• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan kecap manis dari air kelapa serta mempelajari karakterisasi fisik dan pH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan kecap manis dari air kelapa serta mempelajari karakterisasi fisik dan pH"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN KECAP MANIS DARI AIR KELAPA SERTA

MEMPELAJARI KARAKTERISASI FISIK DAN pH

Oleh :

FERA WIJAYANTI

G74102022

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Fera Wijayanti. Pembuatan Kecap Manis dari Air Kelapa serta Mempelajari Karakterisasi Fisik dan pH. Dibimbing oleh Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakterisasi fisik kecap manis dari air kelapa yaitu karakterisasi fisik (kekentalan, konduktivitas listrik, kerapatan, transmitans), pH dan uji organoleptik yang disimpan pada suhu kamar (26°C - 28°C) dengan perlakuan penambahan natrium benzoat, penambahan garam dan lama penyimpanan yang berbeda. Perbedaan perlakuan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap, kemudian interaksi ketiganya diuji lanjut menggunakan uji Duncan dan sidik ragam. Perbedaan faktor konsentrasi Natrium benzoat, garam, lama penyimpanan dan interaksi ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekentalan, konduktivitas listrik, kerapatan, transmitans dan pH. Parameter konduktivitas listrik dan pH selama penyimpanan mengalami peningkatan, parameter transmitans dan kerapatan mengalami penurunan, sedangkan parameter kekentalan berfluktuasi pada kondisi tertentu. Mutu kecap air kelapa secara umum menurun setelah mengalami penyimpanan selama 43 hari. Penilaian uji organoleptik kecap air kelapa terhadap aroma, rasa dan warna panelis memberikan nilai suka, walaupun panelis belum terbiasa dengan kecap air kelapa. Hasil kombinasi perlakuan yang paling baik adalah A2B2 yaitu kecap air kelapa dengan penambahan 0,1 gram natrium benzoat + 5 gram

garam. Untuk mengetahui kandungan logam berbahaya, pada penelitian ini juga dilakukan analisis kandungan logam berbahaya dari salah satu sampel kecap air kelapa tanpa perlakuan dianalisis dengan AAS pada hari ke-1. Hasil analisa menunjukkan nilai negatif, artinya kecap air kelapa aman dikonsumsi terhadap unsur-unsur logam tersebut.

(3)

PEMBUATAN KECAP MANIS DARI AIR KELAPA SERTA

MEMPELAJARI KARAKTERISASI FISIK DAN pH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua n Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

FERA WIJAYANTI

G74102022

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : Pembuatan Kecap Manis dari Air Kelapa serta Mempelajari Karakterisasi Fisik dan pH

Nama : FERA WIJAYANTI

NRP : G74102022

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS

NIP. 130 367 084

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131 473 999

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Kidul pada tanggal 25 Mei 1984 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, anak dari pasangan bapak Sismadi dan ibu Tujilah.

Jenjang pendidikan di mulai di SD Negeri Cilandak III pada tahun 1989 dan lulus pada tahun 1996, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Anjatan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri I Anjatan dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.

(6)

PRAKATA

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga de ngan anugerah dan kefadholan Allah penulis telah selesai melakukan penelitian yang berjudul Pembuatan Kecap Manis dari Air Kelapa serta Mempelajari Karakterisasi Fisik dan pH.

Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyelesaian karya ilmiah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS selaku pembimbing utama dalam penelitian ini yang telah membimbing penulis dengan sabar, suatu hal yang tak ternilai harganya.

2. Ir. Irmansyah, M.Si dan Jajang Juansyah, M.Si selaku dosen penguji.

3. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Pak Wawan dan pak Rahmat, terima kasih atas bantuannya menganalisis logam berbahaya di Laboratorium Terpadu, pak Yaya dan pak Firman, terima kasih untuk urusan surat menyuratnya.

5. Keluarga Besar Laboratorium Biofisika Departemen Fisika dan Laboratorium Kimia Fisik Departemen Kimia.

6. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayangngnya yang tulus kepada ananda, Mbak Erna, Mbah Kakung, Lek Ati, Chika dan mas Eko atas dukungan dan kasih sayangnya (kalian semua baik hati… ) Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayangNya kepada kita semua. Amien.

7. Chayank dila makasih untuk kesabaran, kasih sayang, semangat duka dan pengertiannya. 8. Bude, Pakde, Mas Heri, Mas Gugun, dan Rizal, terima kasih atas bantuannya selama

ananda tinggal di Bogor.

9. Sahabat sejatiku Wahyu makasih ya atas pinjaman komputernya, juga atas kebersamaan dan suka dukanya.

10. Teman-teman seperjuangan Fisika Pangan (Ropiani, Risna, Dewi, Rince dan Im a) atas segala kebersamaan, bantuan dan kenangan yang indah selama ini.

11. Mbak Lis, Mbak Endah, Mbak Yuni, Nadira, Manda, Niken, Dian, Puji, Reni, dan seluruh anggota Keluarga Salsabila atas kebersamaannya.

12. Keluarga Besar Fisika angkatan 39, Junior dan Seniorku yang selalu memberikan semangat.

13. Seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2006

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... ... i

DAFTAR ISI ... ... ii

DAFTAR GAM BAR ... ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Perumusan Masalah ... 1

Hipotesis ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Kecap Secara Umum... 1

Kecap Air Kelapa ... 2

Air Kelapa... 2

Fermentasi... 3

Natrium Benzoat ... 4

Garam (natrium klorida) ... 4

Cemaran Logam Berat ... 5

Karakterisasi Fisik dan pH... 5

BAHAN DAN METODE Waktu ... 7

Bahan ... 7

Alat ... 7

Metode Penelitian ... 7

Prosedur Analisis ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Kekentalan ... 11

Konduktivitas Listrik ... 12

Kerapata n ... 12

Transmitans ... 13

pH ... 14

Uji Organoleptik ... 15

Kandungan Logam Berat (Hg, Pb, dan Cu) dalam Kecap Air Kelapa ... 15

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 16

Saran... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(8)

DAFTAR GAMBAR

Teks

No. Halaman

1. Rumus Struktur Asam Benzoat ... 4

2. Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Kekentalan (cP) Kecap Air Kelapa ... 11

3. Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Konduktivitas Listrik (mS) Kecap Air Kelapa ... 12

4. Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Kerapatan (g/ml) Kecap Air Kelapa ... 13

5. Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Transmitans (%T ) Kecap Air Kelapa ... 13

6. Hubungan Lama Penyimpanan ( hari) dan pH kecap air kelapa... 14

Lampiran No. Halaman 1. Diagram Alir Pembuatan dan Karakterisasi Kecap Manis dari Air Kelapa ... 31

2. Kandungan Logam Berat (Hg, Pb dan Cu) dalam Kecap Air Kelapa ... 32

3. Alat-alat ukur yang digunakan dalam Penelitian ... 33

(9)

DAFTAR TABEL

Teks

No. Halaman

1. Komposisi Kimia Kecap yang Bermutu Tinggi ... 2

2. Syarat Mutu Kecap ... 2

3. Komposisi Kimia Air Kelapa dari Buah yang Matang ... 2

4. Komposisi Mineral Air Kelapa dari Buah yang Matang ... 3

5. Kandungan Gizi Air Kelapa Tua dan Muda per 100 gram ... 3

6. Skala Hedonik dengan Skala Numeriknya ... 7

7. Bahan Pembuatan Kecap Air Kelapa ... 8

8. Perlakuan Natrium Benzoat ... 9

9. Perlakuan Garam... 9

10. Uji Organoleptik Penelitian ... 10

11. Kekentalan (cP) Kecap Air Kelapa ... 11

12. Konduktivitas Listrik (mS) Kecap Air Kelapa ... 12

13. Kerapatan (g/ml) Kecap Air Kelapa ... 13

14. Transmitans (%T) Kecap Air Kelapa ... 13

15. pH Kecap Air Kelapa ... 14

16. Uji Organol eptik Kecap Air Kelapa Hari ke-1 ... 15

17. Uji Organoleptik Kecap Air Kelapa Hari ke-7 ... 15

18. Uji Organoleptik Kecap Air Kelapa Hari ke-13 ... 15

19. Kandungan Logam Berat (Hg, Pb dan Cu) dalam Kecap Air Kelapa (ppm) ... 15

Lampiran No. Halaman 1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian... 19

2. Uji Statistik terhadap Kekentalan (cP) Kecap Manis dari Air Kelapa ... 21

3. Uji Statistik terhadap Konduktivitas Listrik (mS) Kecap Manis dari Air Kelapa ... 23

4. Uji Statistik terhadap Kerapatan (g/ml) Kecap Manis dari Air Kelapa... 25

5. Uji Statistik terhadap Transmitans (%T) Kecap Manis dari Air Kelapa... 27

6. Uji Statistik terhadap pH Kecap Manis dari Air Kelapa ... 29

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecap adalah cairan hasil fermentasi bahan nabati berprotein tinggi yang berwarna coklat tua, aroma khas, rasa asin dan dapat mempersedap rasa masakan. Kecap merupakan salah satu jenis bumbu masakan yang banyak disukai. Biasanya digunakan untuk campuran makan bubur, bakso, soto, sate dan banyak lagi makanan lainnya, bahkan penggunaannya telah sampai ke pedalaman.

Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu kecap, antara lain adalah jenis kapang, waktu fermentasi dan varietas kedelai. Selain dipengaruhi oleh hal-hal tersebut, mutu kecap dipengaruhi juga oleh proses pemasakan dan pemberian bumbu (Sailah, 1981).

Kecap yang dibuat dan dikembangkan di Indonesia pada umumnya mengikuti cara fermentasi kapang dan bakteri dengan bahan baku utama kedelai, serta pengolahannya masih bersifat tradisional (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI, 1999).

Pembuatan kecap secara fermentasi pada dasarnya merupakan pemecahan protein, lemak dan karbohidrat menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana yang akan menentukan cita rasa, aroma dan komposisi kimia kecap.

Pada umumnya bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kecap adalah kacang-kacangan yang mengandung protein tinggi, seperti kedele. Menurut Standar Mutu Barang No. 25/DSNPM/78, kecap didefinisikan sebagai bahan penyedap makanan yang berbentuk cairan yang diperoleh dari hasil fermentasi bahan pokok kedelai ditambah bahan lainnya (Sailah, 1981). Berdasarkan definisi tersebut, ada kemungkinan untuk memodifikasi proses pembuatan kecap tanpa terlepas dari ketentuan Standar Mutu Barang No. 25/DSNPM/78, misalnya mengganti air dengan air kelapa.

Pada prinsipnya, pembuatan kecap dari air buah kelapa sama dengan pembuatan kecap dari kacang kedelai, bahkan jauh lebih mudah dan tidak memakan waktu pembuatan yang terlalu lama.

Tujuan Penelitian

Pembuatan kecap dari air kelapa adalah untuk memanfaatkan air kelapa yang selama ini dianggap sebagai limbah hasil pertanian.

Meneliti beberapa sifat fisik dan pH kecap yang terbuat dari air kelapa dan korelasinya terhadap mutunya berdasarkan

lama penyimpanan pada suhu kamar (26°C - 28°C).

Perumusan masalah

Menurut Ketaren (1978) air kelapa yang terfermentasi dalam tanah akan menghasilkan asam asetat yang dapat menimbulkan polusi bagi tanaman.

Di lingkungan kehidupan masyarakat umum air kelapa banyak dibuang, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kegu naan air kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap. Dari 4 buah kelapa ternyata dapat dimanfaatkan untuk membuat 1 liter kecap air kelapa.

Hipotesis

Pembuatan kecap air kelapa dengan perlakuan penambahan natrium benzoat sebanyak 0,2 gram, penambahan natrium benzoat sebanyak 0,1 gram, penambahan garam sebanyak 10 gram dan penambahan garam 5 gram, dengan lama penyimpanan yang berbeda pada suhu kamar akan menghasilkan mutu yang berlainan ditinjau dari sifat fisik dan nilai pH.

TINJAUAN PUSTAKA

Kecap Secara Umum

Kecap adalah sari kedelai yang telah difermentasikan dengan atau tanpa penambahan gula kelapa atau bumbu. Sampai sekarang kecap merupakan salah satu jenis makanan yang disukai baik di pedesaan atau di perkotaan.

Kecap merupakan produk fermentasi kedelai berupa cairan berwarna cokelat sampai hitam. Kecap yang dikembangkan di Jepang dikenal dengan nama “koikuchi”, “usukuchi” dan “tamari”. Sekitar 90% produk kecap di Jepang berupa “koikuchi”, sedangkan di Cina banyak diproduksi “tamari” yaitu kecap yang dibuat dengan penambahan terigu pada fermentasi kedelai (Sailah, 1981 ).

(11)

kombinasi dilakukan dengan cara menghidrolisa kedelai dengan asam, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi (Sailah, 1981).

Pada prinsipnya tahap-tahap pembuatan kecap dengan cara fermentasi yang umum dikembangkan di Indonesia tidak banyak perbedaannya. Walaupun demikian hasilnya memiliki mutu yang berlainan, karena ada perbedaan mutu bahan baku, bumbu serta proses pemasakannya. Komposisi kimia kecap dengan mutu tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi Kimia Kecap yang Bermutu Tinggi

Komponen Kandungan

Total nitrogen, gram / 100 ml Amino nitrogen, gram / 100 ml Dekstrin, gram / 100 ml Total asam, gram / 100 ml Alkohol, %

Zat organik, % Gliserin, gram / 100 ml Protein nitrogen, gram/100 ml

1,51

Air kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang mempunyai kandungan nutrisi atau zat gizi cukup lengkap untuk kesehatan manusia. Pembuatan kecap di Indonesia kebanyakan dilakukan secara tradisional yaitu dengan fermentasi oleh kapang.

Menurut Standar Industri Indonesia (SII No. 32 th 1974), kecap merupakan cairan kental yang mengandung protein yang diperoleh dari rebusan kedelai yang telah diragikan dan ditambahkan gula, garam, serta rempah-rempah (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI, 1999).

Beberapa industri kecap skala kecil di Indonesia menggunakan tepung ragi tempe sebagai inokulum, misalnya dalam pembuatan kecap air kelapa digunakan bibit kecap dari bahan tempe yang sudah dikeringkan dan digiling halus.

Keuntungan pembuatan kecap dari air kelapa antara lain prosesnya lebih cepat dan lebih mudah dari pada pembuatan kecap dari kedelai. Dengan penambahan kedelai atau tempe (1 kg / 10 liter air kelapa untuk mutu I dan 0,7 kg / 10 liter air kelapa untuk mutu II), kandungan proteinnya dapat memenuhi syarat mutu kecap (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI, 1999).

Tabel 2 Syarat Mutu Kecap

Sumber : Standar Industri Indonesia, 1974

Air Kelapa

Produksi buah kelapa di Indonesia cukup banyak dan pemanfaatannya masih terbatas. Kelapa yang berlimpah masih belum banyak alternatif untuk mengoptimalkan pemanfaatan air kelapa untuk dijadikan suatu produk yang murah dan pembuatannya relatif mudah yaitu kecap.

Tanaman kelapa sebagai tanaman tropis sudah sejak dahulu dikenal serta diusahakan oleh rakyat Indonesia. Tanaman ini tumbuh baik mulai dari daerah pantai sampai ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Air kelapa pada dasarnya merupakan bahan buangan terutama di lingkungan kehidupan masyarakat umum di pedesaan. Sebenarnya air kelapa mempunyai potensi yang cukup penting bagi industri, terutama industri kecil. Hal ini dapat dilihat dari segi kandungan bahan tersebut antara lain mengandung kadar gula sekitar 4-6 %, kadar protein sekitar 1-1,5 % dan sejumlah mineral yang penting bagi kehidupan manusia (Sailah, 1981).

Karbohidrat yang paling penting dalam air kelapa yaitu gula. Air kelapa yang berasal dari buah kelapa yang berumur menjelang tua mengandung sukrosa, dan akan berubah menjadi gula invert, bila kelapa itu menjadi tua. Pada umumnya air kelapa dari buah yang matang mengandung kadar gula sekitar 5 %. Air kelapa dari buah yang matang, mengandung sejumlah vitamin-vitamin dalam jumlah kecil, terutama asam askorbat (vitamin C), asam nikotinat, asam panthotenat, biotin, ribovlavin dan asam folat serta thiamin.

Tabel 3 Komposisi Kimia Air Kelapa dari Buah yang Matang

Komponen Jumlah (gram/100 ml)

(12)

Tabel 4 Komposisi Mineral Air Kelapa dari Buah yang Matang

Elemen Jumlah (milligram/100 ml)

Kalium

Tabel 5 Kandungan Gizi Air Kelapa Tua dan Muda per 100 gram

Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI, 1999

Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Selain zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Setiap butir kelapa mengandung air kelapa masing-masing sebanyak 300 ml dan 230 ml dengan kerapatan rata-rata 1,02 g/cm3 dan pH agak asam. Air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya acetobacter xylinum untuk produk nata de coco (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI, 1999).

Di Sri Langka, air kelapa difermentasi untuk mengkoagulasikan lateks pada perkebunan karet, atau kadang-kadang digunakan untuk ransom ternak sebelum terjadi fermentasi. Selain itu, air kelapa yang belum terfermentasi dapat digunakan sebagai obat pencahar karena adanya garam kalium (Ketaren, 1978).

Daya guna air kelapa bermacam -macam, terutama sebagai media, yaitu sebagai media pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus, media pertumbuhan ragi yang digunakan untuk menambah protein pada ransom ternak, sebagai obat cacing usus, kolera serta gatal-gatal pada kulit. Selain itu

pula dapat menolong pengobatan pada peradangan ginjal, karena memberikan efek diuretik (Ketaren, 1978).

Fermentasi

Nilai gizi makanan yang diolah melalui fermentasi lebih baik bila dibandingkan dengan bahan mentah asalnya. Melalui fermentasi jumlah karbohidrat dan protein dipecah menjadi fraksi yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah dicerna. Sedangkan degradasi protein akan menghasilkan senyawa peptida, pepton, asam amino dan amoniak.

Waktu fermentasi kapang pada pembuatan kecap selama satu sampai tiga hari. Bila fermentasi kapang terlalu cepat, maka enzim yang dihasilkan oleh kapang terlalu sedikit dan tidak akan menghasilkan komponen-komponen yang menghasilkan reaksi penting. Sedangkan bila fermentasi kapang terlalu lama, maka enzim yang dihasilkan terlalu banyak dan akan menghasilkan cita rasa kecap kurang enak. Fermentasi kapang dihentikan dengan cara mengganggu pertumbuhannya, salah satu cara yaitu dengan cara menaikkan suhu. Pada umumnya penghentian pertumbuhan kapang dilakukan dengan cara penjemuran, selama satu sampai dua hari.

(13)

Natrium Benzoat

Ketahanan simpan suatu bahan makanan erat sekali hubungannya dengan adanya bakteri, kapang, khamir dan jenis kontaminan yang lain. Selain itu kerusakan juga dipengaruhi oleh tingkat keasaman bahan, suhu, komponen bahan dan lain-lain (Suherly, 1982).

Salah satu bahan pengawet yang banyak digunakan adalah asam benzoat. Secara umum benzoat digunakan dalam bentuk garamnya, yaitu natrium benzoat. Asam benzoat disebut juga asam phenilformik atau asam benzenekarboksilik, dengan rumus empiris C7H6O2 merupakan padatan krist al

putih atau tidak berwarna. Secara alami, asam benzoat ditemukan pada buah cranberries, prunes, greengage plums, kayu manis, cengkeh yang sudah tua (Pramanasari, 2005). Natrium benzoat merupakan garam natrium dari asam benzoat lebih banyak digunakan karena kelarutannya 180 kali lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat. Selain itu, harganya juga relatif lebih murah. Natrium benzoat efektif digunakan pada pH 2,5 sampai 4. Daya awetnya menjadi menurun dengan meningkatnya pH, karena kefeektifan dan mekanisme anti mikroba berada dalam bentuk molekul yang tidak terdisosiasi.

COOH

Gambar 1 Rumus Struktur Asam Benzoat (Chipley, 1933 dalam Pramanasari, 2005).

Asam dan natrium benzoat lebih efektif untuk menghambat pertumbuhan kapang dan khamir daripada bakteri pada konsentrasi kurang dari 0,1 %. Menurut Chipley, 1993 bahwa asam benzoat efektif melawan bakteri pada media asam dengan konsentrasi 0,1 % dan di media dengan pH netral pada konsentrasi 0,2 % tetapi tidak aktif pada media alkali (Pramanasari, 2005).

Salah satu hipotesis menerangkan aktivitas antimikroba asam benzoat yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme. Asam benzoat mengganggu metabolisme sel mikroba dengan meningkatkan permeabilitas dinding sel, menyebabkan ketidakseimbangan ion di

dalam sistem transpor elektron sehingga inti sel rusak dan akhirnya mati (Pramanasari, 2005). Beberapa jenis bakteri, kapang, dan khamir yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh senyawa benzoat antara lain Lactobacillus sp, Pseudomonas sp, Hansenula sp, Sacchromyces sp, Aspergillus niger, Penicillium sp, dan lain-lain.

Garam (natrium klorida)

Pengertian garam secara kimia merupakan hasil reaksi penetralan asam dengan basa. Garam (NaCl) dibentuk dari HCl dan NaOH, dimana kedua zat ini merupakan asam dan basa kuat. Asam dan basa kuat artinya bahwa kedua zat ini akan terionisasi secara sempurna di dalam air. Dengan demikian maka NaCl atau garam dapur ini akan terionisasi secara sempurna di dalam air menjadi ion Na+ dan Cl-. Sebenarnya garam tidak bersifat membunuh mikroorganisme (germicidal), tetapi dalam konsentrasi rendah (1-3 %) garam membantu pertumbuhan bakteri. Berbagai mikroorganisme mempunyai aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik,

misalnya bakteri aw: 0,90; khamir aw :0,80-0,90; kapang aw: 0,60-0,70. Garam

mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat menarik air, khususnya air dari mikroba karena garam yang ditambahkan dapat meningkatkan tekanan osmotik sehingga akan terjadi aliran air (osmosis) dari mikroba (Juliana, 2003).

Mikroba sensitif terhadap Cl yang akan meracuni tubuhnya dan Na bereaksi dengan protoplasma dari sel dan akan memberi sifat racun, karena sifat inilah maka garam dapat digunakan sebagai bahan penyeleksi mikroorganisme. Garam dapat berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen, karena garam dapat mempunyai sifat -sifat antimikroba antara lain dapat meningkatkan tekanan osmotik subtrat, menyebabkan terjadinya penarikan air dari dalam bahan pangan menurun dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh, mengakibatkan terjadinya penarikan air dari dalam sel mikroorganisme sehingga sel akan kehilangan air dan mengalami pengerutan, ionisasi garam akan menghas ilkan ion Chlor yang beracun terhadap mikroorganisme dan garam dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat mengakibatkan denaturasi protein (Hasan, 2002).

(14)

pada populasi organisme, sehingga kadar garam dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas fermentasi apabila faktor-faktor lainnya sama (Desroiser, 1988).

Cemaran Logam Berat

Cemaran logam berat pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan-bahan anorganik masuk kedalam makanan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam makanan. Cemaran logam berat biasanya melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti timbal (Pb), raksa (Hg), tembaga (Cu) dan lain-lain (Widya Sari, 2002).

Logam berat juga dapat ditemui pada alat-alat rumah tangga, udara, serta material lainnya. Konsentrasi logam berat pada barang-barang tersebut kecil dan tidak berbahaya. Namun menjadi berbahaya bila terakumulasi dalam tubuh sehingga mengakibatkan keracunan, bahkan lebih fatal hingga berakibat kematian.

Logam berat berbahaya jika memiliki kerapatan tinggi dan pada konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Yang termasuk golongan logam berbahaya adalah seluruh elemen logam kimia seperti arsen (As), kromium (Cr), talium (Tl), merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb).

Timbal dapat masuk ke tubuh manusia melalui absorpsi timbal pada sayuran, asap hasil pembakaran TEL (tetraethyl lead) yang diabsorpsi kulit dan dihirup, serta air minum yang terkontaminasi timbal organik atau ion timbal. Fisik timbal sangat mirip dengan kalsium, sehingga timbal dapat masuk ke peredaran darah dan sel saraf menggantikan kalsium. Adanya timbal dalam peredaran darah dan dalam otak mengakibatkan berbagai gangguan fungsi jaringan dan metabolisme.

Tembaga merupakan salah satu zat terlarut dalam air. Cemaran tembaga dalam air ditimbulkan dari kontaminasi sumber air dan korosi pada pipa-pipa air. Dari dua penyebab tersebut, cemaran terbesar dihasilkan dari pipa-pipa air (Widya Sari, 2002).

Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia, tetapi begitu terpapar ke alam teroksidasi menjadi metil merkuri dalam suasana asam. Dalam bentuk metil merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak. Pada penyerapan yang besar, dalam waktu singkat dapat menyebabkan berbagai gangguan diantaranya

yaitu kelainan pada kulit, iritasi mata, dan lain-lain (Martaningtyas, 2004).

Karakterisasi Fisik dan pH 1. Kekentalan

Viskositas menunjukkan adanya gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul (Giancoli, 1997)

Produk pangan dikatakan kental jika nilai viskositasnya lebih tinggi dan sebaliknya jika nilai viskositas nya rendah disebut encer. Perubahan viskositas dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan, penyimpangan, atau penurunan mutu pangan.

Penyebab kekentalan dan konsistensi adalah gaya kohesi antara partikel yang menjadikan partikel-partikel itu menjadi bersatu (Darmasetiawan, 2005).

2. Konduktivitas Listrik

Sifat listrik dari bahan pangan merupakan dampak dari transmisi ataupun absorpsi energi (Utami dewi, 2004)

Konduktivitas listrik merupakan kemampuan sebuah larutan, logam atau gas untuk melewatkan arus listrik. Konduktivitas listrik ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, tingkat oksidasi serta suhu. Semakin tinggi konsentrasi atau semakin banyak jumlah ion, maka konduktivitas listrik semakin akan tinggi. Hubungan ini terus berlaku hingga larutan menjadi jenuh dan mobilitas menurun (Widya Sari, 2002).

3. Kerapatan

(15)

sebagai perbandingan antara massa bahan m

Satuan SI untuk kerapatan adalah kilogram per meter kubik (kg m-3), kerapatan juga diukur dalam g cm- 3 sebagai contoh kerapatan air sebesar 1,0 g cm- 3.

Jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan, maka kerapatannya berubah. Kerapatan bervariasi sesuai dengan konsentrasi larutan dan jenis bahan terlarut. Kebanyakan bahan seperti gula dan garam menyebabkan kenaikkan kerapatan tetapi kadang-kadang kerapatan juga dapat turun seperti jika dalam larutan terdapat lemak atau alkohol (Yulia Dewi, 2002).

4. Transmitans

Cahaya yang mengenai sel-sel mikroorganisme di dalam sampel suspensi akan dihamburkan, sedangkan cahaya yang lolos (diteruskan) setelah melewati sampel akan tercatat sebagai persen transmitans (%T). Makin sedikit jumlah sel di dalam suspensi, makin besar cahaya yang lolos, dan makin tinggi pula persen transmitans yang tercatat (Supriyadi, 2005).

