• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas artikel - KESANTUNAN BERBAHASA PADA MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN DARING

N/A
N/A
th hey

Academic year: 2023

Membagikan "tugas artikel - KESANTUNAN BERBAHASA PADA MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN DARING"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KESANTUNAN BERBAHASA PADA MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN DARING

Abstrak: Kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran penting untuk diterapkan di lingkungan belajar. Sopan santun dapat dilakukan secara online maupun saat proses pembelajaran tatap muka. Hal ini dimaksudkan agar peserta bahasa dapat menerima dan memahami maksud lawan bicaranya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesantunan berbahasa siswa yang belajar online. Untuk hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap mahasiswa selama kegiatan pembelajaran daring baik melalui Google classroom, Whatsapp, maupun Zoom masih banyak ditemukan penggunaan bahasa yang mengabaikan sikap kesantunan, baik berkomunikasi dengan dosen maupun saat berdiskusi. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji apa yang menjadi penyebab kurangnya kesantunan berbahasa, menentukan waktu yang tepat untuk menerapkan kesantunan berbahasa, pentingnya kesantunan berbahasa dan cara beradaptasi dalam penerapan kesantunan berbahasa mahasiswa pada saat pembelajaran daring yang baik dan benar.

Pengamatan menunjukkan bahwa dalam kegiatan online kesopanan atau moralitas siswa kurang efektif karena siswa hanya tertarik pada kepentingan pribadi tampak bahwa penelitian ini cukup penting untuk dilakukan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kesantunan berbahasa tidak hanya dipraktikkan dalam pembelajaran tatap muka, tetapi kesantunan juga penting meskipun pembelajaran dilakukan secara online agar peserta berbicara dapat menerima, dan memahami maksud orang lain.

Kata kunci : Kesantunan berbahasa, Daring, Online, Mahasiswa

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

(2)

Kesantunan berbahasa sangat diperlukan, karena salah satu penyebab terjadinya kekerasan atau pertengkaran berawal dari kesantunan berbahasa yang digunakan seseorang. Seringkali, orang merasa tersinggung dan terganggu oleh bahasa yang digunakan oleh seseorang atau orang lain, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pertengkaran.

Pemberian informasi tentang pembelajaran memerlukan mediasi dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak zaman dahulu pada masa awal kehidupan manusia. Bahasa, baik linguistik maupun nonlinguistik, merupakan bagian penting dalam pembelajaran komunikasi. Dalam pembelajaran, bahasa merupakan penentu keberhasilan kegiatan tersebut. Bahasa menjadi alat penyampai sehingga pembelajaran mencapai suatu titik tertentu sebagai suatu kompetensi yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215 negara di seluruh dunia, pandemi menghadirkan tantangan unik bagi lembaga pendidikan, terutama universitas. Bentuk perkuliahan yang dapat dijadikan solusi dalam masa pandemi covid-19 adalah pembelajaran daring. Menurut (Kuntarto, E. (2017) Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran melalui bantuan internet. Penggunaan teknologi mobile seperti smartphone atau ponsel Android, laptop, komputer, tablet dan iPhone telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi institusi pendidikan, termasuk pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh. Kita juga dapat menggunakan berbagai media untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran online. Misalnya kelas virtual menggunakan Google Classroom, Zoom, Whatsapp, Telegram dan masih banyak aplikasi lainnya.

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap kegiatan pembelajaran online melalui Google Classroom, Zoom, WhatsApp, dan Telegram sejak awal pembelajaran online hingga saat ini menunjukkan bahwa masih banyak penggunaan bahasa yang kasar, kurang baik dalam

(3)

komunikasi maupun dalam diskusi dengan dosen, serta pembelajaran daring membuat mahasiswa sulit memahami apa yang mereka pelajari karena kesalahan dalam memilih gaya bahasa.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini tampaknya menjadi sangat penting. Hal ini didasari bahwa santun dalam berbahasa tidak hanya dilakukan dalam pembelajaran tatap muka saja, tetapi juga agar mahasiswa dapat saling menerima dan memahami maksud sebuah tuturan. Selain itu, dari hasil kajian penelitian relevan tampak bahwa peneliti sebelumnya belum ada yang melakukan penelitian terkait dengan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran daring, sehingga penelitian ini menarik untuk diulas secara mendalam melalui sebuah penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa mahasiswa kurang memiliki kesantunan berbahasa saat belajar online?

1.2.2 Kapan kita menggunakan bahasa yang baik dan benar selama pembelajaran daring berlangsung?

1.2.3 Apa manfaat kesantunan berbahasa dalam pembelajaran daring?

1.2.4 Bagaimana adaptasi mahasiswa dalam menerapkan kesantunan berbahasa yang baik dan benar dalam pembelajaran online?

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1. Untuk menganalisis alasan penyebab kurangnya kesantunan berbahasa mahasiswa saat pembelajaran daring.

1.3.2. Untuk menganalisis waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk menerapkan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran online mereka

1.3.3. Untuk Menentukan pentingnya kesantunan berbahasa dalam pembelajaran online.

(4)

1.3.4. Untuk meneliti cara mahasiswa beradaptasi dalam menerapkan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran daring yang baik dan benar.

2. Kerangka Teoretis

2.1. Kesantunan berbahasa

Kesantunan atau yang biasa disebut tatakrama merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat atau disepakatioleh perilaku sosial (Muslich, 2009). Penggunaan kata- kata yang santun atau santun, halus, ramah, dan selalu menghormati lawan bicara tercermin dari kesantunan kata-kata tersebut. Kesantunan berbahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kemampuan berbahasa setiap individu. Jika seseorang selalu berbicara bahasa yang baik dan selalu sopan dalam bahasanya, maka orang tersebut akan memiliki kepribadian yang sangat baik. Kepribadian seseorang itu buruk, salah satunya bisa disebabkan oleh seseorang yang selalu kasar dan kasar.

Kesantunan adalah apa yang kita lakukan ketika kita berbicara, dan bertindak dan bertindak dengan baik. Kesopanan itu semua berasal dari kebiasaan berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seorang pembicara berbicara dengan seseorang, pembicara harus memperhatikan atau beradaptasi dengan bahasa pembicara lain, terlepas dari apakah pembicara dapat menggunakan kata atau frasa dengan pembicara lain.

Ketika mereka hidup dalam lingkungan yang buruk dalam hidup mereka, perilaku buruk dan perilaku buruk juga lahir. Namun, saat manusia terbiasa dengan lingkungan yang baik dalam hidup manusia, sopan santun dan tata krama manusia akan meningkat. Saat berbicara, kita perlu menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Kesopanan digunakan untuk menghindari kesalah pahaman ketika berhadapan dengan orang. Tujuan utama dari kesantunan berbahasa adalah untuk memfasilitasi komunikasi.

(5)

Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang secara sengaja membingungkan, atau enggan kepada orang tua karena itu tidak mengatakan yang sebenarnya juga merupakan ketidaksantunan berbahasa.

Tatacara berbahasa seseorang dipengaruhi oleh norma budaya, suku, atau kelompok masyarakat tertentu. Tata cara Jawa berbeda dengan tata cara Batak, tetapi keduanya berbahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa budaya yang berakar pada manusia mempengaruhi pola kebahasaannya. Oleh karena itu, perlu mempelajari atau memahami norma-norma budaya sebelum atau di samping mempelajari suatu bahasa. Karena proses kebahasaan yang mengikuti norma budaya menghasilkan kesantunan berbahasa.

Penggunaan prinsip kesopanan dalam berbahasa. Prinsip ini ditandai dengan memaksimalkan kegembiraan, minat, rasa hormat , pujian, kecocokan, kasih sayang terhadap orang lain, dan meminimalkan hal-hal tersebut pada diri kita sendiri. Dengan menerapkan prinsip kesopanan keenam maksimnya, yaitu (1) maksim kebijaksanaan; (2) maksim kedermawanan, (3) maksim penghargaan; (4) maksim kemufakatan; dan (5) maksim kesimpatian. Dengan menerapkan prinsip kesopanan ini, orang tidak lagi menggunakan ungkapan yang menghina orang lain dalam situasi yang memudahkan komunikasi.

2.2. Pembelajaran daring

Perkembangan teknologi informasi membawa dampak yang besar terhadap perubahan di segala bidang, termasuk pendidikan. Teknologi dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang dapat digambarkan sebagai transisi dari metode tradisional ke modern.

Pembelajaran online bukanlah pembelajaran tatap muka, melainkan sistem pembelajaran yang memanfaatkan platform, untuk mendukung proses belajar mengajar walaupun dari jarak jauh.

(6)

Pentingnya peran seorang pendidik dalam pembelajaran online adalah untuk mengajarkan mahasiswa dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memperbarui informasi, menciptakan lingkungan belajar yang interaktif, dan memberikan nilai lulusan. Untuk keberhasilan proses pembelajaran daring, dukungan berbagai pihak terutama pemerintah, dosen, mahasiswa, orang tua, dan lingkungan mahasiswa, harus menjaga keberhasilan proses pembelajaran daring..

.

2.3. Mahasiswa

Mahasiswa adalah generasi yang bisa mengubah negara menjadi lebih baik. Keinginan mahasiswa untuk menempuh pendidikan tinggi dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan kedudukan yang tinggi di masyarakat.

Hal ini dapat tercapai jika proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kaidah, peraturan dan norma lingkungan akademik. Perguruan tinggi bertanggung jawab untuk menghasilkan lulusan terbaik baik di bidang akademik maupun non-akademik, dengan tujuan membangun kepribadian yang sangat baik.Menurut Sarwono, mahasiswa adalah setiap orang yang secara terdaftar untuk mengikuti pelajaran di sebuah perguruan tinggi dengan batasan umur sekitar 18 – 30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya, karena adanya ikatan dengan suatu perguruan tinggi.

Mahasiswa berperan sebagai agen perubahan. Singkatnya, mahasiswa memperhitungkan pengetahuan, ide dan pengetahuan yang berbeda dan mendorong seluruh masyarakat untuk bergerak dan membuat perubahan yang lebih baik. Mahasiswa tidak lagi diam atau peduli dengan negara dan permasalahannya. Karena mahasiswa adalah titik kebangkitan negara dan bangsa.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Hasil Penelitian

(7)

Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa tuturan mahasiswa selama pembelajaran daring berlangsung, peneliti menemukan beberapa tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan berbahasa. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam pembelajaran daring meliputi: (1) maksim kebijaksanaan; (2) maksim kedermawanan, (3) maksim penghargaan; (4) maksim kemufakatan; dan (5) maksim kesimpatian.

a. Maksim kebijaksanaan (pematuhan)

- Penutur : Selamat pagi Bu, mohon maaf sebelumnya, bisa kah saya mengirimkan tugas melalui WA saja Bu? Saya tidak dapat membuka elena karena terkendala jaringan.

- Lawan tutur : Iya silahkan, bisa dikirim lewat WA saja.

Konteks tuturan yang terdapat pada data di atas terdapat dalam maksim kebijakan dari aspek ketaatan. Komunikasi antara mahasiswa dengan dosen dilakukan sebagai pidato yang muncul. Mahasiswa tersebut ingin mengirim tugas melalui WhatsApp karena pembatasan jaringan yang membuat Elena tidak dapat dikirim. Kemudian instruktur merespon dengan mempersilahkan siswa untuk mengirimkan tugas melalui WA.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa data tersebut merupakan tuturan yang bersifat santun dalam berbahasa. Kesantunan terlihat dari maksim kebijaksanaan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa yang mengizinkan mengirim tugas melalui WA. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan pendapat Wahidah dan Wijaya (2017) bahwa seseorang yang berpegang pada maksim kebijaksanaan, ia dapat dapat terhindar dari rasa iri, dengki, dan kasar terhadap lawan bicara.

b. Maksim Kedermawanan (Pematuhan)

- Penutur: Ok, saya akan membantu jawaban dari pertanyaan kelompok 5. Hubungan bahasa dan komunikasi ialah…. Bagaimana dengan jawabannya, apakah setuju?

