• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Adi Rustandi

Penelitian ini diawali dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Hasil survei menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen belum mengoptimalkan kemampuan siswa baik kualitas maupun kuantitas. Hal ini disebabkan salah satunya adalah oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif dan masih berpusat kepada guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengonstruksi pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga siswa kesulitan menulis karena keringnya ide dalam wawasan berpikirnya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah pembelajaran menulis tersebut. Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode eksperimen kuasi the matching-only pretest-posttest control group design terhadap siswa kelas X SMA PGRI 3 Bandung. Sampel penelitian dua kelas dengan masing-masing kelas sebanyak 32 siswa (64 orang). Data dikumpulkan melalui tes menulis cerpen, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, wawancara, dan angket respons siswa untuk memperoleh data proses pembelajaran menulis cerpen. Model pembelajaran yang digunakan adalah project based learning berorientasi pendidikan karakter. Melalui penerapan model ini, siswa telah berhasil membuat proyek akhir pembelajaran berupa buku kumpulan cerpen (antologi) dengan judul Seragam Raka yang di dalamnya menyimpan pesan moral/nilai pendidikan karakter. Sikap/karakter siswa dalam penerapan model ini menunjukkan hasil rata-rata skor 3,13 berada pada kategori baik berdasarkan Permendikbud No.81A tahun 2013.

Setelah dilakukan analisis data dan diuji dengan menggunakan Mann-Whitney U Test, hasil hitung menunjukkan Zhitung 3,660 dengan interval kepercayaan 95% atau nilai Sig (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan akhir menulis cerpen kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan model project based learning berorientasi pendidikan karakter. Skor rata-rata pascates kelas eksperimen 78,23 dan kelas kontrol sebesar 73,85. Hal ini berarti bahwa kemampuan menulis cerpen siswa kelas eksperimen yang menggunakan model project based learning berorientasi pendidikan karakter lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode terlangsung.

(2)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF PROJECT BASED LEARNING MODEL ORIENTED ON CHARACTER EDUCATION IN LEARNING WRITING SHORT STORY

Adi Rustandi

This study begins with the need to improve the ability to write short stories. The survey results showed that learning writing short stories had not optimized the ability of students in both quality or quantity. This is because the learning models usedare less varied and still centered to the teacher. Students are not given the opportunity to construct theirown knowledge and ability, therefore students find it difficult to write because their minds are drying of new ideas. This study aims to find a suitable learning model to cope with the problems of learning writing.

The method used to solve the problem was a quasi-experimental method the matching-only pretest-posttest control group design towards the 10th grade students of SMA PGRI 3 Bandung. The research samples were taken from two classes, each class consists of 32 students (64 students). Data were collected through a test of writing short stories, observation sheet, interview, and questionnaire to obtain data in the process of learning writing short stories. The learning model used was project-based learning oriented on character education. Through the implementation of this model, students have managed to make the final project of learning in the form of a book of short stories (anthology) entitled Seragam Raka, which contains moral values/character education values. Students’ attitude in the application of this model shows an average score of 3.13, which is in the good category according to Permendikbud No.81A tahun 2013.

After the data have been analyzed and tested using the Mann-Whitney U Test, the results show Zcount 3,660 with a 95% confidence interval or the Sig (0,000) <α (0.05), so H0 is rejected and Ha is accepted. This means there are significant differences of the ability to write short stories between experimental group and control group after implementation of project-based learning model oriented on character education. The average post-test score of experimental class is 78.23 and control class is 73.85. It means the students ability to write short stories in experimental class using project-based learning model oriented on character education is better than the control class that uses direct methods.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial tidak

terlepas dari komunikasi. Komunikasi erat hubungannya dengan bahasa. Bahasa

merupakan suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran atau suatu

ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Melalui bahasa kita mendapatkan beberapa

informasi penting. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran,

pendapat, dan perasaan. Oleh karena itu, bahasa sangat penting peranannya bagi

kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Dalam hal ini bahasa Indonesia menjadi

pelajaran wajib pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan tingkat

dasar sampai jenjang perguruan tinggi, dengan harapan bangsa Indonesia menjadi

bangsa yang terampil dalam berbahasa Indonesia.

Suhendar dan Supinah (1992, hlm. 1) mengatakan, bahwa keterampilan

berbahasa itu mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Empat aspek ini

tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, saling menunjang dan saling mendukung.

Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis.

Keterampilan menulis termasuk keterampilan yang paling tinggi tingkat

kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya

(Iskandarwassid, 2011, hlm. 291). Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan

oleh Ishak (2014, hlm. viii) yang mengatakan bahwa keterampilan menulis itu

katanya sulit dilakukan. Angapan ini mengakibatkan siswa kurang berminat dalam

mempelajari keterampilan menulis. Padahal, kegiatan ini harus selalu dihadapi,

terutama oleh kaum akademisi, seperti menulis cerpen, menulis esai, menulis

opini, dan lain-lain. Bahkan Akhadiah (2003, hlm. v) mengatakan bahwa masalah

yang sering dilontarkan dalam pengajaran karang-mengarang adalah kurang

mampunya mahasiswa atau siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar. Hal ini terlihat dari pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang

(4)

membuat kalimat, bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan

sistematis. Di samping itu kesalahan ejaan pun sering dijumpai.

Berbagai media dalam surat kabar menyatakan kemampuan menulis para

pelajar sangat lemah. Di perguruan tinggi para dosen yang mengeluh bahwa

mahasiswa kurang terampil menulis paper, makalah, apalagi skripsi.

Kadang-kadang para dosen sendiri dianggap kurang mampu dalam menulis. Buktinya baru

segelintir dari mereka mempunyai karya tulis buku teks (Tarigan, 1987, hlm. 186).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pun melalui

angket, diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa tidak dapat mengungkapkan

dan menemukan ide, gagasan, dan pikiranya yang akan ditulis. Siswa tidak tahu

bagaimana memulai dan menyusun ide-ide untuk menulis. Bahkan, 77% siswa

menyatakan bahwa pembelajaran menulis itu sulit. Kondisi ini diperkuat oleh

pernyataan bahwa pengajaran menulis belum terlaksana dengan baik di sekolah.

Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang variasi, tidak

merangsang dan kurang pula dalam frekuensi (Tarigan, 1987, hlm. 186). Hal ini

pun dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam Aisyah, 2009, hlm. 314)

yang menyatakan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak

23,6% saja. Dalam kapasistasnya yang hanya 23,6% tersebut, ternyata

pembelajaran sastra lebih diterapkan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan

aspek afektif maupun keterampilan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran menulis di sekolah masih

mengindikasikan permasalahan.

Apabila diamati, banyak sekali keuntungan yang dapat dipetik dari

keterampilan menulis. Akhadiah (2003, hlm. 1) mengutarakan keuntungan

menulis, yaitu (1) dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan

potensi diri kita, (2) melalui kegiatan menulis kita dapat mengembangkan

berbagai gagasan, (3) kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap,

mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis, (4)

kita dapat memperjelas permasalahan yang semula masih samar bagi diri kita

sendiri, (5) melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita

(5)

mudah memecahkan permasalahan, (7) tugas menulis mengenai suatu topik

mendorong kita belajar secara aktif, dan (8) kegiatan menulis yang terencana akan

membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib. Oleh karena itu, di zaman

modern ini penguasaan keterampilan menulis menjadi penting. Hal ini hampir

senada dikemukakan pula oleh Hernowo (2004, hlm. 81) bahwa lewat menulis,

kita akan memecahkan suatu permasalahan dan dengan menulis kita akan

mengenali potensi diri.

Pembelajaran menulis di sekolah tidak terlepas dari peranan seorang guru.

Guru menempati posisi yang sangat strategis dalam menciptakan kondisi

pembelajaran. Mulai dari mengelola kelas, memilih bahan ajar, menerapkan

strategi pembelajaran, serta kreativitas dalam menentukan model dan media

sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar, terutama

pembelajaran menulis.

Dalam hal menulis, Abidin (2013, hlm. 187) menyebutkan tiga tujuan

utama pembelajaran menulis yang dilaksanakan guru di sekolah. Ketiga tujuan

tersebut adalah (1) menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa, (2)

mengembangkan kemampuan siswa menulis, dan (3) membina jiwa kreativitas

para siswa untuk menulis.

Berdasarkan tujuan akhir pembelajaran menulis di atas adalah agar siswa

mampu menulis secara kreatif. Salah satunya menulis cerita pendek atau cerpen.

Menurut Faulkner (dalam Stanton, 2012, hlm. 88-89) mengatakan bahwa setiap

novelis mungkin ingin menulis puisi terlebih dahulu. Oleh karena sulit, ia beralih

pada cerpen yang setingkat lebih sulit ketimbang puisi. Artinya, menulis cerpen

merupakan bentuk karangan yang cukup sulit untuk dituliskan karena di dalamnya

harus digambarkan peristiwa seperti konflik antartokoh, atau dalam diri tokoh itu

sendiri dalam latar dan alur, sehingga pembaca dapat menikmati cerita yang

dibuat oleh penulisnya. Bahkan ia menambahkan bahwa menulis cerpen lebih

menuntut keterampilan dan keahlian dibandingkan menulis novel.

Dalam pembelajaran menulis cerpen, siswa mengalami kesulitan dalam

menentukan judul atau topik, menuangkan ide-ide yang berkualitas dan imajinatif,

(6)

mengungkapkan isi hati, dan mengembangkan tema cerita. Hal ini senada dengan

hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Indonesia di lapangan, kemampuan

menulis siswa kelas belum memuaskan. Siswa mengalami kesulitan dalam

perbendaharaan kata (diksi), sehingga mempengaruhi dalam proses penuangan ide

dan gagasan. Padahal menulis cerpen dapat melatih daya kreativitas dan imajinasi.

Untuk mengatasi beberapa persoalan pembelajaran menulis itu, salah

satunya diperlukan metode atau model pembelajaran dan media pembelajaran

sebagai alat bantu mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar,

baik proses atau hasil akhir belajar siswa.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang mampu

mendorong kreativitas dan memunculkan potensi siswa. Dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)

agar efektif dan efisien, maka guru dituntut menggunakan model yang tepat dalam

kegiatan pembelajaranya. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek keterampilan menulis cerpen

yaitu model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning.

Kementrian Pendididikan dan Kebudayaan (2014, hlm. 38) menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis proyek (project based learning/pjbl) adalah model

pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Hal ini senada

dengan yang disampaikan Abidin (2014, hlm. 167) bahwa model pembelajaran

berbasis proyek (project based learning) selanjutnya disebut MPBP adalah model

pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran

melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek

pembelajaran tertentu. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi,

penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai

bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai

langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru

berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata (Hosnan, 2014, hlm.

319).

Selain model pembelajaran yang inovatif dan variatif, salah satu cara

(7)

yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Karena media pembelajaran

adalah sarana sebagai penyampai informasi (materi pelajaran) kepada penerima

(siswa). Dengan penggunaan media yang menarik, pembelajaran menulis cerpen

diharapkan lebih menyenangkan dan dapat membantu kesulitan siswa dalam

memperoleh ide (inspirasi) ketika menuliskannya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sebuah media pembelajaran

yaitu buku kumpulan cerpen yang diharapkan dapat meningkatkan minat siswa

dalam pembelajaran menulis, terutama menulis cerpen. Namun begitu, buku

kumpulan cerpen yang digunakan yaitu kumpulan cerpen yang mengandung

nilai-nilai moral dan budi pekerti serta mengarahkan kepada pendidikan karakter siswa.

Buku kumpulan cerpen yang penulis gunakan pada siswa yaitu berjudul

Ketika Duka Tersenyum yang disusun oleh Asma Nadia. Cerpen yang digunakan

berjudul Ketika Duka Tersenyum (karya Helvy Tiana Rosa), Kasih Ibu (karya

Gola Gong), Sepatu Na (karya Sakti Wibowo), Merenda Sekeping Hati (karya Ali

Muakhir), dan Saat-saat Terakhir di Makkah (karya Habiburrahman El Shirazy).

Cerpen yang digunakan dalam penelitian ini sarat dengan nilai-nilai karakter di

dalamnya. Dan siswa diharapkan dapat mengembangkan menjadi sebuah cerita

pendek (cerpen) berorientasi pendidikan karakter setelah membaca kemudian

menuliskannya.

Pendidikan karakter menurut Budimansyah (2012, hlm. 18) pendidikan

yang menempuh jalan lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma sesuai

dengan fitrah manusia yang berorientasi kebenaran dan keluhuran. Pendidikan

karakter dikenal sebagai pendidikan budi pekerti yang bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan emosi siswa yang akan mengantarkannya pada

kesuksesan hidup. Hal ini senada dengan yang disampaikan Wibowo (dalam

Kurniawan, 2013, hlm. 31) mengatakan bahwa pendidikan karakter sebagai

pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur

kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan

dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota

(8)

Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen telah banyak dilakukan

baik dengan media visual, audio, dan audio visual yang terbukti efektif serta dapat

meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Herati (2008) dengan judul

Keefektifan Model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam

Pembelajaran Menulis Cerpen (Peneitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas V

SD Negeri Dwikora Bandung). Subjek penelitian ini siswa kelas V SD Negeri

Dwikora Bandung. Melalui penelitian tersebut, pemanfaatan model kooperatif

terpadu membaca dan menulis pada pembelajaran menulis cerpen di kelas V SD

Negeri Dwikora Bandung efektif dalam meningkatkan kemampuan hasil

pembelajaran. Hal ini terlihat dari perolehan tes awal 45,46 dan tes akhir

meningkat menjadi 75,46. Peningkatan yang diperoleh 65,99%.

