• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik fisik dan pH selai buah pepaya bangkok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik fisik dan pH selai buah pepaya bangkok"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

ROPIANI

G74102011

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ROPIANI. Karakterisasi Fisik dan pH Selai Buah Pepaya Bangkok. Dibimbing oleh HANEDI DARMASETIAWAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati karakteristik selai buah pepaya bangkok yaitu karakteristik fisik (kerapatan, kekentalan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut), pH dan uji organoleptik yang disimpan pada suhu kamar (26 oC-28 oC) dengan perlakuan penambahan komposisi pektin dan natrium benzoat yang berbeda. Perbedaan perlakuan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap, kemudian interaksi antara keduanya diuji menggunakan uji Duncan. Faktor komposisi selai, lama penyimpanan dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan, kekentalan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut dan pH. Makin lama penyimpanan memberikan penurunan kerapatan, kekentalan dan total padatan terlarut, sedangkan konduktivitas listrik dan pH mengalami kenaikan. Pengamatan fisik, pH, uji organoleptik dan secara visual selai buah pepaya bangkok dengan penambahan pektin dan natrium benzoat memberikan hasil yang lebih baik dan masih layak dikonsumsi sampai hari ke-32 daripada selai tanpa penambahan pektin dan natrium benzoat hanya dapat dikonsumsi sampai hari ke-7 hal ini ditandai munculnya mikroorganisme seperti kapang dan khamir. Penilaian uji organoleptik selai buah pepaya bangkok terhadap rasa, aroma, tekstur dan warna panelis memberikan nilai suka, walaupun panelis belum terbiasa dengan selai buah pepaya bangkok. Hasil penelitian kombinasi perlakuan yang paling baik yaitu komposisi selai 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin + 0,125 g natrium benzoat; 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin + 0,25 g natrium benzoat. Kombinasi perlakuan tersebut ternyata sesuai dan memenuhi syarat standar Industri Indonesia (1978) yaitu memiliki minimal 65% total padatan terlarut; pH 3,1 -3,5; serta bebas kapang dan khamir.

(3)

KARAKTERISASI FISIK DAN pH SELAI BUAH PEPAYA BANGKOK

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ROPIANI

G74102011

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : Karakterisasi Fisik dan pH Selai Buah Pepaya Bangkok

Nama : ROPIANI

NRP : G74102011

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS

NIP. 130 367 084

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131 473 999

(5)

“ N iscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diant aramu dan orang-orang yang diberi ilmu penget ahuan beberapa

derajat (QS. Al-M ujaadilah 58:11) “

Sudah menjadi warisanku unt uk berdiri t egak megah dan berani unt uk berpikir dan bertindak untuk diri sendiri untuk meraih segala kebahagiaan hasil karya sendiri dan untuk

menghadapi dunia dengan berkat a ini telah kulakukan segalanya ini memberikan makna seorang “ manusia “

K upersembahkan karya kecil ini unt uk Bapa& M amah t ersayang yang senant iasa menyert ai langkahku dengan do’a,

keikhlasan dan kasih sayang. U nt uk saudaraku De’Ferdiansyah t ersayang yang senant iasa mendo’akanku dan Aa Enno yang senantiasa mendorong penuh perhatian

dan kesabaran serta mencintaiku

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Pangandaran Kabupaten Ciamis tanggal 30 Oktober 1983, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan ayah bernama Parlan dan Ibu bernama Ikem Nurjanah.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pangandaran III, tahun 1990 dan lulus tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Pangandaran, lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Pangandaran, lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Jurusan Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai staf Departemen Kewirausahaan Badan Eksekutif Himpunan Mahasiswa Fisika IPB (BE HIMAFI) pe riode 2002-2003. Penulis juga pernah menjadi asisten Fisika Dasar tahun 2005-2006.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirahmanirrahim, dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin, kemampuan berpikir dan perlindungan, sehingga semuanya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga -Nya.

Skripsi ini berjudul “ Karakterisasi Fisik dan pH Selai Buah Pepaya Bangkok“. Di dalamnya membahas tentang pengolahan selai yang baik, mengkarakterisasi sifat fisik dan pH selai selama penyimpanan dalam jangka waktu yang berbeda, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Selama penelitian hingga tersusunnya skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik pada pelaksanaan penelitian maupun pada waktu penyusunan dan penyelesaian skripsi, dalam hal ini khususnya kepada:

1. Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS selaku pembimbing utama, terimakasih atas segala motivasi, bimbingan, kesabaran dan semangat juang untuk meraih kebahagiaan. Semoga Tuhan memberikan balasan jasa yang berlimpah.

2. Ir. Irmansyah, M. Si dan Jajang Juansah, M. Si selaku dosen penguji, terimakasih atas kritik dan sarannya.

3. Bapa dan mamah, matur kesewun atas kasih sayang, do’a yang tak terbatas dan pengorbanannya, semoga Allah membalasnya. Opie sayang Bapa dan Mamah!

4. Adikku yang ganteng Dede Ferdiansyah, makasih atas do’anya. Teh Opie mendo ’akan de’Ferdi semoga menjadi anak yang sholeh, berbakti sama Orang tua dan pinter.

5. Laksmono Retno Rahayu, makasih atas motivasi, kasih sayang serta do’anya. Aa kapan mau nyusul? Opie tunggu janji Aa! Thanks for love 2001 square.

6. Keluarga Besar Miking Siswoyo di Pangandaran, wa’ matur kesewun do’ane. Teh Endang ayo semangat kuliah yah! Kaka Wiska yang rajin sekolahnya! Agung Tri Laksono ampun dolan wae! sekolah sing pinter gih!

7. M. Nur Indro, MS selaku pembimbing akademik, terimakasih atas masukan, dukungan, saran dan do’anya.

8. Ibu Ai, Pak Mail, Pak Nano di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan Departemen Kimia IPB.

9. Pak Firman, terimakasih telah mengurus arsip-arsip kuliah Opie. Pak Musyiran, nuhun

atas pinjaman kunci Laboratorium Biofisika, motivasi dan bercandanya.

10. Crew SSC anu gareulis: Risna, Rince, Dewies, Nenk hatur nuhun tos janten rerencangan dugi ka ayena, meuni resep mun herey sareng sadayana, tong hilap ka Opie! Inget mun nikah ngondangnya!You are my best friends!

11. Teman-teman pangan seperjuangan: Wahyu, Fera, Ima, Nurahmmah, Laina, Mbak Dilla. 12. MAFIA 39 atas kebersamaannya, semoga kita semua bisa memanfaatkan ilmu yang

diperoleh dengan baik.

13. Keluarga Besar Salsabillah: Arum, Tia, Ros, Novi, Tika, Riska, Dika, Siti, Arin, Nadhira, Niken, Ipit, Dian, Manda, Puji, Reni, Mbak Liesa, Teh Endah. Makasih atas kebersamaanya, kalian adalah keluarga Opie di Bogor.

14. Semua pihak yang telah ikut berperan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan baik kritikan, saran maupun koreksi yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan perkembangan ilmu pengetahuan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Juni 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……… iv

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….………... x

DAFTAR GAMBAR...……….. xi

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian………... ... 1

Manfaat Penelitian………. ... 1

Perumusan Masalah………... ... 1

Hipotesa………... 1

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pepaya (Carica papaya L)………... ... 1

Botani Pepaya……… ……… 1

Asal Usul Penyebaran……… ……… 2

Komposisi dan Kegunaan……… ………….. 2

Morfologi Pepaya Bangkok………... 3

Syarat Tumbuh……….. 3

2. Selai……….. 3

3. Faktor-faktor Penting dalam Pembuatan Selai………. 4

Gula...………... 4

Pektin………. 4

Asam……… ………….. 4

Pengawet………... 5

4. Karakterisasi Selai Pepaya………... 5

Kerapatan……... 5

Kekentalan... 5

Konduktivitas Listrik... 5

Total Padatan Terlarut (TPT)……… 6

pH……….……… …………. 6

Organoleptik……….. 6

BAHAN DAN METODE Waktu……… 6

Bahan ……… 6

Alat……… 7

Metode Penelitian………... 7

1.Proses Pembuatan Selai Pepaya………. 7

2.Persiapan Sampel dan Penyimpanan………. 7

3.Karakterisasi Selai Buah Pepaya Bangkok……… 8

4.Perlakuan Penelitian……….. 8

5.Rancangan Percobaan dan Analisis Data……….. 8

Prosedur Analisis………... 8

1.Pengukuran Kerapatan……….. ... 8

2.Pengukuran Kekentalan……… ... 8

3.Pengukuran Konduktivitas Listrik... 9

4.Pengukuran Total Padatan Terlarut (TPT)………... 9

5.Pengukuran pH... 9

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan... 10

Penelitian Utama... 10

1.Kerapatan... 10

2.Kekentalan... 11

3.Konduktivitas Listrik... 12

4.Total Padatan Terlarut (TPT)... 13

5.pH... 14

6.Mutu Hasil Penelitian... 15

7.Uji Organoleptik... 15

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 16

Saran... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN... 18

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Teks

1. Analisis Komposisi Buah dan Daun Pepaya Tiap 100 gram……… .. 3

2. Beberapa Pengawet Kimia dan Batas Maksimum Penggunaan…... 5

3. Skala Hedonik...………... 6

4. Komposisi Selai... 8

5. Uji Organoleptik Penelitian... 9

6. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Penelitian Pendahuluan... 10