(8)

- Lawan tutur: Baik, saya setuju dengan jawabanya. Terima kasih Konteks tuturan yang terdapat pada data di atas termasuk dalam maksim kedermawanan dari aspek pematuhan. Sebagaimana tuturan yang tampak pada data tersebut terjadi komunikasi antara mahasiswa dalam kegiatan diskusi melalui WA. Tuturan tersebut tampak dari salah seorang peserta diskusi yang ingin membantu kelompok 5 untuk menjawab pertanyaan dari peserta diskusi yang lain karena kelompok 5 tidak bisa menjawaban secara detail.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa tuturan tersebut bersifat santun dalam berbahasa. Kesantunan tersebut tampak dari maksim kedermawanan karena salah seorang mahasiswa memiliki rasa empati untuk membantu rekan yang kesulitan menjawab.

c. Maksim penghargaan

- Penutur : Selamat siang. Saya ingin bertanya, bagaimanakah cara cicak beradaptasi?

- Lawan tutur: Baik, saya akan menjawab pertanyaan yang diberikan.

Cicak memiliki adaptasi tingkah laku yaitu ketika bertemu dengan pemangsanya… Sekian jawaban saya, terima kasih.

- Penutur: Baik, terima kasih atas jawabannya, sudah sangat jelas dan rinci.

Konteks tuturan yang terdapat pada data di atas termasuk dalam maksim penghargaan dari aspek pematuhan. Sebagaimana tuturan yang tampak pada data tersebut terjadi komunikasi antara mahasiswa dalam kegiatan diskusi melalui zoom. Tuturan tersebut tampak dari peserta diskusi yang mengajukan pertanyaaan kepada kelompok penyaji terkait dengan materi yang didiskusikan dan secara langsung direspons oleh penyaji dengan memberikan jawaban.

Selanjutnya, peserta diskusi tersebut menerima jawaban karena sudah diuraikan dengan baik oleh kelompok penyaji.

d. Maksim kemufakatan

(9)

Pematuhan

- Penutur: Sesuai dengan kontrak perkuliahan yang saya jelaskan tadi, apakah semua setuju?

- Lawan tutur: Maaf Bu, izin memberikan tanggapan, jika terjadi pemadaman listrik apakah ada keringanan?

- Penutur: Ya, ada, tapi konfirmasi / izin lewat komting aja ya.

- Lawan tutur: Semua mahasiswa serentak menjawab sepakat.

Konteks tuturan yang terdapat pada data di atas termasuk dalam maksim kemufakatan dari aspek pematuhan. Sebagaimana tuturan yang tampak pada data tersebut terjadi komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan diskusi melalui aplikasi zoom.

Tuturan tersebut tampak dari dosen yang meminta tanggapan mahasiswa terkait dengan penyampaian kontrak perkuliahan yang disampaikan. Namun salah satu mahasiswa menanggapi dengan menggunakan bahasa yang santun untuk mengajukan keringanan kontrak. Selanjutnya, dosen kembali mempersilakan mahasiswa untuk menanggapi dan semuanya menyatakan setuju. Dari konteks tersebut tampak bahwa mahasiswa memberikan tanggapan secara santun.

Kesantunan tersebut tampak dari maksim kemufakatan antara dosen dan mahasiswa dalam peraturan kontrak kuliah tentang kehadiran Pelanggaran

- Penutur: Sekian jawaban dari kelompok kami, apakah bisa diterima?

- Lawan tutur: Maaf, saya masih belum bisa menerima jawaban yang diberikan, jawaban dari saudara belum menjawab inti pertanyaan saya.

Konteks tuturan yang terdapat pada data di atas termasuk dalam maksim kemufakatan dari aspek pelanggaran. Sebagaimana tuturan yang tampak pada data tersebut terjadi komunikasi antara mahasiswa dalam kegiatan diskusi melalui google classroom. Tuturan tersebut tampak dari peserta diskusi yang tidak bisa menerima jawaban dari kelompok pemateri. Dari konteks tersebut tampak

(10)

bahwa salah seorang peserta diskusi memberikan tanggapan kurang santun. Sebaiknya, peserta diskusi tidak secara langsung menyalahkan jawaban dari pemateri.

Dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut merupakan tuturan yang bersifat kurang santun dalam berbahasa. Kesantunan tersebut tampak dari pelanggaran maksim kemufakatan antara pemateri dengan peserta diskusi dan antara mahasiswa terhadap dosen. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan temuan Cahyaningrum, Andayani, & Setiawan (2018) tentang maksim kemufakatan antara penutur dalam proses komunikasi. Hal tersebut tampak ketika siswa melakukan kegiatan diskusi yang saling menyepakati jawaban antara pemateri dan peserta diskusi.

e. Maksim kesimpatian (pematuhan)

- Penutur: Selamat pagi, Pak. Saya izin untuk tidak menggunakan virtual background karena kamera saya tidak memadai. Terima kasih.

- Lawan tutur: Ya, tidak apa-apa, silakan.

Konteks tuturan yang terdapat pada data di atas termasuk dalam maksim kesimpatisan dari aspek pematuhan. Sebagaimana tuturan yang tampak pada data tersebut terjadi komunikasi antara mahasiswa dan dosen melalui pesan Whatsapp. Tuturan tersebut tampak dari mahasiswa yang menyampaikan permohonan maaf tidak dapat menggunakan virtual background zoom dikarenakan kamera yang kurang memadai. Dalam konteks ini, tampak bahwa mahasiswa merespons dengan sopan dan dosen merespon dengan simpatik. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (2015) bahwa kesantunan dalam berbahasa memperhitungkan perasaan orang lain tentang bagaimana mereka diperlakukan secara bijaksana dan dapat saling memahami.

3.2. Pembahasan

3.2.1 Kurangnya kesantunan berbahasa mahasiswa saat pembelajaran daring

(11)

Dalam pembelajaran online, adab dan kesantunan pembelajar seringkali tidak mencerminkan sopan santun dan etika. Hal ini dikarenakan mahasiswa hanya tertarik pada kepentingan individualistis yang tidak mereka sadari dan mengabaikan lingkungan.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa mahasiswa tidak santun berbahasa saat pembelajaran daring:

a. Melakukan kegiatan lain seperti makan dan minum serta tidur saat pembelajaran daring berlangsung.

b. Banyak mahasiswa yang tidak fokus saat berlangsungnya pembelajaran daring dan melakukan kegiatan lain, seperti mendengarkan musik, membuka media sosial, dan bermain game.

c. Kurangnya mahasiswa dalam menguasai kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3.2.2 Waktu penerapan kesantunan dalam pembelajaran daring

Pembelajaran bagi mahasiswa tentunya memiliki batasan waktu, tergantung ketentuan waktu dari mata kuliah yang disepakati. Dalam pembelajaran daring, waktu yang ditentukan per mata kuliah, misalnya, sekitar 60 menit untuk satu mata kuliah, dan setiap siswa harus mematuhi kontrak mata kuliah yang disepakati bersama oleh mahasiswa dengan dosen.

Ada pedoman waktu lain yang harus diperhatikan mahasiswa dalam menerapkan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran daring termasuk :

a. Waktu untuk menghubungi dosen yaitu pada saat jam kerja mulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00.

Mahasiswa tidak diperkenankan untuk menghubungi

(12)

dosen pada saat malam hari dan saat hari libur karena dapat mengganggu jam istirahat dosen.

b. Apabila mahasiswa ingin bertemu atau menelfon dengan dosen dengan alasan untuk berkonsultasi terhadap mata kuliah yang bersangkutan, maka mahasiswa harus membuat kesepakatan terlebih dahulu terhadap dosen.

3.2.3 Pentingnya mahasiswa menjaga kesantunan berbahasa dalam pembelajaran daring

Dalam pembelajaran online, pola komunikasi antara mahasiswa dengan dosen tentunya tidak sama dengan pendidikan tatap muka. Hal ini dikarenakan media yang digunakan berbeda dan proses pembelajaran online membutuhkan kesopanan.

Kesantunan belajar memiliki dua perspektif: situasi dan dialog.

Oleh karena itu, proses pembelajaran harus menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara. Kesantunan komunikasi didasarkan pada pengetahuan, aturan dan norma. kesantunan komunikasi selalu dihormati. Kemudian kita mendapatkan kepercayaan dan rasa syukur. (Sediyaningsih, Sri. 2017).

Kesantunan berbahasa yang baik merupakan komponen utama dalam sikap kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa yang baik, dapat menanamkan budaya kesantunan berbahasa, dan pembelajaran Daring dapat berhasil

3.2.4 Kiat beradaptasi dengan kesantunan berbahasa pada pembelajaran daring

Kebiasaan interaksi mahasiswa dalam pembelajaran online sangat rendah, dan sebagian mahasiswa tersebut belum menguasai materi dan penggunaan aplikasi pembelajaran digital.

