TUGAS TUTORIAL KE-2/*
KODE/NAMA/SKS MATA KULIAH: PDGK4204/ Pend. Bahasa Indonesia SD/ 4 SKS PROGRAM STUDI PENDAS
Nama Penulis : Asmawati, S.Pd.,M.Pd.
Nama Penelaah :
Status Pengembangan : Baru/Revisi**
Tahun Pengembangan : 2023. Ganjil
No Tugas Tutorial Skor
Maksimal
Sumber Tugas Tutorial
1
Berdasarkan pengertian kurikulum yang dipaparkan didalam UU Pendidikan No.2 tahun 1989 disebutkan kurikulum itu adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, dari makna tersebut maka kurikulum dapat memiliki fungsi dan tujuan. Coba Saudara jelaskan fungsi dari kurikulum tersebut bagi sekolah maupun bagi guru ?
35 Modul 4
KB 1
2
Repetisi Bahan Pelajaran adalah menyangkut perilaku guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar yang berhubungan dengan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. menurut Tarigan dalam penyusunan buku teks digunakan dua patokan, yaitu secara umum dan secara khusus.
Sebutkan dua patokan tersebut dengan penjelasan singkat?Jelaskan ke-4 faktor tersebut ?
30 Modul 5
KB 2
3
MMP merupakan keterampilan Membaca Menulis Permulaan yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis dikelas- kelas awal. Coba Saudara jelaskan metode apa saja yang dapat digunakan dalam pembelaajaran MMP disekolah pemula ?
35 Modul 6
KB 2
* lingkari salah satu nomor sesuai tugas tutorial
** coret yang tidak sesuai
1. Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman dalam sistem pendidikan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Kurikulum dibuat dalam bentuk program pendidikan yang akan membantu guru dalam menyampaikan bahan ajar secara tepat kepada peserta didik.
Saat ini kurikulum terus diperbarui dengan mengikuti perubahan pendidikan agar siswa tidak hanya mendapatkan materi pelajaran saja tapi juga dapat mengasah minat dan bakatnya secara luas.
Untuk mewujudkan hal tersebut, semua pengajar harus paham mengenai aturan kurikulum yang dikeluarkan oleh Kemdikbud. Bagi yang belum paham mengenai fundamental modul pendidikan, simak artikel Quipper yang membahas tentang kurikulum serta karakter utamanya.
Apa Peran dan Fungsi Kurikulum bagi Guru?
Setelah mengetahui pengertian kurikulum secara umum, sebagai guru Anda harus tahu fungsi kurikulum saat ini. Terlebih lagi, saat ini ada beberapa kurikulum yang dipakai seperti Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdekaa Belajar.
Lalu, apa saja fungsi kedua kurikulum tersebut bagi guru? Simak penjelasannya di bawah ini.
Fungsi Kurikulum 2013 bagi Guru
1. Guru dapat menyampaikan beberapa materi pelajaran sekaligus ketika tatap muka yang berlangsung baru satu kali.
2. Ketika menyampaikan materi sekaligus, guru dapat menghemat waktu untuk memberikan pemahaman mata pelajaran.
3. Guru dapat memahami kemampuan, karakter, dan cara belajar siswa dari berbagai aspek seperti aspek pengetahuan, sosial, spiritual, dan aspek keterampilan.
Fungsi Kurikulum bagi Guru
1. Di kurikulum Merdeka Belajar Guru mendapatkan kesempatan untuk menyusun metode pembelajaran sesuai dengan kemampuan, bakat, dam kebutuhan siswa.
2. Guru dapat berekreasi terhadap kompetensi serta kualitas pembelajaran yang nantinya akan menghasilkan kualitas lulusan yang lebih baik.
3. Guru mendapatkan kemerdekaan untuk mengembangkan kurikulum sendiri dalam bentuk kegiatan proyek untuk pengembangan profil pelajar pancasila.
Fungsi kurikulum bagi guru adalah pedoman untuk dapat merancang, melaksanakan, kemudian dapat mengevaluasi kembali apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan kompetensi siswa atau tidak. Selain itu, fungsi kurikulum juga mendorong guru untuk lebih kreatif.
Sedangkan peran Kurikulum Merdeka Belajar penting bagi guru di era saat ini. Jika dulu kurikulum dianggap sebagai bagian administrasi yang merepotkan kini guru diberikan kebebasan dalam menentukan materi pelajaran sesuai karakteristik siswanya.