5. pH

Konsentrasi ion hidrogen yang aktif biasanya dinyatakan dengan pH dan sering digunakan sebagai indikator jenis mikroba yang tumbuh dalam makanan dan produk yang dihasilkan. Setiap mikroba masing-masing mempunyai pH optimum, minimum dan maksimum pada pertumbuhannya. B akteri dapat tumbuh paling baik pada pH mendekati netral, tetapi beberapa bakteri menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau suasana basa (Supriyadi, 2005).

pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Biasanya didefinisikan sebagai negatif logaritma sepuluh konsentrasi ion hydrogen, dapat dituliskan sebagai berikut:

pH = - log [H+]………..……(3)

Parameter yang diamati pada uji pH yaitu tingkat konsentrasi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-) dalam skala 0

sampai 14. pH 7 menunjukkan keadaan netral (konsentrasi ion H+ setara dengan konsentrasi ion OH-), pH dibawah 7 menunjukkan keadaan asam (lebih banyak H+ daripada OH-), dan pada pH diatas 7 menunjukkan keadaan alkali atau basa (lebih banyak OH- daripada H+) (Widya Sari, 2002).

Pengawetan dengan pemanasan terhadap bahan pangan yang tergolong asam dimaksudkan hanya untuk membunuh mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan pangan tersebut, tetapi tidak perlu membunuh spora seperti clostridium botulinum, karena spora tersebut tidak dapat tumbuh di bawah pH 4,6 (Yulia Dewi, 2002).

6. Uji Organoleptik

Pengujian ini meliputi aroma, warna, dan rasa. Uji organoleptik berupa uji kesukaan atau uji hedonik terhadap rasa, warna, dan aroma bahan pangan. Skala yang biasa digunakan adalah skala hedonik dengan rentang nilai tidak suka sampai suka, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Skala Hedonik dengan Skala Numeriknya

7. Identifikasi Analisis Logam Berat (Hg2+, Pb2+, dan Cu2+) dengan Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS)

AAS menggunakan prinsip penyerapan energi oleh atom. Energi ini diberikan dari luar, yaitu dari lampu katoda (hollow cathode). Fenomena AAS dapat dibagi menjadi dua proses besar : (1)Produksi atom bebas dari sampel (2)Serapan radiasi dari luar oleh atom. Serapan radiasi oleh atom bebas dalam suatu nyala, melibatkan transisi atom dari populasi tinggi pada tingkat dasar (ground state) ke tingkat eksitasi elektronik. Biasanya transisi terjadi antara tingkat dasar dan tingkat eksitasi pertama, yang dikenal dengan garis resonansi pertama. Garis resonansi pertama memiliki absortivitas yang paling tinggi.

(16)

suhu tinggi. Atom-atom tersebut akan menyerap energi dari sumber. Intensitas awal dan intensitas akhir dari cahaya tersebut akan diukur. Banyaknya energi yang diserap menunjukkan besarnya konsentrasi atau kadar logam tersebut dalam larutan (Hidayat, 2005).

BAHAN DAN METODE

Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Agustus tahun 2006 di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika IPB dan Laboratorium Kimia Fisik Depar temen Kimia IPB.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecap manis yang dibuat sendiri dari air kelapa tua yang dijual di pasar tradisional dan diberi bahan tambahan berupa bumbu-bumbu kecap seperti Tabel 7.

Bahan tambahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades, buffer pH4 dan larutan HNO3 pekat.

Alat

Alat yang digunakan terdiri dari alat untuk karakterisasi dan alat untuk membuat kecap manis dari kelapa.

Alat karakterisasi adalah viskometer Ostwald, Oaklon pH/Con 10 series meter, piknometer 25 ml, spectronic 20D+, Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS), tabung erlenmeyer 125 ml, neraca analitik, gelas ukur, gelas piala, stopwatch, pengaduk dan termometer.

Alat bantu yang dibutuhkan adalah wajan, anyaman bambu, pengaduk kayu, kompor gas, baskom, saringan plastik, botol bening berukuran 600 ml, dan blender.

Metode Penelitian

1. Proses pembuatan kecap manis dari air kelapa

Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:

1). Pembuatan bubuk tempe sebagai bibit kecap

Persiapan bibit kecap sebagai inokulum dimulai dengan menyiapkan bahan tempe yang bermutu baik, dengan aroma khas tempe dan kedelai yang kompak terbalut dengan jamur disekelilingnya. Selanjutnya tempe tersebut diiris tipis dan dijemur sampai

kering. Kemudian tempe dihaluskan atau digiling dan diayak. Bubuk tempe ini yang akan digunakan sebagai bibit kecap. 2). Persiapan bumbu kecap

Persiapan bumbu dimulai dengan menyiapkan komposisi bumbu kecap seperti yang tertera pada Tabel 7. Komposisi diperoleh dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Bahan pembuatan kecap manis dari air kelapa (untuk membuat 600 ml kecap air kelapa) seperti Tabel 7.

Tabel 7. Bahan Pembuatan Kecap Air Kelapa

Kemudian setelah persiapan bumbu selesai dilanjutkan dengan mengupas kluwak dan disortasi dengan kriteria warna hitam mengkilat, tanpa adanya aroma yang menyimpang. Kemiri dan bawang putih yang telah dikupas, kemudian digoreng dengan sedikit minyak. Phekak disangrai dengan maksud untuk menimbulkan aroma. Bumbu-bumbu tersebut selanjutnya ditumbuk dengan lengkuas, sampai menyerupai satu adonan. Bumbu -bumbu yang lain dicampurkan bersama-sama pada waktu pemanasan.

3). Pemasakan 1

Air kelapa yang akan dimasak, terlebih dahulu mengalami penjernihan, dengan cara dibiarkan selama 10 menit, sehingga kotorannya mengendap, kemudian disaring dengan kain saring.

(17)

Pemasakan dilakukan dengan menggunakan alat pemasak wajan, dengan sumber panas dari kompor gas.

Setelah pemasakan pertama selesai adonan kecap didinginkan dan dilakukan penyaringan.

4). Penyaringan

Penyaringan dilakukan dengan 2 tahap, yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus. Penyaringan kasar menggunakan anyaman bambu dan penyaringan halus menggunakan kain tipis. Penyaringan kasar untuk memisahkan ampas bumbu dengan cairan kecap. Penyaringan halus dilakukan dengan maksud untuk memperoleh cairan kecap bebas kotoran.

5). Pemasakan 2

Setelah dilakukan penyaringan, kecap dimasak lagi selama 30 menit untuk mendapatkan kekentalan yang baik. Selama pemasakan kedua kecap tetap diaduk supaya tidak timbul karamel di bagian dasar wajan yang biasa digunakan untuk masak. Pada pemasakan kedua, natrium benzoat 0,2 gram, natrium benzoat 0,1 gram, garam 10 gram dan 5 gram dimasukkan ke dalam larutan kecap segera sebelum pemasakan kedua selesai.

6). Pengemasan

Pengisian larutan kecap ke dalam botol 600 ml dilakukan dalam keadaan panas, selanjutnya ditutup. Botol yang digunakan sudah disterilisasi dengan cara merebus botol dalam wajan berisi air hingga mulut botol (terendam) selama kurang lebih 15 menit dan keringkan dengan mulut botol dibawah.

2. Persiapan Sampel dan Penyimpanan Kecap air kelapa dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna putih transparan berukuran 600 ml. Setelah itu sampel diberi bahan tambahan terdiri dari 1 botol sampel yang diberi tambahan 0,2 gram natrium benzoat dan 10 gram garam, 1 botol sampel yang diberi tambahan 0,2 gram natrium benzoat dan 5 gram garam, 1 botol sampel yang diberi tambahan 0,1 gram natrium benzoat dan 10 gram garam, 1 botol sampel yang diberi tambahan 0,1 gram natrium benzoat dan 5 gram garam.

Setelah kecap air kelapa dimasukkan ke dalam botol berukuran 600 ml dengan

beda variasi natrium benzoat dan garam, seluruh sampel kecap manis dari air kelapa disimpan dalam suhu kamar antara 26°C - 28°C.

3. Karakterisasi Kecap Manis dari Air Kelapa

Karakterisasi kecap air kelapa meliputi karakterisasi fisik (kekentalan, konduktivitas listrik, kerapatan dan transmitans), pH dan uji organoleptik. Karakterisasi dilakukan pada hari ke 1, 7, 13, 19, 25, 31, 37 dan 43. Karakterisasi tambahan adalah menguji kandungan logam berbahaya (Hg, Pb dan Cu) salah satu sampel tanpa perlakuan pada hari ke-7.

4. Perlakuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan perlakuan:

1) Perlakuan natrium benzoat dinyatakan dengan faktor A, seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 Perlakuan Natrium Benzoat

Faktor Jumlah Natrium

Benzoat (gram) faktor B, seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Perlakuan Garam

Faktor Jumlah Garam

(gram)

(18)

1

Model matematisnya adalah sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya, 2000): Yijk=µ+Ai+Bj+Ck+ABij+ACik+BCj k+AB

Cijk+eijkl

……...……...

(4)

Dimana:

Yijkl = Nilai respon yang timbul akibat perlakuan penambahan konsentrasi bahan pengawet ke-i, penambahan konsentrasi garam ke-j, lama penyimpanan ke-k dan ulangan ke-l dan perlakuan garam ke-j ACik = Pengaruh interaksi perlakuan

bahan pengawet ke-i dan dalam kombinasi perlakuan ijk l = Ulangan percobaan (l=1 dan l=2)

Prosedur Analisis

1. Pengukuran Kekentalan Sampel dengan viskometer Ostwald

Kekentalan sampel diukur dengan menggunakan viskometer Ostwald. Sebelum digunakan viskometer dibersihkan dengan menggunakan aquades. Viskometer diisi aquades

sampai 2/3 bagian dari gelembung viskometer, hisap aquades dengan menggunakan bulb sampai batas tera pertama. Lepaskan bulb lalu biarkan aquades mengalir sampai pada batas tera kedua. Pada saat aquades mulai mengalir hidupkan stopwatch dan matikan stopwatch ketika aquades sampai pada batas tera kedua. Waktu yang ditunjukkan dicatat. Viskometer dikeringkan, kemudian sampel kecap yang sudah diencerkan sebanyak 1:100 atau 1 ml kecap dengan 100 ml aquades dikocok lalu dimasukkan ke dalam viskometer, kemudian sampel diukur dengan menggunakan prosedur seperti pengukuran aquades.

Nilai kekentalan kecap air kelapa dapat dihitung dengan menggunakkan persamaan 5 :

...(5)

Keterangan:

?1 = koefisien kekentalan aquades (cP)

?2 = koefisien kekentalan sampel (cP)

?1 = kerapatan aquades (g/ml)

?2 = kerapatan sampel (g/ml)

t1 = waktu alir aquades (s)

t2 = waktu alir sampel (s)

2. Pengukuran Konduktivitas Listrik dengan Oakton pH/Con 10 series meter Konduktivitas listrik sampel diukur dengan menggunakan Oakton pH/Con 10 series meter. Sebelum dilakukan pengukuran, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dan dibersihkan dengan menggunakan aquades. Jika telah dikalibrasi, maka sampel dapat diukur dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampel, sampai diperoleh nilai konduktivitas yang stabil.

3. Pengukuran Kerapatan dengan Piknometer 25 ml

(19)

Nilai kerapatan kecap air kelapa dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

4. Pengukuran Transmitans dengan Spectronic 20 D+

Alat Spectronic 20 D+ dinyalakan dengan memutar knop 0 % transmitans dan ditunggu sekitar 15 menit. Panjang gelombang diset pada 500 nm. Meteran disesuaikan menjadi 0 % transmitans. Blanko yang berisi aquades dimasukkan ke dalam wadah sampel. Meteran disesuaikan menjadi 100 % transmitans dengan memutar knop 100 % transmitans. Siapkan sampel kecap yang sudah diencerkan dengan perbandingan 1:100 (1 ml kecap dengan 100 ml aquades). Sampel kecap yang sudah diencerkan dimasukkan ke wadah sampel kemudian nilai transmitans dicatat. Sebelum sampel dimasukkan ke wadah sampel, permukaan kuvet harus dibersihkan dahulu dengan menggunakan tissu dan jangan disentuh lagi.

5. Pengukuran pH dengan Oakton pH/Con series meter

pH sampel diukur dengan menggunakan Oakton pH/Con 10 series meter. Alat pH meter yang akan digunakan sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan buffer pH 4. Elektroda dimasukkan ke dalam larutan buffer pH 4, lalu didiamkan sampai diperoleh nilai yang sesuai dengan larutan buffer pH 4 yang digunakan. Setelah selesai dikalibrasi elektroda harus dibersihkan dengan aqudes lalu dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam sampel dan dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh nilai pH sampel yang stabil. Setelah selesai elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue.

6. Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik Uji Organoleptik yang berupa uji kesukaan atau uji hedonik terhadap rasa, warna, dan aroma. Skala yang digunakan adalah skala hedonik dengan rentang nilai tidak suka sampai suka, dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Uji Organoleptik Penelitian Penerimaan Nilai

Tidak suka

7. Identifikasi Analisis Logam Berat (Hg2+, Pb2+, dan Cu2+) dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

Identifikasi analisis logam berat (Hg, Pb dan Cu) dengan menggunakanAtomic Absorption Spectroscopy (AAS) dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:

1). Preparasi Sampel

Sampel ditimbang sebanyak 5 gram datambahkan dengan 10 ml HNO3 pekat,

lalu dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer 125 ml. sampel dipanaskan pada suhu 100 °C selama 1 jam, suhu dinaikkan menjadi 150 °C selama 2 jam. Lalu dinaikkan lagi menjadi 200 °C selama 1 jam. Sampel didinginkan lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 ml dan diencerkan dengan air aquades sampai penuh. Sampel dikocok lalu diendapkan 1 malam. Ekstrak jernih diukur.

2). Pengukuran Sampel

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekentalan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan natrium benzoat, penambahan garam, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekentalan kecap manis dari air kelapa.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A2, B1 dan C8 memiliki nilai

kekentalan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain, uji statistik terhadap kekentalan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 11.

Kekentalan pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan persamaan (5). Data kekentalan hasil penelitian tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 11

Tabel 11 Kekentalan (cP) Kecap Air Kelapa

Hari

Gambar 2 Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Kekentalan (cP) Kecap Air Kelapa

Waktu penyimpanan 1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, dan 43 hari.

Kekentalan kecap air kelapa merupakan suatu tanda dari banyaknya padatan sebagai hidrolisis komponen substrat seperti protein, pati, lemak dan partikel bumbu yang ditambahkan.

Berdasarkan Tabel 11, nilai kekentalan kecap air kelapa cenderung meningkat selama penyimpanan, tetapi ada beberapa sampel yang mengalami peningkatan kekentalan secara cepat dan mengalami penurunan kekentalan secara cepat.

Pada sampel A1B1, pengamatan hari

ke-19 kekentalannya meningkat secara cepat kemungkinan disebabkan oleh penambahan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang. Pada hari ke-25 kekentalannya menurun secara cepat disebabkan oleh mikroorganisme banyak yang mati dan mengalami pengendapan. Sedangkan pada hari ke-31 sampai hari ke-43 kekentalannya meningkat secara cepat kemungkinan disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang lain yang cocok pada kondisi itu.

Pada sampel A2B1 kekentalannya

meningkat secara cepat pada pengamatan hari ke-31 sampai hari ke-43 disebabkan oleh masih ada aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan.

Pada sampel A1B2 kekentalannya

meningkat secara cepat pada pengamatan hari ke-31 disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme dan mengalami penurunan kekentalan secara cepat pada pengamatan hari ke-43 disebabkan mikroorganisme banyak yang mati dan mengalami pengendapan.

Pada sampel A2B2 ada peningkatan

kekentalan yang lambat. Hal ini disebabkan bakteri, kapang dan khamir atau mungkin mikroorganisme lain masih toleran dan dapat menyesuaikan terhadap larutan garam. Dalam proses fermentasi, apabila kadar garam yang digunakan masih dapat memungkinkan mikroba tumbuh maka dapat memungkinkan bakteri berkembang.

Pada pengukuran kekentalan kecap air kelapa, angka yang diperoleh bukan merupakan angka yang sebenarnya karena angka ini merupakan hasil dari pengenceran

(21)

kecap air kelapa dengan aquades sebanyak 1:100 atau 1 ml kecap air kelapa dengan 100 ml aquades, agar dapat membandingkan perlakuan satu dengan yang lain. Pengenceran dilakukan karena kecap air kelapa yang kental tidak dapat diukur langsung menggunakan viskometer Ostwald.

Konduktivitas Listrik

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan natrium benzoat, penambahan garam, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai konduktivitas listrik kecap air kelapa.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A1, B1 dan C8 memiliki nilai

konduktivitas listrik yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain, uji statistik terhadap konduktivitas listrik dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 12.

Konduktivitas listrik menunjukkan tingkat kemampuan cairan dalam menghantarkan listrik, daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan ion di dalam larutan, ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.

Berdasarkan Tabel 12, nilai konduktivitas listrik kecap air kelapa meningkat selama penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh ada komponen kecap air kel apa mengalami pengendapan selama penyimpanan sehingga ion -ion dalam larutan lebih mudah bergerak.

Penambahan garam (NaCl) menjadikan nilai konduktivitas listrik kecap air kelapa meningkat hal ini disebabkan oleh pengaruh ion Na+ dan Cl-. Semakin tinggi kan dungan ion Na+ dan Cl- menyebabkan

jumlah ionnya semakin banyak disertai mobilitasnya yang cepat karena ada pengendapan komponen-komponen pembuat kecap selama penyimpanan maka konduktivitas listriknya menjadi lebih tinggi.

Penambahan natrium benzoat menjadikan konduktivitas listrik kecap air kelapa meningkat hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi ion Na+. Semakin tinggi kandungan Na+ menyebabkan jumlah ionnya semakin banyak maka konduktivitas listriknya menjadi lebih tinggi.

Data konduktivitas listrik hasil penelitian tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12 Konduktivitas Listrik (mS) Kecap Air Kelapa

Hari Ke-

Konduktivitas Listrik (mS) Perlakuan

Gambar 3 Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Konduktivitas Listrik (mS) Kecap Air Kelapa

Kerapatan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan natrium benzoat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan, sedangkan penambahan garam, lama penyimpanan dan interaksi antara penambahan natrium benzoat, penambahan garam dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan kecap air kelapa.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A1, B1 dan C1 memiliki nilai

kerapatan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain, uji statistik terhadap kerapatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 13, nilai kerapatan kecapa air kelapa menurun selama penyimpanan, hal ini disebabkan adanya partikel kasar dari bumbu di dalam kecap air kelapa menurun karena terjadi pengendapan. Partikel kasar yang mengendap tidak diikut sertakan waktu karakterisasi menyebabkan

(22)

kerapatan sampel semakin menurun selama penyimpanan.

Selain itu penurunan kerapatan dapat disebabkan oleh semakin banyaknya gelembung-gelembung udara kecil akibat proses fermentasi yang memproduksi gas dalam jumlah besar selama penyimpanan. Produksi gas (karbondioksida dan hidrogen) dalam proses fermentasi memberikan kerugian, karena daya pengawetnya akan kurang. Organisme pembusuk dalam bahan pangan fermentasi dapat tumbuh dalam lingkungan tersebut (Dessroiser, 1988).

Kerapatan pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan persamaan (6). Data kerapatan hasil penelitian tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 13

Tabel 13 Kerapatan (g/ml) Kecap Air Kel apa

Hari

Gambar 4 Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Kerapatan (g/ml) Kecap Air Kelapa

Transmitans

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai transmitans, sedangkan perlakuan penambahan natrium benzoat, penambahan

garam dan interaksi antara penambahan natrium benzoat, penambahan garam dan lama penyimpanan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai transmitans kecap manis dari air kelapa.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A2, B2 dan C1 memiliki nilai

transmitans yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain, uji statistik terhadap transmitans dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 14.

Data transmitans hasil penelitian tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 14 Transmitans (%T) Kecap Air Kelapa

Hari

Gambar 5 Hubungan antara Lama Penyimpanan (hari) dan Transmitans (%T) Kecap Air Kelapa

Berdasarkan Tabel 14, nilai transmitans kecap air kelapa menurun selama penyimpanan karena perkembangbiakan mikroba dari sampel kecap air kelapa yang sudah melalui pengenceran dengan aquades semakin meningkat menyebabkan larutan makin keruh dan nilai transmitans menurun.

Penurunan nilai transmitans semua sampel tidak menunjukkan ada yang dominan, sehingga seperti ditunjukkan pada Gambar 5

(23)

transmitans satu dengan yang lainnya perlakuan hampir berimpitan.

Pada pengukuran transmitans kecap air kelapa, angka yang diperoleh bukan merupakan angka yang sebenarnya karena angka ini merupakan hasil dari pengenceran kecap air kelapa dengan aquades sebanyak 1:100 atau 1 ml kecap air kelapa dengan 100 ml aquades, agar dapat membandingkan perlakuan satu dengan yang lain. Pengenceran dilakukan karena kecap air kelapa yang pekat tidak dapat diukur dengan menggunakan spectronic 20D+, sehingga harus melalui pengenceran terlebih dahulu.

pH

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan natrium benzoat, penambahan garam, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai pH kecap manis dari air kelapa.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A1, B1 dan C8 memiliki nilai

pH yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain, uji statistik terhadap pH dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. Hal ini sesuai seperti pada Tabel 15.

Berdasarkan Tabel 15, nilai pH meningkat selama penyimpanan. Pada pengamatan hari ke-7 terhadap sampel A1B1,

A1B2 dan A2B1 pH mengalami peningkatan

secara cepat seperti dapat dilihat dari kemiringan kurva kemudian meningkat secara perlahan sampai akhir masa simpan. Peningkatan nilai pH disebabkan oleh pertumbuhan beberapa mikroorganisme khususnya kapang dan khamir pada hari ke-7, sudah dapat memecah asam yang secara alamiah ada dalam bahan pangan menyebabkan kenaikan nilai pH yang cukup cepat dan memungkinkan tumbuhnya species bakteri yang sebelumnya terhambat pertumbuhannya.

Sedangkan pada sampel A2B2 nilai

pH meningkat secara perlahan sampai akhir masa simpan. Peningkatan nilai pH secara perlahan disebabkan pertumbu han mikroorganisme khususnya kapang dan khamir yang memecah asam pada kondisi itu memungkinkan pertumbuhan bakteri pembusuk. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran pH sampel (pH 3 - 6) antara lain khamir ( dapat tumbuh pada pH rendah 2,5 - 8,5) dan kapang (mempunyai pH optimum 5 - 7, tetapi masih dapat tumbuh pada pH 3 - 8,5).

Kenaikkan nilai pH disebabkan oleh terjadinya penurunan kadar asam total. Tumbuhnya kapang dan khamir juga dapat menaikkan nilai pH, karena kapang dan khamir dapat merusak kand ungan asam dan memproduksi polialkohol melalui fermentasi sehingga pH meningkat.

Data nilai pH hasil penelitian tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 15

Tabel 15 pH Kecap Air Kelapa

Hari

Gambar 6 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) dan pH kecap air kelapa

Penambahan garam dapur (NaCl) pada kecap air kelapa menjadikan nilai pH lebih tinggi, hal ini disebabkan NaCl bereaksi dengan H2 dan CO2 terurai membentuk NaOH yang merupakan basa kuat. Jika konsentrasi NaCl yang digunakan terlalu tinggi maka produksi asam akan menurun dan nilai pH akan menjadi lebih tinggi. Pada konsentrasi garam yang tinggi, bakteri asam laktat kurang dapat mengkonversi gula sehingga menyebabkan pertumbuhan khamir.

Penambahan natrium benzoat pada kecap air kelapa menjadikan nilai pH lebih tinggi, hal ini karena penambahan natrium benzoat menjadikan total bakteri asam laktat

(24)

rendah, sehingga menjadikan pH meningkat. Natrium benzoat efektif digunakan pada pH 2,5 sampai 4 (Winarno, 1984). Berdasarkan kondisi tersebut jika kondisi bahan pangan memiliki pH lebih besar dari 4, adanya natrium benzoat masih memungkinkan pertumbuhan mikroba yang sesuai dengan kondisi itu.

Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan faktor yang penting untuk menguji penerimaan panelis terhadap suatu produk makanan. Penilaian organoleptik yang dilakukan terhadap kecap air kelapa meliputi uji kesukaan terhadap aroma, rasa dan warna. Nilai uji organoleptik yang diberikan seperti pada Tabel 10.

Penilaian terhadap rasa dilakukan oleh panelis dengan cara mencolek dengan menggunakan sendok kecil kecap air kelapa yang disediakan di atas piring kecil.

Penilaian aroma dan warna dilakukan dengan pengamatan penginderaan.

Penilaian kesukaan umumnya lebih besar terhadap warna dan aroma kecap air kelapa. Penilaian kesukaan terhadap rasa umumnya lebih besar pada perlakuan A1B2

dan A2B2 yaitu kecap air kelapa dengan

penambahan 0,2 gram natrium benzoat + 5 gram garam dan 0,1 gram natrium benzoat + 5 gram garam daripada perlakuan A1B1 dan

A2B1 yaitu kecap air kelapa dengan

penambahan 0,2 gram natrium benzoat + 10 gram garam dan 0,1 gram natrium benzoat + 10 gram garam. Hal ini dikarenakan panelis lebih menyukai kecap air kelapa yang cenderung manis daripada kecap air kelapa yang cenderung asin.

Uji organoleptik dilaksanakan sampai penyimpanan hari ke-13, hal ini dikarenakan pada hari ke-19 kecap air kelapa timbul aroma yang menyimpang sehingga uji organoleptik pada hari ke19 sampai hari ke -43 tidak dilaksanakan. Hasil uji organoleptik terhadap 5 orang panelis tidak terlatih ditunjukkan pada Tabel 16, 17 dan 18.

Pada penelitian ini aroma yang paling disukai adalah kecap air kelapa dengan perlakuan A2B2 yaitu kecap air kelapa dengan

penambahan 0,1 gram natrium benzoat + 5 gram garam. Rasa yang paling disukai yaitu kecap air kelapa dengan perlakuan A1B2 dan

A2B2 yaitu kecap air kelapa dengan

penambahan 0,2 gram natrium benzoat + 5 gram garam dan 0,1 gram natrium benzoat + 5 gram garam. Warna yang paling disukai yaitu kecap air kelapa dengan perlakuan A1B1 yaitu

kecap air kelapa dengan penambahan 0,2 gram natrium benzoat + 10 gram garam.

Tabel 16 Uji Organoleptik Kecap Air Kelapa Hari ke-1

Tabel 17 Uji Organoleptik Kecap Air Kelapa Hari ke-7

Tabel 18 Uji Organoleptik Kecap Air Kelapa Hari ke-13 Kandungan Logam Berat (Hg, Pb, dan Cu)

dalam Kecap Air Kelapa

Kandungan logam berbahaya seperti raksa (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dalam salah satu sampel kecap air kelapa tanpa penambahan garam dan natrium benzoat dianalisis dengan AAS pada hari ke-1 dinyatakan dalam Tabel 19.

Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa logam berat (Hg, Pb dan Cu) pada sampel kecap air kelapa menunjukkan nilai negatif, artinya kecap air kelapa aman dikonsumsi. Menurut Standar Industri Indonesia mengenai Syarat Mutu Kecap, kecap dikatakan bermutu tinggi jika kandungan logam berbahaya adalah negatif.

Tabel 19 Kandungan Logam Berat (Hg, Pb dan Cu) dalam Kecap Air Kelapa (ppm)

Logam

(25)

parameter kekentalan ada fluktuasi pada kondisi tertentu.

Mutu kecap air kelapa secara umum menurun setelah mengalami penyimpanan selama 43 hari.

Penilaian uji organoleptik kecap air kelapa terhadap aroma, rasa dan warna panelis memberikan nilai suka, walaupun panelis belum terbiasa dengan kecap air kelapa.

Dalam penelitian ini, baik secara karakterisasi fisik maupun secara uji organoleptik hasil yang terbaik adalah perlakuan sampel A2B2 yaitu kecap air kelapa

dengan penambahan 0,1 gram natrium benzoat dan 5 gram garam.

Hasil analisa logam berbahaya yaitu merkuri (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) yang diukur dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) menunjukkan nilai negatif, artinya kecap air kelapa aman dikonsumsi terhadap unsur logam berat tersebut.

Saran

Untuk memperoleh nilai kekentalan yang sebenarnya harus digunakan suatu alat pengukur kekentalan dimana pada sampel yang akan diukur tanpa melalui pengenceran, karena bahan yang sudah diencerkan bukan merupakan nilai yang sebenarnya, tet api sebagai pembanding mutu satu dengan yang lain selama penyimpanan.

Sebaiknya juga dilakukan penelitian uji mikrobiologi setiap karakterisasi fisik dilakukan untuk menentukan keberadaan dan jenis bakteri dalam kecap air kelapa, sehingga dapat dipelajari korelasinya dengan uji fisik.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, disarankan pada penelitian ini dilakukan penyaringan kecap air kelapa lebih dari dua kali untuk mencegah adanya partikel kasar dalam kecap air kelapa atau menggunakan bahan penyaring yang lubangnya lebih kecil agar hasil pengendapan menjadi sangat sedikit.

Diasarankan juga untuk menguji beberapa logam berbahaya yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Darmasetiawan, Hanedi. 2005. Bahan Kuliah Fisika Pangan. Jurusan Fisika. FMIPA, IPB.

Desroiser, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan {Penerjemah Muchji Muljohardjo}. Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Dewi, Yulia. 2002. Pembuatan Alat Ukur Kondiktivitas Termal Bahan Cair dan Aplikasinya terhadap Dua Macam Jus Komersial yang dilakukan Beberapa Karakteristik Fisiknya {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Giancoli, DC. 1997. Fisika. Terjemahan Cuk Iwan dkk. Jakarta: Erlangga. Hasan, Fetrawati. 2002. Pengaruh Konsentrasi

Garam terhadap Mutu Produk Fermentasi Gonad Bulu Babi {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Hidayat, Yayat. 2005. Pengaruh Ion Karbonat, Magnesium, dan Flour dalam Presipitasi Senyawa Kalsium Fosfat: Karakterisasi dengan Menggunakan Atomic Absorbtion Spectroscopy, Spectroscopy Uv-vis dan Fourier Transform Infrared (FTIR) {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Juliana, Annisa. 2003. Pengaruh Tepung

Terigu dan Garam terhadap Perubahan Kualitas Air dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Ketaren, S. 1978. Daya Guna Kelapa. Departemen Teknologi Hasil Pertanian. FATEMETA, IPB. Bogor. Madona. 2004. Karakterisasi Fisik dan Kimia Minyak Goreng Bekas Pakai yang Dicampur dengan Sari Buah Mengkudu Ditambah Sari Buah Jeruk Nipis dan Sari Daun Lidah Buaya {Usulan Penelitian}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Marliyati, S. A. dkk. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Martaningtyas, Dewi. 2004. Bahaya Cemaran

Logam Berat.

http://www.google.com.

Mattjik, A. Ansori, Sumertajaya, Made. 2000. Perancangan Percobaan. IPB. Press: Bogor.

M. deMan, John, 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua {judul asli: Principles of Food Chemistry, 1989 diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata}. Penerbit ITB. Bandung.

(26)

Sapi {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI. 1999. Kecap Air Kelapa.

http://www.pdii.lipi.go.id.

Rahman, Ansori. 1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.

Sailah, Illah. 1981. Mempelajari Pengaruh Penambahan biakan Murni, Perbandingan Bahan Baku dan Penambahan Bumbu terhadap Kecap Air Kelapa {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Sears, F.W, Zemansky, M.W. 1962. Fisika Untuk Universitas Mekanika. Panas. Bunyi (saduran bebas : Ir.Soedarjana dan Drs.Amir Achmad). Penerbit Binacipta. Bandung.

Sri Utami, Yuni. 2003. Evaluasi Penggunaan Konsentrasi Garam dan Sodium Tripolifosfat terhadap Sifat Fisik dan Palatabilitas Bakso Sapi {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Standar Industri Indonesia, 1974. Proyek

Sistem Informasi Iptek Nasional Guna Menunjang Pembangunan.

http://www.pdii.lipi.go.id.

Suherly, L. A. 1982. Mempelajari Pengaruh Natrium Benzoat terhadap Daya Awet Santan Kelapa (cocos nucifera L.) dengan Bahan Pengemulsi “Tween 80” {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Supriyadi, S. 2005. Karakterisasi Fisik Dan Kimia Larutan Susu Bubuk yang Diberi Bahan Tambahan Sebagai Pengawet {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Utami Dewi, D. 2004. Karakteristik Fisik dan Nilai pH “Cocktail” Buah Pepaya Bangkok dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda Pada Suhu Ruang Pendingin {Skripsi}. Bogor . Institut Pertanian Bogor.

Widya Sari, Yessie. 2002. Karakterisasi Fisik dan Kimia Beberapa Jenis Air Minum PDAM Kota Bogor {Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yektiningtyas, W. K. 2004. Studi Kasus Fisika Pangan Variasi Kelembaban Relatif, Film Kemasan dan Lama Penyimpanan Buah Manggis

{Skripsi}. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

(27)
(28)

Tabel Lampiran 1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

Natrium Benzoat ( g )

Garam ( g )

Lama Penyimpanan

( Hari ) Ulangan

Kekentalan (cP)

Konduktivitas Listrik (mS)

Kerapatan (g/ml)

Transmitans

(%T) pH

A1 B1 C1 1 1,4725 3,86 1,45783 18,0 3,60

A1 B1 C1 2 1,4725 3,87 1,45782 18,0 3,61

A1 B1 C2 1 1,4792 3,90 1,45526 17,6 4,07

A1 B1 C2 2 1,4816 3,91 1,45524 17,1 4,07

A1 B1 C3 1 1,5047 4,29 1,45281 16,2 4,07

A1 B1 C3 2 1,5040 4,30 1,45284 16,4 4,07

A1 B1 C4 1 1,5125 4,75 1,45279 16,2 4,08

A1 B1 C4 2 1,5126 4,71 1,45278 16,0 4,08

A1 B1 C5 1 1,4700 4,76 1,45133 16,0 4,14

A1 B1 C5 2 1,4704 4,79 1,45133 16,1 4,15

A1 B1 C6 1 1,5155 5,11 1,45138 15,8 4,15

A1 B1 C6 2 1,5153 5,13 1,45177 15,9 4,16

A1 B1 C7 1 1,5635 5,40 1,44824 11,6 4,16

A1 B1 C7 2 1,5629 5,43 1,44819 11,8 4,16

A1 B1 C8 1 1,6854 5,64 1,44844 11,2 4,18

A1 B1 C8 2 1,6860 5,62 1,44849 10,2 4,17

A1 B2 C1 1 1,4682 3,02 1,45410 18,0 3,57

A1 B2 C1 2 1,4681 3,00 1,45410 18,2 3,57

A1 B2 C2 1 1,4713 3,35 1,45363 17,4 4,02

A1 B2 C2 2 1,4715 3,34 1,45363 17,9 4,02

A1 B2 C3 1 1,4688 3,67 1,44623 16,2 4,05

A1 B2 C3 2 1,4693 3,65 1,44627 16,5 4,06

A1 B2 C4 1 1,4721 4,24 1,44591 16,0 4,07

A1 B2 C4 2 1,4701 4,25 1,44587 16,9 4,07

A1 B2 C5 1 1,4831 4,49 1,44594 16,2 4,10

A1 B2 C5 2 1,4794 4,47 1,44597 16,7 4,13

A1 B2 C6 1 1,5254 4,62 1,44439 15,5 4,12

A1 B2 C6 2 1,5255 4,63 1,44437 15,7 4,12

A1 B2 C7 1 1,5225 5,00 1,44439 11,4 4,13

A1 B2 C7 2 1,5229 5,01 1,44439 11,0 4,11

A1 B2 C8 1 1,4731 5,39 1,44436 11,4 4,12

A1 B2 C8 2 1,4710 5,37 1,44438 11,8 4,13

A2 B1 C1 1 1,4725 3,61 1,45410 18,4 3,60

A2 B1 C1 2 1,4720 3,60 1,45409 18,2 3,60

A2 B1 C2 1 1,4686 3,71 1,45418 17,0 4,04

A2 B1 C2 2 1,4684 3,70 1,45421 17,3 4,04

A2 B1 C3 1 1,4773 4,10 1,45314 16,4 4,06

A2 B1 C3 2 1,4774 4,12 1,45310 16,5 4,07

A2 B1 C4 1 1,4671 4,39 1,44861 16,2 4,08

A2 B1 C4 2 1,4669 4,38 1,44860 16,2 4,07

A2 B1 C5 1 1,4803 4,58 1,44859 16,4 4,14

A2 B1 C5 2 1,4804 4,57 1,44848 16,3 4,13

A2 B1 C6 1 1,5152 4,62 1,44804 15,9 4,15

A2 B1 C6 2 1,5139 4,61 1,44804 15,9 4,15

A2 B1 C7 1 1,5723 5,23 1,44434 11,0 4,15

A2 B1 C7 2 1,5730 5,22 1,44429 12,9 4,16

A2 B1 C8 1 1,7300 5,60 1,44431 11,1 4,16

(29)