Misalnya, Zoom, Google Meet, Elena. Di satu sisi, beberapa

(13)

siswa tidak ingin mempelajari bagaimana menggunakan aplikasi pembelajaran tersebut.

Berikut adalah beberapa cara siswa dapat beradaptasi dengan kesantunan yang baik dan benar saat belajar bahasa online:

a. Gunakan ucapan yang sopan saat bertanya atau berbicara dengan instruktur yang tepat terhadap dosen.

b. Membaca informasi dalam kelompok penelitian dan interaksi antar mahasiswa.

c. Jangan memotong pembicaraan saat belajar daring.

d. Mintalah kepada dosen dalam bahasa sederhana jika melihat apakah ada poin yang tidak jelas.

4 Penutup

4.2 Simpulan

Karena kesantunan adalah aturan perilaku yang ditentukan dan disepakati bersama oleh komunitas tertentu, kesantunan juga merupakan prasyarat untuk perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut dengan “cara”. Kesantunan verbal tercermin dalam cara kita berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat lisan atau prosedur verbal.

Dalam berkomunikasi, kita harus berpegang pada norma budaya, bukan untuk menyampaikan apa yang kita pikirkan. Tata cara berbahasa harus konsisten dengan faktor budaya yang ada dalam masyarakat tempat mereka tinggal dan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Ketika setting kebahasaan seseorang tidak sesuai dengan norma budaya, mereka menerima nilai negatif atau bahkan dianggap tidak beradab.

Dalam pembelajaran daring mahasiswa juga harus menjaga kesantunan berbahasa terhadap teman maupun dosen. Jika ada mahasiswa yang ingin mengajukan pertanyaan kepada pengajar, silakan bertanya dengan bahasa yang sopan. Kami akan menghubungi dosen selama jam kerja agar tidak mengganggu waktu istirahat dosen. Juga, berbicaralah dengan sopan, bahkan jika Anda tidak berkomunikasi langsung dengan dosen.

(14)

Daftar Pustaka

Basri, Merri Silvia, Hilma Safitri, and M. Nur Hakim. "Kesantunan Berbahasa: Studi pada Pembelajaran Daring." Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra 7.1 (2021): 242-248.

Wicaksono, L. (2016). Bahasa dalam komunikasi pembelajaran. Jurnal Pembelajaran Prospektif, 1(2).

Wintarsih, S. P. (2019). PENTINGNYA KESANTUNAN BERBAHASA BAGI MAHASISWA. METAMORFOSIS| Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 12(1), 61-64.

Fitriyani, Y., Fauzi, I., & Sari, M. Z. (2020). Motivasi belajar mahasiswa pada pembelajaran daring selama pandemik covid-19. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 6(2), 165-175.

Mislikhah, S. (2020). Kesantunan berbahasa. Ar-Raniry, International Journal of Islamic Studies, 1(2), 285-296.

Andianto, M. R., Muti'ah, A., Rijadi, A., Wuryaningrum, R., & Purnomo, B.

E. (2020). Pembelajaran Kesantunan Berbahasa di Era Menuju Indonesia Emas. Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, 9(1), 23-36.

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena kurangnya kesantunan berbahasa pada percakapan siswa dengan guru di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta masih terbilang tinggi, baik kesantunan waktu bertutur

Penelitian ini mengkaji kesantunan berbahasa politisi, wujud tuturan, fungsi tuturan, dan pamanfaatan hasil analisis kesantunan berbahasa sebagai bahan ajar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana realisasi tindak kesantunan berbahasa serta penerapan prinsip kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh tenaga

Hasil penelitian ini (1) Perencanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar dilakukan oleh guru

Guru di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar sudah menerapkan pembelajaran kesantunan yang terlihat pada saat guru bertutur kata (berbahasa) dalam melakukan

Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk memaparkan bentuk kesantunan berbahasa yang digunakan pembantu terhadap majikan. Suatu tuturan yang mengandung unsur

Simpulan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi menurut pandangan Prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan membahas tentang kesantunan berbahasa dalam wacana WhatsApp WA mahasiswa terhadap dosen program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra