• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 3 Mata Kulia Pengantar Sosiologi (ISIP4110)

N/A
N/A
rival download

Academic year: 2023

Membagikan "Tugas 3 Mata Kulia Pengantar Sosiologi (ISIP4110)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : RIFALDO NIM : 048445504 Prodi : Ilmu Komunikasi

Tugas 3

Mata Kulia Pengantar Sosiologi (ISIP4110)

1. Silakan saudara baca terlebih dahulu wacana/berita yang ditulis pada link berikut ini:

https://news.detik.com/berita/d-6245593/kronologi-ott-jerat-rektor-unila-tersangka-suap- penerimaan-mahasiswa-baru

Kabar mengejutkan yang tertulis tersebut menunjukan bahwa salah satu rektor Perguruan Tinggi di Indonesia ditangkap KPK RI. Berikan analisis saudara dengan mengaitkan kasus tersebut pada teori perilaku dan kontrol sosial. Sebutkan

rujukan/referensi yang Anda gunakan.

Artikel berita diatas menjelaskan terkait Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof Dr.

Karomani sebagai tersangka kasus suap proses penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Karomani ditetapkan sebagai tersangka kasus suap oleh KPK, setelah tertangkap tangan ketika diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi.

Korupsi merupakan salah satu penyimpangan sosial yang sering terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW), ada 579 kasus korupsi yang telah ditindak di Indonesia sepanjang tahun 2022. Dan ini terus meningkat 8,63%

dibandingkan pada tahum sebelumnya yang sebanyak 533 kasus. Semua kasus korupsi terjadi di berbagai bidang, seperti pemerintahan, sumber daya alam, perbankkan bahkan pada bidang pendidikan.

Perlu kita ketahui, korupsi merupakan sebuah kejahatan yang luar biasa karena memiliki dampak yang masif dalam jangka pendek maupun panjang. Tidak hanya negara yang akan dirugikan, tetapi korupsi juga dapat menyengsarakan rakyat.

Cerminan dampak dari korupsi dapat dilihat dari mahalnya harga jasa pelayanan publik, masyrakat yang semakin miskin, atau terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan. Dan juga terhambatnya perkembangan ekonomi dan rencana pembangunan yang diakibatkan dari korupsi.

Maraknya kasus korupsi di Indonesia terutama yang terjadi pada pejabat pemerintahan, dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan masyrakat terhadap pemerintah.

Contohnya yang sering kita lihat adalah tindak korupsi yang dilakukan oleh elit politik

(2)

yang ternyata pelakunya tidak dikenakan tindakan hukum. Sebagai masyrakat, hal ini terkadang akan membuat kita merasa tidak lagi percaya terhadap kemampuan aparat penegak hukum untuk menanggulangi tindak korupsi.

Seperti yang kita ketahui korupsi merupakan bagian dari perilaku penyimpangan sosial.

Maka dari itu perlu ada yang namanya kontrol sosial untuk mengurangi terjadinya perilaku penyimpangan sosial tersebut. Ada berbagai macam bentuk kontrol sosial, salah satunya yaitu dengan pemberian sanksi. Sanksi ini dapat berupa sanksi positif seperti pemberian hadiah maupun sanksi negatif denga pemberian hukuman.

Salah satu sanksi yang sering kita lihat pada masyrakat adalah sanksi sosial. Para pelaku korupsi disebut dengan koruptor, dimana para koruptor ini identik dengan tikus.

Tikus merupakan binatang pengerat yang dapat mendatangkan banyak kerugian bagi manusia. Tikus identik dengan tempat yang kotor dan menjijikan. Maka dari itu koruptor sering di identikkan dengan tikus karena, pelaku koruptor ini dibenci banyak orang dan perilaku dari para koruptor ini dianggap sebagai perilaku yang menjijikan dan merugikan banyak orang. Ini merupakan bentuk dari sanksi sosial yang terjadi dalam masyrakat, dimana para pelaku korupsi diidentik dengan tikus yang dibenci banyak orang. Hal ini diharapkan untuk membuat orang-orang membenci tindakan yang berhubungan dengan perilaku menyimpang korupsi. Namun realita yang terjadi, kasus korupsi masih terus meningkat walaupun korupsi di cap sebagai perilaku yang menjikan. Sanksi sosial seperti ini tidaklah cukup untuk mengurangi tindak korupsi.