Lanjutan

Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

Natrium Benzoat ( g )

Garam ( g )

Lama Penyimpanan

( Hari ) Ulangan

Kekentalan (cP)

Konduktivitas Listrik (mS)

Kerapatan (g/ml)

Transmitans

(%T) pH

A2 B2 C1 1 1,4790 2,75 1,45472 18,6 3,55

A2 B2 C1 2 1,4711 2,71 1,45470 18,5 3,55

A2 B2 C2 1 1,4677 3,18 1,45478 17,8 3,62

A2 B2 C2 2 1,4675 3,17 1,45478 17,5 3,60

A2 B2 C3 1 1,4692 3,36 1,45381 16,3 3,87

A2 B2 C3 2 1,4682 3,32 1,45382 16,7 3,87

A2 B2 C4 1 1,4794 3,48 1,45017 16,6 4,01

A2 B2 C4 2 1,4801 3,46 1,45016 16,2 4,02

A2 B2 C5 1 1,4765 4,12 1,44804 16,2 4,03

A2 B2 C5 2 1,4743 4,12 1,44804 16,6 4,05

A2 B2 C6 1 1,4792 4,60 1,44798 15,2 4,06

A2 B2 C6 2 1,4797 4,60 1,44802 15,1 4,07

A2 B2 C7 1 1,4809 4,84 1,44754 12,0 4,10

A2 B2 C7 2 1,4800 4,83 1,44760 12,3 4,09

A2 B2 C8 1 1,4882 4,88 1,44538 12,0 4,11

(30)
(31)

Uj i Du n c a n Pe n g a r u h La ma Pe n y i mp a n a n t e r h a d a p Ni l a i Ke k e n t a l a n

Al pha 0 , 0 5

J u ml a h Ra t a- r a t a 2 3 4 5 6 J a r a k Kr i t i s 0 , 0 0 1 4 2 0 0 , 0 0 1 4 9 2 0 , 0 0 1 5 3 9 0 , 0 0 1 5 7 3 0 , 0 0 1 5 9 9

7 8 0 , 0 0 1 6 1 9 0 , 0 0 1 6 3 5

Gr u p Du n c a n Ra t a- r a t a

J u ml a h Sa mpe l

La ma Pe n y i mp a n a n

a b c d e f g g

1 , 5 9 3 4 5 0 0 1 , 5 3 4 7 5 0 0 1 , 5 0 8 7 1 2 5 1 , 4 8 2 6 0 0 0 1 , 4 7 9 8 6 2 5 1 , 4 7 6 8 0 0 0 1 , 4 7 1 9 8 7 5 1 , 4 7 1 9 7 5 0

8 8 8 8 8 8 8 8

C8

C7

C6

C4

C3

C5

C1

C2

Ke t e r a n g a n :

(32)
(33)

Uj i Du n c a n Pe n g a r u h La ma Pe n y i mp a n a n t e r h a d a p Ni l a i Ko n d u k t i v i t a s Li s t r i k

Al pha 0 , 0 5

J u ml a h Ra t a- r a t a 2 3 4 5 6 7 8 J a r a k Kr i t i s 0, 01452 0, 01526 0, 01574 0, 01608 0, 01634 0, 01655 0, 01671

Gr u p Du n c a n Ra t a- r a t a

J u ml a h Sa mpe l

La ma Pe n y i mp a n a n

a b c d e f g h

5 , 3 7 6 2 5 0 5 , 1 2 0 0 0 0 4 , 7 4 0 0 0 0 4 , 4 8 7 5 0 0 4 , 2 0 7 5 0 0 3 , 8 5 1 2 5 0 3 , 5 3 2 5 0 0 3 , 3 0 2 5 0 0

8 8 8 8 8 8 8 8

C8

C7

C6

C5

C4

C3

C2

C1

Ke t e r a n g a n :

(34)
(35)

Uj i Du n c a n Pe n g a r u h La ma Pe n y i mp a n a n t e r h a d a p Ni l a i Ke r a p a t a n

Al pha 0 , 0 5

J u ml a h Ra t a- r a t a 2 3 4 5 6 J a r a k Kr i t i s 0, 00005558 0, 0 0 0 0 5 8 4 2 0 , 0 0 0 0 6 0 2 6 0 , 0 0 0 0 6 1 5 8 0 , 0 0 0 0 6 2 5 8

7 8 0 , 0 0 0 0 6 3 3 6 0 , 0 0 0 0 6 3 9 9

Gr u p Du n c a n Ra t a- r a t a

J u ml a h Sa mpe l

La ma Pe n y i mp a n a n

a b c d e f g h

1 , 4 5 5 1 8 2 5 1 , 4 5 4 4 6 3 8 1 , 4 5 1 5 0 2 5 1 , 4 4 9 3 6 1 3 1 , 4 4 8 4 6 5 0 1 , 4 4 7 9 9 8 8 1 , 4 4 6 1 2 2 5 1 , 4 4 5 6 2 1 3

8 8 8 8 8 8 8 8

C1

C2

C3

C4

C5

C6

C7

C8

Ke t e r a n g a n :

(36)
(37)

Uj i Du n c a n Pe n g a r u h La ma Pe n y i mp a n a n t e r h a d a p Ni l a i Tr a n s mi t a n s

Al pha 0 , 0 5

J u ml a h Ra t a- r a t a 2 3 4 5 6 7 J a r a k Kr i t i s 0 , 3 5 1 9 0 , 3 6 9 8 0 , 3 8 1 4 0 , 3 8 9 9 0 , 3 9 6 2 0 , 4 0 1 2

8 0 , 4 0 5 2

Gr u p Du n c a n Ra t a- r a t a

J u ml a h Sa mpe l

La ma Pe n y i mp a n a n

a b c c c d e f

1 6 , 2 3 7 5 1 7 , 4 5 0 0 1 6 , 4 0 0 0 1 6 , 3 1 2 5 1 6 , 2 8 7 5 1 5 , 6 2 5 0 1 1 , 7 5 0 0 1 1 , 3 3 7 5

8 8 8 8 8 8 8 8

C1

C2

C3

C4

C5

C6

C7

C8

Ke t e r a n g a n :

(38)
(39)

Uj i Du n c a n Pe n g a r u h La ma Pe n y i mp a n a n t e r h a d a p Ni l a i p H

Al pha 0 , 0 5

J u ml a h Ra t a- r a t a 2 3 4 5 6 7 J a r a k Kr i t i s 0, 007532 0, 007916 0, 008166 0, 008345 0, 008480 0, 008586

8 0, 008672

Gr u p Du n c a n Ra t a- r a t a

J u ml a h Sa mpe l

La ma Pe n y i mp a n a n

a b c d e f g h

4 , 1 4 3 7 5 0 4 , 1 3 2 5 0 0 4 , 1 2 2 5 0 0 4 , 1 0 8 7 5 0 4 , 0 6 0 0 0 0 4 , 0 1 5 0 0 0 3 , 9 3 5 0 0 0 3 , 5 8 1 2 5 0

8 8 8 8 8 8 8 8

C8

C7

C6

C5

C4

C3

C2

C1

Ke t e r a n g a n :

Gambar

Tabel 3  Komposisi Kimia Air Kelapa dari Buah    yang Matang
Tabel 4  Komposisi Mineral Air Kelapa dari Buah yang Matang
Gambar 1  Rumus Struktur Asam Benzoat (Chipley, 1933 dalam  Pramanasari, 2005).
Tabel 6  Skala Hedonik dengan Skala Numeriknya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Ion Logam

Oleh karena itu, untuk membentuk suatu tingkat kepuasan kerja yang baik, seorang pemimpin perlu melakukan suatu tindakan agar para guru dapat merasa nyaman dalam

Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok

benih, tenaga kerja, pupuk kotoran ayam, pupuk kotoran sapi, pupuk ZA, pupuk Phonska, pupuk SP36, pupuk NPK Mutiara, insektisida Furadan, Abamectin & Confidor, fungisida

Setelah diumumkannya Pemenang pengadaan ini, maka kepada Peserta/Penyedia barang/jasa berkeberatan atas pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) budaya pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia untuk anak tunarungu-wicara kelas X-B di SLBN Surakarta, 2) kendala guru

“ Public Relations merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi- organisasi, lembaga-lembaga

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna yang terkandung pada penggambaran ilustrasi kepulan asap di halaman liputan khas majalah Femina.. Metode yang digunakan