Kemudian, Dadela (2009) dengan judul Model Pembelajaran Menulis

Cerpen dengan Pendekatan Respons Pembaca Berbasis Blog di Internet (Studi

Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Margahayu Kabupaten Bandung,

Tahun Ajaran 2009/2010). Subjek penelitian ini terdiri atas dua kelas dengan

jumlah siswa 84 orang dengan jumlah siswa kelas eksperimen 43 orang dan kelas

kontrol 41 orang. Melalui penelitian tersebut, penerapan pendekatan respons

pembaca berbasis blog di internet terbukti meningkatkan kemampuan menulis

cerpen. Hal itu terlihat dari nilai rata-rata yang didapat pada kelas eksperimen

yaitu 74 dan pada kelas kontrol 64.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Fauziyyah (2013) dengan judul

Pengembangan Multimedia Interaktif berbasis Kecerdasan Jamak dalam

Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen di SMA

Daarul Quran Bandung (Penelitian dan Pengembangan). Subjek penelitian ini

siswa SMA Daarul Quran Bandung. Melalui penelitian tersebut, pengembangan

multimedia interaktif terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen.

Hal tersebut terlihat dari rata-rata yang didapat yaitu mencapai nilai rata-rata 88,

nilai presentase ketuntasan sebesar 100%, dan nilai daya serapnya sebesar 88%.

Peneliti selanjutnya adalah Ismayani (2013) dalam jurnal nasional yang

berjudul Pembelajaran Literasi Teks Cerpen sebagai Implementasi Kurikulum

(9)

keterampilan berbahasa. Justru Melalui karya sastra dapat meningkatkan

kemampuan literasi. Pembelajaran literasi teks cerpen lebih diarahkan pada

pembelajaran membaca dan menulis kreatif teks cerpen. Sebagai karya hasil

kreativitas maka penilaian menulis kreatif teks cerpen berdasar pada kreativitas

tulisan yang mencakup kelancaran (fluency), keluwesan (fleksibilitas), keaslian

(orisinalitas), dan kerinciaan (elaborasi); struktur pembangun cerpen (tema,

tokoh, penokohan, latar, dan alur); struktur teks cerpen (orientasi, konflikasi,

resolusi, dan reorientasi); dan penggunaan bahasa (keruntutan kalimat,

keefektifan kalimat, kosakata, dan penggunaan EYD).

Selanjutnya, terkait penelitian dengan menggunakan model project based

learning yang dilakukan oleh Tiantong dan Siksen (2013) dalam jurnal

internasional yang berjudul The Online Project-based Learning Model Based on

Student’s Multiple Intelligence. Melalui penelitian ini, bahwa pembelajaran berbasis proyek telah ditemukan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

mahasiswa, memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran aktif, memperoleh

pengetahuan interdisipliner dan multidisipliner, meningkatkan tanggung jawab

untuk belajar, memperoleh keterampilan komunikasi dalam pengambilan

keputusan, dan juga meningkatkan kepercayaan diri siswa. Proyek yang

dilaksanakan dalam pembelajaran ini sesuai dengan multiple intelligence siswa

yaitu, analytic (proyek eksplorasi), interaktif (proyek eksperimen), dan

introspektif (proyek penelitian), yang semuanya dalam bentuk web database.

Kemudian peneliti selanjutnya yaitu Çakiki dan Turkmen (2013) dalam

jurnal internasional yang berjudul An Investigation of the Effect of Project-Based

Learning Approach on Children’s Achievement and Attitude in Science. Melalui

penelitian ini menunjukkan bahwa siswa melaksanakan kegiatan berbasis proyek

memiliki prestasi yang signifikan dan lebih tinggi bandingkan dengan mereka

yang terus belajar dengan model lain. Dan pembelajaran dengan menggunakan

model project based learning sangat efektif. Dalam pembelajaran ini, siswa

mampu menghasilkan produk berupa alat musik yang terbuat dari botol kaca.

Kegiatan ini dilakukan oleh siswa kelas V sekolah dasar. Dan proyek sains ini

(10)

bagaimana volume dan cairan mempengaruhi gelombang suara sehingga

mengasilkan bunyi atau suara.

Dan penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Cynthia S. Johnson dan

Shannon Delawsky (2013) dalam jurnal internasional yang berjudul Project Based

Learning and Student Engagement. Penelitian ini untuk membandingkan

bagaimana prilaku, kognitif, dan keterlibatan emosional siswa di sekolah yang

menggunakan model project based learning dengan siswa yang tidak

menggunakan model project based learning. Hasil penelitian ini bahwa penerapan

model project based learning membuat keterlibatan prilaku siswa menurun

sedikit. Namun, keterlibatan kognitif siswa meningkat secara signifikan. Dan

keterlibatan emosi siswa tetap tinggi terlepas dari metode pengajaran yang

digunakan.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya serta

melalui berbagai pertimbangan, penulis pada akhirnya tertarik untuk menerapkan

model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dalam pembelajaran

menulis cerpen untuk diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan buku

kumpulan cerpen sebagai media pemelajarannya, yang di dalamnya menyimpan

pesan moral dan diharapkan mampu membentuk karakter siswa serta siswa pun

mampu menulis cerpen dengan baik. Dan penulis menetapkan judul penelitian ini

yaitu Penerapan Model Project Based Learning Berorientasi Pendidikan

Karakter dalam Pembelajaran Menulis Cerpen. Dengan proyek akhirnya adalah

buku antologi atau kumpulan cerpen karya siswa SMA kelas X.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalah yang berkaitan

dengan penerapan model project based learning berorientasi pendidikan karakter

dalam pembelajaran menulis cerpen merupakan rancangan sebuah model

pembelajaran untuk melihat sejauh mana hasil belajar siswa jika

diimplementasikan dalam suatu proses pembelajaran terkait.

Masalah penelitian yang dapat diidentifikasi antara lain mengenai

(11)

pendidikan karakter di sekolah yang semakin hari semakin terpuruk, dan

permasalahan pengajaran sastra khususnya pembelajaran menulis cerpen.

Model pembelajaran memegang peranan penting di sekolah atau di dalam

kelas. Permasalahan saat ini adalah kurangnya pembekalan kemampuan guru

bahasa Indonesia dalam merancang model pembelajaran dan penggunaan media

pembelajaran yang kurang tepat, sehingga mengakibatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan oleh guru tidak tuntas, suasana pembelajaran

menjadi tidak menyenangkan, dan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan pun

tidak tercapai.

Identifikasi masalah penelitian berikutnya adalah pendidikan karakter.

Hampir setiap sekolah menggembar-gemborkan pendidikan karakter. Bahkan

sempat menjadi ciri khas di setiap sekolah. Namun, jika diperhatikan berita di

televisi, pendidikan karakter yang diimplementasikan di sekolah tidak semuanya

berdampak positif pada siswa. Siswa masih banyak melakukan tawuran, pesta

minuman keras dan narkoba, bunuh diri, bahkan seorang anak ada yang

membunuh orangtua kandungnya sendiri. Jika diperhatikan UUD RI Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya

pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Artinya, pendidikan karakter merupakan upaya sadar dari

orang tua, guru, untuk menanamkan nilai kebajikan kepada anak maupun peserta

didik untuk melahirkan generasi yang unggul, berakhlak, dan berprestasi.

Identifikasi masalah penelitian berikutnya adalah pembelajaran menulis

cerpen. Pembelajaran menulis cerpen salah satu materi yang diajarkan di sekolah,

(12)

berbentuk prosa fiksi dan mempunyai komposisi cerita, tokoh, latar yang lebih

sempit daripada novel. Hasil penelitian Alwasilah (dalam Aisyah, 2009, hlm. 314)

yang menyatakan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak

23,6% saja. Dalam kapasistasnya yang hanya 23,6% tersebut, ternyata

pembelajaran sastra lebih diterapkan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan

aspek afektif maupun keterampilan. Artinya bahwa pembelajaran sastra,

khususnya pembelajaran menulis cerpen di sekolah masih dianggap sebelah mata

bahkan mengabaikan pelajaran sastra. Padahal sejatinya seorang guru bahasa

Indonesia dengan daya kreatif dan inovatifnya harus mampu mengajarkan aspek

kebahasaan dan aspek sastra secara seimbang, sehingga menghasilkan karya

produk sastra yang berkualitas. Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah pembelajaran menulis cerpen yang masih tampak menyulitkan siswa

terutama pada tahap awal ketika akan mulai menuliskan/memetakan pemikiran

mengenai ide/gagasan mereka.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan penelitian di atas, maka perlu

dilakukan pembatasan permasalahan penelitian agar arah penelitian ini tetap fokus

pada jalur permasalahan penelitian, yaitu menerapkan model project based

learning berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian di atas, maka

masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimana profil pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X di SMA

PGRI 3 Bandung?