Selain sanksi informal seperti yang dijelaskan diatas, ada juga sanksi formal yang mana ini berhubungan dengan institusi formal seperti penegak hukum. Terdapat berbagai lembaga yang mempunyai kewenagan untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya yaitu, kepolisian, kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Adapun sanksi bagi pelaku korupsi disini yaitu, dijelaskan pada Bab II UU No. 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal 1 ayat (1) menyebutkan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliyar rupiah). Ayat (2) dalam hal pidana korupsi sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Sanksi yang dijelaskan pada Undang-undang diatas, dinilai masih terlalu ringan dalam menegakkan hukum pidana korupsi. Dimana dapat dilihat terkadang, hukuman tersebut tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku korupsi tersebut. Bahkan ketika proses pemeriksaan, para tersangka korupsi ini yang ditayangkan melalui media elektronik sebagian besar merka terlihat tidak menunjukan rasa penyesalan dan ketakutan menghadapi sanksi atas kejahatannya.

(3)

Referensi:

ISIP4110

https://dataindonesia.id/varia/detail/icw-penindakan-kasus-korupsi-meningkat-pada- 2022#:~:text=Berdasarkan%20data%20Indonesia%20Corruption%20Watch,tersangka

%20korupsi%20di%20dalam%20negeri.ejournal.peraturan.go.id

https://dataindonesia.id/varia/detail/icw-penindakan-kasus-korupsi-meningkat-pada- 2022#:~:text=Berdasarkan%20data%20Indonesia%20Corruption%20Watch,tersangka

%20korupsi%20di%20dalam%20negeri.

https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/234/pdf

https://id.quora.com/Mengapa-tikus-dijadikan-simbol-koruptor#:~:text=Alasan

%20Koruptor%20diperaonifikasikan%20dengan%20Tikus,cerdik%20(pintar%20berkelit

%20kalau%20ditangkap)

https://maksigama.wisnuwardhana.ac.id/index.php/maksigama/article/download/8/7/

(4)

2. Terdapat 5 Dimensi Hubungan Kelompok dalam Masyarakat. Silakan saudara jelaskan kelima dimensi tersebut, kemudian berikan contoh yang saudara temukan/alami di lingkungan tempat Anda tinggal Anda.

Ada beberapa dimensi hubungan kelompok dalam masyrakat yaitu, dimensi sejarah, dimensi sikap, dimensi gerakan sosial, dimensi prilaku, dan dimensi institusi.

1). Dimensi sejarah

Dimensi sejarah mengarah pada proses tumbuh dan berkembangnya sosial antar kelompok . Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan antar kelompok pada dimensi sejarah ini, antara lain adalah teori difusi,akulturasi dan asimilasi.

Teori difusi menjelaskan hubunganantar kelompok terbentuk melalui anggapan tentang adanya proses pembiakkan dan gerak penyebaran atau migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik, dan sosial budaya dalam jangka waktu yang lama.

Teori akulturasi menjelaskan hubungan antar kelompok dilihat dari pengaruh yang ditinggalkan. Pertemuan dua kebudayaan akan menyebabkan diterima dan diolahnya kebudayaan asing tetapi kebudayaan sendiri tidak hilang.

Teori asimilasi menjelaskan proses sosial yang timbul apabilah ada kelompok- kelompok dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda saling bergaul secara langsung dan intensif untuk jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan- kebudayaan kelompok-kelompok tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah menjadi kebudayaan campuran.

