang
dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan
perusahaan di masa datang.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi. Terdapat
kesenjangan antara informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan
informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai. Laporan keuangan
menyajikan informasi informasi mengenai apa yang telah terjadi,
sementara para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi
mengenai apa yang mungkin terjadi di masa datang. Untuk memecahkan
kesenjangan kebutuhan informasi inilah diperlukan suatu analisis terhadap
laporan keuangan, terutama dalam memprediksi apa yang mungkin akan
Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat
dan teknik analisis pada laporan keuangan dan data keuangan dalam
rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang
berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian fungsi yang pertama dan yang terutama dari
analisis laporan keuangan adalah untuk mengkonversi data menjadi
informasi.
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai berbagai
tujuan. Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam
memilih alternatif investasi atau merger, sebagai alat forecasting mengenai
kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis
terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya; atau
sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
3. Prosedur AnaIisis Laporan Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganlisis laporan
keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut
Mamdum dan Hakim (2007: 5) adalah:
l. Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari
laporan-laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan
3. Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada
umumnya yang berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha
perusahaan
C. Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis
keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis
terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio
keuangan. Dalam analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang
digunakan yaitu perbandingan internal dan perbandingan ekstemal.
Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio
masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama.
Sedangkan perbandingan eksternal adalah membandingkan rasio
keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lain yang sejenis atau
dengan rata-rata industri pada titik yang sama.
Menurut Hanafi dan Halim (2007:76) Rasio-rasio keuangan pada
dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam
atau antara laporan laba-rugi dan neraca, rasio-rasio keuangan
menghilangkan pengaruh ukuran dan membuat ukuran bukan dalam angka
absolut, tetapi dalam angka relatif
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-
gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca.
Dengan cara rasio semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran
Menurut Mamdum M. Hanafi dan Abdul Halim (2007 : 76) Pada
dasarnya analisis rasio, bisa dikelompokkan ke dalam lima macam
kategori, yaitu: (1) Rasio Likuiditas, (2) Rasio Aktivitas, (3) Rasio
Solvabilitas, (4) Rasio Profitabilitas , dan (5) Rasio Pasar .
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban
perusahaan). Dua rasio Likuiditas jangka pendek yang sering
digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick (sering juga disebut
acid test ratio).
(1). Rasio Lancar
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya
(aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
satu siklus bisnis).
Lancar Hutang
Lancar Aktiva
lancar Rasio
(2). Rasio Quick
Dari ketiga komponen aktiva lancar (Kas, piutang, dan
persediaan), persediaan biasanya dianggap merupakan aset yang
paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya
diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, sehingga persediaan
dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan rasio quick.
Lancar
b. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan
berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan
tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada
aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebilian tersebut akan lebih baik bila
ditanainkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Terdapat empat
rasio aktivitas yaitu :
(1) Rata-rata umur piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan
untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama
rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada
piutang. Rata-rata umur piutang bisa dihitung melalui dua tahap yaitu
dengan menghitung perputaran piutang dan kemudian menghitung
rata-rata umur piutang.
(2) Rata-rata umur persediaan
Rata-rata umur persediaan melihat jumlah perputaran
persediaan dalam satu tahun. Semakin besar angka perputaran
persediaan maka semakin efektif perusahaan mengelola persediaannya.
Sebaliknya, semakin besar angka rata-rata umur persediaan maka
semakin buruk prestasi perusahaan dalam mengelola persediaannya
karena semakin besar dana yang tertanam pada aset persediaan
tersebut.
Rata-rata umur persediaan dapat dihitung melalui dua tahap
yaitu dengan menghitung perputaran persediaan dan kemudian
menghitung rata-rata umur persediaan.
Persediaan
(3) Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini
Tetap
(4) Perputaran Total Aktiva
Rasio ini menghitung efektifitas penggunaan total aktiva.
Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik,
sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasaramya, dan pengeluaran modalnya
(investasi).
c. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidal
solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar
dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka
panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi
kanan neraca.
(1) Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh
kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage
keuangan yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan
meningkatkan Rentabilitas Modal Saham (Return On Equity atau
Aset
(2) Rasio Times Interest Earned (TIE)
Rasio Times Interest Earned ini menghitung seberapa besar
laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban
tetap bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang "aman",
meskipun barangkali juga menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan
hutang perusahaan. Sebaliknya, rasio yang rendah memerlukan
perhatian dari pihak manajemen.
Bunga
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu.
(1) Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Penjualan
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut
juga sebagai ROI (Return On Investment)
Asset Total
bersih Laba
(3) Return on equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu.
Saham
Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap
nilai bukunya.
1) Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) melihat harga pasar saham relatif
terhadap earning-nya.
Lembar
2) Devidend Yield
Deviden Yield merupakan sebagian dari total return yang akan
diperoleh investor. Bagian return yang lain adalah capital gain yang
diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang
tinggi akan mempunyai Dividend Yield yang rendah, karena dividend
sebagian besar akan diinvestasikan kembali.
3) Rasio Pembayaran Deviden
Rasio ini melihat bagian earning yang dibayarkan sebagai deviden
kepada investor.
Perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan menerapkan
strategi yang tepat. Pengembangan usaha agar tetap eksis dan terus
berkembang adalah sesuatu yang harus dipikirkan oleh seluruh bagian dalam
perusahaan. Salah satu usaha dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
mengembangkan strategi pertumbuhan. Dalam rangka tumbuh dan
berkembang ini perusahaan bias melakukan ekspansi bisnis dengan memilih
salah satu dari dua jalur alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan
(organic/internal growth) dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external
growth) (Abdul Moin, 2004: 13).
Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan
membangun bisnis atau unit bisnis baru dari awal. Sebaliknya pertumbuhan
eksternal dapat dilakukan dengan “membeli” perusahaan yang sudah ada.
Pertumbuhan eksternal ada tiga jenis, yaitu (Abdul Moin, 2004:5-10)
a) Merger : Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang
kemudian hanya ada satu perusahaan yang hidup sebagai badan
hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau
b) Akuisisi : Pengalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam
peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih
tetap eksis sebagai badan hokum yang terpisah.
c) Konsolidasi : perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua
perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan
yang meleburkan diri menjadi bubar.
E. Hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan kinerja perusahaan pada periode sebelum dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yang hanya memusatkan
pada satu obyek penelitian tertentu dengan mempelajari data-data perusahaan.
Hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh hanya akan berlaku pada PT
HM SAMPOERNA Tbk dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan rokok PT HM SAMPOERNA
Tbk, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperlukan diperoleh
di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Sanata Dharma Jogjakarta,
Waktu penelitian tahun 2009.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek Penelitian : PT HM SAMPOERNA Tbk
Obyek Penelitian : Laporan keuangan yang diterbitkan dari tahun 2002
sampai dengan 2008
D. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan jenisnya data dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Data kualitatif, yaitu yang dihasilkan dari jawaban yang luas terhadap
pertanyaan spesifik dalam wawancara, atau dari respon terhadap
pertanyaan terbuka dalam kuesioner, lewat observasi, atau dari informasi
dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam angka atau data
kualitatif yang diangkakan.
Berdasarkan sumber perolehannya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat
aktual terjadinya peristiwa, misal mengamati peristiwa, orang, dan obyek;
atau dengan menyebarkan kuesioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan
sendiri oleh peneliti, beberapa sumber data sekunder antara lain buletin
statistik, informasi yang dipublikasikan atau tidak dipiblikasikan dari
dalam atau luar perusahaan, studi kasus dan dokumen kepustakaan, data
online, situs web dan internet.