2) Bagaimana proses penerapan model project based learning berorientasi

pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X SMA

PGRI 3 Bandung?

3) Apakah model project based learning berorientasi pendidikan karakter efektif

untuk meningkatkan pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA

(13)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terdiri dari dua, yakni tujuan secara umum dan

tujuan secara khusus. Berikut adalah tujuan penelitian ini.

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengajukan alternatif

pengembangan model pembelajaran khusunya untuk kompetensi dasar materi

menulis cerpen.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran tentang profil pembelajaran menulis cerpen di kelas X SMA PGRI 3

Bandung baik secara proses pembelajaran maupun kemampuan menulisnya;

mengimplementasikan model project based learning berorientasi karakter dalam

pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA PGRI 3 Bandung; dan

menguji efektivitas penerapan model project based learning berorientasi karakter

dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA PGRI 3 Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan mengembangkan

ragam model pembelajaran khususnya mengenai model project based learning

berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen.

Pertama, manfaat penelitian bagi para guru. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan model pembelajaran yang inovatif,

kreatif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, dapat menstimulasi

kreativitas dan inovasi guru untuk terus berkarya mengupayakan kesempurnaan

yang belum tercapai secara tuntas mengingat begitu dinamisnya proses

pembelajaran, serta sebagai alternatif bahan evaluasi pada proses pembelajaran.

Kedua, manfaat penelitian bagi para siswa. Hasil penelitian ini diharapkan

(14)

fokus, dan mengembangkan daya imajinasi sehingga pelajaran Bahasa Indonesia

khususnya dalam ranah sastra menjadi semakin menarik, serta mampu

menumbuhsuburkan kembali kecintaan para siswa terhadap sastra, khusunya

menulis cerpen.

Ketiga, manfaat penelitian bagi para peneliti selanjutnya. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat menstimulasi inovasi dan kreativitas yang dimiliki agar

berkelanjutan dalam mengupayakan kesempurnaan suatu model pembelajaran

yang belum tercapai secara tuntas mengingat begitu dinamis dan berkembangnya

dinamika ilmu pengetahuan, model pembelajaran, dan proses pembelajaran.

Keempat, manfaat penelitian bagi para pemangku kebijakan di instansi

pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memicu dan memacu

bertambahnya apresiasi serta dukungan moril terhadap para guru agar proses

pembelajaran tidak terhambat akibat kurang memadainya sarana pendukung

pembelajaran.

F. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi penulisan tesis ini terdiri atas lima bab yaitu

bab pendahuluan, bab kajian pustaka, bab metodologi penelitian, bab temuan dan

pembahasan, dan bab simpulan, implikasi dan rekomendasi. Setiap bab memiliki

bagian masing-masing. Bab pertama memuat latar belakang masalah; berisi

alasan-alasan pemilihan judul dan dasar pemikiran permasalahan, identifikasi

masalah; berisi penetapan beberapa sumber penyebab masalah, rumusan masalah;

berisi pertanyaan permasalahan yang akan dijawab, tujuan penelitian; berisi

penjelasan urgensinya sebuah penelitian, manfaat penelitian; berkaitan dengan

kegunaan yang akan didapatkan dari sebuah penelitian dan sejauh mana

kebermanfaatannya dalam dunia pendidikan, dan struktur organisasi tesis; berisi

gambaran umum sebuah penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.

Bab kedua memuat penjelasan teori yang berkaitan dengan variabel yang

akan diteliti. Misalnya, ihwal model project based learning seperti hakikat model

(15)

dan kelemahan model project based learning, dan sintaks model project based

learning. Kemudian, ihwal pendidikan karakter seperti hakikat pendidikan

karakter, pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, jenis-jenis

nilai karakter, dan parameter nilai pendidikan karakter. Selanjutnya, ihwal cerpen

seperti, sejarah cerpen, pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen, unsur-unsur cerpen,

teknik menulis cerpen, kedudukan pembelajaran cerpen dalam KTSP 2006, dan

penelitian yang relevan.

Bab ketiga meliputi penjelasan mengenai metodologi penelitian yang

membahas medote yang digunakan, desain, prosedur penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

dan teknik pengolahan data.