Contoh hubungan kelompok pada dimensi sejarah ini yaitu, akulturasi budaya seperti yang ada di Bengkulu. Salah satu buduya yang ada di Kota Bengkulu yaitu Tabot. Tradisi Tabot diyakini berasal dari Gujarat India, yang datang ketika penyebaran agama Islam di pulau Sumatera. Lalu budaya tersebut kemudian berakulturasi dengan kebudayaan lokal dan membentuk sebuah kebudayaan baru yaitu Tabot.

2). Dimensi Sikap

Dimensi sikap melihat bagaimana sikap anggota suatu kelompok terhadap kelompok lainnya. Ini biasanya menyangkut masalah stereotype dan prasangka.

Stereotype ini diproduksi secara sosial oleh anggota-anggota suatu kelompok berkenaan dengan pandangan negatif terhadap kelompok lainnya. Sedangkan prasangka (prejudice) lebih mengarah pada sikap bermusuhan yang ditujukan

(5)

kepada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.

Contoh hubungan antar kelompok pada dimensi sikap yaitu, adanya stereotype yang menganggap bahwa orang minang atau orang yang berasal dari sumatra barat merupakan orang yang pelit. Atau juga orang yang berasal dari medan merupakan orang kasar dan cenderung emosian.

3). Dimensi Gerakan Sosial

Dimensi ini melihat pada gerakan sosial yang sering dilancarkan oleh suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lainya. Gerakan sosial dipicu oleh rasa kekecewaan dan penderitaan lahir maupun batin akibat dari dominasi tersebut. Gerakan sosial merupakan usaha untuk mengubah hubungan sosial antar kelompok yang sudah ada atau usaha untuk mempertahankan tatanan yang sudah ada.

Contoh hubungan antar kelompok pada dimensi Gerakan Sosial ini yaitu, seperti yang sempat viral kemarin, adanya penolakan terhadap tranportasi ojek online dari para tukang ojek pengkolan dan supir angkot. Mereka menolak Transportasi online karena hal ini mengurangi pendapatan mereka yang sebagai tukang ojek konvensional dan supir angkot.

4). Dimensi Perilaku

Dimensi perilaku menyangkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok lain. Perilaku ini antara lain perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak sosial.

Diskriminasi adalah bentuk perilaku yang aktual, tetapi hubungannya dengan prasangka tidak selalu relevan. Orang yang mempunyai perasaan prasangka dan memperlihatkan hal tersebut secara verbal belum tentu memperlihatkan perilaku diskriminatif. Tetap orang yang kurang mempunyai perasaan berprasangka bisa jadi akan melakukan tindakan yang sangat diskriminatif.

Salah satu perilaku diskriminatif yang bisa kita temui yaitu, terkadang sikap dari pegawai bank atau pegawai kantor akan lebih ramah ketika melayani orang-orang kaya di bandingkan ketika melayani orang-orang yang dianggap miskin. Orang yang dianggap miskin ini biasanya dapat perlakuan yang kurang baik dari pegawai- pegawai tersebut. Contohnya yaitu pelayanan yang diberikan oleh orang miskin akan cederung lebih lambat dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh orang kaya.

(6)

5). Dimensi Institusi

Dimensi institusi mendasari hubungan antar kelompok meliputi institusi yang ada dalam masyrakat seperti institusi sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Institusi- institusi ini dapat memperkuat pengendalian sosial, sikap dan hubungan antar kelompok.

Institusi berperan dalam munculnya ketidaksamaan rasial, karena institusi tersebut diorganisasikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Contoh yang bisa kita lihat yaitu, di Indonesia sendiri yang mana merupakan negara dengan mayoritas penduknya beragama Islam. Maka penduduknya akan lebih cenderung untuk menjadikan pemimpin negara yang juga beragama Islam. Cukup sulit bagi pemeluk agama lainnya yang notabene sebagi agama minoritas untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Hal ini dikarenakan masyrakat itu sendirilah yang menetapkan bagaimana standar calon pemimpinnya nanti.

Referensi:

ISIP411

Referensi

Dokumen terkait