Berdasarkan jenisnya penelitian ini menggunakan data kuantitatif, dan
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran
a. Yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah :
Kinerja Perusahaan
Kinerja Perusahaan yaitu tingkat prestasi atau hasil yang dicapai.
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses
pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama masa buku yang
bersangkutan(Baridwan, 1996:17).
Laporan keuangan meliputi :
a. Neraca menunjukkan nilai kekayaan perusahaan (pada sisi aktiva)
dan klaim atas kekayaan tersebut (pada sisi pasiva) pada suatu
saat.
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas
b. Laporan Rugi-Laba menunjukkan hasil operasi perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Perhitungan rugi-laba mengukur arus dari
pendapatan dan beban selama suatu selang waktu, yang biasanya
b. Pengukuran
a. Rasio Likuiditas
(1). Rasio Lancar
b. Rasio Aktivitas
(2) Rata-rata umur persediaan
(3) Perputaran Aktiva Tetap
Tetap
(4) Perputaran Total Aktiva
Aktiva
c. Rasio Solvabilitas
(1) Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
d. Rasio Profitabilitas
F. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan data yang sama dengan masalah yang akan
dianalisa, maka pengumpulan data yang digunakan adalah studi lapangan
dengan teknik dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara
mencatat dari laporan keuangan perusahaan yang terdapat di BEI yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
dipublikasikan.
G. Sampel Data
Sampel data adalah laporan keuangan dari tahun 2002, 2003, 2004,
2006, 2007, dan 2008; sampel dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004
2008 adalah mewakili masa setelah akuisisi, dan tahun 2005 adalah saat
akuisisi sebagai titik nol.
H. Metode dan Teknik Analisis Data Metode Analisis
Analisis Horisontal
Analisis Horisontal adalah analisis untuk mengadakan perbandingan laporan
keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat.
Teknik Analisis Data 1. Teknik Deskriptif
Teknik deskriptif yaitu menyajikan data dari hasil penelitian mengenai
nilai dari rasio-rasio tahunan yang dihitung dari laporan keuangan
perusahaan.
Teknik yang digunakan menggunakan analisis Rasio, yang
dikelompokkan sebagai berikut :
(a) Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
1. Rasio Lancar
(b) Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset
dengan melihat tingkat aktivitas aset.
1. Rata-rata umur piutang
2. Perputaran persediaan
3. Perputaran Aktiva Tetap
4. Perputaran Total Aktiva
(c) Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
2. Rasio Times Interest Earned (TIE)
3. Fixed Charge Coverage (FCC)
(d) Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(Profitabilitas).
1.Profit Margin
2.Return on Total Asset (ROA)
2. Teknik Uji Statistik
Menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu Uji Mann-Whitney,
karena data yang diperoleh tidak mengikuti distribusi normal. Uji
Mann-Whitney ini dinamakan juga Uji U, digunakan sebagai alternatif lain dari
Uji t parametrik bila anggapan yang diperlukan bagi Uji t tidak dijumpai.
(Djarwanto, 2007:39).
Penentuan uji Uji Mann-Whitney ini dilakukan dengan taraf nyata
(significant level) 5% . Bila besar sample independent pertama dan kedua
dinyatakan dengan n1 dan n2, maka langkah-langkah pengujiannya
adalah sebagai berikut:
1. Gabungkan kedua sampel independen dan beri jenjang
(peringkat) pada tiap2 anggotanya .
2. Menghitung jumlah jenjang dari masing-masing sampel dan
notasikan dengan R1 dan R2.
3. Untuk Uji statistik U dihitung dari sampel pertama dengan
n1 pengamatan :
1
Atau n2 pengamatan :
2
4. Dari dua nilai U tersebut yang digunakan adalah nilai U
sebelum pengujian dilakukan perlu diperiksa apakah telah
didapatkan U atau U' dengan cara membandingkannya
dengan
. Bila nilainya lebih besar daripada 2
2 . 1n n
maka nilai tersebut adalah U' , dan nilai U dapat dihitung
dengan rumus:
n1.n2
5. Karena n1 dan n2 atau kedua-duanya sama atau lebih besar
dari 20 , maka digunakan pendekatan kurve normal,
dengan mean :
dan deviasi standar :
12
Nilai standar dihitung dengan :
Z =
6. Kriteria penerimaan Ho sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima (P>0,05)
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Tentang PT HM Sampoerna Tbk
HM Sampoerna adalah salah satu perusahaan rokok terkemuka di
Indonesia. Kami adalah produsen sejumlah merek rokok kretek ternama seperti
Sampoerna Hijau, Sampoerna A Mild, dan “Raja Kretek” yang melegenda, yaitu
Dji Sam Soe. Sejak akuisisi perusahaan kami oleh Philip Morris International
pada tanggal 18 Mei 2005, kami telah menjadi bagian dari salah satu perusahaan
rokok terbesar di dunia. Kini HM Sampoerna juga mendistribusikan merek
Marlboro di Indonesia, yang merupakan merek rokok terlaris di dunia.
Sejak perusahaan kami didirikan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913,
tujuan kami adalah untuk menawarkan pengalaman merokok yang terbaik kepada
para perokok dewasa di Indonesia. Kami meraih tujuan ini dengan terus mencari
apa yang diinginkan oleh para konsumen, dan memberikan produk terbaik untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Kami bangga atas reputasi kami dalam kualitas,
inovasi dan kesempurnaan.
Pada tahun 2008, HM Sampoerna memiliki pangsa pasar 29.5%,
berdasarkan hasil Audit Ritel AC Nielsen. Pada akhir tahun 2008, jumlah
karyawan PT HM Sampoerna Tbk. dan anak perusahaannya mencapai sekitar
29.000 orang.
1) Sejarah Sampoerna
Sejarah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (PT HM Sampoerna) dimulai
membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya,
Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama
yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek dan rokok putih secara
komersial.
Rokok kretek tumbuh populer dengan pesat. Pada awal 1930-an Liem Seeng
Tee mengganti nama keluarga dan perusahaanya menjadi Sampoerna. Setelah
usahanya berkembang cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat
tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks gedung yang telah
terbengkalai di Surabaya. Bangunan tersebut kemudian direnovasi, dan dikenal
sebagai Taman Sampoerna yang masih memproduksi SKT PT HM Sampoerna.
Putera kedua Aga, yaitu Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi PT HM
Sampoerna pada tahun 1978. Di bawah kendalinya, PT HM Sampoerna
berkembang menjadi perseroan publik dengan struktur perseroan moderen dan
memulai masa investasi dan ekspansi. Dalam proses, PT HM Sampoerna
memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen rokok kretek terkemuka di
Indonesia.
Pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia (anak perusahaan Philip
Morris International Inc.) mengakuisisi mayoritas kepemilikan PT HM
Sampoerna.
2) Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Angky Camaro
Angky Camaro memulai karirnya di Volkswagen AG Wolfsburg, dan
Kemudian beliau bergabung dengan German Motor Mfg., yaitu sebuah
perusahaan gabungan antara Daimler Benz dan Volkswagen AG di Jakarta, di
mana karirnya menanjak dari Production Manager ke Procurement Manager,
kemudian menjadi Assistant Finance Director hingga tahun 1981.
Pada bulan April 2002, Angky Camaro bergabung dengan PT HM
Sampoerna Tbk. sebagai Managing Director Unit Bisnis Sigaret Indonesia.
Angky Camaro lulus dari Technische Fachhochschule di Hamburg, Jerman, di
mana beliau mempelajari Aeronautical Engineering.
Wakil Presiden Komisaris : Matteo Pellegrini
Matteo Pellegrini bergabung dengan PMI pada tahun 1991. Beliau menjadi
Business Development Manager di Italia, sebelum menjadi Marketing
Director pada tahun 1995.
