• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS KELOMPOK 4 AKREDITASI DAN MANAJEMEN INFORMASI

N/A
N/A
Mayda Allya Putri

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS KELOMPOK 4 AKREDITASI DAN MANAJEMEN INFORMASI "

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK 4

AKREDITASI DAN MANAJEMEN INFORMASI

Dosen Pengampu : Elise Garmelia, S.sos, SKM, M.Si, PhD

Disusun Oleh:

Afrida Isya Raddiya (P1337437121017) Anindita Setyaningrum (P1337437121047) Arinda Putri Utami (P1337437121046)

Mayda Allya Putri (P1337437121042) Nabila Setiananda (P1337437121015) Nur Alfiani (P1337437121018) Regita Nur Aulia P. (P1337437121013) Salsabila Dwi Herwita (P1337437121010)

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2023

(2)

Patient Centered Care (PCC)

No.

Standar

Standar Sub Standar Jumlah Elemen Penilaian

Keterangan

1. Akses dan Kesinambungan

Pelayanan (AKP)

AKP 1 4 a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi akses dan kesinambungan pelayanan (AKP) meliputi poin a) – f) pada gambaran umum.

b. Rumah sakit telah menerapkan proses skrining baik didalam maupun di luar rumah sakit dan terdokumentasi.

c. Ada proses untuk memberikan hasil pemeriksaan diagnostik kepada tenaga kesehatan yang kompeten/terlatih untuk bertanggung jawab menentukan apakah pasien akan diterima, ditransfer, atau dirujuk.

d. Bila kebutuhan pasien tidak dapat

dipenuhi sesuai misi dan sumber daya yang ada, maka rumah sakit akan merujuk atau membantu pasien ke fasilitas pelayanan yang sesuai kebutuhannya.

AKP 1.1 3 a. Proses triase dan pelayanan

kegawatdaruratan telah diterapkan oleh staf yang kompeten dan bukti dokumen

kompetensi dan kewenangan klinisnya tersedia.

b. Staf telah menggunakan kriteria triase berbasis buktiuntuk memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya.

c. Pasien darurat dinilai dan distabilkan sesuai kapasitasrumah sakit sebelum ditransfer ke ruang rawat atau dirujuk dan

didokumentasikan dalam rekam medik.

AKP 1.2 4 a. Rumah sakit telah melaksanakan skrining pasien masuk rawat inap untuk menetapkan kebutuhan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif, pelayanan khusus / spesialistik atau pelayanan intensif.

b. Rumah sakit telah menetapkan kriteria masuk dan kriteria keluar di unit pelayanan

(3)

khusus/spesialistik menggunakan parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis fisiologis dan terdokumentasikan di rekam medik.

c. Rumah sakit telah menerapkan kriteria masuk dan kriteria keluar di unit pelayanan intensif menggunakan parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis fisiologis dan terdokumentasikan di rekam medik.

d. Staf yang kompeten dan berwenang di unit pelayanankhusus dan unit pelayanan intensif terlibat dalam penyusunan kriteria masuk dan kriteria keluar di unitnya.

AKP 1.3 2 a. Pasien dan atau keluarga diberi informasi jika ada penundaan dan atau keterlambatan pelayanan beserta alasannya dan dicatat di rekam medik.

b. Pasien dan atau keluarga diberi informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan klinis pasien dan dicatat di rekam medik.

AKP 2 4 a. Rumahsakit telah menerapkan proses penerimaan pasien meliputi poin a) – f) pada maksud dan tujuan.

b. Rumahsakit telah menerapkan sistim pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap baik secara offline maupun secara online dan dilakukan evaluasi dan tindak lanjutnya.

c. Rumahsakit telah memberikan informasi tentang rencana asuhan yang akan diberikan, hasil asuhan yang diharapkan serta perkiraan biaya yang harus dibayarkan oleh pasien/keluarga.

d. Saat diterima sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga mendapat edukasi dan orientasi tentang ruang rawat inap.

AKP 2.1 4 a. Rumah sakit telah melaksanakan pengelolaan alur pasien untuk

menghindari mencakup poin a) – g) pada maksud dan tujuan.

b. Manajer pelayanan pasien (MPP)/case

(4)

manager bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengaturan alur pasien untuk menghindari penumpukan.

c. Rumah sakit telah melakukan evaluasi terhadap pengelolaan alur pasien secara berkala dan melaksanakan upaya perbaikannya.

d. Ada sistem informasi tentang ketersediaan tempat tidur secara online kepada

masyarakat.

AKP 3 6 a. Para PPA telah memberikan asuhan pasien secara terintegrasi berfokus pada pasien meliputi poin a) – f) pada maksud dan tujuan.

b. Ada penunjukkan MPP dengan uraian tugas meliputi poin a) – h) pada maksud dan tujuan.

c. Paraprofesional pemberi asuhan (PPA) dan manajer pelayanan pasien (MPP) telah melaksanakan kesinambungan dan

koordinasi pelayanan meliputi poin a) – e) pada maksud dan tujuan.

d. Pencatatan perkembangan pasien didokumentasikan para PPA di formulir catatan pasien terintegrasi (CPPT).

e. Pencatatan di unit intensif atau unit khusus menggunakan lembar pemantauan pasien khusus, pencatatan perkembangan pasien dilakukan pada lembar tersebut oleh DPJP di unit tersebut, PPA lain dapat melakukan pencatatan perkembangan pasien di

formulir catatan pasien terintegrasi (CPPT).

f. Perencanaan dan pelayanan pasien secara terintegrasidiinformasikan kepada pasien dan atau keluarga secara berkala sesuai ketentuan Rumah Sakit.

AKP 3.1 3 a. Rumah sakit telah menetapkan bahwa setiap pasien memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan telah melakukan asuhan pasien secara terkoordinasi dan terdokumentasi dalam rekam medis pasien.

b. Rumah sakit juga menetapkan proses perpindahan tanggung jawab koordinasi asuhan pasien dari satu dokter penanggung

(5)

jawab pelayanan (DPJP) ke DPJP lain, termasuk bila terjadi perubahan DPJP utama.

c. Bila dilaksanakan rawat bersama ditetapkan DPJP utama sebagai koordinator asuhan pasien.

AKP 4 2 a. Rumah sakit telah menerapkan proses transfer pasienantar unit pelayanan di dalam rumah sakit dilengkapi dengan formulir transfer pasien.

b. Formulirtransfer internal meliputi poin a) – g) pada maksud dan tujuan.

AKP 5 a. Rumah sakit telah menetapkan kriteria pemulangan pasien sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan pasien beserta edukasiinya.

b. Rumah sakit telah menetapkan kemungkinan pasien diizinkan keluar rumah sakit dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan penting.

c. Penyusunan rencana dan instruksi pemulangan didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan diberikan kepada pasien secara tertulis.

d. Tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat ditujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan baik perorangan ataupun dimana pasien untuk memberikan pelayanan berkelanjutan.

AKP 5.1 3 a. Rumah sakit telah menetapkan Ringkasan pasien pulang meliputi a) – f) pada maksud dan tujuan.

b. Rumah sakit memberikan salinan ringkasan pasien pulang kepada pihak yang

berkepentingan dan tersimpan di dalam rekam medik.

c. Formulir Ringkasan pasien pulang

dijelaskan kepada pasien dan atau keluarga.

AKP 5.2 5 a. Rumah sakit telah menetapkan proses untuk mengelola pasien rawat jalan dan rawat inap yang menolak rencana asuhan medis termasuk keluar rumah sakit atas

permintaan sendiri dan pasien yang menghendaki penghentian pengobatan.

(6)

b. Ada bukti pemberian edukasi kepada pasien tentang risiko medis akibat asuhan medis yang belum lengkap.

c. Pasienkeluar rumah sakit atas permintaan sendiri, tetapi tetap mengikuti proses pemulangan pasien.

d. Dokter keluarga (bila ada) atau dokter yang memberiasuhan berikutnya kepada pasien diberitahu tentang kondisi tersebut.

e. Adadokumentasi rumah sakit melakukan pengkajian untuk mengetahui alasan pasien keluar rumah sakit apakah permintaan sendiri, menolak asuhan medis, atau tidak melanjutkan program pengobatan.

AKP 5.3 3 a. Ada regulasi yang mengatur pasien rawat inap dan rawat jalan yang meninggalkan rumah sakit tanpa pemberitahuan

(melarikan diri).

b. Rumah sakit melakukan identifikasi pasien menderita penyakit yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.

c. Rumah sakit melaporkan kepada pihak yang berwenang bila ada indikasi kondisi pasien yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.

AKP 5.4 4 a. Ada regulasi tentang rujukan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

b. Rujukan pasien dilakukan sesuai dengan kebutuhan kesinambungan asuhan pasien.

c. Rumah sakit yang merujuk memastikan bahwa fasilitas kesehatan yang menerima dapat memenuhi kebutuhan pasien yang dirujuk.

d. Ada kerjasama rumah sakit yang merujuk dengan rumah sakit yang menerima rujukan yang sering dirujuk.

AKP 5.5 5 a. Rumah sakit memiliki staf yang bertang- gung jawab dalam pengelolaan rujukan ter- masuk untuk memastikan pasien diterima di rumah sakit rujukan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.

b. Selama proses rujukan ada staf yang

kompeten sesuaidengan kondisi pasien yang selalu memantau dan mencatatnya dalam

(7)

rekam medik

c. Selamaproses rujukan tersedia obat, ba- han medis habis pakai, alat kesehatan, dan peralatan medis sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.

d. Rumah sakit memiliki proses serah ter- ima pasien antara staf pengantar dan yang menerima.

e. Pasiendan keluarga dijelaskan apabila ru- jukan yang dibutuhkan tidak dapat dilakukan

AKP 5.6 4 a. Dokumen rujukan berisi nama dari fasilitas pelayanankesehatan yang menerima dan nama orang yang menyetujui menerima pasien.

b. Dokumen rujukan berisi alasan pasien dirujuk, memuat kondisi pasien, dan kebutuhan pelayanan lebih lanjut.

c. Dokumen rujukan juga memuat prosedur dan intervensi yang sudah dilakukan.

d. Proses rujukan dievaluasi dalam aspek mutu dan keselamatan pasien.

AKP 5.7 3 a. Rumahsakit telah menetapkan kriteria pasien rawat jalan dengan asuhan yang kompleks atau yang diagnosisnya kompleks diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ) meliputi poin a-d dalam maksud dan tujuan.

b. Rumahsakit memiliki proses yang dapat dibuktikan bahwa PRMRJ mudah ditelusur dan mudah di-review.

c. Prosestersebut dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan para DPJP dan meningkatkan mutu serta keselamatan pasien.

AKP 6 4 a. Rumah sakit memiliki proses transportasi pasien sesuai dengan kebutuhannya yang meliputi pengkajian kebutuhan

transportasi, SDM, obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan, peralatan medis dan persyaratan PPI yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

b. Bila rumah sakit memiliki kendaraan transport sendiri,ada bukti pemeliharan kendaraan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(8)

c. Bila rumah sakit bekerja sama dengan jasa transportasi pasien mandiri, ada bukti kerja sama tersebut dan evaluasi berkala dari rumah sakit mengenai kelayakan kendaraan transportasi, memenuhi aspek mutu,

keselamatan pasien dan keselamatan trasportasi.

d. Kriteria alat transportasi yang digunakan untuk merujuk, memindahkan, atau

memulangkan pasien ditentukan oleh rumah sakit (staf yang kompeten), harus sesuai dengan Program PPI, memenuhi aspek mutu, keselamatan pasien dan keselamatan transportasi.

2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

HPK 1 4 a. Rumah sakit menerapkan regulasi hak pasien dan keluarga,yakni :

Mengidentifikasi,melindungi, dan mempromosikan hak-hak pasien;

Menginformasikanpasien tentang hak-hak mereka; Melibatkankeluarga pasien, bila perlu, dalam keputusan tentang perawatan pasien; Mendapatkanpersetujuan (informed consent)

b. Rumah sakit memiliki proses untuk mengidentifikasi siapa yang diinginkan pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait perawatannya.

c. Rumahsakit memiliki proses untuk menentukan preferensi pasien, dan pada beberapa keadaan preferensi keluarga pasien, dalam menentukan informasi apa mengenai perawatan pasien yang dapat diberikan kepada keluarga/pihak lain, dan dalam situasi apa saja.

d. Semua staff dilatih tentang proses dan peran merekadalam mendukung hak-hak serta partisipasi pasien dan keluarga dalam perawatan.

HPK 1.1 3 a. Rumah sakit mengidentifikasi hambatan serta menerapkan proses untuk mengurangi hambatan bagi pasien dalam mendapatkan akses, proses penerimaan dan pelayanan

perawatan . b. Informasi terkait aspek perawatan dan tata

(9)

laksana medis pasien diberikan dengan cara dan bahasa yang dipahami pasien.

c. Informasi mengenai hak dan tanggung jawab pasien terpampang di area rumah sakit atau diberikan kepada setiap pasien secara tertulis atau dalam metode lain dalam bahasa yang dipahami pasien.

HPK 1.2 a. Staf memberikan perawatan yang penuh

penghargaandengan memerhatikan harkat dan martabat pasien.

b. Rumah sakit menghormati keyakinan spiritual dan budaya pasien serta nilai-nilai yang dianut pasien.

c. Rumah sakit memenuhi kebutuhan pasien

terhadap bimbingan rohani.

HPK 1.3 4 a. Rumahsakit menjamin kebutuhan privasi pasien selama perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

b. Kerahasiaaninformasi pasien dijaga sesuai dengan peraturan perundangan.

c. Rumah sakit memiliki proses untuk memintapersetujuan pasien terkait pemberian informasi.

d. Rumah sakit memiliki proses untuk memberikanpasien akses terhadap informasi kesehatan mereka.

HPK 1.4 2 a. Rumah sakit menetapkan proses untuk mencatat danmelindungi

pertanggungjawaban harta benda pasien.

b. Pasien mendapat informasi mengenai tanggung jawabrumah sakit untuk melindungi harta benda pribadi mereka.

HPK 1.5 3 a. Rumah sakit mengembangkan dan

menerapkan prosesuntuk melindungi semua

pasien dari serangan fisik dan verbal.

b. Rumah sakit mengidentifikasi populasi yang memilikirisiko lebih tinggi untuk

mengalami serangan.

c. Rumah sakit memantau area fasilitas yang terisolasi dan terpencil.

HPK 2 5 a. Rumahsakit menerapkan proses untuk mendukung pasien dan keluarga terlibat dan berpartisipasi dalam proses asuhan dan

dalam pengambilan keputusan.

b. Rumahsakit menerapkan proses untuk memberikan edukasi kepada pasien dan

(10)

keluarganya mengenai kondisi medis, diagnosis, serta rencana perawatan dan terapi yang diberikan.

c. Pasien diberikan informasi mengenai hasil

asuhan dantata laksana yang diharapkan.

d. Pasien diberikan informasi mengenai kemungkinan hasil yang tidak dapat

diantisipasi dari terapi dan perawatan.

e. Rumahsakit memfasilitasi permintaan pasien untuk mencari pendapat kedua tanpa perlu khawatir akan mempengaruhi

perawatannya selama di dalam atau luar rumah sakit.

HPK 2.1 2 a. Rumah sakit menerapkan proses mengenai pemberianpelayanan resusitasi dan

penghentian terapi penunjang kehidupan

untuk pasien . b. Rumahsakit memberi informasi kepada

pasien dan keluarga mengenai hak mereka untuk menolak atau menghentikan terapi, konsekuensi dari keputusan yang dibuat serta terapi dan alternatif lain yang dapat dijadikan pilihan.

HPK 2.2 2 a. Rumahsakit menerapkan proses untuk menghargai dan mendukung hak pasien mendapatkan pengkajian dan pengelolaan nyeri . b. Rumahsakit menerapkan proses untuk

menghargai dan mendukung hak pasien untuk mendapatkan pengkajian dan pengelolaan terhadap kebutuhan pasien menjelang akhir hayat .

HPK 3 3 a. Pasien diberikan informasi mengenai proses untuk menyampaikan keluhan dan proses yang harus dilakukan pada saat terjadi konflik/perbedaan pendapat pada proses perawatan.

b. Keluhan, konflik, dan perbedaan pendapat tersebut dikaji dan diselesaikan oleh unit/petugas yang bertanggung jawab

melalui sebuah alur/proses spesifik.

c. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses penyelesaian keluhan, konflik, dan perbedaan pendapat.

HPK 4 3 a. Rumah sakit menerapkan proses bagaimana persetujuan umum didokumentasikan dalam

(11)

rekam medis pasien.

b. Pasien dan keluarga diberikan informasi mengenai pemeriksaan, tindakan dan pengobatan yang memerlukan informed

consent.

c. Pasien menerima informasi mengenai kemungkinan keterlibatan peserta didik, mahasiswa, residen traine dan fellow yang berpartisipasi dalam proses perawatan.

HPK 4.1 3 a. Rumah sakit menerapkan proses bagi pasien

untuk mendapatkan informed consent.

b. Pemberian informed consent dilakukan oleh staf yangkompeten dan diberikan dengan

cara dan bahasa yang mudah dipahami . c. Rumah sakit memiliki daftar tindakan

invasif, pemeriksaan dan terapi tambahan yang memerlukaninformed consent.

