• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PADA KEMAMPUAN MENULIS TEKS BIOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 4 SUNGGUMINASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TESIS KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PADA KEMAMPUAN MENULIS TEKS BIOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 4 SUNGGUMINASA"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

TEKS BIOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 4 SUNGGUMINASA

THE EFFECTIVENESS OF PROJECT BASED LEARNING IN BIOGRAFI TEXT WRITTING OF GRADE VIII STUDENT AT SMP Negeri 4

SUNGGUMINSA

FARIDAH

NIM: 04.08.897.2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

TEKS BIOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 4 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi

Magister Bahasa Indonesia Disusun dan Diajukan oleh

FARIDAH

NIM: 04.08.897.2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

Makassar 90221

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul Tesis :Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Pada Kemampuan Menulis Teks Biografi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa

Nama Mahasiswa : Faridah

NIM : 04.08.897.2013 Program Studi : Pendidikan Bahasa

Kekhususan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal 21 Mei 2015 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Mei 2015 Tim PengujI:

1. Prof Dr.H.M. Ide Said DM., M Pd (……….) (Ketua/Pembimbing/Penguji)

2. Dr. Andi. Sukri Syamsuri, M. Hum. (……….)

(Sekretaris/Pembimbing/Penguji)

3. Dr. Abd. Rahman Rahim.,.M.,Hum. (……….) (Penguji)

(4)

Makassar 90221

HALAMAN PENERIMAAN PROPOSAL Berdasarkan Seminar Proposal Program Magister:

Nama Mahasiswa : Faridah

NIM : 04.08.897.2013

Program Studi : Pendidikan Bahasa

Kekhususan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Tesis : Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning pada Kemampuan Menyusun Teks Biografi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia ujian proposal tesis pada tanggal 06 Februari 2015 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.

No Nama Tim Penguji Jabatan Disetujui

Tanggal

Tanda Tangan 1. Prof.Dr.H.M. Ide Said DM.,M. Pd Pembimbing

2. Dr. Andi. Sukri Syamsuri, M. Hum. Pembimbing 3. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Penguji

4. Dr. St. Aida Azis, M. Pd. Penguji

Makassar, Februari 2015 Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana,

Prof.Dr.H.M.Ide Said D.M.,M.Pd.

NBM 988463

(5)

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10

A. Tinjauan Pustaka 10

1. Kurikulum 2013 10

2. Pengertian Saintifik (Pendekatan Ilmiah) 24 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP 50

4. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 55

5. Penelitian Sebelumnya yang Relevan 66

B. Kerangka Pikir 68

C. Hipotesis Penelitian 72

BAB III METODE PENELITIAN 73

A. Jenis Penelitian 73

B. Variabal dan Desain Penelitian 73

(6)

G. Teknik Analisis Data 78

DAFTAR PUSTAKA 80

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEORISINILAN TESIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan ... 13

B. Kajian Pustaka ... 14

C. Biografi ... 23

D. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 31

E. Kerangka Pikir ... 54

F. Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 59

(8)

D. Desain Penelitian ... 60

E. Populasi dan Sampel ... 62

F. Intrumen Penelitian ... 64

G. Teknik Pengumpulan Data ... 65

H. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 68

1. Deskripsi KBM Menulis Biografi dengan Model PjBL ... 68

2. Analisis Perangkat Pembelajaran ... 72

3. Analisis Instrumen Penelitian ... 73

4. Uraian Hasil Kemampuan Siswa Menulis Biografi ... 75

5. Pengujian Persyaratan Analisis ... 99

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

Nomor Halaman

Tabel 3.1 Keadaan Populasi ... 62

Tabel 3.2 Keadaan Sampel ... 63

Tabel 4.2 Presentase Aktivitas Peserta Didik dalam Pemelajaran dengan Model Pembelajaran PjBL ... 76

Tabel 4.3 Nilai Statistik Deskriptif Kemampuan Menulis Teks Biografi ... 84

Tabel 4.4 Disrtibusi Frekuensi dan Persentase skor hasil belajar Peserta Didik ... 85

Tabel 4.5 Pengelompokan Kemampuan Menulis Teks Biografi Kelas Eksperimen ... 86

Tabel 4.6 Pengelompokan Kemampuan Menulis Teks Biografi Kelas Kontrol ... 87

Tabel 4.7 Klasifikasi Nilai Aspek Isi Teks Biografi Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.8 Klasifikasi Nilai Organisasi Isi Teks Biografi Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.9 Klasifikasi Nilai Aspek Isi Kosakata Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.10 Klasifikasi Nilai Aspek Isi Penggunaan Bahasa dan Kalimat ... 91

Tabel 4.11 Klasifikasi Nilai Aspek Isi Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca . 92 Tabel 4.12 Rekapitulasi Pencapain Siswa Kelas Kontrol ... 93

Tabel 4.13 Klasifikasi Ketuntasan Siswa Kelas Kontrol ... 93

Tabel 4.14 Klasifikasi Nilai Aspek Isi Kelas Eksperimen ... 94

Tabel 4.15 Klasifikasi Nilai Aspek Organisasi Kelas Eksperimen ... 94

(10)

Tabel 4.18 Klasifikasi Nilai Aspek Ejaan dan Tanda Baca ... 97 Tabel 4.19 Rekapitulasi Pencapaian Nilai Siswa Kelas Eksperimen ... 97 Tabel 4.20 Klasifikasi Ketentuan Siswa Kelas Ekperimen ... 98 Tabel 4.21 Perbandingan Kemampuan Menulis Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 108

(11)

Nomor Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir ... 57

Gambar 2 Grafik Respons Peserta Didik ... 83

Gamar 3 Grafik Distribusi Frekuensi ... 86

Gamar 4 Grafik Kemampuan Menulis Teks Biografi Peserta Didik ... 88

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang disebut- sebut mengalami perombakan total dalam Kurikulum 2013, selain matematika dan sejarah. Bila dalam Kurikulum 2006 mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan berbahasa dan bersastra, maka dalam Kurikulum 2013, Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah. Dari studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu memecahkan persoalan yang membutuhkan pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hafalan.

Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan, untuk tingkat SD/MI ada 28 jenis teks, untuk SMP/MTs ada 14 jenis teks sedangkan untuk SMA/MA /SMK ada 15 jenis teks. Teks ini merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Belajar Bahasa Indonesia tidak

(13)

sekadar memakai Bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi belajar.

Namun, perlu juga dipelajari soal makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Selama ini pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran padahal teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia harus berbasis teks. Melalui teks maka peran Bahasa Indonesia sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu lain dapat dicapai (Priyatni,2013).

Materi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 kiranya masih perlu banyak dibenahi. Materi tentang jenis teks masih kabur dan tumpang tindih. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran di kelas. Buku teks yang disediakan pemerintah dirasa cukup membantu. Namun, bila konsep tentang teks yang tertulis di dalamnya tidak tepat, guru harus berani bersikap bijak agar peserta didik tidak dibuat bingung. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Bahasa dibutuhkan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menyatakan maksud, pendapat, pikiran, ide, gagasan dan perasaan kepada orang lain atau kelompok lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Salah satu fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

Bahasa menjadi sarana yang efektif untuk berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain. Maha siswa, peserta didik , penjual di pasar, dokter di

(14)

rumah sakit, dan guru di sekolah setiap saat berkomunikasi dengan mitra kerjanya dengan menggunakan bahasa (Daryanto,2013).

Berbahasa pada dasarnya merupakan pencetusan pikiran, gagasan dan maksud. Pencetusan ini dijelmakan secara konkrit ke dalam bentuk ucapan atau tulisan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi:2005) memberikan pengertian ”bahasa”ke dalam tiga batasan yaitu: 1) Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran; 2) perkataan- perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara, dsb; 3) percakapan (perkataan) yang baik: sopan santun, tingkah laku yang baik. Akan tetapi, senantiasa berupa pikiran. Kedua bentuk ini, yaitu bunyi dan tanda mempunyai kedudukan sejajar dan merupakan aspek produktif. Pada saat tertentu digunakan bentuk lisan, pada saat lain mungkin lebih efektif menggunakan bentuk tulisan. Memang keduanya mempunyai kedudukan sejajar, tetapi keefektifan dan keefesienan masing-masing bersifat situsional.

Dalam berbahasa dikenal empat macam aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan.

Keterampilan menulis/mengarang berwujud dengan peranan seseorang dalam pengabdiannya dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang membutuhkan tenaga kerja yang terampil

(15)

menggunakan bahasa Indonesia untuk surat menyurat, berpidato, karang- mengarang kaitannya dengan pembangunan (Oka, 1976: 53). Relevansi antara keterampilan mengarang dan pembangunan dalam masyarakat itu masih dapat ditingkatkan dengan persyaratan berupa keteraturan serta ketajaman berpikir.

Keterampilan menulis sebagai salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan potensi dan kecakapan peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara jelas untuk mencapai tujuannya. Menulis merupakan proses menurunkan atau melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut.

Menulis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh peserta didik sejak mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Salah satu kemampuan yang dimiliki peserta didik adalah menulis teks biografi.

Dengan memiliki kemampuan menulis, cakrawala berpikir kreatif dan kritis peserta didik dapat berkembang. Selain itu, keterampilan yang dimiliki peserta didik dapat terus berkembang terutama dalam bidang menulis biografi karena peserta didik diajak untuk menggali potensi yang dimilikinya dan rasa ingin tahu tentang asal usul sastrawan yang terkenal, tokoh idola, atau orang-orang di sekitarnya yang di kagumi.

(16)

Materi menulis teks biografi merupakan salah satu materi yang disajikan dalam pembelajaran bahasa di SMP. Secara tegas, dikemukakan dalam Kurikulum 2013 bahwa kegiatan menulis teks biografi di SMP bertujuan menggali kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi tentang sastrawan yang terkenal, yakni kompetensi menulis teks biografi. Pencapaian kompetensi menulis teks biografi dapat diukur berdasarkan indikator pembelajaran, yakni peserta didik mampu mengetahui asal- usul sastrawan serta mengetahui jasa seorang pahlawan,sastrawan,tokoh idola, dan orang-orang di sekitar penulis .