Sejak Juni 2007, wilayah tanggung jawab Matteo Pellegrini meliputi Asia
Timur dan Barat dengan menjabat sebagai President, Asia.
Komisaris : Douglas Walter Werth
Douglas Werth bergabung dengan PMI sebagai Controller berbasis di
Hong Kong pada tahun 2003. Beliau bertanggung jawab dalam bidang
pelaporan dan perencanaan keuangan untuk kawasan Asia Pasifik dan dalam
mengembangkan kemampuan keuangan di dalam organisasi.
Komisaris : Eunice Carol Hamilton
Eunice Carol Hamilton bergabung dengan Philip Morris International
beliau ditunjuk menjadi Director Management & Organization Development,
dengan basis di New York.
Komisaris Independen : Phang Cheow Hock
Phang Cheow Hock telah bekerja di PT HM Sampoerna Tbk. selama 29
tahun. Sebelumnya, beliau pernah mengabdikan diri selama lebih dari 20
tahun di Singapore Police Force sebagai seorang senior officer. Beliau juga
pernah menjabat sebagai Shareholders' Representative and Assistant to the
CEO tahun 1978-1981, dan menjadi Chief Operating Officer tahun
1990-1999, dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional dan
manajemen.
Phang Cheow Hock diangkat sebagai Komisaris pada tahun 2000 setelah
pensiun dari perusahaan.
Komisaris Independen : Ekadharmajanto Kasih
Sebelum bergabung dengan PT HM Sampoerna Tbk., Ekadharmajanto
Kasih telah berpengalaman selama 25 tahun di bidang financial control pada
sektor manufacturing. Beliau bergabung dengan PT HM Sampoerna Tbk. pada
tahun 1990 dan memegang posisi Financial Controller hingga diangkat
sebagai Chief Financial Officer pada tahun 1991. Beliau diangkat sebagai
anggota Direksi pada tahun 1992, lalu menjadi anggota Dewan Komisaris
pada tahun 2001setelah pensiun dari perusahaan.
3) Dewan Direksi
John Gledhill bergabung dengan Philip Morris International pada tahun
1983 ketika mulai menjabat sebagai Market and Area Manager untuk kawasan
Timur Tengah dengan berkantor di Yaman.
Direktur : Kevin Douglas Click
Kevin Click bergabung dengan PMI pada bulan Maret 2000 sebagai
Director of Finance and Information Systems pada Philip Morris Polska S.A.,
Polandia, setelah mengemban berbagai tugas di bagian keuangan dan
perencanaan di Lausanne, Swiss dan Hong Kong, SAR.
Beliau menempati posisi Direktur di PT HM Sampoerna Tbk. di Jakarta
sejak bulan Mei 2007, setelah melepas jabatan sebagai Vice President South
Asia di Hong Kong. Sebelum bergabung dengan PMI, sejak tahun 1986 beliau
bekerja di berbagai perusahaan yang sebelumnya merupakan anak perusahaan
Altria, yaitu Philip Morris Companies, Inc. di New York City sebagai auditor.
Pada tahun 1992, beliau dipindahkan ke Brussels, Belgia selama 2 tahun,
sebelum kembali ke Amerika Serikat untuk menjabat sebagai Direktur Audit.
Direktur : Shea Lih Goh
Shea Lih Goh mengawali karirnya di Philip Morris International (PMI)
ketika bergabung dengan salah satu afiliasi PMI di Malaysia, Godfrey Phillips
(Malaysia) Sdn Bhd, sebagai management trainee pada tahun 1993.
Pada tahun 2001, ia ditunjuk sebagai Marketing Manager sebelum pindah
Marketing Philip Morris Asia. Sebelum menjabat Director Marketing PT. HM
Sampoerna Tbk., ia bekerja di Cina sebagai Director Marketing Philip Morris
(2003-2006) dan di Taiwan sebagai General Manager Philip Morris
(2006-2007).
Direktur : Yos Adiguna Ginting
Yos Adiguna Ginting memulai karir profesionalnya sebagai Manager,
Strategic Alliance di PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. setelah meraih gelar
Doctor of Philosophy, bidang Theoretical Chemistry di University of
Tasmania, Australia pada tahun 1997. Karirnya terus menanjak hingga
memegang posisi sebagai Vice President, Trade Alliance, di Singapura.
Pengalamannya dalam mengelola sumber daya manusia terus diasah
semenjak ia dipercaya sebagai Vice General Manager, Internal Consultant
pada tahun 1998-1999 dan General Manager, Internal Consultant pada tahun
1999-2000, serta setelah terlibat dalam tim restrukturisasi PT Indah Kiat Pulp
and Paper, Tbk.
Yos Ginting bergabung dengan PT HM Sampoerna Tbk. sejak bulan April
2002.
Direktur : Wayan Mertasana Tantra
Wayan Mertasana Tantra telah bergabung dengan PT HM Sampoerna Tbk.
salah satu afiliasi PT HM Sampoerna Tbk., yaitu PT Perusahaan Dagang dan
Industri Panamas (PT Panamas), pada tahun 1987.
4) Para Karyawan
Kesuksesan yang kami raih sekarang merupakan hasil kerja keras
karyawan kami yang bekerja dengan seluruh potensi yang mereka miliki. Di
masa mendatang, kesuksesan kami akan ditentukan oleh kemampuan kami
merekrut , melatih dan mengembangkan karyawan-karyawan terbaik. Hari ini
maupun esok, lebih dari 30 ribu karyawan kami akan terus menjadi asset yang
paling berharga.
Untuk memastikan keberhasilan karyawan kami, PT HM Sampoerna
berkomitmen untuk merencanakan dan mengembangkan karir mereka,
memberikan mereka sarana dan pelatihan yang memadahi untuk
melaksanakan tugas mereka semaksimal mungkin. Kami juga berkomitmen
untuk memberikan lingkungan kerja yang adil dan aman bagi seluruh
karyawan kami.
B. Philip Moris Internasional
Philip Morris International (PMI) adalah perusahaan induk kami yang
berkantor pusat di Lausanne, Swiss, dan merupakan salah satu perusahaan rokok
PMI memproduksi sejumlah merek rokok terlaris di dunia, termasuk
merek nomor satu di dunia.
Merek-merek PMI diproduksi di 51 pabrik di dunia dan dijual di lebih
dari 160 negara
Sejak berdiri pada abad ke-19, PMI telah tumbuh menjadi organisasi
yang mendunia; kini PMI memiliki 75 ribu karyawan.
Antara tahun 1970 dan 2007, PMI mengalami pertumbuhan yang luar
biasa. Volume meningkat dari 87 juta batang menjadi 850 miliar batang.
Pertumbuhan volume ini disertai dengan peningkatan pendapatan yang
mengagumkan, yaitu dari $425 juta menjadi lebih dari $55 miliar dalam periode
yang sama. Pada tahun 2007, PMI meraih laba usaha sebesar $8,9 miliar, atau
meningkat lebih dari seratus kali lipat dibandingkan tahun 1970.
C. Bisnis PT HM Sampoerna Tbk
Kinerja Kami
Bukan hanya fakta dan angka
Kesuksesan adalah hal yang sulit diukur, apalagi bagi perusahaan
semacam perusahaan kami. Cobalah lihat neraca keuangan kami, jelas bahwa
prestasi kami tidak dapat diragukan: selama sepuluh tahun dari 1996 hingga
2006, laba operasi kami tumbuh dari Rp. 600 miliar menjadi lebih dari Rp. 5
triliun, dan kami telah meningkatkan volume produksi rokok kami lebih dari
Namun kami percaya bahwa kinerja sebuah perusahaan tidak hanya diukur
menurut fakta dan angka keuangan.
Kami tahu bahwa masyarakat memiliki kekhawatiran mengenai produk
kami. Kami percaya bahwa prestasi kami juga mesti diukur dengan cara kami
menanggapi kekhawatiran tersebut. Maka itulah prakarsa masyarakat dan
pemasaran yang bertanggung jawab menjadi prioritas perusahaan kami. Dan
kami tidak berhenti hanya sampai di sini.
Dewasa ini, masyarakat menuntut lebih banyak dari
perusahaan-perusahaan. Masyarakat menuntut perusahaan untuk memiliki kesadaran
sosial, menyumbang kepada lingkungan sekitarnya dan untuk memiliki sikap
yang jelas dalam berbagai hal seperti lingkungan.
Kami menganggap serius tuntutan tersebut, dan yang lebih penting lagi,
kami bertindak: kami bekerja dengan para petani untuk mengembangkan
praktek pertanian yang baik bagi tembakau dan cengkeh yang kami beli,
mematuhi berbagai prinsip lingkungan untuk menyempurnakan penggunaan
sumber daya di pabrik kami, dan mendukung berbagai prakarsa dan usaha
masyarakat untuk membantu mereka yang membutuhkan di seluruh Indonesia.
Ini bukan soal altruisme, namun menyadari bahwa perusahaan adalah
bagian dari masyarakat dan lingkungan tempatnya beroperasi. Kami tahu
bahwa tidak ada jawaban yang sederhana. Kami tahu bahwa masih banyak
yang harus dikerjakan. Namun kami tidak main-main bila mengatakan: ini
Sejarah Tembakau
Telah lama tembakau menjadi bahan kritikan. Mungkin dapat dikatakan
bahwa Raja James I dari Inggris adalah orang yang pertama kali menjalankan
kampanye antirokok pemerintah, dengan menulis ”A Counterblaste to
Tobacco” pada tahun 1603.
Tidak lama setelah itu, James I menaikkan pajak impor tembakau sebesar
2.000 persen. Namun masyarakat menghindari pajak tersebut melalui
penyelundupan dan menanam sendiri di rumah. Maka James mengubah
taktiknya, dan pada tahun 1615, ia membuat impor tembakau menjadi
monopoli kerajaan: sehingga si penentang rokok ini justru mengambil
keuntungan dari rokok.
Maka di tengah kontroversi seperti ini, konsumsi tembakau dalam
beberapa abad telah menyebar ke seluruh dunia.
Tembakau mulanya berasal dari benua Amerika, di mana bangsa pribumi
menggunakannya dalam upacara adat dan untuk pengobatan. Sejak pertama
kali diimpor ke Eropa setelah Columbus kembali dari perjalanannya,
dimulailah babak baru dalam sejarah tembakau. Mulai abad ke-15, konsumsi
tembakau terus tumbuh. Pada abad ke-18, tembakau telah diperdagangkan
secara internasional dan menjadi bagian dari kebudayaan sebagian besar
bangsa di dunia. Pada abad ke-19, rokok mulai menggantikan penggunaan
tembakau pada pipa, tembakau kunyah dan hirup.
Namun industri tembakau modern baru mulai tumbuh sejak ditemukannya
200 batang rokok per menit. Produksi massal tersebut menyebabkan turunnya
harga rokok dan memungkinkan konsumsi massal.
Tembakau terus menimbulkan kontroversi hingga sekarang. Namun jutaan
orang di seluruh dunia tetap saja merokok.
Sejarah Kretek
Tembakau telah cukup lama dikenal di Indonesia. Pada abad ke-17, Sir
Thomas Stanford Raffles menulis mengenai tembakau di Jawa dalam bukunya
yang legendaris, “The History of Java”. Sumber-sumber sastra Jawa seperti
“Babad Ing Sangkala” menyebutkan bahwa tembakau diperkenalkan di Jawa
kira-kira di waktu yang sama ketika Panembahan Senopati Ing Ngalaga--yaitu
pendiri Kerajaan Mataram--wafat pada tahun 1602.
