Nama : Anisah Apriyani Nim : 856782008 Prodi : PGSD
Tugas 2 Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia SD Soal :
1. Dalam berkomunikasi, pembicara yang baik harus memperhatikan 6 usur, coba disebutkan!
2. Ada 5 faktor yang mempengaruhi menyimak, coba dijelaskan!
3. Bedakan antara keterampilan berbicara lanjut dalam forum diskusi dengan keterampilan berbicara lanjut dalam forum
pidato.
Jawaban :
Dalam berkomunikasi,pembicara yang baik harus memperhatikan 6 unsur, sebagai berikut : 1) Pengaturan volume suara.
Saat berbicara perlu pula memperhatikan volume suara yang sesuai dengan situasi percakapan. Turun naik suara pembicara membuat pendengar betah dan tidak bosan mendengarkan.
2) Pengaturan ritme bicara
Ritme atau irama saat berbicara mempengaruhi cara pendengar mengakses kata dan pesan.
3) Artikulasi yang baik
Artikulasi penting untuk menghasilkan bunyi, kata dan kalimat yang jelas serta mudah dipahami dan ditafsirkan oleh orang lain. Di samping itu, juga memungkinkan agar mengungkapkan kebutuhan dan keinginan dari si pembicara hingga mampu terlibat dalam percakapan dua arah yang kompleks.
4) Intonasi yang baik
Intonasi menjadi hal yang penting untuk dikuasai agar dapat menyampaikan sebuah kata atau kalimat kepada orang lain sesuai maksud serta maknanya. Terkadang satu kalimat yang sama jika tidak ditambah intonasi, maka akan menghasilkan interpretasi yang berbeda.
5) Penggunaan bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Selain sebagai alat komunikasi bahasa juga merupakan saluran perumusan maksud, gagasan, pendapat, melahirkan perasaan dan memungkinkan untuk menciptakan kerja sama dengan sesama sesama.
6) Penggunaan kosa kata
Vocabulary sangat penting karena mempelajari kosakata adalah modal utama untuk mempelajari penyusunan kalimat dan kemampuan lain dalam bahasa. Dengan menguasai banyak kosakata akan memudahkan seseorang untuk membaca, menulis, mendengar dan berbicara bahasa Inggris.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak diantaranya berikut ini :
1) Alat dengar si pendengar (penyimak) dan alat bicara si pembicara harus baik. Artinya alat dengar sebagai alat penerima bunyi, dan alat bicara sebagai sumber bunyi itu harus baik. Tidak mungkin orang yang alat dengarnya rusak (tuli) mampu menyimak atau sebaliknya. Betapa pun baiknya alat dengar si penyimak, tetapi kalau bunyi bahasa yang disimaknya tidak jelas, tidak menentu, tetap tidak akan dapat disimak dengan baik.
2) Situasi dan lingkungan pembicaraan itu harus baik. Dengan kata lain ekologi bahasa harus baik. Sebab, mana mungkin kita dapat menyimak dengan baik, seandainya di sekeliling kita sangat gaduh, menimbulkan ekologi bahasa yang kurang baik. Kita tidak akan dapat menyimak dengan baik, seandainya bunyi bahasa-bahasa yang sedang kita simak sangat tersaingi oleh bunyi-bunyi lain, mungkin membuat kebisingan.
3) Konsentrasi penyimak kepada pembicaraan. Konsentrasi dalam arti pemusatan pikiran ke arah pikiran pembicaraan. Konsentrasi yang terus-menerus, tidak terputus sehingga alur pikiran pembicaraan pun tidak terputus diterimanya.Konsentrasi atau pemusatan pikiran dari awal sampai akhir, dan tidak terpengaruhi oleh kemungkinan kurang teraturnya pokok-pokok pikiran pembicaraan.
4) Pengenalan tujuan pembicaraan, artinya kita akan lebih mudah menyimak, seandainya tujuan pembicaraan sudah diketahui sebelumnya. Tujuan pembicaraan ini mungkin secara langsung dikemukakan oleh si pembicara, ataupun secara intuitif si penyimak itu sendiri.
5) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-kalimat inti pembicaraan.
Paragraf merupakan ungkapan atau gagasan yang mengandung satu pokok pikiran, yang mengandung satu kebulatan ide, dan mengandung satu tema. Kita sebagai penyimak bukan merupakan kaset rekorder yang akan merekam seluruh isi pembicaraan. Melainkan kita sebagai manusia yang mampu menyimak.
Yang kita simak bukanlah seluruh kata-kata dari si pembicara,melainkan seluruh pokok-pokok pikiran yang kita pahami, dan pokok-pokok
pikiran yang terdapat di dalam tiap-tiap paragraf.
6) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat. Mungkin kesimpulan ini secara eksplisit diucapkan si pembicara, atau mungkin juga kesimpulan itu harus dirumuskan oleh si penyimak dengan kata-kata sendiri. Kesimpulan bukan atau belum tentu merupakan kumpulan dari bagian-bagian alinea paragraf satu, paragraf dua, paragraf tiga, dan seterusnya karena kesimpulan itu mungkin juga hanya terdapat pada satu paragraf atau mungkin juga isi seluruh satu paragraf itulah merupakan kesimpulan.
7) Keseluruhan dari (a) sampai dengan (f), baru dapat dicap dengan baik andai kata penyimak itu mampu berbahasa dengan baik, didukung dengan kemampuan berbahasa yang memadai serta mempunyai intelegensi yang cukup baik. Hal ini dapat kita pahami, sebab mana mungkin kita dapat menyimak pembicaraan seseorang, seandainya bahasa pengantar yang dipakai pembicara tidak kita pahami.
8) Faktor latihan, turut serta menentukan kemampuan menyimak. Kita selalu ingat, bahwa menyimak merupakan keterampilan berbahasa. Mana mungkin suatu keterampilan tidak didukung dengan latihan yang memadai.
3. Perbedaan antara keterampilan berbicara lanjut dalam forum diskusi dengan keterampilan berbicara lanjut dalam forum
pidato adalah sebagai berikut : 1. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:68) mengatakan diskusi ialah proses penglibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar- menukar informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart (dalam Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil
dengan tujuan untuk pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
Dengan demikian, dalam sebuah diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada diskusi yang dapat mengemukakan pendapat secara teratur. Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih dari seorang, (2) dilaksanakan denganbertatap muka, (3) menggunakan bahasa lisan, (4) bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan bersama, (5) dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.
Hal-hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997: 69) yaitu sikap koperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat berkomunikasi, dan kemampuan memahami persoalan. Selain itu pula,ketika proses diskusi berlangsung hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh perhatian, menghilangkan sikap emosional dan purbasangka, menangkap gagasan utama dan gagasan penjelas serta mempertimbangkannya.
Selain itu, ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu (1) pertanyaan dan sanggahan diajukan secara jelas dan tidak berbelit- belit, (2) pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung, (3) diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat. Sementara itu, dalam memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal, yaitu (1) jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan atau tanggapan itu saja, (2) jawaban harus objektif dan memuaskan berbagai pihak, (3) prasangka dan emosi harus dihindarkan, (4) bersikap jujur dan terus terang apabila tidak bisa menjawab.
Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain, persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan argumen. Sanggahan yang mencemoohkan,
kiranya patut dihindari. Selain itu, hasil diskusi harus didasarkan pada objektivitas dan kemaslahatan bersama. Pengambilan keputusan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan pendapat, moderator segera mengambil keputusan. Diskusi akan berlarut-larut apabila moderator terlambat menyimpulkan hasil diskusi.
2. Pidato
Komunikasi lisan, khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromitu
menghafal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan : a. pengumpulan bahan,
b. garis besar pidato, c. uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik.
Biasanya pidato bertujuan untuk mendorong meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum mengadakan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah menganalisis pendengar : a. jumlah pendengar;
b. tujuan mereka berkumpul;
c.badat kebiasaan mereka;
d. acara lain:
e. tempat berpidato;
f. usia pendengar;
g. tingkat pendidikan pendengar;
h. keterikatan hubungan batin dengan pendengar, dan i. bahasa yang biasa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, karena dapat menyajikan pesan dengan jelas sehingga memudahkan pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok- pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun.
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Selain itu pula, setiap pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawakan suatu pidato, yaitu: garis besar terdiri atas tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup. lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan, penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan.
Dalam kaitan dengan nilai komunikasinya maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata harus jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda sehingga pendengar tidak merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan. Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
gunakanlah kata yang spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya, sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran;
gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat;
hindarilah istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya;
berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif;
gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kembali.
Terakhir, hal yang perlu diperhatikan, yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar sebaik-baiknya, yaitu dengan cara:
1. langsung menyebutkan pokok persoalan;
2. melukiskan latar belakang masalah;
3. menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak;
4. menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati;
5. menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato;
6. menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak;
7. menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi masa lalu;
8. menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar, 9. memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka;
10. memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan:
11. mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan;
12. menyatakan kutipan;
13. menceritakan pengalaman pribadi;
14. mengisahkan cerita faktual, fiktif, atau situasi hipotesis;
15. menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya;
16. membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita tinggal memilih satu di antara cara-cara tersebut di atas sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi, dan pendengar itu
sendiri
Adapun cara menutup pidato, sebagai berikut :
a. menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan;
b. menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda;
c. mendorong khalayak untuk bertindak;
d.mengakhiri dengan klimaks;
e. mengatakan kutipan kitab suci, sajak, peribahasa, atau ucapan para ahli;
f. menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan;
g. menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara;
h. menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato di atas bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan
pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas.