Analisis Kondisi Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2020 Hingga 2023 Ditinjau dari Parameter Migrasi Penduduk
Hafiz Firdaus 22/493785/GE/09831 [email protected]
Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Bulaksumur, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 Abstract
Settlement patterns in Southeast Asia often exhibit irregularity and disparities in distribution. This uneven distribution of settlements leads to gaps between land use and available land potential.
Purworejo is one of the districts with a high population density on Java Island and has long experienced significant migration flows, both in and out. The high influx of migrants indicates the attractiveness of Purworejo as a destination for many individuals, driven by job opportunities and economic potential. This study aims to analyze the demographic conditions in Purworejo from 2020 to 2023, focusing on migration parameters. The methodology employed is a literature review, using secondary data obtained from the Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo 2020-2023 and related official documents. Results show fluctuations in migration inflow and outflow influenced by economic factors and the post-COVID-19 situation. Recommendations include the need for efforts to improve infrastructure quality and job opportunities in Purworejo to attract more migrants and retain the existing population, along with adaptive migration policies to respond to changing social and economic conditions.
Keywords: migration inflow, migration outflow, transmigration.
Abstrak
Pola pemukiman di Asia Tenggara sering kali menunjukkan ketidakteraturan dan kesenjangan dalam distribusi pemukiman. Ketidakmerataan dalam distribusi pemukiman ini menyebabkan adanya kesenjangan antara penggunaan lahan dan potensi lahan yang ada. Purworejo adalah salah satu kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk tinggi di Pulau Jawa sehingga telah lama mengalami arus migrasi yang tinggi, baik masuk maupun keluar. Tingginya arus migrasi masuk menunjukkan daya tarik Kabupaten Purworejo sebagai tujuan bagi banyak individu sebab dipicu oleh peluang kerja dan potensi ekonomi yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kependudukan di Kabupaten Purworejo dari tahun 2020 hingga 2023 dengan fokus pada parameter migrasi. Metode yang digunakan adalah studi literatur, dengan data sekunder yang diperoleh dari Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2020 hingga 2023 dan dokumen resmi terkait. Hasil menunjukkan fluktuasi angka migrasi masuk dan keluar yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan situasi pasca-pandemi COVID-19. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah perlunya upaya peningkatan kualitas infrastruktur dan kesempatan kerja di Kabupaten Purworejo sangat diperlukan untuk menarik lebih banyak migran serta mempertahankan penduduk yang ada, dengan kebijakan migrasi yang adaptif untuk merespons perubahan sosial dan ekonomi.
Kata kunci: migrasi masuk, migrasi keluar, transmigrasi.
PENDAHULUAN
Pola pemukiman di Asia Tenggara umumnya menunjukkan ketidakteraturan, dengan banyak negara yang mengalami perencanaan yang tidak matang (Karimah, 2018). Hanya beberapa lokasi yang memiliki potensi tertentu dalam pola pemukiman yang dapat dimanfaatkan secara efektif. Ketidakmerataan dalam distribusi pemukiman ini menyebabkan adanya kesenjangan antara penggunaan lahan dan potensi lahan yang ada. Salah satu karakteristik yang mencolok di Indonesia adalah penyebaran penduduk yang tidak seimbang sehingga konsentrasi tinggi terpusat di Pulau Jawa. Mereka yang bertransmigrasi ke daerah baru sering kali berasal dari latar belakang ekonomi rendah.
Program transmigrasi di Indonesia yang dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia telah dimulai sejak tahun 1950 oleh Djawatan Transmigrasi (Budianto, 2020). Pada masa itu, tujuan transmigrasi yang ditetapkan pemerintah jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan saat penjajahan. Kebijakan ini tidak hanya berfokus pada pemindahan petani dari Pulau Jawa yang mengalami kepadatan, tetapi juga bertujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Program transmigrasi ditujukan tidak hanya untuk petani yang mengalami kekurangan lahan di Jawa, tetapi juga untuk memajukan wilayah-wilayah yang akan dikembangkan oleh para transmigran. Dengan demikian, pelaksanaan transmigrasi bersifat lebih luas dan mendasar jika dibandingkan dengan kolonialisme pada era penjajahan.
Migrasi dapat berkontribusi pada pertumbuhan jumlah penduduk di suatu wilayah jika jumlah orang yang pindah masuk lebih besar daripada yang keluar. Sebaliknya, jumlah penduduk akan menurun jika lebih banyak orang yang meninggalkan wilayah tersebut daripada yang datang. Migrasi di negara berkembang sering kali terkait dengan urbanisasi.
Drakakis-Smith (2000) menyatakan bahwa urbanisasi di negara berkembang dipicu oleh tingginya angka kelahiran dan proses migrasi. Ketersediaan infrastruktur yang memadai di daerah perkotaan dapat meningkatkan kualitas hidup dan berfungsi sebagai daya tarik bagi masyarakat desa untuk berpindah ke kota. Pacione (2001) menambahkan bahwa urbanisasi di negara-negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang rendah sering kali disertai dengan migrasi masif, yang mempercepat laju urbanisasi. Dengan demikian, migrasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pola urbanisasi di negara berkembang.
Faktor yang memengaruhi proses migrasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik (Adioetomo & Samosir, 2011). Faktor pendorong berkaitan dengan kondisi di wilayah asal yang membuat penduduk merasa terpaksa untuk meninggalkan tempat tinggal mereka. Beberapa contoh faktor pendorong adalah minimnya kesempatan kerja, kurangnya fasilitas pelayanan publik, infrastruktur yang tidak memadai, serta penurunan sumber daya alam di daerah tersebut. Di sisi lain, faktor penarik adalah elemen-elemen yang mendorong penduduk untuk pindah ke lokasi baru, seperti tersedianya lapangan kerja, infrastruktur yang baik, dan kualitas layanan publik yang memadai. Lee (1970) juga mengklasifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi migrasi menjadi empat kategori, yaitu kondisi di daerah asal, kondisi di daerah tujuan, hambatan yang ada, dan faktor individu. Hambatan tersebut tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga termasuk biaya yang terkait dengan proses perpindahan.
Kabupaten Purworejo adalah salah satu daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi di Pulau Jawa (Karimah, 2018). Keadaan ini tercermin dari banyaknya transmigran dari Purworejo yang dipindahkan sejak era kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Soekarno melanjutkan inisiatif pemindahan penduduk dengan menerapkan kebijakan baru dalam program transmigrasi. Purworejo turut mengalami arus migrasi yang tinggi, baik dari pendatang maupun penduduk yang meninggalkan wilayah tersebut.
Tingginya arus migrasi masuk menunjukkan daya tarik Kabupaten Purworejo sebagai tujuan bagi banyak individu sebab dipicu oleh peluang kerja dan potensi ekonomi yang ada. Di sisi lain, arus migrasi keluar mencerminkan kondisi tertentu di wilayah asal penduduk, seperti keterbatasan lapangan pekerjaan dan aksesibilitas fasilitas umum yang memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi kependudukan Kabupaten Purworejo dari tahun 2020 hingga 2023 dengan fokus pada parameter migrasi penduduk.
METODE
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi literatur. Data utama yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2021 hingga 2023. Selain itu, dokumen resmi yang diterbitkan oleh badan resmi Kabupaten Purworejo juga dijadikan sebagai data sekunder. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecamatan di Kabupaten Purworejo yang mencakup 16 kecamatan, meliputi Grabag, Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Banyuurip, Bayan, Kutoarjo, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano, dan Bener. Data tersebut kemudian diolah untuk didapatkan informasi terkait Angka Migrasi Masuk dan Angka Migrasi Keluar.
1. Angka Migrasi Masuk (Mi)
Angka Migrasi Masuk (Mi) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur jumlah penduduk yang pindah ke suatu daerah dalam periode tertentu. Angka ini mengacu pada seberapa banyak orang yang datang ke wilayah tersebut. Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai Mi adalah sebagai berikut.
𝑀𝑖 = ( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (𝑗𝑖𝑤𝑎)) × 1000 2. Angka Migrasi Keluar (Mo)
Angka Migrasi Keluar (Mo) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur jumlah penduduk yang meninggalkan suatu daerah dalam periode tertentu.. Angka ini mengacu pada seberapa banyak orang yang pergi dari wilayah tersebut.. Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai Mo adalah sebagai berikut.
𝑀𝑜 = ( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (𝑗𝑖𝑤𝑎)) × 1000
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Angka Migrasi Masuk (Mi)
Gambar 1. Grafik Mi Kabupaten Purworejo per Kecamatan Tahun 2020 hingga 2023 Sumber: Profil Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2020-2023,diolah
Angka migrasi masuk untuk setiap Kecamatan di Kabupaten Purworejo dari tahun 2020 hingga 2023 menunjukkan adanya variasi. Hal ini mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Kecamatan Grabag dan Ngombol mencatat angka migrasi masuk tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
Pada tahun 2020, angka migrasi masuk di Kabupaten Purworejo berada pada angka yang relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh efek awal pandemi, di mana banyak orang yang menunda rencana migrasi mereka akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh COVID-19. Dalam situasi ini, kecamatan dengan angka migrasi lebih tinggi bisa jadi merupakan daerah yang menawarkan lebih banyak peluang kerja atau kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan daerah asal para migran.
Pada tahun 2021, angka migrasi masih terpengaruh oleh situasi pandemi. Hal ini tampak pada beberapa kecamatan yang menunjukkan penurunan cukup signifikan dalam angka migrasi masuk, seperti Kutoarjo dan Bener. Penurunan ini disebabkan oleh pembatasan sosial yang masih berlangsung dan kekhawatiran masyarakat akan penyebaran virus. Kebijakan pemerintah selama pandemi mengarahkan perhatian pada pengaturan migrasi untuk memastikan keselamatan masyarakat dan mengatasi tantangan kesehatan yang muncul (Anjani et al., 2021). Namun, seluruh kecamatan menunjukkan angka migrasi masuk yang lebih tinggi pada tahun 2023 sehingga menunjukkan adanya pergeseran dalam pola migrasi seiring dengan pulihnya aktivitas ekonomi pasca-pandemi.
Tahun 2022 menjadi titik balik bagi beberapa kecamatan, di mana angka migrasi mulai menunjukkan peningkatan sangat mencolok, seperti yang terlihat di Kecamatan Purwodadi dan Ngombol. Hal ini mencerminkan mulai pulihnya perekonomian dan meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk melakukan migrasi
ke daerah lain. Pandemi COVID-19 yang telah memaksa banyak orang untuk menyesuaikan diri dengan cara baru dalam bekerja dan hidup, telah mengubah persepsi tentang migrasi dan mobilitas penduduk.
Akan tetapi, angka migrasi masuk di tahun 2023 kembali mengalami fluktuasi.
Di satu sisi, beberapa kecamatan menunjukkan penurunan angka migrasi, seperti Purworejo dan Kutoarjo. Hal ini mencerminkan adanya tantangan ekonomi atau sosial yang baru setelah masa pemulihan. Di sisi lain, Kecamatan Pituruh menunjukkan peningkatan drastis sehingga mencerminkan potensi daerah yang semakin terlihat menarik bagi pendatang baru. Ketidakstabilan dalam angka migrasi ini menunjukkan bahwa meskipun dampak COVID-19 berkurang, faktor lain terkait kondisi ekonomi lokal dan kualitas infrastruktur tetap berperan penting.
Secara keseluruhan, angka migrasi masuk di Kabupaten Purworejo selama periode 2020 hingga 2023 menunjukkan dinamika kompleks. Meskipun pandemi COVID-19 memberikan dampak negatif terhadap mobilitas penduduk, proses pemulihan dan perubahan kondisi sosial ekonomi berkontribusi pada pola migrasi yang berubah. Pandemi COVID-19 telah memaksa individu dan keluarga untuk melakukan penyesuaian dalam pola migrasi mereka sehingga perlunya mempertimbangkan faktor-faktor kesehatan dan keamanan yang lebih mendesak.
Selain itu, situasi ini juga menuntut pemerintah untuk menetapkan kebijakan migrasi yang lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika sosial dan ekonomi yang berubah.
2. Angka Migrasi Keluar (Mo)
Gambar 2. Grafik Mo Kabupaten Purworejo per Kecamatan Tahun 2020 hingga 2023 Sumber: Profil Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2020-2023,diolah
Angka migrasi keluar untuk setiap kecamatan di Kabupaten Purworejo pada periode 2020 hingga 2023 menunjukkan tren berfluktuasi. Pada tahun 2020, angka migrasi keluar di Kabupaten Purworejo cukup tinggi, dengan Kecamatan Ngombol dan Butuh mencatat angka di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa banyak penduduk memilih untuk meninggalkan daerah asal mereka karena keterbatasan
peluang kerja dan infrastruktur yang kurang memadai. Pandemi COVID-19 yang mulai merebak pada tahun tersebut kemungkinan juga menjadi faktor pendorong, di mana masyarakat merasa terpaksa mencari tempat yang lebih baik untuk kehidupan dan pekerjaan.
Pada tahun 2021, angka migrasi keluar di sebagian besar kecamatan mengalami penurunan. Hal ini dapat diartikan sebagai dampak dari berbagai kebijakan pemerintah untuk menahan laju penyebaran COVID-19 sehingga semakin membatasi mobilitas penduduk. Keterbatasan dalam beraktivitas membuat banyak penduduk memilih untuk tetap tinggal di daerah asal mereka. Namun, Kecamatan Bener menunjukkan angka migrasi keluar yang lebih stabil sehingga mencerminkan adanya potensi ekonomi atau sosial yang memadai bagi penduduk di dalam kecamatan tersebut.
Tahun 2022 mencatat angka migrasi keluar yang bervariasi. Kecamatan Ngombol dan Purwodadi menunjukkan peningkatan cukup substansial. Peningkatan ini diasumsikan akibat oleh pulihnya perekonomian pasca-pandemi sehingga memberikan kesempatan bagi penduduk untuk berpindah ke daerah yang lebih menawarkan peluang, seperti pusat-pusat urban atau daerah dengan perkembangan yang lebih pesat. Di sisi lain, kecamatan yang memiliki potensi pertanian yang baik, seperti Grabag dan Kaligesing tetap menunjukkan tingkat migrasi keluar yang relatif stabil. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lebih memilih untuk bertahan dan mengoptimalkan potensi lokal mereka.
Pada tahun 2023, terlihat adanya penurunan pada angka migrasi keluar di sebagian besar kecamatan, salah satunya di Kecamatan Purworejo yang mengalami penurunan cukup tinggi. Penurunan ini dapat diinterpretasikan sebagai adanya perubahan dalam kondisi sosial ekonomi yang lebih baik sehingga mendorong penduduk untuk tetap tinggal dan berkontribusi pada pengembangan kecamatan tersebut. Sementara itu, Kecamatan Loano dan Pituruh menunjukkan angka yang lebih tinggi sehingga mencerminkan potensi wisata atau agraris yang menarik bagi pendatang baru dan mempertahankan penduduk lama (Anas, 2022). Secara keseluruhan, angka migrasi keluar di Kabupaten Purworejo dari tahun 2020 hingga 2023 menunjukkan dinamika kompleks. Potensi ekonomi sangat mempengaruhi keputusan migrasi, seperti sumber daya alam dan infrastruktur.
KESIMPULAN
Pola migrasi masuk dan keluar di Kabupaten Purworejo dari tahun 2020 hingga 2023 menunjukkan dinamika yang kompleks. Angka tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya dampak pandemi COVID-19. Angka migrasi masuk mengalami fluktuasi, dengan peningkatan pesat pada tahun 2022. Kecamatan Ngombol dan Purwodadi mencatat angka migrasi masuk tertinggi sehingga mencerminkan pulihnya perekonomian dan meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk bermigrasi. Di sisi lain, angka migrasi keluar juga berfluktuasi, dengan kecamatan Ngombol dan Purwodadi yang menunjukkan peningkatan pada tahun 2022, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2023. Hal ini
menandakan perbaikan kondisi sosial ekonomi yang membuat penduduk cenderung untuk bertahan. Perubahan ini mengindikasikan bahwa meskipun dampak COVID-19 mulai mereda, faktor-faktor seperti peluang kerja, infrastruktur, dan potensi lokal tetap menjadi pertimbangan utama dalam keputusan migrasi penduduk di wilayah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan kesempatan kerja di Kabupaten Purworejo agar dapat menarik lebih banyak migran dan mempertahankan penduduk yang ada. Selain itu, pemerintah daerah disarankan untuk merancang kebijakan migrasi yang adaptif dengan tetap mempertimbangkan dinamika sosial ekonomi dan potensi lokal guna mendukung perkembangan wilayah secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, S. M., dan Samosir, O. B. (2011). Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Salemba Empat.
Anas, A. (2022). Analisis Potensi Wisata pada Desa Kemejing, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo dalam Pengembangan Ekonomi Desa (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).
Anjani, K. S., Pradana, H. R. P., dan Hartanto, Y. T. (2021). Kebijakan Migrasi dan Overstay pada Masa Pandemi COVID-19 pada Tata Kelola Keimigrasian di Indonesia. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,21(3), 1188-1196.
Budianto, A. (2020). Ketegangan Sosial di Lampung Akibat Program Transmigrasi di Era 1950-an.Jurnal Candi,20(1), 18-31.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. (2021). Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2020. Purworejo: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. (2022). Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2021. Purworejo: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. (2023). Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2022. Purworejo: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. (2024). Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Purworejo Tahun 2023. Purworejo: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo.
Drakakis, D. W., and Smith. (2000).Third World Cities. Edisi Kedua. London: Routledge.
Karimah, D. (2018). Kebijakan Djawatan Transmigrasi dalam Pelaksanaan Transmigrasi Purworejo Tahun 1953-1958.Ilmu Sejarah-S1,3(3).
Lee, E. S. (1970). A Theory of Migration. in Demko, G. J., Rose, H. M., and Schnell, G. A.
(eds),Population Geography: A Reader. 228-298.
Pacione, M. (2001).Urban Geography: A Global Perspective. London: Routledge.