Peran kurikulum tentu saja sebagai pedoman pembelajaran yang dapat mengurangi bebas guru melalui penyederhanaan RPP dan dapat meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan mata pelajaran yang ia kuasai bahkan bisa disesuaikan dengan karakteristik sekolah.
Tidak hanya itu saaja, peran guru dalam menjalankan kurikulum tersebut dapat menjadi evaluator yang akan membedakan mana nilai baik dan buruk yang harus diberikan kepada siswa. Guru juga harus mengambil peran sebagai inspirator dan motivator untuk mendorong murid berpikir kreatif dan aktif dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, seorang guru harus bisa menjadi pembimbing dan fasilitator yang dapat mengarahkan peserta didik sesuai kemampuan yang mereka miliki agar kelak dapat beradaptasi secara cepat di dalam masyarakat.
Fungsi Bagi Bagi Sekolah
Bagi sekolah fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) bagi sekolah yang bersangkutan yang berfungsi sebagai (a) alat untuk mencapai tujuan, (b) pedoman bagi guru dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa, serta sebagai pedoman mengevaluasi perkembangan siswa, (c) pedoman supervisi bagi kepala sekolah yaitu untuk memperbaiki/menciptakan situasi belajar yang baik dan membantu guru memperbaiki situasi belajar, serta sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum.
Di samping itu sebagai pedoman mengevaluasi kegiatan belajar mengajar, (2) bagi sekolah tingkat di atasnya, kurikulum berfungsi (a) untuk keseimbangan proses pendidikan, dan (b) penyiapan tenaga baru.
Sehubungan dengan Fungsi dan Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dalam Kurikulum 2004 dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan kurikulum SD/MI sebagai berikut.
1. Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dan merupakan konsekuensi dari kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya, yaitu sebagai
(1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa,
(2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
(4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah,
(5) sarana pengembangan penalaran, dan
(6) sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia.
Apa saja Komponen yang Perlu Diperhatika oleh Guru?
Komponen kurikulum yang saat ini diterapkan memiliki beberapa perbedaan. Untuk komponen kurikulum 2013 atau K13, para guru harus memperhatikan lima komponennya seperti tujuan, isi materi, strategi pembelajaran, organisasi kurikulum, dan evaluasi.
Pada komponen tujuan, komponen ini lebih memperhatikan bagaimana cara mempersiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan yang produktif, kreatif, berimana, inovatif, serta dapat berkontribusi lebih kepada negara.
Untuk materi pembelajaran, guru menyusun bahan ajar secara sistematis dalam bentuk teori, konsep, generalisasi, prosedur, fakta, hingga contoh-contoh yang dapat mempermudah penjelasan materi.
Selanjutnya ada strategi pembelajaran, di mana guru dapat menentukan strategi pembelajarannya dengan memfokuskan pada peserta didik, mengembangkan kreativitas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menantang, serta pengalaman belajar yang beragam.
Kemudian ada organisasi kurikulum yang membagi materi pelajaran yang beragam sesuai dengan kemampuan siswa. Dan terakhir, ada evaluasi kurikulum yang merupakan indikator penilaian dari seluruh komponen yang sudah diterapkan salah satunya hasil belajar peserta didik.
Sedangkan dalam komponen Kurikulum Merdeka Belajar, terdiri dari struktur kurikulum merdeka, capaian pembelajaran, asesmen pembelajaran, projek penguatan profil pelajara pancasila, perangkat ajar, implementasi kurikulum merdeka, dan evaluasi.
Contoh Fungsi Kurikulum bagi Guru
Setelah mengetahui peran dan fungsi kurikulum bagi guru, berikut ini beberapa contoh implementasi fungsi Kurikulum Merdeka Belajar berdasarkan komponen kompetensi dan lingkup materi.
Pada fungsi kompetensi, guru menunjuk murid untuk melakukan demonstrasi dari materi pelajaran yang sudah dibahas sebelumnya. Proses mendemonstrasikan ini menjadi salah satu langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dan tentunya, hal ini menjadi penilaian apakah peserta didik mampu menangkap pelajaran atau tidak. Jika materi yang disampaikan tidak dipahami maka guru dapat melakukan evaluasi terhadap metode pembelajaran tersebut.
