22 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Pengaruh Kualitas Audit
dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance
sebagai Moderating pada Perusahaan Manufaktur khususnya yang bergerak dalam
sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bagian ini menjabarkan
teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah
diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang diperoleh selama
penelitian.
2.1.1. Manajemen Laba
Manajemen Laba merupakan setiap tindakan manajemen yang
dapat mempengaruhi angka laba yang dilaporkan. Setiawan (2002)
menyatakan manajemen laba sebagai campur tangan manajemen dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan menguntungkan dirinya
sendiri (manajer).
Manajemen Laba akan membuat laba tidak sesuai dengan realitas
ekonomi yang ada, ini berarti kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah.
Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi
lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa
atau menutupi realitas yang ada. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat
manajemen disamping memang adalah suatu hal yang lazim bahwa besar
kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung besar kecilnya
laba yang diperoleh perusahaan.
Manajemen Laba dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan
berbagai cara, seperti melakukan perbedaan pengakuan pendapatan dan
biaya, mempercepat atau menunda pendapatan dan biaya, menghilangkan
atau mengurangi discretion cost dan lainnya.
Scott (2000) juga mengemukakan beberapa motivasi terjadinya
manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara opportunistic untuk melakukan laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah
menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
24
4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki harga pasar sehingga perlu menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini
menyebabkan manajer perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.
6. Pentingnya memberi informasi kepada investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap
menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.1.2 Kualitas Audit
Laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen
terhadap investor dan pemegang saham harus memiliki informasi yang
dapat dipercaya oleh semua pihak. Manipulasi yang dilakukan terhadap
laporan keuangan akan menurunkan kualitas informasi akuntansi dan
menghilangkan kepercayaan berbagai pihak. Auditor diharapkan dapat
mengurangi praktik manipulasi atau manajemen laba yang ada dalam
tercipta suatu pengendalian seperti preventive control, detective control dan
reporting control dalam perusahaan (Luhgiatno, 2008).
Menurut Antonius (2007), kualitas audit adalah kapasitas auditor
eksternal untuk mendeteksi kesalahan material dan bentuk penyimpangan
lainnya. Opini KAP merupakan sumber informasi bagi pihak di luar
perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya KAP
yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang
dihasilkannya reliable.
Menurut De Angelo (1981), kualitas audit adalah kemungkinan atau
probabilitas auditor yang mampu mengungkapkan dan melaporkan suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Bartov, dkk. (2000) menunjukkan bahwa auditor berkualitas tinggi
lebih memilih untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan dan tidak
mau menerima praktek akuntansi yang menimbulkan pertanyaan. Sehingga
auditor yang berkualitas akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendeteksi manajemen laba. Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menyatakan
hasil audit tidak bisa diamati secara langsung sehingga pengukuran variabel
kualitas audit maupun kualitas auditor menjadi sulit untuk dioperasionalkan.
Dimensi kualitas auditor yang paling sering digunakan dalam
penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena nama baik
perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting.
Selain ukuran KAP, dimensi kualitas auditor yang lain adalah spesialisasi
26
Dalam penelitian ini kualitas auditor diukur menggunakan dimensi
ukuran KAP, yaitu KAP yang termasuk dalam Big Four dan KAP yang tidak termasuk dalam Big Four. Penggunaan KAP Big Four akan menjadi suatu sinyal kepada publik bahwa laporan keuangan perusahaan yang
dilaporkan memiliki reliabilitas yang tinggi. Auditor Big Four adalah auditor yang memiliki keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi dibanding
auditor Non Big Four. Oleh karena itu, auditor Big Four berusaha secara sungguh-sungguh mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan masyarakat,
dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik. Jika
auditor ini tidak dapat mempertahankan reputasinya maka masyarakat tidak
memberi kepercayaan terhadap auditor Big Four sehingga auditor ini akan tiada dengan sendirinya (Sanjaya, 2008). Opini KAP merupakan sumber
informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk
pengambilan keputusan.
2.1.3. Komite Audit
Keberadaan Komite Audit pada perusahaan publik di Indonesia
secara resmi dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan keluarnya
Keputusan Direksi BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan
Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek
Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada bagian ini dinyatakan bahwa dalam rangka
Dalam penelitian ini dimensi yang digunakan untuk mengukur
Komite Audit adalah jumlah komite audit yang terlibat dalam perusahaan
dan total kehadiran anggota komite audit dalam perusahaan tersebut.
Tugas Komite Audit erat kaitannya dengan penelaahan terhadap
risiko yang dihadapi perusahaan dan ketaatan peraturan yang berlaku.
Keberadaan Komite Audit menjadi sangat penting sebagai salah satu
perangkat utama dalam penerapan good corporate governance dimana independensi, transparansi, akuntabilitas dan tanggungjawab, serta sikap
adil menjadi prinsip dan landasan organisasi perusahaan. Melalui Surat
Edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000, Bapepam
mensyaratkan pembentukan Komite Audit pada perusahaan publik
Indonesia terdiri dari sedikitnya tiga orang anggota dan diketuai oleh
Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar
belakang di bidang akuntansi dan keuangan.
Beberapa ketentuan Komite Audit yang efektif dalam rangka
meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan, antara lain sebagai berikut :
a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret, 2001) yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit
b. Surat Edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan
perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit, sebagaimana
28
tanggal 22 Desember 2003 tentang Peraturan Nomor IX.1.5 :
Pembentuan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
c. Kep. 339/BEJ/2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit.
d. Keputusan Menteri BUMN No. Kep-103/MBU/2002 yang mengharuskan
semua BUMN mempunyai Komite Audit.
e. Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 yang
mengharuskan semua BUMN mempunyai Komite Audit.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKG, 2002) Komite Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar
dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan Komite Audit.
Bursa Efek Indonesia melalui Kep. Direksi BEJ No.
Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite yang
dibentuk oleh Dewan Komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh Dewan Komisaris, yang bertugas untuk membantu
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.
Peran Komite Audit adalah untuk mengawasi dan memberi masukan
kepada Dewan Komisaris dalam hal terciptanya mekanisme pengawasan
(FCGI, 2002). Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada
Direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris.
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor:
Kep-103/MBU/2002, dalam membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite
Audit bertugas:
a. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh
Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat
dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar.
b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.
c. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan
keuangan berkala, proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada pemegang saham.
d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan
Pengawas.
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan
Pengawas sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban
Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan ketentuan peraturan
30
Komite Audit yang efektif bekerja sebagai suatu alat untuk
meningkatkan efektifitas, tanggungjawab, keterbukaan dan objektifitas
Dewan Komisaris dan memiliki fungsi untuk :
a. Memperbaiki mutu laporan keuangan dengan mengawasi laporan
keuangan atas nama Dewan Komisaris
b. Menciptakan iklim disiplin dan kontrol yang akan mengurangi
kemungkinan penyelewengan-penyelewengan
c. Memungkinkan anggota non-eksekutif menyumbangkan suatu penilaian
independen dan memainkan suatu peranan yang positif
d. Membantu Direktur Keuangan, dengan memberikan suatu Kesempatan di
mana pokok-pokok persoalan yang penting yang sulit dilaksanakan dapat
dikemukakan
e. Memperkuat posisi auditor eksternal dengan memberikan suatu saluran
komunikasi terhadap pokok-pokok persoalan yang memprihatinkan
dengan efektif
f. Memperkuat posisi auditor internal dengan memperkuat independensinya
dari manajemen
g. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan objektifitas
laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan terhadap kontrol
internal yang lebih baik.
Namun, Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi komite
sebagai alat bantu Dewan Komisaris, sehingga tidak memiliki otoritas
kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari
Dewan Komisaris, seperti mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor
eksternal, dan memimpin suatu investigasi khusus. Peran dan tanggung
jawab Komite Audit dituangkan dalam Audit Committee Charter.
Audit Committee Charter atau Piagam Komite Audit merupakan dokumen formal sebagai bentuk wujud komitmen Komisaris dan Dewan
Direksi dalam usaha menciptakan kondisi pengawasan yang baik dalam
perusahaan. Piagam Komite Audit yang telah disahkan akan menjadi acuan
anggota Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Piagam Komite Audit disosialisasikan kepada seluruh pihak terkait untuk
mewujudkan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Piagam Komite Audit akan
membantu anggota baru dalam melakukan orientasi sebagai Komite Audit
dan berfungsi sebagai sarana komunikasi untuk menunjukkan komitmen
Komisaris dan Dewan Direksi terhadap efektivitas corporate governance, pengendalian internal, risk assessment, dan pengelolaan perusahaan secara keseluruhan (FCGI).
Struktur Komite Audit di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri
Nomor 117 tahun 2002 untuk perusahaan BUMN dan untuk perusahaan
publik diatur dalam Keputusan BEJ dan Peraturan Bapepam yang relevan.
Ketentuan mengenai Struktur Komite Audit menurut Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang
Peraturan Nomor IX.1.5 : Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
32
a. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
b. Anggota Komite Audit yang merupakan Komisaris Independen bertindak
sebagai ketua Komite Audit. Dalam hal ini Komisaris Independen yang
menjadi anggota Komite Audit lebih dari satu orang maka salah satunya
bertindak sebagai Ketua Komite Audit.
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki intregitas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya,
serta mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Salah seorang dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi atau keuangan.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami
laporan keuangan.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di
bidang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan lainnya.
e. Bukan merupakan orang dari Kantor Akuntan Publik yang memberikan
jasa audit dan atau non-audit pada emiten atau perusahaan publik yang
bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris
dan bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik
f. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik dalam
1 (satu) tahun terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris.
g. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota Komite Audit
memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut
wajib mengalihkan kepada pihak lain.
h. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik,
Komisaris, Direksi atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik.
i. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
j. Bertanggung jawab atas agenda dan bahan-bahan pendukung yang
diperlukan serta wajib melaporkan aktivitas rapat Komite Audit ini
kepada dewan komisaris.
Apabila Komite Audit menemukan hal-hal yang diperkirakan dapat
mengganggu kegiatan perusahaan, Komite Audit wajib menyampaikannya
kepada dewan komisaris selambat-lambatnya sepuluh hari kerja. Laporan
yang dibuat dan disampaikan Komite Audit kepada komisaris utama adalah:
1. Laporan triwulan mengenai tugas yang dilaksanakan dan realisasi
program kerja dalam triwulan bersangkutan.
34
3. Laporan atas setiap penugasan khusus yang diberikan oleh dewan
komisaris.
Dalam laporan Komite Audit kepada dewan komisaris, Komite
Audit memberikan kesimpulan dari diskusi dengan auditor eksternal tentang
temuan mereka yang berhubungan dengan peninjuan tengah tahun dan
laporan keuangan tahunan, rekomendasi atas pengangkatan auditor eksternal
dan setiap masalah pengunduran diri, penggantian dan pemberhentian
perikatannya, kesimpulan tentang nilai fungsi audit internal dan tanggapan
atas penemuan audit internal, serta kesimpulan atas kinerja sistem kontrol
internal.
Rapat Komite Audit berfungsi sebagai media komunikasi formal
anggota komite Audit dalam mengawasi proses corporate governance, memastikan bahwa manajemen senior membudayakan corporate governance, memonitor bahwa perusahaan tunduk pada code of conduct, mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi
kinerja finansial atau non-finansial perusahaan, memonitor bahwa
perusahaan tunduk pada tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku,
dan mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil
pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya.
2.1.4 Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
saham (Herawaty, 2008). Dalam Good Corporate Governance terdapat
empat prinsip utama, sebagaimana dikemukakan oleh Isgiyarta dan
Tristiarini (2005) dalam Praditia (2010), yaitu Transparansi, Kewajaran,
Akuntabilitas dan Responsibilitas.
Esensi good corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan kerangka aturan dan peraturan berlaku.
Mekanisme good corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil
keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol dimana selanjutnya
dilakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut (Fatayatiningrum,
2011). Mekanisme good corporate governance mengacu pada sekumpulan mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh manajer
ketika terjadi pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian
(Purwaningtyas, 2011).
Ada 3 mekanisme Good Corporate Governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai Good Corporate Governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,yaitu :
1. Komisaris Independen
Menurut KNKCG (Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance), Komisaris Independen anggota dewan komisaris yang tidak
36
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Tugas dewan komisaris independen adalah mensupervisi dan memberi
nasihat kepada dewan direksi, dan memastikan bahwa perusahaan telah
melaksanakan tanggung jawab kepada para stakeholder. Komisaris Independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Dalam menjalankan fungsinya,
dewan komisaris independen harus membebaskan diri dari kepentingan
pihak-pihak lain yang berpotensi memunculkan konflik kepentingan dan
menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang memadai
(Wicaksono,2013).
2. Kepemilikan Institusional
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.
Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang
strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.
manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen
pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar
modal. Monitoring yang dilakukan pihak institusi tentu lebih efektif
dibandingkan oleh pihak individu karena institusi memiliki sumber daya dan
kemampuan yang lebih besar sehingga mampu melakukan monitoring yang
lebih kuat. Hal ini menyebabkan dengan adanya kepemilikan institusional,
perusahaan akan semakin terdorong untuk mengungkapkan informasi lebih
cepat untuk menghindari berkurangnya relevensi dari informasi tersebut
(Utami, 2011).
3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan
oleh pihak manajemen. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen
tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai
pemegang saham. Jika suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial
yang tinggi, manajer jauh lebih peduli tentang kepentingan pemegang
saham dan opsi saham akan memiliki insentif untuk kontribusi perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa untuk meminimalkan
konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di
38
kepemilikan saham yang dimiliki manajer, direksi, komisaris, maupun pihak
lain yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian mengenai
manajemen laba. Purwanti (2012) meneliti pengaruh antara kecakapan manajerial,
kualitas auditor, komite audit, firm size dan leverage terhadap manajemen laba.
Peneliti ini menyimpulan bahwa kecakapan manajerial dan leverage berpengaruh
positif terhadap manajemen laba,juga kualitas auditor,komite audit dan firm size
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Aji (2012) meneliti pengaruh antara karakteristik komite audit terhadap
kualitas laba dan manajemen laba di Bursa Efek Indonesia. Peneliti ini
menyimpulkan bahwa ukuran komite audit, proporsi komite audit dan frekuensi
pertemuan komite audit independen berpengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen laba, sedangkan ukuran Komite Audit , proporsi komite audit dan
frekuensi pertemuan komite audit independen berpengaruh positif terhadap
kualitas laba.
Herawaty meneliti pengaruh antara mekanisme good corporate
governance, independensi auditor, kualitas Audit dan faktor lainnya terhadap
manajemen laba. Peneliti menyimpulkan bahwa leverage, kualitas Audit, dan
profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sedangkan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris
independen, independensi, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Purwanti (2012)
Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor, Komite Audit, Firm Size dan Leverage terhadap Earnings Management. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010)
Kecakapan Manajerial dan Leverage berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba, sedangkan Kualitas Auditor, Komite Audit, Firm Size berpengaruh positif terhadap Laba di Bursa Efek Indonesia.
Ukuran Komite Audit, Proporsi Komite Audit dan Frekuensi pertemuan Komite Audit Independen
berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba, sedangkan Ukuran Komite Audit , Proporsi Komite Audit dan Frekuensi Pertemuan Komite Audit Independen berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba.
40 2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan sebelumnya dan tinjauan
peneliti terdahulu, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat
dirumuskan melalui satu kerangka konseptual tersebut. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas auditor dan komite audit
terhadap manajemen laba, juga untuk menguji apakah Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara kualitas auditor dan komite audit terhadap manajemen laba.
Manajemen Laba
( Y ) Kualitas Auditor
( X1 )
Komite Audit
( X2 )
Good Corporate Governance ( Z )
1. Dewan Komisaris 2. Kepemilikan Institusional
Good Corporate Governance dipilih menjadi variabel pemoderasi karena Good Corporate Governance menjadi bagian dari sistem yang mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Kualitas Audit dan komite audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba
secara simultan dan parsial..
H2: Good Corporate Governance pemoderasi hubungan Kualitas Audit