• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tripathi et al

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tripathi et al"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

4

Universitas Muhammadiyah Riau BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangrove

Hutan mangrove tersebar luas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar 16.530.000 ha yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000 ha, sedangkan di Indonesia dilaporkan seluas 3.735.250 ha.

Dengan demikian, luas hutan mangrove Indonesia hampir 50% dari luas mangrove Asia dan hampir 25% dari luas hutan mangrove dunia (Onrizal, 2010).

Ekosistem mangrove di Provinsi Riau memiliki peranan ekologi yang besar bagi lingkungan sekitarnya dan tidak jauh berbeda dengan peranan ekosistem mangrove di wilayah lain. Menurut Kaewtubtim et al. (2016), hutan mangrove merupakan hutan dengan banyak keunikan, berfungsi sebagai daerah asuhan bagi fauna akuatik, sebagai habitat penting bagi biota ikan, krustasea, makrofauna dan mikrofauna yang tergabung dalam jaringan makanan. Tripathi et al. (2016) menyatakan bahwa mangrove memiliki peran utama dalam siklus biogeokimia dan bertindak sebagai reservoir dalam asimilasi tersier limbah. Mangrove merupakan ekosistem pantai dengan kondisi lingkungan yang ekstrim di bawah kondisi salinitas tinggi, pasang surut yang ekstrim, tekanan angin yang kuat, suhu tinggi dan berlumpur, dan tanah yang anaerobik (Alongi, 2009).

Provinsi Riau memiliki ekowisata mangrove yang salah satunya terletak di Desa Mengkapan, Kabupaten Siak. Hutan Mangrove ini dijadikan destinasi wisata bagi para pecinta mangrove, pecinta lingkungan hidup, maupun masyarakat umum. Kegiatan tersebut dapat berbentuk wisata air di lingkungan mangrove, dokumentasi di lingkungan mangrove, menanam mangrove, dan sebagai wahana edukasi tentang mangrove. Hutan ini dikelola oleh Pembibitan Mangrove Lestari Mengkapan yang dibentuk pada Tahun 2004 dan terekspos secara luas sejak Tahun 2013 (Pauziah, 2017).

Kecamatan Sungai Apit adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Siak. Kecamatan Sungai Apit yang posisi pusat pemerintahannya ada di Kelurahan Sungai Apit yang kurang lebih jarak lurusnya 37 km dari pusat pemerintahan kabupaten yang dapat ditempuh melalui darat maupun sungai.

(2)

5

Universitas Muhammadiyah Riau Kecamatan Sungai Apit secara umum berada pada daerah aliran Sungai Siak serta di sebagian tempat merupakan pantai landai yang berhadapan dengan Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Padang wilayah Kabupaten Bengkalis (Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak, 2016).

2.2 Rizosfer Mangrove

Rizosfer adalah daerah sekitar 1-2 cm dari akar tanaman (Syauqi, 2017), yang mendukung perkembangan dan aktivitas diversitas komunitas mikroba termasuk kemampuan dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Rizosfer juga merupakan daerah yang di dalamnya tersedia gula sederhana dan asam amino untuk kelangsungan hidup mikroorganisme (Nasution, 2018).

Hutan mangrove berfungsi sebagai batas ekosistem darat dan laut serta merupakan salah satu tempat perkembangbiakan berbagai kelompok mikroorganisme seperti bakteri (Behera et al., 2016). Keberadaan bakteri penting karena mempengaruhi sifat fisik, kimiawi dan biologis tanah tersebut, misalnya dalam proses pembusukan yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas bakteri.

Keberadaan bakteri-bakteri ini dapat ditemukan di sekitar perakaran (bakteri rizosfer) (Howieson et al., 2016).

2.3 Bakteri Kitinolitik

Kemampuan isolat bakteri kitinolitik dalam mendegradasi kitin diketahui dari aktivitas hidrolisisnya. Nilai aktivitas hidrolisis bisa dilihat dari zona bening yang terbentuk disekitar koloni jika bakteri kitinolitik ditumbuhkan pada media agar kitin (Muthmainnah, 2018).

Upaya untuk mengisolasi bakteri kitinolitik dari berbagai sumber telah banyak dilakukan di Indonesia. Isolat bakteri kitinolitik dapat diperoleh dari sumber rizosfer tanaman (Butar-butar et al., 2017), limbah udang (Setia &

Suharjono, 2015), sumber perairan lain seperti danau serta laut (Pujiyanto et al., 2008) serta tanah. Beberapa bakteri kitinolitik berpotensi sebagai agen biokontrol pada penyakit tanaman yang disebabkan berbagai cendawan fitopatogenik dan hama serangga karena dinding sel cendawan dan eksoskeleton serangga mengandung kitin sebagai struktur komponen utama (Khan & Khan, 2011).

(3)

6

Universitas Muhammadiyah Riau 2.4 Cendawan Target (Fusarium sp.)

Cendawan Fusarium sp. secara alami dapat menginfeksi tumbuhan sehingga menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Gejala yang khas akibat infeksi cendawan Fusarium sp. yang ditandai dengan daun menguning, terjadinya layu sepihak atau

keseluruhan, batang bawah berubah menjadi warna cokelat, kehitaman ataupun kekuningan (Ngittu et al., 2014).

Beberapa senyawa antifungi dapat mengganggu metabolisme energi dalam mitokondria yaitu dalam tahap transfer elektron dan fosforilasi. Metabolisme energi dalam mitokondria dihambat dengan terganggunya transfer elektron.

Terhambatnya transfer elektron akan mengurangi oksigen dan mengganggu fungsi dari siklus asam trikarboksilat. Akibat tidak terjadinya tahap fosporilasi menyebabkan terhambatnya pembentukan ATP dan ADP. Terhambatnya pertumbuhan jamur Fusarium sp. dalam penelitian ini diduga karena adanya penurunan pengambilan O2 oleh mitokondria yang mengalami kerusakan membran dan kerusakan krista akibat adanya aktivitas senyawa antifungi, sehingga menyebabkan energi ATP yang dihasilkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan sel menjadi berkurang lalu pertumbuhannya terhambat (Griffin, 1981; Istikomah et al.,2015).

Referensi

Dokumen terkait

11. Sebagian besar wilayah utara Pulau Jawa tertutup tanah subur dan berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai sehingga dimanfaatkan penduduk untuk daerah

1) Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa kondisinya telah mengalami kerusakan dan kekritisan. Indikatornya dapat dilihat dari luas penutupan

Hasil penelitian tentang keanekaragaman jenis Echinoidea di zona intertidal pantai Jeding Taman Nasional Baluran bahwa sebagian besar Echinoidea ditemukan pada daerah

Keruhnya air laut pada sebagian besar pantai menunjukkan bahwa kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) di daerah hulu kurang baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya

Hasil bore log yang dilakukan di proyek Jembatan Siak, Perawang, dan teluk mesjid menunjukkan bahwa lapisan permukaan tanah disepanjang aliran sungai siak hampir sebagian besar

A., 2004, Inventarisasi dan Dokumentasi Rona Lingkungan di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Siak, Pusat Kajian Rona Lingkungan dan Sumber Daya Alam Universitas Riau, Pekanbaru. A.,

© 2010 Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 34 Berdasarkan garis pantai, pesisir pantai wilayah pesisir Pulau Rupat Barat dan Selatan dan Kecamatan Sungai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sensitivitas aliran sungai Citarum terhadap perubahan iklim dan konversi lahan. Dengan demikian diharapkan dapat