• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 2 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan

N/A
N/A
Wabprof Bali

Academic year: 2025

Membagikan "Tugas 2 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 2

HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN

Disusun Oleh :

I KADEK AGUS WIDIANTARA (044403119)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA

(2)

1. Bagaimana keterkaitan antara otonomi daerah dengan desentralisasi fiskal dan pemungutan pajak daerah?

2. Apa hal-hal yang melatarbelakangi perubahan kebijakan pemerintah mengenai pergantian dari open list system menjadi close list system?

3. Apa yang dimaksud dengan open list system dan close list system?

JAWAB:

1. Sebelumnya seperti yang kita ketahui Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6, pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah tersebut, pemerintah pusat

mendelegasikan sebagian kekuasaan politik dan pengelolaan keuangan kepada pemerintah daerah sesuai kewenangan daerah.

Sedangkan yang dimaksud desentralisasi fiskal disini yaitu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah dengan tujuan untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.

Fiskal sendiri berarti terkait urusan pajak atau pendapatan publik. Dengan begitu, desentralisasi fiskal diatur pemerintah daerah dalam kewenangannya mengatur keuangan daerah termasuk pemungutan pajak.

Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Terutama bila bicara tentang pajak daerah. Sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah tentu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

penerimaan pajak pusat dan daerah. Salah satu jenis sinergi yang dimaksud adalah dalam mengoptimalkan pertukaran dan pemanfaatan data atau informasi perpajakan.

Pelimpahan kekuasaan administrasi dan politik dalam rangka penyediaan layanan publik didukung dengan pemberian bantuan keuangan kepada pemerintah daerah. Hal itu diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang pemerintah daerah dan tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Sistem desentralisasi dan otonomi daerah jauh lebih baik daripada sistem

pemerintahan yang terpusat. Hal itu karena pemerintah daerah secara geografis lebih dekat dengan masyarakat sehingga sangat memahami kebutuhan dan aspirasi daerah.

Terlebih lagi karena para kepala daerah dan wakil-wakil rakyat di legislatif dipilih secara demokratis, maka mereka akan jauh lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Berdasarkan pemikiran dimaksud, secara logis para pejabat publik di daerah akan mengalokasikan sumber daya finansial dan nonfinansial

kepada stakeholder secara efisien dan efektif.

Pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia sebagai sebuah konsekuensi politik saat ini sudah berada pada kondisi point no return, sehingga aspek-aspek yang dikedepankan lebih bersifat penguatan kapasitas serta quality

(3)

improvement. Dengan demikian, ke depannya, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah diharapkan mampu membawa Indonesia menuju kemakmuran yang inklusif dan berkelanjutan.

Desentralisasi fiskal berperan penting dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sebab desentralisasi fiskal merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk mempercepat terciptanya kesejahteraan masyarakat secara mandiri sesuai dengan potensi daerah. Namun masih terdapat kendala yaitu

pemanfaatan PAD, korupsi, pengawasan dari Pemerintah Pusat dan kurangnya peran serta masyarakat.

2. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam pemungutan pajak menggunakan sistem open list yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah melakukan perubahan sistem

pemungutan pajak dengan menetapkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mengubah peraturan Undang- undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Latarblakang dari perubahan kebijakan pemerintah mengenai pergantian dari open list system menjadi close list system yakni open list system dianggap oleh pemerintah dapat menimbulkan kesewenang-wenangan bagi pemerintah daerah dalam pembuatan peraturan pemungutan pajak. Pemerintah Daerah mempunyai kecenderungan untuk menciptakan berbagai pungutan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan terhadap Peraturan Daerah tersebut tidak berjalan efektif sehingga Pemerintah mengatasinya dengan melakukan perubahan sistem pemungutan pajak. Dari opened list system menjadi closed list system dimana pemerintah daerah hanya dapat memungut jenis pajak yang telah tercantum di dalam Undang-undang saja. Konsekuensi ditetapkannya closed list system, pemerintah daerah tidak dapat berbuat banyak dalam pembuatan jenis pajak baru karena harus tunduk pada ketentuan yang ditentukan oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

