• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas 1 nurfitri profesinalisme dalam keprofesian

N/A
N/A
Rahmatullah Jamal

Academic year: 2023

Membagikan " tugas 1 nurfitri profesinalisme dalam keprofesian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Nurfitri Salamah Nim : 21131058

Dosen pengampuh : Julkarnain Syawal, S.Pd.I, M.Pd Matkul : Metode Pengajaran PAI

Semester/ruangan : 4/PAI3 A. Hakikat Pendidikan

Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan asSunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil) Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilainilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut1 :

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;

2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;

3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;

4. Pendidikan berlangsung seumur hidup; Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.

Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak masih di dalam kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama manusia itu hidup.

Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Pendidikan dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh manusia. Pendidikan sendiri digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Secara umum, pendidikan dilakukan semenjak manusia diciptakan. Pendidikan ini merupakan pendidikan yang bersifat umum pada masyarakat. Pendidikan secara umum didasarkan pada insting

1 Freire, Paulo. (1985). Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES: Yogyakarta

(2)

seorang manusia. Mendidik secara insting diikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara dalam mendidik karena perkembangan pikirannya. Semakin maju perkembangan pikiran, semakin pula variasi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Pendidikan mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan manusia.

Pendidikan bermaksud membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Pendidikan erat kaitannya dengan membudayakan manusia.

Membudayakan manusia sendiri merupakan proses atau upaya meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau kelompok. Secara sederhana adalah cara hidup yang dikembangkan oleh masyarakat. Insting, pendidikan, dan kebudayaan saling berkatian.

Insting dibawa oleh manusia sejak lahir. Pendidikan dan kebudayaan didapat melalui proses pembelajaran yang didasarkan pada insting itu sendiri. Pendidikan dan budaya berjalan bersama untuk saling memajukan. Makin tinggi kebudayaan, makin tinggi pula pendidikan dan cara mendidiknya. Pendidikan merupakan aspek dari kehidupan manusia dan ada dalam kebudayaan akan tetapi, kebudayaan hanya bisa dibentuk melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan untuk membudayakan atau memanusiakan manusia.

B. Konsep Dasar Pendidikan

1. Pengertian pendidikan menurut etimologi2

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”

(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam Bahasa Inggris, pendidikan disebut sebagai education3, Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Menurut (Hangestiningsih, Zulfiati, & Johan, 2015)4 ada tiga konsepsi dasar pendidikan yang akan dilaksanakan yaitu5:

 Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.

 Bahwa bertanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

2 http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021- DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf hal 2-3

3 Simpson, J.A & Weiner. E.S.C. 1989. The Oxford English Dictionary. 2nd ed. Volume 5. (Dvanda-Follis). Oxford:

Clarendon Press.

4 Hangestiningsih, E., Zulfiati, H. M., & Johan, A. B. (2015). Pengantar Ilmu Pendidikan. Retrieved from Yogyakarta:

5 Hangestiningsih, E., Zulfiati, H. M., & Johan, A. B. (2015). Pengantar Ilmu Pendidikan. Retrieved from Yogyakarta:

(3)

 Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.

Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan Educere.( M.R. Kurniadi,STh;1) 2. Pendidikan tinjauan terminologi menurut ahli antara lain6:

a) ( Kerja Ki Hajar Dewantara 1962:14)menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter),pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya “.

b) Menurut buku “Higher Education For America Democracy”: Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies, an educational system finds it‟s the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in which it functions (11: 5) “pendidikan alah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan- tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai) cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa)”.

c) Menurut Prof. Richy dalam buku “Planing for Teaching and Introduction to Education”:

The term “education” refers to the broad function of preserving and inproving the life of the group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far broader process thah that which accurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist in complex communicaties this function is specialized and 6 institutionalized in formal education, but there is always the education

6 http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021- DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf hal 4-6

(4)

outside the school with wich the formal process in related (12: 489) “Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu bangsa (masyarakat) terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks dan modern. Fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan formal di luar sekolah.

d) Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education”: The word “education” is used, sometimes in a wider, sometimes in a narrower, sense. In the wider sense, all experienceis said to the educative and life is education and education is life. “Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan pengertian sempit.

Dalam pengertian luas pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah pendidikan atau pendidikan adalah hidup”. In the narrower sense

“education is restricted to that function of the community which consists in passing in its traditions its background and its outlook to the members of the rising generation.

“Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya. e.Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education”:

“Education should be thought of as the process of mans reciprocal adjusment to nature to his follows and to the ultimates nature of the cosmos. “Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Education is the organized development and equipment of all the power of human being, moral, intellectual, and physical, by and for their individual and social uses, directed to word the union of these activities with their creator as their final end. “Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya”.

e) Menurut Edward Humrey education mean increase of skill of develofment of knowlodge and undertanding as a result of training, study or experience… (Pendidikan adalah sebuah penambahan ketrampilan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman sebagai hasil latihan, studi atau pengalaman.

f) Adapun menurut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(5)

g) Terdapat berbagai macam definisi dari kata pendidikan. Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik7.

h) Menurut Herman H. Horn dalam8 pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti ter manifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.

i) Lebih lanjut, menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dan mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya9.

j) John Dewey berpendapat konsep dari pendidikan adalah suatu proses pengalaman.

Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang10.

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dibagi dalam dua macam, yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Menurut11 tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

Walaupun tujuan tersebut lebih fokus pada tujuan dari pendidikan nasional, namun tujuan umum itu sejalan dengan pernyataan12yaitu tujuan pendidikan untuk mencapai insan paripurna tiada lain adalah motivasi yang mendorong manusia untuk senantiasa mengembangkan potensi fitrah pada dirinya secara maksimal melalui pendidikan tiada henti, yang sering disebut dengan pendidikan sepanjang hayat (life long education)

Lebih lanjut, tujuan pendidikan secara khusus menurut Kholik13 antara lain sebagai berikut.

1) Sebagai arah pendidikan

Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi, demikian pula kegiatan-kegiatannya pun tidak akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha. Sedangkan arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.

2) Sebagai titik akhir

Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula akhirnya.

Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan suatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan telah berakhir. Pada umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.

7 Kemdikbud. (2016). from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pendidikan

8 Amanudin. (2019). Pengantar Ilmu Pendidikan. Tangerang Selatan: Unpam Press.

9 Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo.

10 Amanudin. (2019). Pengantar Ilmu Pendidikan. Tangerang Selatan: Unpam Press

11 Kholik, A., Aliyyah, R. R., Widyasari, W., & Nasution, S. A. (2019). Pengantar Ilmu Pendidikan. Bogor: Unida Press.

12 Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo.

13 Kholik, A., Aliyyah, R. R., Widyasari, W., & Nasution, S. A. (2019). Pengantar Ilmu Pendidikan. Bogor: Unida Press.

(6)

3) Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain

Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan suatu usaha. Dengan demikian, antara dasar-dasar dan tujuan terbentanglah garis yang menunjukkan arah bergeraknya usaha tersebut, serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain.

4) Memberi nilai pada usaha yang dilakukan

Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua itu terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.

Dari tujuan khusus dan umum diatas, perlu juga kita ketahui apa itu tujuan pendidikan nasional? jadi didalam praktik pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan terdapat beberapa tujuan yang memjembatani terlaksananya tujuan pendidikan nasional yakni :

Tujuan umum pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan tingkat SD berbeda dari tujuan tingkat menengah, dan seterusnya. Jika semua lembaga (institusi) dapat mencapai tujuannya berarti tujuan nasional tercapai.

Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran, misalnya tujuan pembelajaran IPA, IPS, atau Matematika. Setiap lembaga pendidikan menggunakan kurikulum tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Unsur-Unsur Pendidikan a) Pendidik atau Guru

Tugas Guru

Menurut Usman dalam14 tugas guru dikelompokkan menjadi tiga, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

 Profesi

Guru merupakan sebuah profesi yang menuntut sebuah keahlian khusus untuk mendidik. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada siswa.

 Kemanusiaan

Guru merupakan manusia yang bertugas mendidik manusia, sehingga ia bertugas di bidang kemanusiaan. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati

14 Kholik, A., Aliyyah, R. R., Widyasari, W., & Nasution, S. A. (2019). Pengantar Ilmu Pendidikan. Bogor: Unida Press.

(7)

sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya.

 Kemasyarakatan

Guru merupakan unsur yang menjaga budi dan moral masyarakat, sehingga ia akan selalu bersentuhan langsung dengan masyarakat. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

Tanggung jawab Guru

Tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah harus dapat meningkatkan proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa yang sebagian besar ditentukan olah peranan dan pertimbangan guru (profesional judgement). Adapun secara lebih luas tanggung jawab guru adalah sebagai berikut:

 Tanggung Jawab Moral

Guru merupakan teladan yang harus memiliki budi pekerti yang luhur sehingga mampu mengajarkan etika, moral dan sopan santu kepada para siswanya. Tanggung jawab secara moral merupakan tanggung jawab yang besar, sebab guru dituntut untuk mengenalkan dan menginternalisasikan moral kepada para peserta didik sehingga hal tersebut akan mampu menjadi watak yang melekat pada dirinya.

 Tanggung Jawab dalam Bidang Pendidikan di Sekolah

Secara umum, guru merupakan profesi yang bertanggung jawab untuk mengajar siswa di sekolah. Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik.

Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para peserta didik, menganalisis kesulitan belajar serta menilai kemajuan peserta didik.

 Tanggung Jawab dalam Bidang Kemasyarakatan

Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak guru adalah warga masyarakat dan di lain pihak guru bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru merupakan panutan masyarakat, ia harus mampu menjadi panutan yang mengajarkan sikap yang santun di dalam masyarakat.

 Tanggung Jawab dalam Bidang Keilmuan

Guru sebagai ilmuwan bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu yang sudah menjadi bidangnya. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan ilmu.

Peran Guru

Pendidik atau guru merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan karena dia bertugas mengarahkan dan membantu peserta didik agar mereka mampu menyerap dan mengembangkan sendiri materi atau ilmu yang mereka pelajari bersama-sama (Mulyasa,

(8)

2003: 65). Guru sangat berperan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.

Apabila guru merupakan seseorang yang tidak mempunyai kemampuan dalam mengajar, atau seseorang yang tidak layak untuk menjadi guru maka yang akan hancur adalah siswanya karena tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran saja, akan tetapi lebih dari itu guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik sehingga menjadi pribadi yang saleh.

Berikut merupakan Peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik di antaranya yaitu (Djamarah,2000: 43-48):

a) Korektor b) Inspirator c) Informator d) Organisator e) Motivator f) Inisiator g) Fasilitator h) Pembimbing i) Demonstator j) Pengelola kelas k) Mediator l) Supervisor m) Evaluator

b) Peserta Didik atau Murid

Istilah murid dalam konteks Pendidikan Nasional menggunakan istilah peserta didik.

Hal itu terlihat dari definisi murid yang dijelaskan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Rasyidin dan Samsul Nizar (2005: 47), menjelaskan bahwa hakikat peserta didik (murid) adalah sebagai berikut:

 Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri.

 Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.

 Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.

 Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual (diferensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada.

 Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.

 Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

c) Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere, yang berarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculum yang berarti a running course, dan

(9)

dalam bahasa Prancis dikenal dengan carter berarti to run (berlari). Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematika atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3).

d) Metode Pembelajaran

Agar interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.

Metode adalah cara menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pendidikan. Ada beberapa jenis metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode penugasan, metode studi kasus, metode problem solving, metode simulasi, dan lain sebagainya.

e) Media Pembelajaran

Yang dimaksud dengan media pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Media pembelajaran merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam konteks perspektif yang lebih dinamis, alat tersebut di samping sebagai perlengkapan, juga merupakan pembantu dalam mempermudah terlaksananya tujuan pendidikan. Media pembelajaran itu sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, serta kebiasaan. Termasuk juga sebagai media pembelajaran di antaranya:

keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, dan keadaan alat-alat dan fasilitas-fasilitas lainnya. Oleh karena itu, dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: tujuan yang ingin dicapai, orang yang menggunakan alat, untuk siapa alat itu digunakan dan efektivitas penggunaan alat tersebut dengan tidak melahirkan efek tambahan yang merugikan.

f) Lingkungan

Lingkungan pendidikan merupakan sesuatu yang meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup beberapa hal, yaitu:

 Tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.

 Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.

 Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, dan perkumpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Phöông phaùp thu thaäp soá lieäu - Boä caâu hoûi ñaùnh giaù thöïc haønh ñöôïc xaây döïng döïa theo Thoâng tö 15/2012/TT-BYT [1] goàm caùc noäi dung lieân quan ñeán thoâng tin chung

ANNEX 15-A – PERU – 1 ANNEX15-A SCHEDULEOFPERU SECTIONA:Central Government Entities Thresholds: 95,000 SDR Goods 95,000 SDR Services 5,000,000 SDR Construction Services List of