Bab keempat berisi hasil temuan dan pembahasan penelitian, seperti

pemaparan data kuantitatif, pemaparan data secara deskriptif sebagai data

pendukung data kuantitatif, dan prosedur pembahasan data.

Bab kelima berisi mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi peneliti

terhadap hasil analisis penelitian yang dapat diberikan kepada pihak terkait.

Daftar bagan dan daftar tabel berisi mengenai keterangan bagan dan tabel

yang digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian yang disajikan secara

berurutan. Daftar lampiran memuat semua dokumen yang digunakan dalam

penelitian yang disajikan secara berurutan. Daftar pustaka disusun berdasarkan

sistem America Psychological Association (APA) memuat semua sumber

(16)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab terdahulu, khususnya Bab IV, maka dapat

ditarik kesimpulan penelitian. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Profil kemampuan menulis siswa kelas X SMA PGRI 3 Bandung pada saat

peneliti melakukan studi pendahuluan masih perlu perbaikan. Hal ini terbukti

dari dual yaitu: 1) input siswa saat masuk ke SMA PGRI 3 tahun pelajaran

2014-2015 tidak menggunakan passing grade. Nilai UN siswa yang masuk

berdasarkan bagian bidang akademik rata-rata 20,32. Berarti nilai rata-rata

setiap mata pelajarannya 5,08 untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA,

dan IPS). Ini merupakan nilai yang masuk pada kategori kurang; 2)

berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan menugasi 64 diperoleh nilai

rata-rata 63,13 yang berada pada kategori cukup. Namun, jika diperhatikan

persentase berdasarkan kategori kurang dan kurang sekali mencapai di atas

50%. Berdasarkan kedua bukti tersebut, peneliti berpendapat bahwa

kompetensi menulis cerpen pada siswa kelas X SMA PGRI 3 Bandung perlu

ditingkatkan dan dicarikan solusinya. Setelah diterapkan model project based

learning berorientasi pendidikan karakter pada kelas eksperimen dan model

pembelajaran terlangsung pada kelas kontrol, keduanya mengalami

peningkatan. Hasil prates kelas ekserimen nilai rata-rata 63,49 berada pada

kategori cukup dan hasil pascates setelah diberikan penerapan model project

based learning berorientasi pendidikan karakter naik dengan nilai rata-rata

78,23 pada kategori baik, sedangkangkan hasil prates kelas kontrol nilai

rata-rata 62,76 pada kategori cukup dan hasil pascates naik setelah diterapkan

model pembelajaran terlangsung dengan nilai rata-rata 73,85 pada kategori

cukup. Hasil menunjukkan adanya perbedaan kemampuan pada kelas yang

diberikan tindakan dengan kelas yang tidak diberi tindakan.

2. Proses penerapan model project based learning berorientasi pendidikan

(17)

Bandung berjalan sesuai dengan rencana. Pada pertemuan pertama upaya guru

dalam menerapkan langkah-langkah model project based learning berorientasi

pendidikan karakter mencapai 92,86%. Pertemuan kedua dan ketiga

mengalami penurunan yaitu mencapai angka 90,00% dan 84,61%. Sedangkan

pada pertemuan keempat, kembali mencapai 88,89%. Penurunan yang terjadi

pada pertemuan ketiga tidak mengurangi kualitas proses pembelajaran.

Selanjutnya, kegiatan belajar siswa selalu dalam keadaan siap dalam

mengikuti arahan dan tahap pembelajaran. Pada pertemuan pertama kesiapan

siswa belajar mencapai 92,86%. Pada pertemuan kedua kesiapan siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran menurun yaitu mencapai 85,00%. Pertemuan

ketiga, kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kembali naik

yaitu mencapai 92,31%. Dan pertemuan keempat kesiapan siswa belajar

mengalami penurunan mencapai 88,89%. Kemudian sikap/karakter siswa

selama proses pembelajaran menulis cerpen sesuai dengan Permendikbud No.

81A tahun 2013 berada pada kriteria baik dengan rata-rata nilai sikap/karakter

3,13 dengan persentasenya mencapai 78,16%. Dan melalui penerapan model

ini, siswa telah berhasil membuat sebuah proyek akhir pembelajaran berupa

buku kumpulan cerpen (antologi) yang di dalamnya terdapat pesan moral atau

nilai pendidikan karakter dengan judul buku “Seragam Raka”. Terakhir, hasil angket yang diberikan kepada 32 siswa dari kelas eksperimen. Mereka

merespons positif bahkan amat positif terhadap penerapan model project

based learning berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis.

