• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Pajak dan Peranannya dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

N/A
N/A
Widya Gultom

Academic year: 2025

Membagikan " Pemeriksaan Pajak dan Peranannya dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemeriksaan Pajak dan Peranannya pada Kepatuhan Wajib Pajak dan Petugas Pajak

Mata Kuliah : Pemeriksaan Pajak

Disusun oleh : Iman Fahroji (3201210007)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS BUNG KARNO

2024 / 2025

(2)

RESUME 1. Latar Belakang

Jurnal ini membahas konteks perpajakan di Indonesia, yang berlandaskan pada sistem ‘self-assessment’. Sistem ini menuntut wajib pajak untuk secara mandiri menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Untuk tahun 2011, kebijakan fiskal mencerminkan fokus yang kuat pada peningkatan penerimaan pajak, dengan target 12% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Peningkatan ini sangat penting mengingat kontribusi pajak dalam pembiayaan negara yang terus meningkat, terutama dalam kondisi ekonomi yang sering defisit. Pemerintah memanfaatkan perpajakan sebagai sumber utama penerimaan negara dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi dan penegakan hukum yang lebih ketat melalui Ditjen Pajak.

Sistem ‘self-assessment’ memungkinkan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan kebebasan dan tanggung jawab penuh, tetapi membutuhkan pengawasan yang efektif untuk memastikan kepatuhan. Oleh karena itu, pemeriksaan pajak menjadi komponen vital dalam menilai apakah pelaporan pajak oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menciptakan keadilan dalam perpajakan, meningkatkan kepatuhan, dan mengurangi praktik penghindaran pajak.

2. Landasan Hukum Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak diatur oleh beberapa peraturan hukum, yang memberikan otoritas kepada Ditjen Pajak untuk memeriksa kepatuhan wajib pajak.

Pasal 29 dan 31 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang telah diubah beberapa kali, merupakan landasan hukum utama yang memberi kewenangan kepada Ditjen Pajak untuk melakukan pemeriksaan. Pasal 29 ayat (1) dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

(3)

menggarisbawahi hak Ditjen Pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak, sementara Pasal 31 mengatur tentang tata cara pemeriksaan.

Pengaturan ini memastikan bahwa pemeriksaan dilakukan secara adil dan sesuai prosedur yang berlaku. Pemeriksaan yang efektif dapat memberikan dampak positif terhadap kepatuhan wajib pajak, yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan kebijakan perpajakan negara. Pemeriksaan juga mencakup hak wajib pajak untuk mendapatkan informasi mengenai hasil pemeriksaan dan untuk menyampaikan tanggapan.

3. Tujuan Pemeriksaan Pajak Ada dua tujuan utama pemeriksaan pajak:

a) Menguji Kepatuhan Perpajakan: Menjamin bahwa wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar dan tepat waktu. Pemeriksaan berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian dalam pelaporan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.

b) Melaksanakan Ketentuan Perundang-undangan: Memberikan efek jera bagi pelanggaran aturan perpajakan serta memastikan bahwa peraturan perpajakan diterapkan secara adil dan tidak diskriminatif. Pemeriksaan membantu Ditjen Pajak dalam mendeteksi praktik penghindaran dan pengelakan pajak.

Pemeriksaan ini juga mengacu pada prinsip-prinsip hukum perpajakan yang memprioritaskan perlakuan yang adil (equal treatment) bagi semua wajib pajak.

Penekanan pada asas kesetaraan ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada diskriminasi dalam proses perpajakan.

4. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak dibagi menjadi dua kategori utama:

a) Pemeriksaan Lengkap: Dilakukan di tempat wajib pajak dan mencakup seluruh aspek perpajakan, baik dari segi jenis pajak maupun tahun pajak

(4)

yang diperiksa. Pemeriksaan ini biasanya melibatkan pemeriksaan fisik dan mendalam.

b) Pemeriksaan Sederhana: Bisa dilakukan di kantor atau di tempat wajib pajak, dengan fokus pada aspek-aspek tertentu dan melibatkan teknik pemeriksaan yang lebih sederhana dibandingkan pemeriksaan lengkap.

Pemeriksaan dilakukan oleh pegawai Ditjen Pajak yang memiliki keahlian khusus dalam bidang perpajakan. Pegawai ini harus mengikuti pelatihan teknis yang memadai dan dilengkapi dengan identitas serta surat tugas yang sah.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kesesuaian laporan pajak dengan kondisi usaha sebenarnya yang dilakukan oleh wajib pajak.

5. Hak dan Kewajiban dalam Pemeriksaan Pajak

Wajib pajak memiliki hak-hak tertentu selama proses pemeriksaan, seperti:

a) Meminta penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan.

b) Mendapatkan hasil pemeriksaan yang lengkap.

c) Mengajukan keberatan jika tidak setuju dengan hasil pemeriksaan.