7. Kerapatan (g/cm3) Selai Buah Pepaya Bangkok...………... 11

8. Kekentalan (centipoise) Selai Buah Pepaya Bangkok………. 12

9. Konduktivitas Listrik (µS) Selai Buah Pepaya Bangkok………. 13

10. Total Padatan Terlarut (% Brix) Selai Buah Pepay a Bangkok……… 13

11. pH Selai Buah Pepaya Bangkok………... 14

12. Mutu Selai Buah Pepaya Bangkok Hasil Penelitian dibandingkan dengan Standar Industri Indonesia (1978)……… 15

13. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok H ari Ke-1……… 15

14. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari Ke-8………... 15

15. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari Ke-16………. 15

16. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari Ke-24………. 15

17. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari Ke-32………. 15

Lampiran 1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian………... 19

2. Uji Statistik terhadap Kerapatan……….. 20

3. Uji Statistik terhadap Kekentalan……… 21

4. Uji Statistik terhadap Konduktivitas Listrik……… ....… 22

5. Uji Statistik terhadap Total P adatan Terlarut……… …...……. 23

6. Uji Statistik terhadap pH……….………. 24

7. Hubungan Kerusakan oleh Bakteri dalam Makanan Kalengan………... 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Teks

1. Buah Pepaya Bangkok……… 3

2. Komponen Utama Molekul Pektin………... 4

3. Rumus Bangun Asam Sitrat……… 4

4. Rumus bangun Natrium Benzoat……… 5

5. Diagram Alir Penelitian………...……… ………. 7

6. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Kerapatan (g/cm3) Selai Buah Pepaya Bangkok...….………... 11

7. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Kekentalan (centipoise) Selai Buah Pepaya Bangkok…... 12

8. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Konduktivitas Listrik (µS) Selai Buah Pepaya Bangkok….….…... 13

9. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Total Padatan Terlarut (% Brix) Selai Buah Pepaya Bangkok... 13

10. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan pH Selai Buah Pepaya Bangkok... 14

Lampiran 1. Hubungan Kecepatan Reaksi dengan Water Activity dalam Bahan Makanan………... 25

2. Selai Buah Pepaya Bangkok dan Botol Jar Kosong………..………...….... ... 26

3. Alat Ukur...………...……….. 27

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya L) berasal dari keluarga Caricaceae. Pepaya banyak dibudiyakan oleh masyarakat baik sebagai hobi ataupun usaha komersil. Hal ini karena pepaya memiliki kelebihan diantaranya dapat dibudidayakan dipekarangan atau kebun, cepat berbuah dan mampu berbuah lebat, rasanya manis, tumbuh tanpa perawatan yang rumit dan kandungan gizi yang cukup banyak.

Buah pepaya tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir seluruh penduduk penghuni bumi. Daging buahnya lunak dengan warna merah dan kuning, rasanya manis dan menyegarkan karena mengandung banyak air. Nilai gizi buah pepaya cukup tinggi karena mengandung banyak provitam in A, vitamin C, dan kalsium. Buah-buahan mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral dan zat -zat lain dalam menunjang kecukupan gizi, tetapi buah-buahan segar termasuk komoditi yang tidak tahan lama. Daya tahan buah-buahan tergantung pada jenis buah dan perlakuan lepas panen yang diberikan. Pengolahan buah-buahan penting dilakukan karena sifatnya yang mudah rusak dan musiman sehingga perlu dilakukan pengawetan untuk memperpanjang masa simpan.

Dewasa ini pemanfaatan buah pepaya dalam usaha pengawetan dengan cara mengubahnya menjadi produk yang lebih awet seperti manisan, buah dalam sirup, selai, dan sebagainya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat produk pangan yang relatif baru yaitu selai pepaya dengan perlakuan berbeda. Mengamati sifat fisik dan pH selai pepaya serta memperkenalkan selai pepaya sehingga produk ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonominya.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan cara yang baik pengolahan selai pepaya sehingga diperoleh selai pepaya yang masih layak dikonsumsi, disukai konsumen dan tahan lama.

Perumusan masalah

Pepaya jika disimpan dalam keadaan segar akan cenderung cepat busuk dan jika dikonsumsi dalam produk segar harganya relatif lebih murah maka alternat if untuk dikonsumsi dalam jangka waktu penyimpanan yang lebih lama dan meningkatkan nilai ekonominya dibuat dalam bentuk selai. Produk selai pepaya jika dibuat tanpa ditambahkan bahan pengawet kualitasnya akan lebih cepat menurun. Pengaruh bahan pengawet akan memberikan kualitas daya simpan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selai pepaya masih sangat jarang disebarluaskan dalam perdagangan jika dibandingkan dengan selai strawberi, kacang, nanas dan lain-lain.

Hipotesa

Perbedaan komposisi bahan pengawet dan pektin memberikan mutu selai yang berbeda ditinjau dari sifat fisik dan pH yang disimpan pada suhu kamar pada jangka waktu yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pepaya (Carica papaya L)

Botani Pepaya

Klasifikasi tanaman pepaya dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Caricales Famili : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L

Dalam klasifikasi tanaman, pepaya termasuk dalam famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylicomorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli Amerika Tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Genus Carica memiliki 24 spesies, salah satu diantaranya adalah pepaya. Tanaman dari genus Carica banyak diusahakan petani karena buahnya enak dimakan.

(13)

daging buah berwarna merah atau kuning, keras atau lunak berair, rasanya manis atau kurang manis dan kulit buah licin menarik atau kasar tebal. Massa buah pepaya berkisar 0,5-9 kg (Kalie 1999).

Tanaman pepaya berbentuk perdu yang tingginya mencapai 3 m. Bunga keluar dari ketiak daun, tunggal atau dalam rangkaian. Bunganya ada yang berjenis satu yaitu betina (putik), jantan (benang sari), dan sempurna (hermafrodit). Pepaya tergolong p enyerbuk silang dengan perantaraan angin. Buah pepaya bergetah dan getahnya makin hilang pada saat mendekati tua (matang). Getah pepaya (dari buah, daun, dan batang) mengandung papain yang bersifat proteolitik (Sunarjono 1998).

Dipandang dari jenis kelamin, tanaman pepaya dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:

1) Pepaya jantan

Pohon pepaya jantan mudah dikenal, memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga -bunga pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah bunga jant an. Tanda-tanda dari bunga jantan ialah: putik atau buah yang rumdimeter yang tidak berkepala, susunan benang sari sempurna, malai bunga bercabang banyak, menggantung dan bertangkai panjang (Tohir 1978). Jenis pohon ini tidak akan menghasilkan buah karena bunganya tidak mempunyai bakal buah, pohon jantan hanya bermanfaat sebagai penyerbuk pohon betina, pohon pepaya jantan biasanya ditanam di antara 15-20 pohon betina dan dikenal orang dengan nama pepaya gandul atau pepaya gantung (Kalie 1999).

2) Pepaya betina

Pepaya betina memiliki bunga majemuk artinya pada satu tangkai bunga terdapat beberapa bunga. Tangkai bunga sangat pendek, tidak berbenang sari, pada satu tangkai bunga pepaya betina biasanya terdapat beberapa bunga betina kecil dan satu bunga betina besar. Bunga yang besar inilah yang kelak akan menjadi buah (Tohir 1978). Tanpa adanya pohon jantan atau pohon sempurna, pohon betina tidak akan menghasilkan buah. Buah dari pohon betina berbentuk bulat sehingga

kurang menarik dan kurang diminati konsumen (Kalie 1999). 3) Pepaya sempurna

Pepaya sempurna memiliki susunan bunga yang sempurna, memiliki bakal buah dan benang sari, sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri.

Berdasarkan sifat daging buahnya dan perkawinan silang antara pepaya betina, jantan dan sempurna, maka pepaya yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1) Pepaya semangka

Memiliki daging buah yang warnanya merah dan tebal menyerupai daging buah semangka, rasanya manis. Termasuk dalam golon gan pepaya s emangka antara lain: pepaya semangka, jinggo, cibinong, bangkok.