Siswa tidak lagi menganggap menulis itu sulit. Siswa merasa terbantu untuk

lebih mudah dan kreatif menemukan ide tulisan dan siswa tidak

mempermasalahkan model apa yang diterapkan guru, yang penting guru

mampu mengelola pembelajaran secara menarik. (Data penilaian

sikap/karakter terlampir).

3. Keefektifan penerapan model project based learning berorientasi pendidikan

karakter dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA PGRI 3

Bandung efektif meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Hal ini

(18)

salah satu data tidak terdistribusi normal (pascates eksperimen) berdasarkan

hasil uji normalitas.

B. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dirumuskan implikasi dan rekomendasi sebagai berikut.

1. Penelitian ini diharapkan berimplikasi kepada guru atau pendidik untuk

menerapkan model project based learning berorientasi pendidikan karakter

dalam pembelajaran menulis cerpen sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran terutama dalam pembelajaran menulis. Disarankan kepada guru

atau pendidik dalam proses penerapan model ini harus benar-benar menyusun

memperhatikan kesiapan teknis dan nonteknik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi kepada siswa dengan

diterapkannya model project based learning berorientasi pendidikan karakter

sebagai upaya proses pembentukan karakter generasi muda yang menjadi

dasar pendidikan di Indonesia. Untuk itu disarankan setiap proses

pembelajarannya harus mengedepankan dan menanamkan nilai pendidikan

karakter, sehingga hasil atau tujuan pembelajaran yang diperoleh siswa tidak

hanya sebatas nilai akademik, tetapi nilai nonakademik pun mereka dapatkan.

3. Penelitian ini diharapkan berimplikasi kepada peneliti lain untuk melakukan

kajian penelitian yang berfokus pada penerapan model pembelajaran, media

pembelajaran, dan hasil akhir pembelajaran. Disarankan untuk menjadikan

hasil penelitian ini sebagai bahan pembanding dan acuan untuk melakukan

penelitian yang relevan.

Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian di atas,

maka peneliti menuliskan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran project based learning berorientasi pendidikan

dalam pembelajaran menulis cerpen perlu disesuaikan dengan jam yang

disediakan untuk mengajar di kelas, juga dengan perencanaan pembelajaran

menulis yang matang. Hal yang terpenting dalam penerapan model ini, bukan

hanya sekedar menerapkan model dan mengajarkan siswa supaya bisa

(19)

2. Media pembelajaran khususnya pembelajaran sastra cukup banyak dan

relative mudah didapat. Salah satunya adalah media berbentuk buku kumpulan

cerpen (antologi). Meskipun demikian, pemilihan buku kumpulan cerpen pun

harus selektif, menyimpan pesan moral, sehingga mampu memberikan efek

positif bagi siswa (pembacanya). Salah satunya buku kumpulan cerpen karya

Asma Nadia yang dijadikan media pembelajaran dalam penelitian ini banyak

menyimpan pesan moral atau nilai pendidikan karakter. Seperti cerpen yang

berjudul Ketika Duka Tersenyum (karya Helvy Tiana Rosa), Kasih Ibu (karya

Gola Gong), Sepatu Na (karya Sakti Wibowo), Merenda Sekeping Hati (karya

Ali Muakhir), dan Saat-saat Terakhir di Makkah (karya Habiburrahman El

Shirazy). Selain media buku kumpulan cerpen, sarana dan prasarana sekolah

pun harus mendukung, seperti infocus, laboratorium komputer, koneksi

internet, perpustakaan dengan koleksi buku yang memadai. Tujuannya, agar

kegiatan belajar siswa berjalan dengan maksimal dan menghasilkan

pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 3 Bandung yang tentunya memiliki

motivasi belajar berbeda dengan siswa SMA lainnya. Oleh sebab itu, sebelum

melakukan penelitian perlu dilakukan studi pendahuluan agar hasil

Referensi

Dokumen terkait

16 Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi secara langsung antara peneliti dengan. subyek atau

Bagi pelaku usaha laundry, harus mampu menggunakan kalimat yang tepat dalam proses komunikasi yang dituangkan dalam tulisan

Sekretaris P2K3 mendatangi kantor Instansi Pemerintahan setempat dengan membawa data-data di atas untuk mengonsultasikan perihal perizinan- perizinan yang diperlukan,

[r]

[r]

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan perpustakaan

Pengaruh Aktivitas Rekreasi Di Situ Buled Terhadap Motivasi Gerak Dasar Siswa Kelas V SDN 19 Nagri Kaler Kabupaten Purwakarta.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam 2 – 7 hari