• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Desa dalam Hirarki Peraturan Perundang-Undangan

N/A
N/A
Layar Mutiara

Academic year: 2024

Membagikan "Peraturan Desa dalam Hirarki Peraturan Perundang-Undangan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 1

ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ilmu Perundang-Undangan

Disusun oleh:

Layar Mutiara (050663096)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TERBUKA

2023

(2)

1. PERTANYAAN KASUS 1

Analisislah kedudukan peraturan desa dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia sesuai dengan wacana “Kades di Purwakarta Protes Pembatalan Peraturan Desa Berbudaya oleh Gubernur”

JAWABAN

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia telah mengalami banyak dinamika perubahan. Salah satu perubahannya adalah dengan dicabutnya UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan digantikan dengan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Perubahan tersebut mengundang datangnya suatu permasalahan terkait dengan kedudukan Peraturan Desa. Dengan tidak dicantumkannya Peraturan Desa ke dalam hirarki peraturan perundang-undangan secara tertulis, hal tersebut menyebabkan perdebatan yuridis terkait dengan kedudukan Peraturan Desa itu sendiri.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan tidak mengatur secara tegas mengenai peraturan desa atau peraturan yang dikeluarkan oleh kepala desa atau yang setingkat dan di mana peraturan tersebut diundangkan.

Meski UU Nomor 12 Tahun 2011 tidak mengatur secara tegas tentang peraturan desa, bukan berarti UU Nomor 12 Tahun 2011 tidak mengakui peraturan desa sebagai peraturan perundang-undangan. Peraturan desa tetap diakui sebagai peraturan perundang-undangan berdasarkan ketentuan Pasal 8 UU Nomor 12 Tahun 2011 yang berbunyi:

(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

(3)

Jadi, peraturan desa atau peraturan yang dikeluarkan oleh kepala desa atau yang setingkat tetap diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat.

2. PERTANYAAN KASUS 2

a. Analisislah kedudukan Pancasila sebagai pedoman kehidupan bernegara di Indonesia.

JAWABAN

Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kelima sila di dalam Pancasila secara keseluruhan merupakan inti sari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai intisari dari nilai-nilai budaya, merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rokhaniah bagi bangsa untuk berperilaku dengan baik dan benar.

Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Perjanjian luhur yang dimaksud adalah suatu kesepakatan yang memiliki makna dan nilai yang sangat tinggi, oleh karenanya senantiasa dihormati dan dijunjung tinggi. Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 merupakan hasil kesepakatan PPKI yang mewakili seluruh bangsa Indonesia dan merupakan suatu konsensus nasional, sehingga Pancasila merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia (Suhadi, 1998).

Pancasila sebagai suatu nilai-nilai yang universal digunakan untuk menjadi pedoman dalam kehidupan berkenegaraan dan berkebangsaan. Masalah-masalah mengenai disintegrasi, pertentangan yang melibatkan dua kultur atau etnis daerah, antar suku, persoalan ekonomi bangsa, dan masalah-masalah nasional yang lain menjadi bahan yang harus diselesaikan oleh atau dengan sudut pandang Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua kepentingan yaitu:

1) Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun berbangsa.

(4)

2) Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila.

Pandangan bahwa kepribadian Pancasila akan tetap menjadi identitas dan pedoman bangsa dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman adalah permasalahan yang penting bagi kelangsungan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah mendapatkan kepribadiannya sendiri, sehingga seharusnya mampu menjelmakannya di dalam bentuk atau bangun hidup, tingkah laku, cara, dan perbuatan hidup sebagai penjelmaan kepribadiannya yang sesuai dengan tuntutan jaman. Pancasila menegaskan kepribadian dan ciri watak rakyat Indonesia sebagai bangsa yang beradab, berkebudayaan, menyadari keluhuran dan kehalusan hidup, serta sanggup menyesuaikan hidup kebangsaannya dengan dasar peri kemanusiaan. Pancasila tidak hanya diterima reseptif, tetapi sejak semula berkuasa untuk menanam dan menggugah minat kreatif dan memberi ilham untuk mulai mengusahakan pembangunan masyarakat dan negara.

b. Analisislah kedudukan Pancasila (UUD RI Tahun 1945) sebagai sumber hukum tertinggi di negara Indonesia

JAWABAN

Pancasila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki dan diyakıni kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah dirumuskan dalam alinea keempat pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa, memiliki fungsi utama sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang demikian Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional dalam tata hukum di Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum yang berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di negara Indonesia harus mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Hukum di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan serta tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh UUD 1945 tersebut.

(5)

Pancasila dalam posisinya sebagai sumber dari segala sumber hukum, atau sebagai sumber hukum dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya Pancasila berada di atas UUD 1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka Pancasila adalah Kaidah Pokok Negara yang Fundamental (staats fundamental norm).

Secara yuridis formal berdasarkan Pasal 37 UUD 1945, konstitusi sebagai hukum dasar memungkinkan adanya perubahan. namun Pancasila dalam kedudukannya sebagai kaidah pokok negara (staats fundamental norm) sifatnya tetap kuat dan tak berubah. Staats fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi. Ia ada terlebih dahulu sebelum adanya konstitusi. Pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan sebagai dasar asas dalam mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah.

Hukum di Indonesia tidak membenarkan perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia.

Mengubah Pancasila berarti mengubah dasar atau asas negara. Kalau dasar asas atau fundamental dari negara tersebut diubah maka dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil perjuangan para pahlawan bangsa akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau fundamennya tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

Indrat, Maria Farida, dkk. 2021. Ilmu Perundang-Undangan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Roeslan Saleh.1979. Penjabaran Pancasila dan UUD 1945. Jakarta: Aksara Baru.

Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, Suhud Sentrautama, 2010, hlm.164.

Wijayanto, Kadek, dkk. 2020. ‘Kedudukan Peraturan Desa Dalam Sistem Pembentukan Peraturan Perundang Undangan Nasional’. Jurnal Ius Civil 4 (2) pp 198-21.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, cara pembentukan Peraturan Menteri dapat dilakukan dengan dua syarat

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang- undangan yang mencakup tahapan

Maka dari itu terbentuklah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan merubah

Yuliandri, 2010, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik: Gagasan Pembentukan Undang-Undang Berkelanjutan, Jakarta : Rajawali Pers. Zaimul Bahri, 2014,

Peraturan perundang- undangan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Kedua , kedudukan dan status hukum Ketetapan MPR berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dengan kedudukan dan status

Jumly Assiddiqie menyebutkan bahwa sebelum ditetapkannya undang undang nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang- undangan antara produk reggeling dan beschiking

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN