Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas besar Perencanaan Jaringan Irigasi dan Kanal ini untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian mata kuliah Teknik Irigasi dan Pengairan. di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Irigasi dan Pengelolaan Air, Bapak Dr. Untuk merencanakan suatu jaringan irigasi diperlukan perencanaan dan perhitungan yang matang agar memenuhi persyaratan teknis dan dapat digunakan bertahun-tahun tanpa air mengalir ke sawah.
Dengan demikian, penugasan desain irigasi ini akan menjelaskan secara sistematis dan rinci perencanaan jaringan irigasi yang memenuhi persyaratan teknis tersebut. Penggolongan jaringan irigasi dilihat dari cara pengaturannya, cara pengukuran debit airnya, dan sarananya, terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu. Pada jaringan irigasi sederhana, pendistribusian air tidak diukur atau diatur sehingga kelebihan air akan dialirkan ke saluran pembuangan.
Pada jaringan irigasi semi teknis, struktur bendungan terletak di dalam sungai lengkap dengan pintu masuk tanpa bangunan pengukur di bagian hilir. Salah satu prinsip jaringan irigasi teknis adalah adanya pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuangan/terminasi. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas merupakan cara yang paling efisien dalam memanfaatkan air dengan memperhatikan waktu menurunnya persediaan air dan kebutuhan petani.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan pengukuran aliran, pendistribusian air irigasi, dan pembuangan air dengan lebih efisien.
Kebutuhan Air Irigasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman
Cuaca dapat digunakan untuk merasionalkan penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat bergantung pada jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari. Untuk menentukan tahun/periode dasar rancangan irigasi, data curah hujan harus dikumpulkan selama jangka waktu yang mungkin. Selain data curah hujan, perlu juga diteliti evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam penyinaran matahari dan kelembaban udara.
Lahan yang baik bagi usaha pertanian adalah lahan yang mudah digarap, produktif dan subur. Tanah yang baik memungkinkan akar tanaman tumbuh dengan mudah, memberikan sirkulasi air dan udara yang baik pada daerah perakaran, serta mempunyai persediaan unsur hara dan kelembaban tanah yang relatif cukup.
Kebutah air tanaman
Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian dalam mmHg Pu = Tekanan uap aktual dalam mmHg. Faktor iklim yang mempengaruhi tingkat transpirasi adalah intensitas penyinaran matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin. Evapotranspirasi adalah peristiwa keluarnya uap air di udara dari permukaan tanah, permukaan air dan penguapan melalui tumbuhan.
Evapotranspirasi sering juga disebut dengan kebutuhan konsumtif tumbuhan, yaitu banyaknya air yang menguap dari permukaan areal tumbuhan bersama dengan air yang keluar dari tubuh tumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari yang saling berkaitan.
Efisiensi Irigasi
Jumlah air yang dikeluarkan dari struktur keran ke daerah irigasi kehilangan air selama drainase. Efisiensi penggunaan adalah perbandingan antara jumlah air yang dapat tertahan di daerah perakaran pada saat penyiraman dan jumlah air yang dialirkan ke daerah irigasi. Jika terjadi kekurangan air yang parah, jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi kembali kelembaban tanah pada daerah perakaran adalah Asp (air simpanan penuh) dan air yang disuplai adalah Adk, maka efisiensi penyimpanannya adalah.
Pola Tanam dan Sistem Golongan 1) Pola Tanam
Kebutuhan Air 1. Penyiapan Lahan
Penggunaan Konsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang digunakan tanaman untuk proses fotosintesis tanaman. Penggunaan konsumtif dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Koefisien padi dan palawija menurut Prosida dan FAO dapat dilihat pada tabel berikut.
Perkolasi
Penggantian Lapisan Air
Debit Andalan
Debit Saluran
Perencanaan Pintu Sorong
Perencanaan Jaringan Irigasi 1. Data yang Diperlukan
Perencanaan Jaringan Tersier
Bentuk plot adalah empat segi atau hampir dengannya dengan nisbah antara lebar dan panjang yang berbeza-beza antara 1:1.5.