Raffles berpendapat bahwa bibit tembakau pertama kali dibawa masuk
oleh bangsa Belanda. Namun sumber-sumber lain berpendapat bahwa bangsa
Portugis-lah yang melakukannya. Di antara alasan yang dikemukakan ialah
kata “tembakau” (tembako dalam bahasa Jawa) secara fonologis lebih dekat
dengan kata “tumbaco” dalam bahasa Portugis, dibandingkan dengan kata
“tabak” dalam bahasa Belanda.
Ahli botani dan zoologi dari Belanda, Rumphius, melaporkan bahwa pada
tahun 1650, banyak perkebunan tembakau yang terdapat di Indonesia. Pada
zaman VOC, sejumlah perkebunan tembakau besar dapat ditemukan di
Pencarian Pulau Rempah-Rempah
Riwayat cengkeh, yang merupakan salah satu bahan baku utama rokok
kretek, terjalin erat dengan sejarah Indonesia sendiri. Cengkeh pernah dihargai
sangat tinggi karena khasiatnya sebagai obat. Harganya pun telah cukup mahal
sejak zaman kerajaan Romawi Kuno. Maka tak heran banyak pedagang yang
menjadi kaya melalui jual-beli cengkeh.
Rempah-rempah yang sangat dicari ini aslinya hanya tumbuh di lima pulau
kecil di sebelah timur Sulawesi dan sebelah barat Papua. Untuk
mengendalikan jual-beli cengkeh dari sumbernya, bangsa Belanda membentuk
VOC dan Inggris membentuk Maskapai Hindia Timur (EIC) pada awal abad
ke-17. Sejak itu dimulailah zaman kolonial dan penjajahan asing di Asia.
Orang baru mulai menambahkan cengkeh sebagai campuran rokok pada
akhir abad ke-19. Tren tersebut cepat disambut masyarakat dan dalam
beberapa tahun saja, rokok kretek telah mulai diproduksi secara komersial.
Penemu kretek
Pada awalnya, rokok di Indonesia hanya dibuat di rumah, dilinting dan
dibungkus dengan kulit jagung.
Orang yang diyakini pertama kali mencampurkan cengkeh ke dalam rokok
adalah Haji Jamhari, seorang warga Kudus.
Ia mulai memproduksi dan memasarkan penemuannya. Pada awalnya
rokok kretek dijual melalui apotek. Dengan meningkatnya popularitas kretek,
Awal produksi massal
Haji Jamhari wafat sebelum dapat meraup kekayaan dari rokok kretek. Hal
ini justru diteruskan oleh seorang warga Kudus yang lain, yaitu Nitisemito. Ia
mengubah industri rumahan tersebut menjadi produksi massal melalui dua
cara. Pertama, ia menciptakan mereknya sendiri, yaitu Bal Tiga, dan
membangun citra merek tersebut. Nitisemito melancarkan kampanye
pemasaran yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Label-label yang
cantik dicetaknya di Jepang dan berbagai hadiah diberikan secara cuma-cuma
kepada perokok setianya bila mereka menyerahkan bungkus kosong
produknya. Kedua, ia mulai mengerjakan berbagai tugas melalui subkontrak.
Misalnya ada pihak yang menangani para pekerja, sedangkan Nitisemito
menyediakan tembakau, cengkeh dan sausnya. Praktik seperti ini cepat
diadopsi oleh perusahaan kretek yang lain dan berlanjut hingga pertengahan
abad ke-20, ketika perusahaan-perusahaan mulai merekrut para karyawan
sendiri untuk menjamin kualitas dan loyalitas.
Pada era 1960-an, konsumsi kretek menurun dibandingkan rokok putih,
karena dianggap memberikan para perokoknya citra yang lebih prestisius.
Namun pada era 70-an, industri kretek mengalami revolusi, sehingga kretek
dapat berjaya hingga hari ini.
Pada pertengahan 70-an, kondisi ekonomi yang meningkat menarik