Melihat hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik di sekolah yang dijadikan sampel penelitian belum mencapai standar kompetensi yang telah dijabarkan dalam Kurikulum 2013.

Pembelajaran menulis teks telah diterapkan oleh guru, namun minat dan kemampuan peserta didik dalam menulis khususnya menulis teks biografi belum mencapai target yang diinginkan. Dengan nilai Kriteria Ketuntasan minimal yang digunakan yakni 75, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yang masih kurang,juga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih secara konvensional, guru belum mencoba menerapkan model baru yang memungkinkan dapat mencapai target sesuai dengan standar kompetensi yang telah dijabarkan dalam Kurikulum 2013.

Berdasarkan hal tersebut, peserta didik dituntut menguasai aspek yang termuat dalam keterampilan menulis agar dapat membuat tulisan yang dapat dimengerti pembacanya. Kelemahan menulis yang dialami peserta

(17)

didik perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk menggairahkan dunia menulis yang selama ini hampir pudar, perlu digairahkan kembali arti menulis bagi peserta didik.

Penelitian ini mengkaji tentang menulis, khususnya menulis teks biografi. Biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.

Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu, atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema utama tertentu (misalnya "masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik atau pencapaian tertentu. Biografi memerlukan bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda seperti surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-pendukung biasanya berupa biografi lain, buku referensi atau sejarah yang

(18)

memaparkan peranan subyek biografi itu, karena peserta didik dituntut untuk mencari tahu { Priyatni,2013}.

Dari uraian tersebut tampak bahwa menulis teks biografi sangat penting dalam perkembangan peserta didik karena dengan mempelajari teks biografi peserta didik dapat mengetahui asal-usul serta jasa- jasa seorang pahlawan atau tokoh terkenal dan sastrawan pada masa silam.

Sehubungan dengan itu, sekolah merupakan salah satu sarana yang sangat strategis dan memberikan pembinaan dan pengajaran kepada peserta didik. Umumnya, anak didik memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengembangan kepribadian di sekolah. Di lembaga yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan model pengajaran.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP pada dasarnya bertujuan membekali peserta didik kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam Bahasa Indonesia lisan dan tulisan. Perubahan atau pergantian kurikulum selalu menimbulkan masalah dan kebingungan bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, terutama guru, karena dari peralihan KTSP ke Kurikulum 2013 ada beberapa aspek penilaian yang sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Apa pun kurikulumnya, guru Bahasa Indonesia harus tetap berpegang pada tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru perlu terus berusaha

(19)

meningkatkan kemampuannya dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik.

Model yang mengorientasikan peserta didik aktif berpikir dalam pembelajaran banyak jenis dan memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memilih model yang tepat dalam mengajarkan Bahasa Indonesia sehingga dapat mengembangkan potensi belajar peserta didik.

Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) mengorientasikan peserta didik aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah, meningkatkan kolaborasi, melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

Jadi model PjBL dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,membuat dan menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan dunia nyata {Ridwan : 2013}.

Keberhasilan dari penerapan model Project Based Learning bergantung pada peran dan kesiapan guru di dalamnya. Peran guru tersebut bergantung pada model pembelajaran yang digunakan, juga materi yang sedang diajarkan. Berdasarkan Kurikulum 2013 tampak bahwa tidak semua materi Bahasa Indonesia dapat dengan mudah dikontruksikan dengan suatu permasalahan, sehingga perlu memilih materi yang disesuaikan dengan model pembelajaran Project Based

(20)

Learning. Materi menulis teks biografi merupakan materi yang mengajak peserta didik untuk mencari tahu latar belakang seorang tokoh atau sastrawan ataupun tokoh yang diidolakannya sehingga sesuai dengan Project Based Learning.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak sedikit peserta didik kurang menyukai pembelajaran menulis dikarenakan sulitnya mengorganisasikan ide tulisannya dengan tepat. Peserta didik menganggap bahwa menulis membutuhkan kelengkapan syarat yang harus dipenuhi sehingga menjadi beban hasil moril yang ditanggung.Kondisi ini memungkinkan rendahnya minat terhadap kegiatan tulis menulis, khususnya teks biografi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa.

Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh model yang digunakan oleh guru tidak menarik dan kurang variatif. Keterampilan menulis merupakan aspek yang cukup rumit karena keterampilan ini mencakup keterampilan yang lebih khusus diantaranya menyangkut pemakaian ejaan, diksi, kosa kata, kohesi, koherensi, dan struktur kalimat serta penyusunan paragraf.

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan , hal yang diteliti pada aspek menulis peserta didik, strategi pembelajaran menulis, penerapan model konvensional pada kemampuan menulis, dan pengembangan model pengajaran menulis. Sementara itu, model pembelajaran Project Based Learning dalam pengetahuan paenulis belum pernah diteliti. Hal

(21)

inilah yang menarik minat penulis untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah model pembelajaran Project Based Learning dalam peningkatan keterampilan menulis teks biografi.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang,maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran kemampuan menulis teks biografi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa tahun pelajaran 2014/2015 yang diajar secara konvensional dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning?