Perancanaan Jaringan Utama Perencanaan jaringan utama terdiri dari
Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan Tahap-tahap pelaksanaan perencanaan yaitu
Setiap areal suatu petak harus dapat memanfaatkan air dan membuang kelebihan air dengan baik, oleh karena itu bangunan terletak pada tingkat yang lebih rendah. Nama saluran utama diambil dari nama desa yang mendapat pengairan dari saluran utama. Kanal sekunder diberi nama sesuai nama desa yang menerima layanan irigasi dari kanal tersebut.
Bangunan perlintasan seperti gorong-gorong, talang, bangunan air terjun dan sejenisnya diberi nama sesuai dengan nama bagian saluran dimana bangunan tersebut berada dan dilengkapi dengan indeks a, b, c, dan seterusnya. Petak tersier diberi nama sesuai nama bangunan drainase tempat pengambilan air dan diberi kode di kanan, kiri, atau tengah. Penghitungan luas permukaan saluran tersier dimaksudkan untuk selanjutnya menghitung kebutuhan air per petak tersier, sehingga dapat ditentukan dimensi saluran tersier.
Dimensi Saluran
Data Klimatologi
Temperatur (t)
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Penyinaran Matahari (n/N)
Kelembaban Udara (RH)
Kecepatan Angin (U)
Data Curah Hujan
Analisa Hidrologi
- Perhitungan Evapotranspirasi
Nilai Ra diperoleh dengan terlebih dahulu mengkonversi nilai 01°31' (koordinat lintang selatan, LS°) ke dalam bentuk desimal.
Nilai Rs
Nilai Rns
Fungsi Temperatur, f(t) ;
Fungsi Tekanan Uap Aktual, f(ed) ;
Fungsi Penyinaran Matahari , f(n/N) ;
- Perhitungan Curah Hujan Efektif Pada Tanaman
- Perhitungan Kebutuhan Air
- Perhitungan Debit Saluran
- Saluran Primer (SPk 1/Saluran Primer Karaopa 1) Q = Eff primer x Eff A x NFR sekunder x Eff tersier
- Perhitungan Dimensi Saluran
Perhitungan curah hujan efektif ini diambil dari harga curah hujan bulanan dari stasiun pencatat hujan yaitu Stasiun Iklim BMKG Maros, Sulawesi Selatan. Untuk memperoleh tahun dasar perencanaan, jumlah curah hujan diurutkan dari nilai terendah hingga tertinggi. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk menghitung curah hujan efektif untuk tanaman padi adalah tahun ke-3 pada tabel di atas yaitu tahun 2010.
Data yang digunakan untuk menghitung curah hujan efektif untuk tanaman palawija adalah tahun ke 6 pada tabel diatas yaitu tahun 2011. Perhitungan berikut disajikan dalam bentuk tabel 4.3. sebagai berikut: Pemeringkatan data curah hujan bulanan dari 10 tahun pengamatan. Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut: NFR = IR – Re. Kebutuhan air irigasi pada intake port pada masa persiapan lahan adalah sebagai berikut.
Luas irigasi = 1267,5 ha pada bulan November periode I. 2) Kebutuhan air pada saat tanam tanaman padi (Desember periode 2) Eto. Luas irigasi = 462,75 ha pada bulan November periode I. Maka kebutuhan air irigasi pada pelabuhan masuk seluas 1267,5 ha per bulan adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air sawah dari tabel tersebut, NFR maksimal adalah 0,96 l/detik/ha, sehingga berdasarkan hasil tersebut debit saluran primer dan saluran sekunder dapat mengalirkan air tersebut ke saluran pengangkut. sawah dihitung. Perhitungannya adalah sebagai berikut.
Mengetahui harga-harga di atas, kita bisa menghitung dimensinya dengan menggunakan rumus trial and error sebagai berikut.