2) Pepaya burung

Memiliki daging buah yang warnanya kuning, harum dan manis-asam rasanya. Termasuk dalam golongan pepaya burung antara lain: pepaya ijo, solo, dan hitam bundar (Tohir 1978)

Asal Usul Penyebaran

Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada disekitar Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke-16, tanaman ini turut menyebar ke berbagai benua dan negara, termasuk ke benua Afrika dan Asia (Kalie 1999).

Daerah sentral penghasil pepaya di Indonesia antara lain: Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bogor, Garut, Ciamis, Bekasi, Cirebon, Tangerang, Serang, Rembang, Sragen, Kulon Progo, Lamongan, Sumenep, Pacitan, Sulawesi Selatan, dan lain-lain.

Komposisi dan Kegunaan

(14)

Tabel 1. Analisis Komposisi Buah dan Daun Pepaya T iap 100 gram

Sumber: Kalie, 1999

Morfologi Pepaya Bangkok

Varietas pepaya bangkok dikenal dengan nama pepaya Thailand. Kul it luarnya mirip dengan pepaya cibinong, yaitu kasar dan tidak rata atau benjol-benjol. Bentuknya lebih bulat dan lebih besar dibandingkan dengan pepaya cibinong. Daging buahnya berwarna jingga bersemu merah dan keras. Massa buah lebih kurang 3,5 kg (Kalie 1999).

Gambar 1. Buah Pepaya Bangkok.

Syarat Tumbuh

Tanaman pepaya termasuk jenis tanaman tropis basah. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Senang tumbuh di lokasi dengan curah hujan 1.000-2.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Di daerah yang iklimnya kering, yang musim hujannya 2-5 bulan dan musim kemaraunya 6-8 bulan, tanaman pepaya masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang subur dan lembab dengan pH 6-7 merupakan lokasi ideal untuk tanaman pepaya. Tanaman pepaya lebih menyukai daerah terbuka dan tidak tergenang air. Tanah yang mempunyai drainase tidak baik menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit pada akarnya (Sunarjono 1998).

Suhu optimal pertumbuhan tanaman pepaya berkisar antara 22 oC –26 oC, suhu minimum 15 oC, dan suhu maksimum 43 oC. Perkecambahan biji pepaya akan berlangsung cepat bila suhu siang hari 35 oC dan malam hari 26 oC. Biji akan berkecambah dan tumbuh setelah 12-14 hari tanam (Kalie 1999).

2. Selai

Selai buah adalah produk pangan semi basah, merupakan pengolahan bubur bua h dan gula yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang diizinkan (Fatonah 2002).

Selai, jeli, marmalade, dan produk selai lainnya merupakan produk buah-buahan, pulp buah-buahan, s ari buah atau potongan-potongan buah yang diolah menjadi suatu struktur seperti gel berisi buah -buahan, gula, asam dan pektin.

Stabilitas mikroorganisme dari selai ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu:

1) Kadar gula yang tinggi, biasanya 65-75 % bahan terlarut

2) Keasaman tinggi dengan pH sekitar 3,1-3,5

3) Nilai aw sekitar 0,75-0,83

4) Suhu tinggi selama pendidihan atau pemasakan (105-106 oC), kecuali jika diuapkan secara vakum dan dikemas pada suhu rendah

5) Tegangan oksigen rendah selama penyimpanan, misalnya dengan pengisian ke dalam wadah yang kedap udara (Buckle et al 1985).

Pada pembuatan selai perlu diperhatikan beberapa faktor seperti pengaruh panas dan gula pada pemasakan, serta keseimbangan proporsi gula, pektin dan asam. Jumlah gula yang ditambahkan harus seimbang dengan jumlah pektin. Kondisi optimum pembentukan

gel adalah dengan kadar pektin 0,75-1,5%, kadar gula 65-70 %, dan asam dengan pH sekitar 3,2 -3,4 (Buckle et al 1985).

Agar diperoleh selai yang aromanya harum dan dengan konsistensi yang baik, sebaiknya digunakan campuran buah setengah matang dan buah matang penuh. Buah yang setengah matang akan memberikan pektin dan asam yang cukup, sedangkan buah yang matang penuh akan memberikan aroma yang baik (Fatonah 2002).

Air dapat ditambahkan selama ekstraksi. Jumlah air yang ditambahkan tergantung pada kandungan air bahan baku. Air yang

(15)

berlebihan harus diuapkan selama pengentalan. Oleh karena itu, air yang ditambahkan harus sedikit dan diimbangi dengan bubur buah yang cocok untuk mencegah kegosongan dan ekstraksi pektin (Fatonah 2002).

Pengemasan produk selai dilakukan setelah produk selesai dimasak (kondisi produk masih panas) dan sesegera mungkin diisi ke dalam kemasan yang kemudian langsung ditutup. Pengemasan cara ini disebut

hot filling dan dengan cara ini dapat menghemat perlakuan sterilisasi setelah pengemasan (Fatonah 2002).

3. Faktor-faktor Penting dalam Pembuatan Selai

Gula

Gula termasuk pengawet dalam pembuatan aneka ragam produk-produk makanan beberapa diantaranya jeli, selai, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan, buah-buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis, susu kental manis, madu dan lain sebagainya.

Gula terbagi menjadi berbagai bentuk antara lain: sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Sukrosa adalah gula yang dikenal sehari -hari dengan istilah gula pasir dan banyak digunakan dalam industri makanan, baik bentuk kristal halus, kasar maupun dalam bentuk cair (Winarno 1997).

Daya larut gula tinggi mampu mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH) dan dapat mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai sebagai pengawet bahan pangan. Apabila gula ditambahkan kedalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40 % padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan (Buckle et al 1985).

Apabila dalam suatu campuran terjadi penurunan kadar gula pereduksi seperti glukosa dan fruktosa yang disebabkan penguraian gula pereduksi menjadi asam, alkohol dan CO2 maka dapat menurunkan total padatan terlarut (Winarno, 1980)

Pektin

Pada buah-buahan pektin banyak terdapat di bawah kulit buah, hati buah dan sekitar biji buah. Kandungan pektin terbanyak dijum pai pada buah yang sedang akan matang dan setelah itu jumlahnya menurun karena adanya enzim yang mencegah pektin menjadi asam

pektat dan alkohol, asam pektat tidak dapat membentuk gel kecuali ditambahkan molekul kalsium (Fatonah 2002).

Penambahan pektin pada pembuatan selai dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gagalnya pembentukan gel pada pembuatan selai dari buah-buahan yang kandungan pektinnya rendah (Fatonah 2002).

Gel pektin dapat terbentuk pada berbagai suhu walaupun kecepatan pembentukan gel

tergantung pada berbagai faktor yaitu gula, konsentrasi pektin, jenis pektin, pH dan suhu. Pembentukan gel dapat menjadi lebih cepat dengan semakin rendahnya suhu serta meningkatnya konsentrasi gula.

Gambar 2. Komponen Utama Molekul Pektin.

Asam

Asam digunakan untuk menurunkan pH bubur buah karena struktur gel hanya terbentuk pada pH rendah. Asam yang dapat digunakan adalah asam sitrat, asam asetat atau cairan asam dari air jeruk nipis.

Tujuan penambahan asam selain untuk menurunkan pH selai juga untuk menghindari terjadinya pengkristalan gula. Bila tingkat keasaman buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan jumlah gula yang mengalami inversi selama pendidihan (Fatonah 2002).

Asam sitrat merupakan senyawa

intermedier dari asam organik yang berbentuk kristal atau berbentuk serbuk putih. Asam sitrat mudah larut dalam air, spritus dan etanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah -buahan seperti nanas, jeruk, lemon, dan markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli dan lain-lain (Fatonah 2002).

(16)

Pengawet

Agar selai yang dibuat awet selama penyimpanan maka dalam pembuatannya perlu ditambahkan bahan pengawet. Bahan-bahan pengawet kimia adalah salah satu kelompok dari sejumlah besar bahan-bahan kimia yang baik ditambahkan dengan sengaja ke dalam bahan pangan atau ada dalam bahan pangan sebagai akibat dari perlakuan prapengolahan, pengolahan atau penyimpanan (Buckle et al 1985).

Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam atau garamnya. Aktivitas-aktivitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada yang efektif terhadap bakteri, khamir ataupun kapang (Winarno 1997).

Pengawet sebaiknya digunakan apabila benar-benar dibutuhkan, karena penggunaan gula yang cukup pekat sudah berfungsi sebagai pengawet. Hal lain yang harus diperhatikan dalam penggunaan pengawet kimia adalah dosis yang aman bagi kesehatan (Fachruddin 1998).

Tabel 2. Beberapa Pengawet Kimia dan Batas Maksimum Penggunaan

Sumber: Fachruddin, 1998

Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet organik yang sering penggunaannya terutama pada makanan asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar maka biasa digunakan dalam bentuk natrium benzoat (Winarno 1997).

Natrium benzoat merupakan garam natrium dari asam benzoat yang sering digunakan pada bahan makanan. Natrium benzoat stabil dalam bentuk kristal putih, mempunyai rasa manis dan kadang-kadang sepat. Garam ini lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam benzoat.

Gambar 4. Rumus Bangun Natrium Benzoat .

4. Karakterisasi Selai Pepaya

Kerapatan

Kerapatan material homogen didefinisikan sebagai massa per unit volume. Kerapatan biasanya dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (CGS) atau kilogram per meter kubik (SI). Biasanya dilambangkan dengan ? (rho) atau dapat dinyatakan dengan persamaan 1.

? = m/V (1)

keterangan:

? = kerapatan (g/cm3) m = massa (g) V = volume (cm3)

Jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan, maka kerapatannya akan berubah. Kerapatan bervariasi sesuai dengan konsentrasi larutan. Kebanyakan bahan seperti gula dan garam menyebabkan kenaikan kerapatan tetapi kadang-kadang kerapatan juga dapat turun jika dalam larutan terdapat lemak atau alkohol (Utami dewi 2004).

Kekentalan

Kekentalan merupakan suatu pengukuran daya tahan aliran suatu fluida. Untuk memahami perilaku aliran fluida diperlukan persamaan gerak fluida dalam sebuah alat

rheological seperti viskometer. Kekentalan (viskositas ) dapat terjadi pada cairan maupun gas. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antar molekul. Dalam gas, kekentalan berasal dari tumbukan-tumbukan di antara molekul -molekulnya tersebut (Giancoli 2001).

Produk pangan dikatakan kental jika nilai viskositasnya tinggi dan sebaliknya jika nilai viskositasnya rendah disebut encer. Perubahan kekentalan (viskositas) dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan, penyimpan gan, atau penurunan mutu pangan.

Konduktivitas Listrik

Sifat listrik dari bahan pangan merupakan dampak dari transmisi ataupun absorpsi energi (Utami dewi 2004).

Nama Pengawet

Batas maksimum penggunaan Asam benzoat

Natrium benzoat Natrium bisulfit Kalium sorbat Kalium benzoat

(17)

Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik besar. Daya hantar listrik menunjukkan kemampuan fluida untuk menghantarkan listrik. Konduktivitas larutan sangat bergantung pada konsentrasi ion dan suhu air. Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti kemampuan dalam menghantarkan listrik semakin kuat.

Total Padatan Terlarut (TPT)

Padatan adalah bahan yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 1030C-1050C (Saeni 1989).

Analisa zat padat terlarut mengukur jumlah zat padat yang larut dalam air. Penyusun utama zat padat terlarut dalam air alami adalah bikarbonat, kalsium, sulfat, hidrogen, silika, klorin, magnesium, sodium, potasium, nitrogen, dan fosfor. Jumlah zat padat terlarut berbeda dengan konduktivitas listrik larutan. Pada jumlah zat padat terlarut, yang diukur adalah jumlah ion dalam air, sedangkan dalam konduktivitas listrik yang diukur adalah kemampuan ion-ion tersebut dalam menghantarkan listrik (Widyasari 2002).

pH

pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan dan mewakili konsentrasi ion hidrogen (H+). Bias anya didefinisikan sebagai negatif logaritma sepuluh konsentrasi ion hidrogen, dapat dituliskan sebagai berikut:

pH = - log [H+] (2)

Konsentrasi ion hidrogen yang aktif biasa dinyatakan dengan pH dan sering digunakan sebaga i indikator jenis mikroba yang tumbuh dalam makanan dan produk yang dihasilkan. Setiap mikroba masing-masing mempunyai pH optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya, sebagai contoh bakteri yang dapat tumbuh baik pada pH mendekati netral, tetapi beberapa bakteri menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa (Utami dewi 2004).

Organoleptik

Mutu bahan makanan dapat diukur berdasarkan kemampuan organ indera manusia secara langsung sebagai penilaian organoleptik. Penilaian yang biasa disebut

juga sensory evaluation ini bersifat subjektif. Parameter yang dinilai meliputi penampakan seperti warna buah, flavor atau aroma dan juga tekstur yang dipengaruhi oleh kandungan air dalam sel, faktor genetis maupun varietas buah (Syaifullah 1997).

Cara pengujian dapat digolongkan dua kelompok yaitu pengujian pembedaan

(difference test) dan pengujian pemilihan

(preference test). Dalam kelompok uji penerimaan terdapat uji kesukaan (hedonik) (Soekarto 1985).

Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Pada uji ini panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “suka” dapat memiliki skala hedonik seperti: am at sangat suka, sangat suka, suka dan agak suka. Sebaliknya jika tanggapan ”tidak suka” dapat mempunyai skala hedonik: amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, dan agak tidak suka. Diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang dimintai tanggapannya yang disebut netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka. Skala hedonik direntangkan menurut rentangan skala yang dikehendaki (Soekarto 1985).

Tabel 3. Skala H edonik

Sumber:Soekarto, 1985

BAHAN DAN METODE

Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember tahun 2005 sampai Mei tahun 2006, di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika IPB dan Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan Departemen K imia IPB.

Bahan

Bahan utama adalah pepaya bangkok mengkal yang seragam dari pasar Bogor, gula pasir, asam sitrat, pektin, natrium benzoat dan air.

Bahan tambahannya adalah aquades,

buffer pH 4, aseton.

Penerimaan Nilai

Sangat tidak suka Tidak suka Agak tidak suka

Netral Agak suka

Suka Sangat suka

(18)

Alat

Alat yang digunakan terd iri dari alat untuk karakterisasi dan alat untuk membuat selai.

Alat karakterisasi adalah Viskometer Ostwald, Oakton pH/CON 10 series meter, refraktometer GMK 701R digital, tutup botol, gelas ukur, gelas piala, stopwatch, termometer, neraca analitik, corong, kertas saring, erlenmeyer, pipet, pengaduk, gelas arloji.

Alat untuk membuat selai adalah blender, baskom, wajan, kompor, pisau, botol jar

bening berukuran 250 gram.

Metode Penelitian

1. Proses Pembuatan Selai Pepaya

Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan Buah

Dipilih pepaya yang segar, yang sebagian buahnya telah menguning, mengkal dan seragam. Pemilihan ini penting agar didapat hasil yang baik. 2) Pengupasan

Pepaya dikupas pada bagian kulitnya, kemudian dibuang bagian bijinya.

3) Pencucian

Pepaya yang telah dikupas dicuci dengan air sampai bersih, agar buah tersebut dijauhkan dari sumber-sumber kotoran mikrobiologis maupun kot oran lain yang tidak diinginkan.

4) Pemblenderan

Sebelum dilakukan proses pemblenderan buah pepaya dipotong berbentuk empat persegi panjang 1 cm x 2 cm x 4 cm, agar diperoleh bubur buah dengan hasil yang homogen ditambah air 50 ml.

5) Pemasakan

Bubur buah pepaya dipanaskan dalam wajan dengan tambahan gula pasir, asam sitrat, pektin dan natrium benzoat sekit ar suhu 70 oC, dan titik akhir dicapai pada suhu kira -kira 106 oC. Proses pemasakan dihentikan dengan melakukan spoon test.

Spoon test berfungsi untuk menentukan titik akhir pemasakan, caranya dengan mencelupkan sendok ke dalam adonan, kemudian angkat, jika adonan meleleh tidak lama setelah sendok diangkat dan terpisah menjadi dua maka pemasakan telah cukup.

6) Pengemasan

Selai pepaya yang telah masak langsung dimasukkan ke dalam botol

jar dalam keadaan panas dan segera ditutup. Botol yang digunakan sudah disterilisasi dengan cara merebusnya dalam air mendidih selama 30 menit.

Pepaya bangkok

Kupas dan bersihkan

Pemblenderan

Pemasakan 250 g pepaya, 50 g gula pasir dan 1 g asam sitrat

Tanpa Dengan bahan bahan tambahan pektin dan tambahan natrium benzoat

Dikemas di dalam botol jar steril

Penyimpanan pada suhu kamar 26oC -28oC (1 hari, 8 hari, 16 hari, 24 hari, dan 32 hari)

Karakterisasi:

(kerapatan, kekentalan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut, pH dan uji organoleptik)

Penulisan Skripsi

Selesai

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian.

(19)

tambahan 2,5 g pektin dan 0,125 g natrium benzoat, 1 botol sampel yang diberi tambahan 2,5 g pektin dan 0,25 g natrium benzoat, 1 botol sampel yang diberi tambahan 5 g pektin dan 0,125 g natrium benzoat, 1 botol sampel yang diberi tambahan 5 g pektin dan 0,25 g natrium benzoat.

Setelah selai pepaya dimasukkan ke dalam botol jar dengan beda variasi pektin dan natrium benzoat, seluruh sampel selai disimpan dalam suhu kamar antara 26 oC-28 oC.

3. Karakterisasi Selai Buah Pepaya Bangkok

Karakterisasi selai buah pepaya bangkok meliputi karakterisasi fisik (kerapatan, kekentalan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut), pH dan uji organoleptik. Karakterisasi dilakukan pada hari ke 1, 8, 16, 24 dan 32.

4. Perlakuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan perlakuan:

1). Komposisi selai dinyatakan dengan faktor A, seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Selai

Nama Bahan Komposisi A1 A2 A3 A4 A5 Buah pepaya

bangkok (g) Gula pasir (g) Asam sitrat (g) Pektin (g)

Natrium benzoat (g)

250 250 250 250 250

50 50 50 50 50

1 1 1 1 1

- 2,5 2,5 5 5

- 0,125 0,25 0,125 0,25

2). Lama penyimpanan dinyatakan dengan faktor B yaitu: (B1) 1 hari, (B2) 8 hari, (B3) 16 hari, (B4) 24 hari, (B5) 32 hari.

5. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dan dua kali ulangan. Faktor utama (A) adalah komposisi selai (A1), (A2), (A3), (A4), (A5). Faktor kedua (B) adalah lama waktu penyimpanan (B1), (B2), (B3), (B4), (B5).

Yijz = µ + Ai + Bj + (AB)ij + eijz (3)

µ = nilai rata-rata sebenarnya i = 1,2,3,4,5

j = 1,2,3,4,5

z = ulangan percobaan (1,2)

Yijz = nilai yang ditimbulkan pengaruh bersamaan faktor A pada taraf ke-i, dan B pada taraf ke-j ulangan ke-z Ai = nilai yang ditimbulkan oleh faktor

A pada taraf ke-i

Bj = nilai yang ditimbulkan oleh faktor B pada taraf ke-j

(AB)ij = nilai yang ditimbulkan dari interaksi faktor A pada taraf ke -i dan faktor B pada t araf ke-j

eijz = galat A, dan B dengan ulangan ke-z

Prosedur Analisis

1.Pengukuran Kerapatan

Kerapatan selai pepaya bangkok diukur menggunakan tutup botol berbentuk silinder, sebelum digunakan tutup botol dibersihkan, selanjutnya dikeringkan dengan aseton. Massa dapat diketahui nilainya dengan menimbang massa kosong tutup botol, kemudian tutup botol diisi dengan selai buah pepaya bangkok dan timbang kembali, sedangkan volume dapat diketahui nilainya dengan menghitung

volume tutup botol silinder. Kerapatan selai pepaya diperoleh dengan persamaan 4:

V

m

m

1

2

=

ρ

(4)

Keterangan:

? adalah kerapatan sampel (g/cm3), m1 adalah massa tutup botol yang diisi selai buah pepaya b angkok (g), m2 adalah massa tutup botol kosong (g), V adalah volume

tutup botol (cm3).

2.Pengukuran Kekentalan

Kekentalan sampel diukur dengan menggunakan viskometer ostwald. Sebelum digunakan viskometer dibersihkan dengan menggunakan aquades lalu keringkan dengan menggunakan aseton. Viskometer diisi aquades sampai 2/3 bagian dari gelembung viskometer, hisap aquades

menggunakan bulb sampai batas tera pertama. Lepaskan bulb lalu biarkan

aquades mengalir, hidupkan stopwatch

(20)

kering sampel dimasukkan ke dalam viskometer, kemudian sampel diukur dengan menggunakan prosedur seperti pengukuran aquades. Sampel selai buah pepaya bangkok yang akan diukur kekentalannya sebelumnya dilakukan pengenceran sebanyak 25 g selai buah pepaya bangkok dengan 100 ml aquades.

Kemudian samp el di saring menggunakan kertas saring.

Menurut Saeni et al (2000), nilai kekentalan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 5:

1 1 1

2 2

2

η

ρ

ρ

η

t

t

=

(5)

Keterangan:

?1 = Koefisien kekentalan aquades (poise) ?2 = Koefisien kekentalan sampel (poise) ?1 = Kerapatan aquades (g/cm3)

?2 = Kerapatan sampel (g/cm3) t1 = Waktu alir aquades (sekon) t2 = Waktu alir sampel (sekon)

3.Pengukuran Konduktivitas Listrik

Pengukuran konduktivitas listrik selai pepaya bangkok dilakukan dengan alat Oakt on pH/CON 10 series meter. Sebelum dilakukan pengukuran sampel selai pepaya diencerkan dengan air destilata yaitu 25 g sampel diencerkan dengan 100 ml air destilata. Alat untuk mengukur konduktivitas listrik dinyalakan (ON), ketika akan memulai pengukuran sebaiknya alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan mencelupkan elektroda ke dalam larutan

buffer, didiamkan sampai diperoleh nilai yang sesuai dengan larutan buffer yang digunakan. Setelah selesai kalibrasi, elektroda harus dibersihkan dengan aquades

dan dikeringkan dengan tissue. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda ke dalam selai pepaya, dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh nilai konduktivitas listrik selai yang stabil. Setelah selesai elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue. Terakhir tombol

OFF ditekan untuk mengakhiri pengukuran.

4.Pengukuran Total Padatan Terlarut

(TPT)

Pengukuran total padatan terlarut (TPT) selai pepaya bangkok diukur menggunakan refraktometer GMK 701R digital.

Sebelumnya tempat sampel dibersihkan dengan aquades dan keringkan dengan

tissue, kemudian refraktometer dikalibrasi

dengan menekan tombol zero lalu sampel yang akan diukur dimasukkan dan ditekan tombol meas. Hasil pengukuran dapat langsung dibaca, data yang dicantumkan adalah kelipatan empat dari yang terbaca karena sampel mengalami pengenceran sebanyak empat kali.

5.Pengukuran pH

Pengukuran pH selai pepaya dilakukan dengan alat Oakton pH/CON 10 series meter. Sebelum dil akukan pengukuran sampel selai pepaya diencerkan de ngan air destilata yaitu 25 g sampel diencerkan dengan 100 ml air destilata. Alat untuk mengukur pH dinyalakan (ON), ketika akan memulai pengukuran sebaiknya alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan mencelupkan elektroda ke dalam larutan

buffer, didiamkan sampai diperoleh nilai yang sesuai dengan larutan buffer yang digunakan. Setelah selesai dikalibrasi, elektroda harus dibersihkan dengan aquades

dan dikeringkan dengan tissue. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda ke dalam selai pepaya, dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh nilai pH selai yang stabil. Setelah selesai elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan

tissue. Terakhir tombol OFF ditekan untuk mengakhiri pengukuran.

6.Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan terhadap warna, rasa, aroma, dan tekstur berdasarkan tingkat kesukaan konsumen. Pengujian organoleptik dilakukan kepada panelis tidak terlatih, pada penelitian pendahuluan uji organoleptik dilakukan oleh empat orang panelis sedangkan pada penelitian utama dilakukan oleh tujuh orang panelis, dengan metode memberikan kode tertentu pada sampel. Setiap panelis memberikan penilaian berdasarkan rentang nilai tidak suka sampai suka, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Organoleptik Penelitian Penerimaan Nilai

Tidak suka Biasa Suka

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mencari perbandingan komposisi selai yaitu menetapkan kisaran buah pepaya bangkok, gula pasir, asam sitrat, pektin dan natrium benzoat yang ditambahkan. Untuk komposisi total perbandingan buah pepaya bangkok dan gula pasir sebanyak 300 g yang digunakan yaitu 200 g buah pepaya bangkok : 100 g gula pasir dan 250 g buah pepaya bangkok : 50 g gula pasir. Oleh karena pepaya memiliki rasa yang manis maka yang digunakan adalah perbandingan 250 g buah pepaya bangkok : 50 g gula pasir.

Setelah memperoleh perbandingan buah pepaya bangkok dan gula pasir maka dilanjutkan dengan mencari perbandingan asam sitrat dan pektin. Penambahan asam sitrat yang digunakan adalah 1 g; 1,5 g dan 2 g, sedangkan pektin yaitu 2,5 g; 4 g; 5 g dan tanpa pektin.

Hasil uji organoleptik penelitian pendahuluan yang dilakukan empat orang panelis tak terlatih dengan nilai skor uji organoleptik seperti pada Tabel 5, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Penelitian Pendahuluan

Perla-kuan

Aroma Rasa Teks- tur Warna A B C D E F G H I J K L 1,5 2,0 2,0 2,0 1,8 2,0 1,8 2,0 1,5 1,5 1,8 1,8 1,8 2,8 2,5 2,8 2,0 2,0 1,8 2,0 1,5 1,3 1,3 1,8 1,3 2,8 2,8 3,0 1,5 2,5 2,8 2,5 1,5 2,0 2,5 2,5 2,0 2,3 2,3 2,3 1,8 2,5 2,5 2,3 2,3 2,5 2,3 2,3 Keterangan:

A = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + tanpa pektin. B = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin. C = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 1 g asam sitrat + 4 g pektin. D = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 1 g asam sitrat + 5 g pektin. E = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 1,5 g asam sitrat + tanpa pektin.

F = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1,5 g asam sitrat + 2,5 g pektin. G = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 1,5 g asam sitrat + 4 g pektin. H = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 1,5 g asam sitrat + 5 g pektin. I = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 2 g asam sitrat + tanpa pektin. J = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 2 g asam sitrat + 2,5 g pektin. K = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 2 g asam sitrat + 4 g pektin. L = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula

pasir + 2 g asam sitrat + 5 g pektin.

Secara umum asam sitrat yang digunakan pada penelitian utama adalah 1 g karena untuk 1,5 g dan 2 g asam sitrat selai buah pepaya bangkok memiliki rasa yang sangat asam sehingga kurang disukai. Pektin yang digunakan 2,5 g ternyata penambahan tersebut telah menghasilkan gel yang baik, hal ini sesuai dengan pendapat Buckle et al (1985) kondisi optimum pembentukan gel adalah dengan kadar pektin 0,75-1,5%. Untuk penelitian utama digunakan komposisi pektin yaitu 2,5 g; 5 g dan tanpa pektin.

Natrium benzoat yang fungsi utamanya sebagai pengawet untuk penelitian utama adalah 0,125 g; 0,25 g dan tanpa natrium benzoat. Penambahan pengawet yang digunakan ini tidak melebihi jumlah yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan (Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan) Asam benzoat beserta garam-garam Na dan K untuk produk olahan seperti sirup, sari buah, jelly, selai, saus dan acar batas maksimum penggunaannya yaitu 1g/kg. Hasil pengamatan secara visual selai tanpa penambahan natrium benzoat selama tujuh hari sudah mulai tampak kerusakan yaitu munculnya kapang dan khamir pada selai.

Penelitian Utama 1. Kerapatan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi selai, lama penyimpanan dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan selai buah pepaya bangkok.

Hasil uji Duncan menunjukkan A5B1 memiliki nilai kerapatan yang relatif lebih tinggi dari perlakuan yang lain, uji statistik kerapatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 7.

(22)

disebabkan adanya perubahan kekuatan gel, selai buah pepaya bangkok mengalami

sineresis yaitu keluarnya cairan dari gel

sehingga struktur selai buah pepaya bangkok mengalami pengurangan ketegaran gel. Selain itu dapat pula disebabkan adanya penambahan udara yang masuk selama penyimpanan.

Sifat khas pektin adalah kemampuannya membentuk gel, selai buah pepaya bangkok yang diberi penambahan pektin memiliki kerapatan yang lebih besar, hal ini dapat dipengaruhi oleh terbentuknya ikatan-ikatan hidrogen yang lebih banyak antara molekul dengan pektin sehingga stuktur gel menjadi tegar. Menurut Glicksman (1969) pembentukan gel disebabkan oleh adanya ikatan antara hidrogen dengan gugus karboksil pada molekul-molekul pektin dan juga antara gugus hidroksil dari molekul yang berdekatan. Natrium benzoat sering digunakan sebagai pengawet makanan terutama untuk makanan yang bersifat asam seperti selai. Pengaruh penambahan natrium benzoat pada selai buah pepaya bangkok meningkatkan kerapatan, hal ini disebabkan terjadi ikatan silang ion-ion garam natrium dengan gugus karboksil pektin.

Tabel 7. Kerapatan (g/cm3) Selai Buah Pepaya Bangkok

Perla-kuan

Kerapatan (g/cm3) Hari Ke-

B1 B2 B3 B4 B5 A1

A2

A3

A4

A5

1,2597 1,2497 1,2459 1,2439 1,2356 1,2597 1,2493 1,2459 1,2429 1,2348

1,2933 1,2922 1,2620 1,2597 1,2477 1,2941 1,2920 1,2673 1,2595 1,2474

1,2983 1,2957 1,2708 1,2694 1,2532 1,2973 1,2947 1,2690 1,2630 1,2531

1,3069 1,3028 1,2841 1,2790 1,2633 1,3069 1,3012 1,2837 1,2793 1,2644

1,3072 1,3030 1,2840 1,2805 1,2738 1,3082 1,3019 1,2991 1,2805 1,2778

Keterangan:

(A) = Komposisi selai

A1 = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + tanpa pektin + tanpa natrium benzoat.

A2 = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin + 0,125 g natrium benzoat.

A3 = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin + 0,25 g natrium benzoat.

A4 = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 5 g pektin + 0,125 g natrium benzoat.

A5 = 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 5 g pektin + 0,25 g natrium benzoat.

(B) = Lama penyimpanan (Hari) B1, B2, B3, B4 dan B5 = Waktu penyimpanan 1 hari, 8 hari, 16 hari, 24 hari, 32 hari.

1,23 1,24 1,25 1,26 1,27 1,28 1,29 1,30 1,31 1,32

0 5 10 1 5 20 25 30 35

Lama Penyimpanan (Hari)

Kerapatan (g/cm 3) A1B A2B A3B A4B A5B

Gambar 6. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Kerapatan (g/cm3) Selai Buah Pepaya Bangkok.

2. Kekentalan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi selai, lama penyimpanan dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekentalan selai buah pepaya bangkok.

Hasil uji Duncan menunjukkan A5B1 memiliki nilai kekentalan yang relat if lebih tinggi dari perlakuan yang lain, uji statistik kekentalan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 8.

Kestabilan suatu produk semi basah dapat dilihat dari perubahan kekentalannya, apabila terjadi perubahan kekentalan yang nyata kemungkinan besar produk itu sudah mengalami penurunan mutu. Parameter kekentalan merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap mutu selai yaitu tekstur. Selai yang terlalu kental bukan merupakan mutu selai yang baik, karena selai yang terlalu kental akan sulit untuk dioleskan. Sebaliknya s elai yang terlalu encer akan membuat selai juga sulit dioleskan karena terlalu cair, oleh karenanya selai yang encer bukan merupakan mutu selai yang baik.

(23)

disebabkan penambahan gula pasir yang kurang dari 40 persen sehingga aw (aktivitas air)meningkat , hal ini ditandai dengan adanya air yang keluar dari selai selama penyimpanan, menurut Buckle et al (1985 ) bahan pangan yang memili ki kadar gula yang tinggi berarti memiliki aw yang rendah, dengan kadar gula yang cukup tinggi (minimal 40%) maka air dalam bahan pangan akan terikat sehingga tidak dapat digunakan oleh mikroba disebabkan nilai aw yang rendah. Pengaruh penambahan pektin dan natrium benzoat menjadikan kekentalan meningkat . Menurut Mc Cready (1970) adanya garam-garam (garam Ca, Al atau Mg) dan pektin dapat meningkatkan kekentalan, hal ini disebabkan terjadinya ikatan silang antara ion-ion garam tersebut dengan gugus karboksil pektin yang menyebabkan terjadi interaksi molekul-molekul pektin.

Tabel 8. Kekentalan (centipoise) Selai Buah Pepaya Bangkok

Perla-kuan

Kekentalan (centipoise) Hari Ke-

B1 B2 B3 B4 B5 A1

A2

A3

A4

A5

2,7761 2,7482 2,4935 2,3392 2,1945 2,7612 2,7113 2,5392 2,3347 2,2021

4,6472 4,5982 4,3883 4,2458 4,1523 4,6463 4,5954 4,4076 4,2596 4,1665

4,7513 4,6815 4,5596 4,4050 4,3548 4,7363 4,6578 4,5597 4,4089 4,3625

5,9102 5,8204 5,8117 5,7548 5,6460 5,9133 5,9085 5,8017 5,7681 5,6490

5,9678 5,9193 5,8551 5,8012 5,7883 5,9558 5,8931 5,8620 5,7966 5,7947

2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50

0 5 10 15 20 25 30 35

Lama Penyimpanan (Hari)

Kekentalan (centipoise)

A1B A2B A3B A4B A5B

Gambar 7. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Kekentalan (centipoise) Selai Buah Pepaya Bangkok.

3. Konduktivitas Listrik

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi selai, lama penyimpanan dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kondukt ivitas listrik selai buah pepaya bangkok.

Hasil uji Duncan menunjukkan A3B5 memiliki nilai konduktivitas listrik yang relatif lebih tinggi dari perlakuan yang lain, uji statistik konduktivitas listrik dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 9.

Konduktivitas listrik menunjukkan tingkat kemampuan cairan dalam menghantarkan listrik, daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan ion di dalam larutan, ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Konduktivitas listrik dalam larutan dipengaruhi oleh konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, ion valensi, tingkat oksidasi serta suhu.

Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai konduktivitas listrik yang semakin meningkat selama penyimpanan, hal ini dapat disebabkan oleh sifat larutan yang semakin basa, terjadi penurunan kekentalan dan total padatan terlarut.

Larutan yang mengandung konsentrasi ion H+ menurun dan ion OH- nya meningkat, berarti bahwa ion OH- mudah bergerak dibandingkan ion H+ di dalam larutan tersebut , sehingga larutan bersifat basa dan konduktivitas listriknya meningkat.

Pengaruh kekentalan dan total padatan terlarut di dalam larutan yang semakin menurun menjadikan nilai konduktivitas listrik yang semakin meningkat karena ion yang jumlahnya sedikit akan semakin mudah bergerak dalam keadaan cairan yang kurang kental.

Konduktivitas listrik selai buah pepaya bangkok semakin menurun dengan penambahan pektin hal ini disebabkan pektin dapat membentuk gel pada selai yang dapat menghambat pergerakan ion-ion karena terikat oleh gugus karboksil pektin sehingga ion lebih sukar bergerak.

(24)

Tabel 9. Konduktivitas Listrik (µS) Selai Buah Pepaya Bangkok

Perla-kuan

Konduktivitas Listrik (µS) Hari Ke-

B1 B2 B3 B4 B5 A1

A2

A3

A4

A5

1079 1113 1157 1211 1253 1090 1121 1154 1215 1256

1386 1509 1521 1552 1606 1390 1510 1520 1560 1605

1452 1592 1604 1623 1652 1463 1597 1605 1628 1657

1252 1302 1352 1410 1447 1256 1305 1346 1412 1439

1377 1382 1412 1479 1502 1375 1380 1419 1488 1500

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

0 5 10 15 20 25 30 35

Lama Penyimpanan (Hari)

Konduktivitas Listrik (µ

S) A1B A2B A3B A4B A5B

Gambar 8. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dan Konduktivitas Listrik (µS) Selai Buah Pepaya Bangkok .

4. Total Padatan Terlarut (TPT)

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi selai, lama penyimpan an dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai buah pepaya bangkok.

Hasil uji Duncan menunjukkan A2B1 memiliki nilai total padatan terlarut yang relatif lebih tinggi dari perlakuan yang lain, uji statistik total padatan terlarut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 10, diperoleh total padatan terlarut semakin menurun selama penyimpanan, hal ini dapat disebabkan kandungan gula pereduksi menurun, karena terjadi penguraian gula pereduksi menjadi alkohol, asam dan CO2. Hal tersebut ditunjang oleh kenaikan pH selama penyimpanan yang dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan mikoorganisme seperti kapang dan khamir.

Perlakuan penambahan 0,2 g pekt in mengakibatkan peningkatan total padatan terlarut selai buah pepaya bangkok karena pektin larut dalam air. Sedangkan penambahan 0,4 g pektin mengakibatkan

penurunan total padatan terlarut selai buah pepaya bangkok, hal ini disebabkan penambahan pektin berada dibatas optimalnya sehingga mempersulit kelar utan, kecenderungan ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Total padatan terlarut selai buah pepaya bangkok menurun dengan semakin besar konsentrasi natrium benzoat, hal ini disebabkan oleh penga ruh gula yang terdapat pada selai berikatan dengan kation Na+ yang mempengaruhi struktur gel yang terbentuk sehingga ion yang bebas menjadi terikat.

Dari sejumlah kombinasi perlakuan yang dicobakan didapatkan kombinasi perlakuan yang memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (1978) yaitu minimal 65% total padatan terlarut, berdasarkan data hasil pengamatan pada Tabel 10, didapatkan bahwa kombinasi perlakuan A2 dan A3 yang dicobakan memenuhi syarat minimal yang ditetapkan oleh Standar Industri Indonesia.

Tabel 10. Total Padatan Terlarut (% Brix) Selai Buah Pepaya Bangkok

Perla-kuan

Total Padatan Terlarut (% Brix) Hari Ke-

B1 B2 B3 B4 B5 A1

A2

A3

A4

A5

63,2 61,6 60,8 57,6 57,6 63,2 62,4 60,8 59,2 57,6

75,2 72,8 72,0 71,2 70,4 75,2 72,8 72,8 70,4 70,4

72,8 72,0 72,0 67,2 67,2 72,8 72,8 71,2 68,8 67,2

65,6 64,0 63,2 60,8 60,0 64,0 64,8 64,0 61,6 60,8

58,4 57,6 55,2 56,0 55,2 60,0 57,6 56,0 54,4 55,2

5 0 6 0 7 0 8 0

0 5 1 0 15 2 0 25 30 35

Lama Penyimpanan (Hari)

Total Padatan Terlarut (% Brix)

A1B A2B A3B A4B A5B

(25)

5. pH

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi selai, lama penyimpanan dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai pH selai buah pepaya bangkok.

Hasil uji Duncan menunjukkan A3B5 memiliki nilai pH yang relatif lebih tinggi dari perlakuan yang lain, uji statistik pH dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 11.

Pengukuran nilai pH merupakan salah satu parameter untuk meneliti daya awet suatu produk pangan.

Berdasarkan Tabel 11, diperoleh nilai pH yang semakin meningkat selama penyimpanan, hal ini menunjukkan bahwa larutan bersifat mendekati netral dan basa. Peningkatan nilai pH juga dapat terjadi oleh penguraian atau reaksi browning secara enzimatik dan nonenzimatik juga karena adanya pengaruh mikroorganisme.

Reaksi pencoklatan enzimatik terjadi pada jaringan yang masih hidup dan masih mengandung enzim aktif, sedangkan reaksi pencoklatan nonenzimatik biasanya terjadi pada suhu diatas suhu denaturasi, dapat mengakibatkan perubahan penampakan dan cita rasa (Aristyani, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pencoklatan nonenzimatik yaitu suhu, kadar air, pH, dan senyawa kimia.

Keberadaan mikroorganisme pada suatu bahan pangan dapat tumbuh pada pH mendekati netral, tetapi beberapa mikroorganisme menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai pH berkisar 3,20 sehingga selai buah pepaya bangkok masih dalam kondisi asam. Menurut Pelczar dan Chan (1988) umumnya dalam keadaan pH lebih kecil dari 3,70 kerusakan produk bahan pangan buah-buahan disebabkan adanya pertumbuhan kapang dan khamir.

Kenaikan pH selama penyimpanan selai buah pepaya bangkok menimbulkan kapang dan khamir yang dapat merusak asam selai dan memproduksi polialkohol melalui fermentasi. Penurunan kadar asam total terjadi akibat oksidasi asam dalam selai menjadi CO2 oleh kapang dan khamir, umumnya penurunan kadar asam total menyebabkan kenaikan nilai pH selama penyimpanan.

Pektin bersifat asam dan koloidnya bermuatan negatif disebabkan adanya gugus karboksil bebas. Pengaruh penambahan pektin pada selai buah pepaya bangkok mengakibatkan nilai pH menurun.

Penambahan natrium benzoat pada selai buah pepaya bangkok menjadikan nilai pH meningkat hal ini disebabkan natrium benzoat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Menurut Desrosier (1988) jika pH lebih kecil dari 3,10 akan terjadi sineresis yaitu keluarnya air dari struktur gel, terjadi pada perlakuan A1 karena perlakuan ini tanpa adanya penambahan pektin dan natrium benzoat. P eristiwa sineresis juga diperkuat dengan nilai kerapatan dan viskositas perlakuan A1 yang lebih kecil dari perlakuan yang lainnya. Sedangkan untuk perlakuan yang lainnya karena nilai pH melebihi 3,10 maka berdasarkan pengamatan secara visual tidak mengalami peristiwa sineresis dengan tekstur selai yang cukup baik.

Tabel 11. pH Selai Buah Pepaya Bangkok

Perla-kuan

pH Hari Ke-

B1 B2 B3 B4 B5 A1

A2

A3

A4

A5

2,99 3,02 3,03 3,04 3,09 3,00 3,01 3,03 3,07 3,07

3,23 3,27 3,29 3,28 3,31 3,22 3,28 3,28 3,30 3,31

3,24 3,30 3,31 3,33 3,36 3,25 3,30 3,30 3,33 3,34

3,09 3,12 3,15 3,22 3,24 3,10 3,09 3,09 3,24 3,24

3,21 3,22 3,22 3,27 3,28 3,20 3,21 3,24 3,25 3,26

2,95 3,00 3,05 3,10 3,15 3,20 3,25 3,30 3,35

0 5 10 15 20 25 30 35

Lama Penyimpanan (Hari)

pH

A1B A2B A3B A4B A5B

(26)

6. Mutu Hasil Penelitian

Tabel 12. Mutu Selai Buah Pepaya Bangkok Hasil Penelitian dibandingkan dengan Standar Industri Indonesia (1978)

Hal Standar Industri Indonesia Hasil penelitian Kompo sisi selai yang memenuhi SII TPT (% Brix) pH Kapang dan Khamir 65-75 3,1-3,5 Bebas 58,4-75,2 2,99-3,36 Bebas (kecuali A1)

A2 dan A3

A2, A3, A4 dan A5

Bebas (kecuali A1)

Secara keseluruhan yang memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (1978) yaitu komposisi selai A2 dan A3

7. Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan faktor yang penting untuk menguji penerimaan panelis terhadap suatu produk makanan. Penilaian organoleptik yang dilakukan terhadap selai buah pepaya bangkok meliputi uji kesukaan terhadap aroma, rasa, tekstur dan warna. Nilai skor uji organoleptik yang diberikan seperti pada Tabel 5.