2. Bagaimanakah respon peserta didik kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 4 Sungguminasa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis teks biografi, peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa tahun pelajaran 2014/2015 yang diajar dengan model konvensional dan yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

(22)

1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan menulis teks biografi peserta didik yang diajar secara konvensional dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.

2. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis teks biografi peserta didik yang diajar secara konvensional dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning?

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang terkandung dalam Penelitian ini yaitu;

1. Manfaat Teoretis.

a. Dapat dijadikan acuan dan teori baru tentang peningkatan kemampuan menulis peserta didik yang diajar dengan pendekatan model Project Based Learning.

b. Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang model Project Based Learning.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan bahan refleksi dan acuan baru dalam proses belajar menulis dan terbantu untuk mempercepat dan memperoleh

(23)

kemampuan menulis serta meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Project Based Learning.

b. Bagi guru, menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam menerapkan Model Pembelajaran Project Based Learning. Pada pembelajaran menulis biografi. Dengan mengetahui lebih mendalam tentang penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), guru dapat lebih meningkatkan kualitas pengajarannya.

c. Sebagai masukan akan pentingnya peserta didik memperhatikan dan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajarnya.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Untuk melihat posisi rencana tesis ini maka penulis perlu memaparkan penelitian yang relevan. Berdasarkan penelusuran penulis diberbagai Perpustakaan dengan hasil sebagai berikut:

1.Hasnawaty Nur, 2012 yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Sosiologi pada Pokok Bahasan Pengendalian Sosial (Lembaga Adat) elalui Pendekatan Model Pembelajaran berbasis proyek PjBL (Project Based Learning) Peserta didik Kelas X-1 SMAN 2 Polut yang menyimpulkan bahwa ada peningkatan Hasil Belajar Sosiologi pada Pokok Bahasan Pengendalian Sosial (Lembaga Adat) Melalui Pendekatan Model Pembelajaran berbasis proyek PjBL (Project Based Learning)

2.Isnani Arianti,2013 dengan tesis yang berjudul Keefektifan Penerapan Problem Based Instruction (PBI) pada Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Peserta didik Kelas XI SMA Negeri I Tonra . Hasil penelitian menunjukkan bahwa Problem Based Instruction efektif digunakan pada kemampuan menulis paragraf argumentasi.

(25)

B. Kajian Pustaka

Acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

2. Pengertian Menulis

Banyak buku yang membahas tentang menulis. Menulis tidaklah dipandang dari satu sisi lain saja, melainkan banyak sisi yang dijadikan acuan oleh seseorang untuk memberikan pengertian koherensif tentang menulis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Orang melakukan kegiatan coret mencoret di tembok itu juga biasa dikatakan dia sedang menulis, dengan atau tanpa maksud dan perangkat tertentu (Nurdin, 2002:4).

Lanjut menurut Nurdin, menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis pada orang lain agar mudah dipahami. Definisi ini mengungkapkan bahwa menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami orang lain.

Aktivitas menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain. Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur bahasa asli yang bersangkutan sekalipun. Hal ini

(26)

disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan (Nurgiantoro, 2010:270).

3. Ciri-ciri Tulisan yang Baik

Seorang penulis mempunyai maksud dan tujuan dalam tulisannya, yaitu agar karyanya dapat diterima dan dibaca oleh para pembaca. Agar maksud dan tujuan bisa tercapai dengan adanya responsi dari pembaca terhadap tulisannya, sang penulis harus menyajikan tulisan yang baik.

Berikut ciri-ciri tulisan yang baik menurut Adelstein dan Pival:

a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.

b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan menulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.

c. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar. Salah satu caranya yaitu dengan memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis.

d. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan. Dalam hal ini haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan frase yang tidak perlu.

e. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan

(27)

mampu merevisi naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan yang tepat-guna atau penulisan efektif.

f. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip. Kemauan untuk menggunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata, hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca.

Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap karyanya.

Menurut Mc. Mahan dan Day (dalam Tarigan, 2008: 6-7), ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut:

a. Jujur artinya penulis tidak boleh memalsukan ide atau gagasan.

b. Jelas artinya penulis tidak boleh membingungkan para pembaca.

c. Singkat tidak memboroskan waktu para pembaca.

d. Usahakan keanekaragaman, panjang kalimat yang beraneka ragam, berkarya dengan penuh kegembiraan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan ciri-ciri tulisan yang baik adalah penulis mampu memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai, serta mau memeriksa kembali hasil tulisannya agar memenuhi kaidah bahasa. Bahasa yang digunakan harus jelas, singkat namun padat, komunikatif, dan penuh kejujuran.

(28)

1. Menulis sebagai suatu proses

Kegiatan menulis merupakan sebagai keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri dari beberapa tahapan. Nurgiantoro (2010) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pramenulis, peserta didik diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis dan kerangka tulisan, setelah peserta didik menentukan apa yang akan ditulis dan sistematika tulisan, peserta didik mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pada tahap pra penulisan, peserta didik dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, peserta didik merevisi draf yang telah disusun. Peserta didik dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelompok untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, peserta didik dilatih untuk memperbaiki aspek mekanis (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan guna memperbaiki tulisan sendiri maupun teman kelompok atau teman sekelas. Pada tahap publikasi peserta didik menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.

(29)

2. Menulis adalah proses kreatif

Pada dasarnya, menulis merupakan proses kreatif. Proses itu munculnya ide dalam penulis, menangkap dan menuangkan ide tersebut, mematangkan ide tersebut dan menatanya dan akhirnya dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk tulisan. Penulis yang mampu menghasilkan tulisan sebenarnya hanyalah kebiasaan saja.

Karena terlalu seringnya proses tersebut dilakukan, maka setiap kali melakukan proses kreatif, seolah-olah proses tersebut berlangsung begitu cepat dan singkat. Namun pada dasarnya, tahapan proses tersebut tetap dilakukannya hanya saja tahap yang satu dengan tahap yang berikutnya begitu berhimpitan ( Tarigan, 2008).

Menulis merupakan suatu proses kreatif. Sebagai suatu proses kreatif, menulis harus mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat hubungan satu dengan yang lain, sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Sebagai suatu proses, menulis terdiri atas berbagai tahap sebagai berikut:

a. Tahap Pra-penulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan antaranya:

1) Pemilihan dan penetapan topik

Memilih dan menetapkan topik suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis.

Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema

(30)

sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaraan (Keraf, 1993: 126). Dalam memilih dan menempatkan topik ini diperlukan adanya keterampilan atau pengetahuan atau kesungguhan. Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan di dalam tulisan. Masalah atau gagasan itu dapat diperoleh atau digali melalui empat sumber, yaitu : (1) pengalaman, (2) pengamatan, (3) imajinasi, dan (4) pendapat dan keyakinan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih topik adalah: (a) topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas, (b) topik itu cukup menarik utamanya bagi penulis, (c) topik itu dikenal baik, (d) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai, (e) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit (Akhadiah, dkk. 1998: 86).

Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya harus cukup sempit dan terbatas, atau sangat khusus untuk digarap. Dengan pembatasan itu, penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan (Keraf, 1993: 129).

2) Menentukan tujuan penulisan dan bentuk karangan

Tujuan penulisan diartikan sebagai pola yang mengendalikan tulisan secara menyeluruh (Akhadiah, dkk. 1998: 89). Dengan menentukan tujuan penulisan, diketahui apa yang ingin dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang diperlukan, ruang lingkup bahasan, pengorganisasian, dan mungkin juga sudut pandang

(31)

yang digunakan. Secara eksplisit, tujuan penulisan dapat dinyatakan cara tesis atau dengan menyatakan maksud.

3) Bahan penulisan

Bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan tersebut mungkin berupa rincian, sejarah kasus, contoh, penjelasan, definisi, fakta, hubungan sebab-akibat, hasil pengujian hipotesis, angka-angka, diagram, gambar, dan sebagainya (Akhadiah, dkk. 1998: 90). Bahan-bahan dapat diperoleh dari berbagai sumber, dua sumber utama ialah pengalaman dan inferensi dari pengalaman. Pengalaman ialah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui panca indra, inferensi ialah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Inferensi itu kemudian menjadi bagian dari pengalaman dan mungkin juga dijadikan sumber inferensi baru.

Bahan yang diperoleh dari pengalaman didapatkan melalui pengalaman langsung atau melalui baca.

4) Menyusun kerangka karangan

Sebuah karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan.

Karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan utama dari gagasan tambahan. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetail dan digarap

(32)

dengan sangat cermat. Secara singkat Keraf (1993: 132) mendefinisikan kerangka karangan sebagai suatu rencana kerja yang memuat garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.

b. Tahap Penulisan

Pada tahap ini dibahas setiap butir yang ada di dalam karangan yang disusun.Ini berarti digunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Kadang pada tahap ini, disadari bahwa masih diperlukan bahan lain.

1) Isi Karangan

Bagian isi karangan merupakan inti dari karangan itu sendiri. Keraf (1993: 134) membagi isi karangan yakni pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan.

2) Kosa kata atau Pilihan kata

Achmadi (1990: 34) mendefinisikan pilihan kata adalah seleksi kata-kata untuk mengespresikan ide, gagasan atau perasaan.

Dengan memilih kata persyaratan pokok yang harus diperlukan yaitu ketepatan dan kesesuaian. Persyaratan ketepatan menyangkut makna, aspek logika kata-kata; kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan.

Persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan/situasi dan keadaan pembaca.

Jadi, menyangkut aspek sosial kata-kata.

(33)

3) Kalimat Efektif

Kalimat yang mengandung gagasan haruslah yang memenuhi syarat gramatikal. Memerlukan persyaratan efektivitas artinya, kalimat itu harus memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan pesan, atau menerbitkan selera pembaca.

4) Paragraf

(Akhadiah, dkk. 1998: 33) memberikan batasan paragraf tersusun dari beberapa buah kalimat, yang berhubungan satu dengan yang lain sehingga merupakan kesatuan utuh untuk menyampaikan suatu maksud. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan ke dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling

bertalian dalam suatu

rangkaian untuk membentuk sebuah karangan.

c. Tahap Revisi

Tahap ini merupakan tahap yang paling akhir dalam penulisan. Jika bahan seluruh tulisan sudah selesai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Hasil bacaan perlu diperbaiki, dikurangi, atau mungkin juga diperluas. Pada tahap ini, biasanya yang diteliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan, daftar pustaka, dan sebagainya.

(34)

C. Biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang.Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu.

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang

(35)

susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku- buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction/ kisah nyata).

Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data pekerjaan seseorang, tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk pengalaman pribadi.

Macam-macam Biografi a. Berdasarkan sisi penulis b. Berdasarkan Isinya

c. Berdasarkan persoalan yang dibahas d. Berdasarkan penerbitannya

Berdasarkan sisi penulis

1. Autobiografi, ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya

2. Biografi ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas:

(36)

-Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuan tokoh didalamnya

-Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat).

Berdasarkan Isinya

1) Biografi Perjalanan Hidup, isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.

2) Biografi Perjalanan Karier,isinya berupa perjalanan karier dari awal karier hingga karier terbaru, atau sebagian perjalanan karier dalam mencapai sukses tertentu.

Berdasarkan persoalan yang dibahas a. Biografi politik.

yaitu penulisan tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahan dikumpulkan biasanya melalui riset.

Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.

b. Intelektual biografi

Biografi yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkan penulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.

c. Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra

Yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan

(37)

sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan, karena hanya keterampilan berbicara dan wawancara.

Berdasarkan penerbitannya 1) Buku Sendiri.

Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, dan pemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.

2) Buku Subdisi.

Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.

Beberapa masalah dengan autobiografi adalah:

a. Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan membuat opini seolah sebagai fakta.

b. Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya. Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca

(38)

tidak dapat memastikan hal tersebut, hal tersebut tidak layak dipublikasikan.

c. Orang sering memasukkan informasi ke dalam otobiografi yang belum pernah diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama. Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda sendiri).

d. Menulis Biografi merupakan sarana yang cukup efektif dalam penyebaran pengetahuan tentang seseorang, membangun personal brand dan pencitraan diri. Sayangnya terkadang pesan yang diangkat dan ingin disampaikan gagal menyentuh audiens.

Banyak buku biografi yang hanya menjadi pajangan, baik di perpustakaan ataupun toko buku terkenal. Tidak ada yang mau membacanya, apalagi membelinya. Karena tokoh yang ditulis tidak menarik atau karena isinya yang monoton. Menurut penulis ada 2 hal yang harus diperhatikan jika ingin meulis biografi yaitu:

1. Siapa tokoh yang akan ditulisnya biografinya

(39)

2. Cara penuturannya

Karena itu menulis biografi berbeda dengan menulis novel.

Seorang penulis biografi sedikit banyak harus mengenal tokoh yang akan ditulis biografinya, baik secara selintas maupun secara mendalam. Karena itu, dalam menulis biografi ada tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum memulai penulisan.

Langkah-langkah menulis biografi

1. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang tokoh yang akan ditulis biografinya. Yang terbaik adalah bertemu langsung dan mewawancarai sang tokoh dan orang yang mengenalnya dengan baik. Jika sang tokoh sudah meninggal, maka hubungi saudara, kerabat atau siapa saja yang mengenal si tokoh dengan baik.

2. Kumpulkan data yang akurat dan legal sebagai pendukung, baik dalam bentuk tulisan di media yang mengulas tentang sang tokoh ataupun dalam bentuk foto, video, dan lain-lain. Sehingga Anda mengetahui apa pendapat orang lain tentang sang tokoh dari perspektif yang berbeda.

3. Mintalah pendapat sang tokoh tentang segala hal yang ingin atau tidak ingin diketahui publik tentang dirinya. Hal ini untuk mencegah tuntutan hukum dikemudian hari jika sang tokoh merasa Anda melakukan pencemaran nama baik.

(40)

4. Mulai menulis dengan bahan yang tersedia. Jika kurang jelas, hubungi lagi narasumber agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.

5. Setelah penulisan selesai, mintalah tokoh Anda untuk membaca draf naskah, dan menyetujui setiap kalimat yang Anda tuliskan di sana. Agar kemudian hari tidak ada silang sengketa. Jadikan tokoh Anda sebagai salah satu editor naskah biografi Anda.

6. Selesai, dan buku siap diterbitkan.

Struktur dalam penulisan biografi ada tiga, yaitu:

1. Orientasi

Merupakan kalimat yang merupakan bagian pengenalan tokoh.

2. Peristiwa dan masalah

Peristiwa atau kejadian yang pernah dialami tokoh.