3. Yang dimaksud dengan open list system adalah pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota dapat menetapkan dan memungut jenis pajak baru di luar objek yang telah ditentukan dalam peraturan perundang undangan. Pada satu sisi, sistem open list system dapat lebih efektif untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah. Namun di sisi lain, sistem ini mengorbankan aspek kepastian hukum dan bisnis yang lebih luas.Saat berlakunya UU 18/1997, pemerintah pusat menerapkan open list system untuk menentukan jenis pajak daerah yang dipungut. Penerapan opes list system dapat dibuktikan dengan ketentuan Pasal 2 ayan (3) UU 18/1997 yang menyatakan selain jenis pajak daerah yang sudah diatur, pemerintah dapat menetapkan jenis pajak baru melalui peraturan pemerintah.

Sedangkan yang dimaksud close list system dalam pengertiannya dapat diartikan sebagai cara pembatasan daftar / jumlah terhadap suatu objek yang dipilih. Dalam konteks pemungutan pajak dan retribusi daerah, dapat diartikan sebagai pembatasan jumlah jenis pajak atau retribusi daerah yang dapat diberlakukan sebagai pungutan

(4)

dan dapat dipungut oleh daerah,pemerintah daerah hanya boleh memungut jenis-jenis pajak yang telah ditetapkan dalam undang-undang.. Pembatasan jenis pajak maupun jenis retribusi ini adalah representasi dari bentuk pengawasan pemerintah terhadap beredarnya jenis pajak maupun retribusi yang lahir semata-mata sebagai wujud kreatifitas pemerintah daerah dalam menjalankan otonominya (diskresi), yang ada kecenderungan salah. Namun sistem ini memberikan kepastian hukum dan berusaha yang lebih besar karena ketundukannya kepada pemerintah pusat.

Sumber Referensi:

• BMP HKUM4407 Hukum Pajak Dan Acara Perpajakan

• https://ejournal.undip.ac.id/index.php/lawreform/article/download/23360/pdf

• https://yoursay.suara.com/news/2020/11/28/191431/pajak-daerah-di-indonesia-antara- close-list-dan-open-list-system

• https://palangkaraya.go.id/26-tahun-otonomi-daerah-di-

indonesia/#:~:text=Palangka%20Raya%20(28%2F04%2F,peraturan%20perundang%

2Dundangan%20yang%20berlaku.

• https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/desentralisasi-fiskal-dalam-keuangan- publik-9bb0ef8a/detail/

• https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/opini/3890-uu-hkpd-re-design- desentralisasi-fiskal.html

• http://eprints.undip.ac.id/72314/

• https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/desentralisasi-fiskal

• https://adconsulting.co.id/retribusi-dan-pajak-daerah/

• https://news.ddtc.co.id/penerapan-open-list-dan-close-list-system-dalam-rezim-pajak- daerah-32801

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Padahal pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan sistem pemungutan pajak yang memberikan ruang bagi Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang harus dibayar, yaitu menghitung,

tidak didukungnya dengan akses transportasi yang memadai. Sistem desentralisasi ini dilaksanakan dengan melalui kebijakan otonomi daerah.Adanya otonomi daerah membuat

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban mengenai bagaimana dasar hukum sistem pemungutan pajak daerah dalam era otonomi daerah, bagaimana sistem pemungutan pajak

Dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah dan desentralisasi, dan pemerintah pusat menyerahkan daerah untuk mengelola keuangannya sendiri, maka pajak juga dipungut di

Sebagaimana dikemukakan oleh Resmi (2019:11) Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak

Official Assessment yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak berdasarkan pada Surat Ketetapan Pajak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemungutan pajak restoran pada Badan Pendapatan menggunakan 2 sistem yaitu sistem pemungutan secara manual dan sistem pemungutan

Dokumen ini membahas latar belakang dan peran pemeriksaan pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan petugas pajak, serta kebijakan fiskal Indonesia yang berfokus pada peningkatan penerimaan negara melalui