Untuk memulai menyusun tujuan pembelajaran dengan cara demonstrasi ini, guru bisa membuat pertanyaan, sepeti:
Keterampilan apa yang harus didemonstrasikan oleh murid?
Apa yang perlu dilakukan dalam demonstrasi tersebut?
Langkah Langkah seperti apa yang perlu dilakukan oleh murid agar demonstrasi tersebut sesuai pembelajaran?
Selanjutnya ada lingkup materi yang merupakan konsep utama dalam program belajar. Pada bagian ni guru harus mengetahui konsep pelajaran apa yang harus dipahami oleh murid. Selain itu , para guru harus tahu apakah lingkungan dan kehidupan sehari-hari murid dapat digunakan sebagai modul atau konteks materi yang akan dipelajari.
Contoh terakhir adalah pembuatan alur tujuan pembelajaran yang disusun secara sistematik dan menjadi panduan guru untuk mencapai pembelajaran di akhir evaluasi. Di tahapan ini, guru dapat menyusun alur tujuan berdasarkan dua contoh fungsi sebelumnya.
Penerapan dan contoh alur tujuan pembelajaran akan disediakan oleh pemerintah dan bisa dimodifikasi terlebih dahulu oleh guru sebelum menyusun perangkat ajar.
Jawaban no 2
2. Menyusun naskah buku pelajaran memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini a. Ketentuan umum
Pertama naskah adanya mempunyai bagian-bagian yang lengkap yaitu bagian awal naskah, kata pengantar, daftar tabel atau daftar lampiran, bagian isi naskah dan bagian akhir naskah (daftar pustaka dan jika ada lampiran indeks) kedua naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah. Asli artinya bahwa uraian dan susunan kalimat dalam menyajikan naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri
b. Ketentuan Khusus
Keamanan nasional, (2) isi buku teks, (3) cara penyajian, (4) penggunaan bahasa, dan (5) ilustrasi.
1. Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks :
a. Memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikutinya
b. Relevan dengan tujuan pendidikan
c. Menghormati kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku e. Dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi
f. Sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulis 2. Persyaratan yeng berhubungan dengan cara penyajian.
a. Urutan uraian yang teratur b. Penahapan dalam penyajian
c. Menarik minat dan perhatian siswa
d. Menantang dan merangsang siswa untuk terus mempelajari buku teks tersebut
e. Perorganisasian bahan pelajaran yang sistematik dan mengacu pada beberapa aspek kemampuan siswa.
3. Persyaratan yang berkaitan dengan bahasa yaitu :
a. Menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan baku
b. Mengguanakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa c. Menggunakan istilah, kosakata, dan simbol — simbol yang
d. M empermudah pemahaman isi teks.
e. Menggunakan transliterasi yang telah dibakukan 4. Persyaratan yang sesuai dengan ilustrasi
a. Relevan dengan isi buku teks
b. Tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat dan antar paragraf c. Merupakan bagian terpadu dan keseluruhan isi buku teks
d. Jelas, baik dan merupakan hal yang esensial untuk membantu siswa memahami konsep atau pengertian yang diuraikan dalam buku teks tersebut.
JAWABAN NO 3
3. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa terampil berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa tersebut bersifat
hirarkhis. Artinya pemerolehan keterampilan berbahasa yang satu akan mendasari keterampilan lainnya.
membaca dan menulis diperoleh seseorang setelah mereka memasuki sekolah. Menurut Supriyadi 1995, kategori keterampilan berbahasa yang kedua ini merupakan sajian pembelajaran yang utama dan pertama bagi murid-murid sekolah dasar kelas awal. Selanjutnya, kategori keterampilan berbahasa ini dikemas dalam satu paket pembelajaran yang dikenal dengan paket MMP (Membaca Menulis Permulaan). Adapun metode-metode yang digunakan bervariasi diantaranya adalah metode Eja, Bunyi, Suku Kata, Global, dan SAS (Struktur Analitik Sintetik). Penjelasan berikutnya dapat dicermati pada uraian berikut.
a.Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan
memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan peserta didik sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh:
A a, B b, C c, D d, E e, F f, G g,
Dilafalkan sebagai: a, be, ce, de, e, ef, ge, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya
Misalnya: b, a, ba (dibaca be, a ba) d, u du (dibaca de, u du)
ba – du dilafalkan badu b, u, k, u menjadi:
b, u bu (dibaca be, u bu) k, u ku (dibaca ke, u ku)
Proses ini seiring dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menulis huruf-huruf lepas. Setelah itu dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Proses pembelajaran
selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana, misalnya huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat yang diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan komunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju pada hal yang abstrak, yaitu dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan peserta didik menuju hal-hal yang sulit, dan mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik. Berdasarkan pengamatan, metode ini memiliki kelemahan-kelemahan antara lain kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang berupa suku kata atau pun kata.