3. Reorientasi

Merupakan penutup dari cerita yang berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan.Reorientasi bersifat opsional boleh ada, boleh juga tidak ada.

Fitur kebahasaan dalam biografi a. Kata Hubung

Kata hubung atau kata sambung sering juga disebut dengan konjungsi, yaitu kata yang berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dengan kata lain dalam satu kalimat. Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk menggabungkan satu kalimat dengan kalimat yang

(41)

lain. Kata hubung itu disebut dengan konjungsi intrakalimat, seperti dan, tetapi, lalu, kemudian. Sementara jika kata hubung disebut konjungsi antar kalimat, misalnya akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu.

b. Merujuk Kata

Merujuk kata biasa disebut juga dengan kata rujukan Contoh:

Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negaranya.

Contoh kalimat di atas memperlihatkan –nya pada kata negaranya,- nya merujuk pada Ki Hajar Dewantara.

c. Kata Kerja

Pada penulisan biografi terdapat kata kerja (verbal) yang menyatakan tindakan.

d. Waktu, Aktivitas, dan Tempat

Dalam penulisan teks biografi, harus ada kata-kata yang menunjukkan urutan waktu, aktivitas, dan tempat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis teks biografi adalah hal-hal sebagai berikut:

a. Tokoh yang dipilih adalah tokoh idola sehingga pengetahuan tentang tokoh tersebut dapat sangat mendalam dan rinci.

(42)

b. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang tokoh tersebut, baik dari unsur sejarah maupun rutinitas terkininya bila ia masih hidup.

c. Tentukan hal apa yang ingin dikedepankan dari tokoh yang dipilih ini dan sebaiknya adalah hal yang menarik bagi masyarakat luas.

D. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Proyek a. Pengertian pembelajaran dan penerapan model

Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan belajar (Subana, 2005: 8). Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sedangkan material yang terlibat meliputi buku, papan tulis, atau berbagai media lainnya. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri atas ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Dan prosedur, meliputi jadwal dan model penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.

b. Penerapan model

Model adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses belajar mengajar perlu dicapai dan dikembangkan oleh guru (Nababan, 1993: 3). Oleh karena itu, dalam belajar bahasa perlu dikembangkan metodologi pengajaran bahasa secara cermat sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi peserta didik. Metodologi dalam pengajaran bahasa mengacu pada prosedur dan aktivitas yang akan digunakan untuk mengajarkan silabus agar memudahkan dalam mengajarkan bahasa.

(43)

Seorang guru selalu berusaha menggunakan model mengajar yang paling efektif dalam memakai alat atau media yang terbaik.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran oleh guru. Pendekatan sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran, model, teknik apa yang digunakan. Istilah pendekatan, model, dan teknik sering dipakai secara tumpang tindih. Model pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap model memiliki kekurangan dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan penelitian yang eksperimen yang diadakan mengenai model mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah model mana yang paling baik ( Nababan, 1993: 150-151).

Model dibedakan dari pendekatan. Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari model pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu, sedangkan model lebih menekankan pada teknik pelaksanaanya. Pada hakikatnya model terdiri atas empat langkah, yaitu selektif, geradasi, presentasi, dan repetisi.

Unsur seleksi dan geradasi materi pelajaran merupakan unsur yang tak terpisahkan dengan unsur presentasi dan repetisi dalam membentuk suatu model mengajar. (Subana, 2005: 20).

Membahas pengertian model belajar, biasanya tak bisa dilepaskan dari istilah lain, yaitu pendekatan, strategi, dan teknik karena keempatnya saling terkait.

(44)

1. Pendekatan

Pendekatan, dalam bahasa Inggris sering diistilahkan dengan approach, yang artinya cara memulai sesuatu. Secara umum, pendekatan (approach) sering diistilahkan dengan cara pandang seseorang sesuai dengan filsafat dan keyakinan yang dianutnya. Lebih lengkapnya, pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi yang menjadi dasar (landasan) dalam memulai sesuatu (Hidayat, 2003: 12).

2. Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani: strategia. Kata ini semula merupakan istilah yang digunakan dalam bidang militer, yang berarti:

cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan (Subana, 2005:4). Strategi dalam konteks ini dapat diartikan pula sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan (Hidayat, 2003:12). Sejalan . Kata strategi yang semula merupakan istilah militer lambat laun digunakan pula pada bidang- bidang lainnya, seperti dalam bidang administrasi. Kemudian, penggunaannya melekat pula dalam bidang pendidikan.

3. Model

Model, menurut Hidayat (2003: 60), berasal dari bahasa Yunani: methodos, yang berarti jalan atau cara. Dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, model diartikan sebagai cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal menurut sesuatu rencana tertentu, atau cara

(45)

melakukan sesuatu. Dalam dunia pengajaran model diartikan sebagai rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan dan strategi tertentu.

Pengertian ini menegaskan bahwa model merupakan cara melaksanakan pekerjaan yang didasarkan pada strategi dan pendekatan tertentu. Artinya, pendekatan dan strategi mendasari penyusunan suatu model.

4. Teknik

Pendekatan, strategi, dan model adalah suatu konsep yang masih bersifat teoretik yang mendasari pelaksanaan suatu pembelajaran. Di samping ketiga istilah tersebut, ada suatu alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. Inilah yang disebut teknik. Teknik, menurut Hidayat (2003:60) adalah cara- cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas. Atau lebih lengkapnya, teknik adalah daya upaya, usaha-usaha, atau cara-cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran pada saat itu.

c. Project Based Learning ( PjBL)

Pada model-model pembelajaran dikenal ada salah satu model pembelajaran, yaitu Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Model Pembelajaran Project Based Learning atau biasa disingkat PjBL.

Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning= PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.

(46)

Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui PjBL, proses inquiery dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

(47)

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan

“kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :

1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;

2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;

3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;

4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;

5. Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan ;

6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;

7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif;

(48)

8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Peran pendidik atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasihat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi peserta didik.

Beberapa hambatan dalam implementasi model Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini:

1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.

2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.

3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, karena instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.

4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti : traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri),

(49)

circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Project Based Learning.

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut :

1. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang kompleks.

d. Meningkatkan kolaborasi.

e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

(50)

i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, karena instruktur memegang peran utama di kelas.

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

g. Ketika topik yang diberikan kepada tiap kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kelemahan pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar, memilih lokasi

(51)

penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, pembelajaran berbasis proyek membantu peserta didik untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Peserta didik juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang termasuk orang dewasa. Pembelajaran berbasis proyek ini juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka lulus tes.

Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ada beberapa peran bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, antara lain :

1. Peran Guru

a. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.

b. Membuat strategi pembelajaran.

(52)

c. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan peserta didik.

d. Mencari keunikan peserta didik.

e. Menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.

f. Membuat portofolio pekerjaan peserta didik.

2. Peran Peserta Didik

a. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.

b. Melakukan riset sederhana.

c. Mempelajari ide dan konsep baru.

d. Belajar mengatur waktu dengan baik.

e. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.

f. Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan.

g. Melakukan interaksi sosial (wawancara, survei, observasi, dll).

Penilaian pembelajaran dengan model Project Based Learning harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian pembelajaran berbasis proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

(53)

1. Penilaian Proyek a. Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1) Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

2) Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek

(54)

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek Mata Pelajaran :

Nama Proyek : Alokasi Waktu : Guru Pembimbing : Nama :

NIS : Kelas :

No. ASPEK SKOR (1 -

5) 1 PERENCANAAN :

a. Persiapan b. Rumusan Judul

(55)

2 PELAKSANAAN :

a. Sistematika Penulisan

b. Keakuratan Sumber Data / Informasi

c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data

e. Penarikan Kesimpulan 3 LAPORAN PROYEK :

a. Performans

b. Presentasi / Penguasaan TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, Proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.

2.Penilaian Produk a.Pengertian

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan

(56)

logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

3) Tahap penilaian produk meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

1. Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap penilaian produk.Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Contoh Penilaian Produk Mata Ajar :

Nama Proyek : Alokasi Waktu : Nama Peserta didik :

(57)

Kelas/SMT :

No. Tahapan Skor ( 1 –

5 )*

1 Tahap Perencanaan Bahan

2 Tahap Proses Pembuatan a. Persiapan Alat dan Bahan b. Teknik Pengolahan

c. K3 (Keselamatan kerja, Keamanan dan Kebersihan)

3 Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk Fisik

b. Inovasi TOTAL SKOR

Catatan :

*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

Beberapa ahli mengusulkan beberapa tahapan utama yang perlu dilakukan dalam PjBL, yaitu: 1) mengajukan pertanyaan; 2) membuat perencanaan; 3) menyusun penjadwalan; 4) memonitor pembuatan proyek; 5) melakukan penilaian; dan 6) evaluasi.

Tahapan tersebut dapar diurai sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah.. Industri Jamu (Studi Kasus PT.

Masing-masing fraksi dimonitor komponen kimianya dengan KLT menggunakan fase diam silikagel GF 254 dan fase gerak n -heksana : etilasetat (7:3).. Fraksi yang memiliki profil

shaping adalah prosedur sistematis pemberian pengukuhan yang berbeda-beda ( differensial reinforcement) terhadap suatu anggota kelas respons perilaku. Berdasarkan observasi

Penulis,.. Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus. Pembimbing: Falah, S.Pd, M.pd. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan 1) Bagaimana

MEMR/ the Centre for Data and Information on Energy and Mineral.. Resources (PUSDATIN) and the IEA may work together to

Bagian pertama terdiri dari kincir angin propeler berbahan kayu, bagian kedua terdiri dari sensor dan sistem data logger, bagian ketiga terdiri dari sistem pengirim

Program ini dilaksanakan oleh Garuda Indonesia Training Center (GITC) dalam bingkai bina lingkungan yang dirancang untuk membekali para calon professional yang ingin

Oleh karena itu, limbah udang digunakan untuk menambah kandungan unsur hara, penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi penambahan limbah udang yang