Di sisi lain, wajib pajak juga memiliki kewajiban untuk:

a) Memberikan akses kepada petugas pajak.

b) Menyediakan informasi dan dokumen yang relevan.

c) Bekerjasama selama proses pemeriksaan berlangsung.

Petugas pemeriksa juga memiliki hak untuk meminta informasi, melakukan audit, serta kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data wajib pajak. Pentingnya pemahaman tentang hak dan kewajiban ini adalah untuk mencegah terjadinya konflik dan kesalahpahaman selama proses pemeriksaan.

6. Penentuan Sasaran Pemeriksaan

Pemeriksaan pajak difokuskan pada kriteria tertentu yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sasaran pemeriksaan didasarkan pada analisis risiko yang mencakup beberapa faktor:

(5)

a) Volume Usaha: Menentukan ukuran bisnis yang menjadi target pemeriksaan.

b) Tingkat Kepatuhan: Menganalisis sejarah kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakan.

c) Kemampuan Pemeriksa: Memastikan bahwa petugas pajak memiliki kapasitas untuk menangani kasus yang kompleks.

Pemeriksaan dapat bersifat rutin, yang dilakukan secara periodik, atau khusus yang dilakukan berdasarkan indikasi pelanggaran pajak. Pemeriksaan ini diatur untuk meminimalisir gangguan terhadap operasional bisnis wajib pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan secara sukarela.

7. Laporan Pemeriksaan Pajak dan Produk Hukum

Setelah pemeriksaan selesai, hasilnya disusun dalam Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) yang merangkum temuan dan kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan. LPP berfungsi sebagai dasar untuk penerbitan produk hukum, seperti:

a) Surat Ketetapan Pajak (SKP): Menentukan jumlah pajak yang harus dibayar.

b) Surat Tagihan Pajak (STP): Menginformasikan jumlah pajak yang belum dibayar atau kesalahan lainnya.

Proses pembahasan akhir atau “closing conference”, memungkinkan wajib pajak untuk memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan sebelum keputusan final diambil. Hal ini bertujuan untuk menghindari keputusan sepihak dan memastikan transparansi dalam penegakan hukum perpajakan.

8. Manajemen Open-Case dan Pemeriksaan Ulang

Penulis mengusulkan penerapan manajemen ‘open-case’ untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan. Manajemen ini mencakup review terhadap hasil pemeriksaan oleh unit yang lebih tinggi untuk memastikan keakuratannya. Pemeriksaan ulang

(6)

dapat dilakukan jika ditemukan data baru yang signifikan atau adanya indikasi pelanggaran yang belum terungkap pada pemeriksaan awal.

9. Rekonsiliasi Pajak pada Laporan Keuangan Auditan

Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan pajak sering kali menimbulkan kesenjangan dalam perhitungan kewajiban pajak. Untuk itu, dilakukan rekonsiliasi pajak yang bertujuan untuk menyelaraskan kedua jenis laporan ini. Rekonsiliasi ini biasanya disusun oleh Kantor Akuntan Publik atau institusi lainnya, dan membantu wajib pajak untuk memastikan kepatuhan perpajakan mereka.

10. Transparansi dan Akuntabilitas dalam Sistem Pajak

Penulis menekankan pentingnya transparansi dalam sistem perpajakan untuk membangun kepercayaan masyarakat. Penggunaan pajak harus diawasi oleh publik, dan pemerintah wajib memberikan bukti nyata bahwa penerimaan pajak digunakan secara efektif untuk pembangunan dan pelayanan publik. Transparansi ini diharapkan dapat mengurangi rasa ketidakadilan di kalangan wajib pajak dan mendorong kepatuhan yang lebih baik.

11. Simpulan

Jurnal ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak merupakan bagian integral dari sistem ‘self-assessment’. Pemeriksaan pajak berfungsi sebagai instrumen pengawasan dan pembinaan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Kerjasama antara petugas pajak dan wajib pajak sangat diperlukan untuk menciptakan sistem perpajakan yang efektif dan adil. Pelayanan yang baik dan penyuluhan intensif diyakini dapat meningkatkan kesadaran perpajakan dan mengurangi praktik penghindaran pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Jumlah Pemeriksaan Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Mataram,

“ Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak , sehingga dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan

2.2.7 Hubungan pelayanan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak. tergantung pada bagaimana sikap petugas

Terhadap Wajib Pajak yang terdapat indikasi bahwa tidak melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar, dan atau untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak, maka dilakukan

Penghambat Pengawasan Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bekasi Barat yaitu jumlah petugas dibanding Wajib Pajak