Kelemahan lain dalam metode ini adalah dalam kesulitan pelafalan diftong dan fonem – fonem rangkap, seperti ng, ny, kh, au, oi, dan sebagainya.
Bertolak dari kedua kelemahan tersebut, proses pembelajaran melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP jenis ini, padahal pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA)
merupakan ciri utama dari pelaksanaan kurikulum SD yang saat ini prinsipnya masih berlaku.
b.Metode bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad atau huruf dengan metode bunyi adalah:
b dilafalkan /eb/
d dilaflakan /ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada kata; benar, keras, pedas, lemah dan sebagainya
c dilafalkan /ec/
g dilafalkan /eg/
p dilafalkan /ep/ dan sebagainya
Dengan demikian, kata “nani” dieja menjadi:
en,a na
en, i ni dibaca na-ni
Dari penjelasan metode di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran MMP melalui metode bunyi adalah bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad di atas. Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya, perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad.
c.Metode Suku Kata dan Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co,
da, di, du, de, do, ka, ki, ku, ke, ko
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya:
ba – bi cu – ci da – da ka – ki ba – bu ca – ci du – da ku – ku bi - bi ci - ca da – du ka – ku
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka – ki ku – da ba – ca bu – ku cu – ci ka – ki
Proses perangkaian suku kata mejadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan dari kata ke dalam suku kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan merangkai dan mengupas kemudian melahirkan istilah lain yaitu Metode Rangkai-kupas.
Jika kita simpulkan langkah-langkah pembelajaran dengan metode suku kata adalah:
(1) tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
(2) tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
(3) tahap ketiga perangkaian kata menjadi kalimat sederhana;
(4) tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan;
(kalimat ---> kata-kata ---> suku-suku kata)
Metode suku kata/silaba, saat ini tampaknya sedang populer dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran yang disebut dengan metode Iqra. Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan ke dalam langkah- langkah di atas, dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh pembelajaran diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu, kemudian kata ini dijadikan lembaga tertentu sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata dimaksud diuraikan atau dikupas menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya dilanjutkan proses perangkaian huruf menjadi suku kata, dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain hasil pengupasan tadi dikembalikaan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula).
d.Metode Global
Metode ini disebut juga sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar tersebut ditulis sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang
diperkenalkan berbunyi ‘ini nani”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan.
Setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses pembelajaran MMP dimulai. Mula- mula guru mengambil sebuah kalimat dari beberapa kalimat yang diperkenalkan kepada anak pertama kali tadi. Kalimat ini dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses degloblalisasi selanjutnya
anak mengalami proses belajar MMP.
e.Metode SAS
Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat yang bertujuan membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Selanjutnya melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Dengan demikian proses penguraian dan penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi;
1) kalimat menjadi kata-kata
2) kata menjadi suku-suku kata; dan 3) suku kata menjadi huruf-huruf
Pada tahap berikutnya anak-anak didorong melakukan kerja sintetis (menyimpulkan). Satuan bahasa yang telah terurai dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata, dari kata menjadi kalimat lengkap. Dengan demikian, melalui proses sintesis ini, anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat utuh. Melihat prosesnya, metode ini merupakan campuran dari metode-metode membaca permulaan seperti yang telah kita bicarakan di atas. Oleh karena itu, penggunaan metode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita di tingkat sekolah dasar pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh pemerintah. Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan metode ini diantaranya sebagai berikut:
1) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya, yakni kata, suku kata dan huruf.
2) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Hal ini akan
memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak.
3) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Dengan begitu anak akan merasa lebih percaya diri atas
kemampuannya sendiri.
Penerapan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini tampak dapat diamati dalam contoh berikut:
i ni ma ma i n i m a m a i ni ma ma ini mama ini mama