Pada penelitian utama uji organoleptik dilakukan oleh tujuh orang panelis tak terlatih. panelis diminta tanggapannya terhadap kesukaan atau ketidaksukaannya pada selai buah pepaya bangkok selama penyimpanan 32 hari yaitu hari ke-1, hari ke-8, hari ke-16, hari ke-24, dan hari ke-32.

Kombinansi perlakuan A1 dilakukan uji organoleptik hanya pada hari ke-1 hal ini dikarenakan pengamatan secara visual mulai tumbuh kapang dan khamir pada hari ke-7, sehingga selai sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi, sedangkan untuk perlakuan kombinasi lainnya uji organoleptik tetap dilaksanakan sampai penyimpanan hari ke-32, hal ini disebabkan adanya pengaruh penambahan natrium benzoat yang berfungsi sebagai pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir pada selai buah pepaya bangkok. Hasil uji organoleptik terhadap tujuh orang panelis tidak terlatih ditunjukkan pada Tabel 13, 14, 15, 16, dan 17.

Tabel 13. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari ke -1

Perla-

kuan A1 A2 A3 A4 A5

Aroma

Rasa

Tekstur

warna

1,3 1,9 1,7 2,0 2,0

2,6 2,9 2,7 2,4 2,7

2,1 2,9 2,7 2,4 2,4

2,4 2,4 2,4 2,3 2,4

Tabel 14. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari ke -8

Perla-

kuan A1 A2 A3 A4 A5

Aroma

Rasa

Tekstur

warna

- 2,1 2,4 2,0 2,1

- 2,9 2,7 2,3 2,4

- 2,4 2,3 2,9 2,4

- 2,4 2,7 2,3 2,6

Tabel 15. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari ke -16

Perla-

kuan A1 A2 A3 A4 A5

Aroma

Rasa

Tekstur

warna

- 2,0 2,1 2,1 2,3

- 2,6 2,9 2,4 2,7

- 2,4 2,3 2,9 2,3

- 2,4 2,3 2,4 2,6

Tabel 16. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari ke -24

Perla-

kuan A1 A2 A3 A4 A5

Aroma

Rasa

Tekstur

warna

- 2,3 2,3 2,4 2,3

- 2,3 2,0 2,4 2,6

- 2,4 2,1 2,4 2,9

- 2,1 2,3 2,1 2,4

Tabel 17. Uji Organoleptik Selai Buah Pepaya Bangkok Hari ke -32

Perla-

kuan A1 A2 A3 A4 A5

Aroma

Rasa

Tekstur

warna

- 2,3 2,3 2,3 2,3

- 2,7 2,6 2,1 2,1

- 2,0 2,7 2,0 2,7

(27)

Penilaian terhadap rasa dilakukkan oleh panelis dengan cara memakan selai buah pepaya bangkok tanpa tambahan roti, penilaian tekstur dilakukan oleh panelis dengan mengoleskan selai buah pepaya bangkok pada roti tawar menggunakan pisau, sedangkan penilaian aroma dan warna dilakukan dengan pengamatan penginderaan.

Penilaian kesukaan umumnya lebih besar terhadap rasa, tekstur dan warna selai buah pepaya bangkok dibandingkan dengan aromanya. Hal ini disebabkan panelis belum terbiasa terhadap aroma selai buah pepaya.

Pengamatan tekstur berdasarkan daya oles dengan menggunakan pisau berpengaruh terhadap penerimaan panelis. Daya oles merupakan salah sifat penting pada produk selai, apabila tekstur terlalu keras atau encer akan membuat selai sulit dioles dan biasanya dapat menurunkan penerimaan panelis terhadap produk selai yang dihasilkan.

Lama penyimpanan berpengaruh terhadap penilaian aroma, panelis memberikan skor suka disebabkan panelis sudah terbiasa dengan aroma selai buah pepaya.

Pada penelitian ini aroma yang paling disukai adalah komposisi selai A3 dan A4 yaitu selai buah pepaya bangkok dengan penambahan 2,5 g pektin + 0,25 g natrium benzoat dan 5 g pektin + 0,125 g natrium benzoat. Rasa yang paling disukai komposisi selai A2 yaitu selai buah pepaya bangkok dengan penambahan 2,5 g pektin + 0,125 g natrium benzoat. Sedangkan tekstur dan warna yang paling disukai komposisi selai A5 yaitu selai buah pepaya bangkok dengan penambahan 5 g pektin + 0,25 g natrium benzoat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Parameter kerapatan, kekentalan, total padatan terlarut selama penyimpanan mengalami penurunan, sedangkan konduktivitas listrik dan pH semakin meningkat .

Penambahan pektin dan natrium benzoat yang diberikan terhadap selai buah pepaya bangkok memberikan hasil yang lebih baik dari pada selai tanpa penambahan pektin dan natrium benzoat untuk lama penyimpanan yang berbeda.

Kombinasi perlakuan yang paling baik yaitu komposisi selai 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin + 0,125 g natrium benzoat; 250 g buah pepaya bangkok + 50 g gula pasir + 1 g asam sitrat + 2,5 g pektin + 0,25 g natrium benzoat. Kombinasi perlakuan tersebut ternyata sesua i dan memenuhi syarat standar Industri Indonesia (1978) yaitu memiliki minimal 65% total padatan terlarut; pH 3,1-3,5; serta bebas kapang dan khamir.

Saran

Produk selai dari pepaya mempunyai prospek yang menarik untuk dikembangkan, mengingat produksi buah pepaya yang berlimpah di Indonesia dan ternyata produk selai pepaya disukai pada kombinasi perlakuan tertentu.

Untuk lebih meningkatkan mutu aroma dan rasa selai buah pepaya, disarankan melakukan penelitian lanjutan dengan mencari variasi asam sitrat, komposisi perbandingan gula dan bubur buah pepaya selain yang dilakukan dalam penelitian ini atau dengan penambahan flavor berdasarkan kesukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aristyani, A. 1997. Mempelajari Reaksi Pencoklatan Pada Pembuatan Gula Merah dari Nira Kelapa (Cocos nucifera L)

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Buckle, K.A., et al. 1985. Ilmu Pangan. Hari

Purnomo, Adiono, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahaan dari: Food Science.

Darmasetiawan, Hanedi. 2005. Bahan Kuliah Fisika Pangan. Departemen Fisika. FMIPA, IPB.

Departemen Kesehatan. 1967. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.

Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan Edisi Ke-3. Muchji Muljohardjo, Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Fachruddin. 1998. Membuat Aneka Manisan. Yogyakarta: Kanisius.

(28)<

Gambar

Gambar 1. Buah Pepaya Bangkok.
Gambar 3. Rumus Bangun Asam Sitrat.
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian.
Tabel 4. Komposisi Selai
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.6 Histogram Hasil Uji Organoleptik untuk Penilaian Daya Terima pada Selai Tomat dan Pepaya yang Ditambahkan Gula Pasir

judul penelitian, “ Perbandingan Kadar Vitamin C, Organoleptik, dan Daya Simpan Selai Buah Tomat ( Lycopersicum esculentum ) dan Pepaya ( Carica papaya )

Wine buah bit tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: kadar alkohol 4,82%, padatan terlarut 5,47%, derajat keasaman (pH) 4,23, kadar total asam 0,031%, kadar gula

Buah pepaya memiliki rasa yang enak, disamping untuk buah segar juga dapat diolah menjadi bahan pangan olahan seperti dodol, sirup, dan selai lembaran.. Buah pepaya

Konsentrasi gula merah memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap total asam laktat tertitrasi, total padatan terlarut, pH, kadar protein, dan nilai skor

Penambahan jenis hidrokoloid yang berbeda dengan konsentrasi yang sama berpengaruh terhadap nilai pH, total padatan terlarut, dan kadar air pada kombinasi

Perbedaan jenis hidrokoloid (agar-agar dan karagenan) pada konsentrasi yang sama berpengaruh signifikan terhadap pH, total padatan terlarut (TPT), dan kadar serat

Hasil uji Anava menunjukkan bahwa proporsi sari buah pepaya dan ekstrak rosella tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan selai lembaran dengan nilai F hitung