HPK 4.2 2 a. Rumahsakit menerapkan proses untuk pemberian informed consent oleh orang lain selain pasien sesuai peraturan perundangan

yang berlaku.

b. Rekam medis pasien mencantumkan (satu atau lebih)nama individu yang menyatakan persetujuan.

3. Pengkajian Pasien (PP)

PP 1 4 a. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pengkajian awal dan pengkajian ulang medis dan keperawatan di unit gawat darurat, rawat inap dan rawat jalan.

b. Rumah sakit menetapkan isi minimal pengkajian awal meliputi poin a) – l) pada maksud dan tujuan.

c. Hanya PPA yang kompeten, diperbolehkan untuk melakukan pengkajian sesuai dengan ketentuan rumah sakit.

d. Perencanaanan pulang yang mencakup identifikasi kebutuhan khusus dan rencana untuk memenuhi kebutuhan tersebut, disusun sejak pengkajian awal.

PP 1.1 6 a. Pengkajian awal medis dan keperawatan dilaksanakan dan didokumentasikan dalam kurun waktu 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap, atau lebih awal bila diperlukan sesuai dengan kondisi pasien.

b. Pengkajian awal medis menghasilkan diagnosis medis yang mencakup kondisi utama dan kondisi lainnya yang

(12)

membutuhkan tata laksana dan pemantauan.

c. Pengkajian awal keperawatan menghasilkan diagnosis keperawatan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan, intervensi atau pemantauan pasien yang spesifik.

d. Sebelum pembedahan pada kondisi

mendesak, minimal terdapat catatan singkat dan diagnosis praoperasi yang

didokumentasikan di dalam rekam medik.

e. Pengkajian medis yang dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum pasien menjalani prosedur di layanan rawat jalan rumah sakit harus dilakukan dalam waktu kurang atau sama dengan 30 (tiga puluh) hari sebelumnya. Jika lebih dari 30 (tiga puluh) hari, maka harus dilakukan pengkajian ulang.

f. Hasil dari seluruh pengkajian yang dikerjakan di luar rumah sakit ditinjau dan/atau diverifikasi pada saat masuk rawat inap atau sebelum tindakan di unit rawat jalan.

PP 1.2 4 a. Rumah sakit menetapkan kriteria risiko nutrisional yang dikembangkan bersama staf yang kompeten dan berwenang.

b. Pasien diskrining untuk risiko nutrisi sebagai bagian dari pengkajian awal.

c. Pasien dengan risiko nutrisional dilanjutkan dengan pengkajian gizi.

d. Pasien diskrining untuk kebutuhan fungsional termasuk risiko jatuh.

PP 1.3 2 a. Rumah sakit menetapkan jenis populasi khusus yang akan dilakukan pengkajian meliputi poin a) - m) pada maksud dan tujuan.

b. Rumah sakit telah melaksanakan pengkajian tambahan terhadap populasi pasien khusus sesuai ketentuan rumah sakit.

Pengkajian Ulang Pasien

(PP 2)

4 a. Rumah sakit melaksanakan pengkajian ulang oleh DPJP, perawat dan PPA lainnya untuk menentukan rencana asuhan lanjutan.

b. Terdapat bukti pelaksanaan pengkajian ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari, termasuk akhir minggu/libur untuk pasien akut.

(13)

c. Terdapat bukti pelaksanaan pengkajian ulang oleh perawat minimal satu kali per shift atau sesuai dengan perubahan kondisi pasien.

d. Terdapat bukti pengkajian ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan dengan interval sesuai regulasi rumah sakit.

Standar Pelayanan Laboratori um dan Pelayanan

Darah (PP 3)

2 a. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelayanan laboratorium di rumah sakit.

b. Pelayanan laboratorium buka 24 jam, 7 (tujuh) hari seminggu, sesuai dengan kebutuhan pasien.

PP 3.1 2 a. Direktur rumah sakit menetapkan penanggung jawab laboratorium yang memiliki kompetensi sesuai ketentuan perundang-undangan.

b. Terdapat bukti pelaksanaan tanggung jawab pimpinan laboratorium sesuai poin a) – e) pada maksud dan tujuan.

PP 3.2 2 a. Staff laboratorium yang membuat interpretasi telah memenuhi persyaratan kredensial.

b. Staf laboratorium dan staf lain yang melaksanakan pemeriksaan termasuk yang mengerjakan Point-of-care testing (POCT), memenuhi persyaratan kredensial.

PP 3.3 4 a. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan laboratorium regular dan cito.

b. Terdapat bukti pencatatan dan evaluasi waktu penyelesaian pemeriksaan laboratorium.

c. Terdapat bukti pencatatan dan evaluasi waktu penyelesaian pemeriksaan cito.

d. Terdapat bukti pencatatan dan evaluasi pelayanan laboratorium rujukan.

PP 3.4 2 a. Terdapat bukti pelaksanaan semua reagensia esensial disimpan dan diberi label, serta didistribusi sesuai prosedur dari pembuatnya atau instruksi pada

kemasannya.

b. Terdapat bukti pelaksanaan evaluasi/audit semua reagen.

PP 3.5 2 a. Pengelolaan spesimen dilaksanakan sesuai

(14)

poin a) - d) pada maksud dan tujuan.

b. Terdapat bukti pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan spesimen.

PP 3.6 2 a. Rumah sakit menetapkan dan mengevaluasi rentang nilai normal untuk interpretasi, pelaporan hasil laboratorium klinis.

b. Setiap hasil pemeriksaan laboratorium dilengkapi dengan rentang nilai normal.

PP 3.7 2 a. Terdapat bukti bahwa unit laboratorium telah melakukan Pemantapan Mutu Internal (PMI) secara rutin yang meliputi poin a-e pada maksud dan tujuan.

b. Terdapat bukti bahwa unit laboratorium telah melakukan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) secara rutin.

PP 3.8 2 a. Unit laboratorium memiliki bukti sertifikat akreditasi laboratorium rujukan yang masih berlaku.

b. Telah dilakukan pemantauan dan evaluasi kerjasama pelayanan kontrak sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

PP 3.9 4 a. Rumah sakit menerapkan regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan darah di rumah sakit.

b. Penyelenggaraan pelayanan darah dibawah tanggung jawab seorang staf yang

kompeten.

c. Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi mutu terhadap penyelenggaran pelayanan darah di rumah sakit.

d. Rumah sakit menerapkan proses persetujuan tindakan pasien untuk pemberian darah dan produk darah.

Pelayanan Radiologi Klinik (PP

4)

2 a. Rumah Sakit menetapkan dan

melaksanakan regulasi pelayanan radiologi klinik.

b. b) Terdapat pelayanan radiologi klinik selama 24 jam, 7 (tujuh) hari seminggu, sesuai dengan kebutuhan pasien.

PP 4.1 2 a. Direktur menetapkankan penanggung jawab radiologi klinik yang memiliki kompetensi sesuai ketentuan dengan peraturan perundang-undangan.

b. Terdapat bukti pengawasan pelayanan radiologi klinik oleh penanggung jawab radiologi klinik sesuai poin a) – e) pada

(15)

maksud dan tujuan.

PP 4.2 2 a. Staf radiologi klinik yang membuat interpretasi telah memenuhi persyaratan kredensial

b. Staf radiologi klinik dan staf lain yang melaksanakan pemeriksaan termasuk yang mengerjakan tindakan di Ruang Rawat pasien, memenuhi persyaratan kredensial.

PP 4.3 4 a. Rumah sakit menetapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik.

b. Dilakukan pencatatan dan evaluasi waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik.

c. Dilakukan pencatatan dan evaluasi waktu penyelesaian pemeriksaan cito.

d. Terdapat bukti pencatatan dan evaluasi pelayanan radiologi rujukan.

PP 4.4 2 a. Rumah sakit menetapkan proses

pengelolaan logistik film x-ray, reagens, dan bahan lainnya, termasuk kondisi bila terjadi kekosongan.

b. Semua film x-ray disimpan dan diberi label, serta didistribusi sesuai pedoman dari pembuatnya atau instruksi pada kemasannya

PP 4.5 2 a. Terdapat bukti bahwa unit radiologi klinik telah melaksanakan Pemantapan Mutu Internal (PMI).

b. Terdapat bukti bahwa unit radiologi klinik melaksanakan Pemantapan Mutu Eksternal (PME).

4 Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)

Pemberian Pelayanan Untuk Semua

Pasien (PAP 1)

2 a. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) yang meliputi poin a) – e) dalam gambaran umum.

b. Asuhan yang seragam diberikan kepada setiap pasien meliputi poin a) – e) dalam maksud dan tujuan

PAP 1.1 5 a. Rumah sakit telah melakukan pelayanan dan asuhan yang terintegrasi serta terkoordinasi kepada setiap pasien.

b. Rumah sakit telah menetapkan kewenangan pemberian instruksi oleh PPA yang

kompeten, tata cara pemberian instruksi dan pendokumentasiannya.

c. Permintaan pemeriksaan laboratorium dan diagnostik imajing harus disertai indikasi

(16)

klinis apabila meminta hasilnya berupa interpretasi.

d. Prosedur dan tindakan telah dilakukan sesuai instruksi dan PPA yang memberikan instruksi, alasan dilakukan prosedur atau tindakan serta hasilnya telah

didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

e. Prosedur dan tindakan telah dilakukan sesuai instruksi dan PPA yang memberikan instruksi, alasan dilakukan prosedur atau tindakan serta hasilnya telah

didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

PAP 1.2 5 a. PPA telah membuat rencana asuhan untuk setiap pasien setelah diterima sebagai pasien rawat inap dalam waktu 24 jam berdasarkan hasil pengkajian awal.

b. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala, direvisi atau dimutakhirkan serta

didokumentasikan dalam rekam medis oleh setiap PPA.

c. Instruksi berdasarkan rencana asuhan dibuat oleh PPA yang kompeten dan berwenang, dengan cara yang seragam, dan

didokumentasikan di CPPT.

d. Rencana asuhan pasien dibuat dengan membuat sasaran yang terukur dan di dokumentasikan.

e. DPJP telah melakukan evaluasi/review berkala dan verifikasi harian untuk memantau terlaksananya asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan.

Pelayanan Pasien Risiko

Tinggi dan Penyediaan Pelayanan Risiko Tinggi

(PAP 2)

3 a. Pimpinan rumah sakit telah melaksanakan tanggung jawabnya untuk memberikan pelayanan pada pasien berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi meliputi a) - c) dalam maksud dan tujuan.

b. Rumah sakit telah memberikan pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi yang telah diidentifikasi berdasarkan populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri sesuai dalam maksud dan tujuan.

c. Pimpinan rumah sakit telah

(17)

mengidentifikasi risiko tambahan yang dapat mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko tinggi.

PAP 2.1 4 a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana nya.

b. Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana nya.

c. Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana nya.

d. Ada pelaporan penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

PAP 2.2 4 a. Ada program PKRS terkait Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service).

b. Rumah sakit telah memberikan edukasi sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service).

c. Rumah sakit telah melaksanakan kegiatan sesuai program dan tersedia leaflet atau alat bantu kegiatan (brosur, leaflet, dan lain- lainnya).

d. Rumah sakit telah melakukan evaluasi dan membuat laporan kegiatan pelayanan secara berkala.

PAP 2.3 2 a. Rumah sakit telah menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi pasien yang memburuk (EWS) dan

mendokumentasikannya di dalam rekam medik pasien.

b. Rumah sakit memiliki bukti PPA dilatih menggunakan EWS.

PAP 2.4 4 a. Pelayanan resusitasi tersedia dan diberikan selama 24 jam setiap hari di seluruh area rumah sakit.

b. Peralatan medis untuk resusitasi dan obat untuk bantuan hidup dasar dan lanjut terstandar sesuai dengan kebutuhan

(18)

populasi pasien.

c. Di seluruh area rumah sakit, bantuan hidup dasar diberikan segera saat dikenali henti jantung-paru dan bantuan hidup lanjut diberikan kurang dari 5 menit.

d. Staf diberi pelatihan pelayanan bantuan hidup dasar/lanjut sesuai dengan ketentuan rumah sakit.

PAP 2.5 3 a. Rumah sakit menerapkan penyelenggaraan pelayanan darah.

b. Panduan klinis dan prosedur disusun dan diterapkan untuk pelayanan darah serta produk darah.

c. Staf yang kompeten bertanggungjawab terhadap pelayanan darah di rumah sakit.

Pemberian Makanan dan Terapi Nutrisi

(PAP 3)

5 a. Berbagai pilihan makanan atau terapi nutrisi yang sesuai untuk kondisi, perawatan, dan kebutuhan pasien tersedia dan disediakan tepat waktu.

b. Sebelum pasien rawat inap diberi makanan, terdapat instruksi pemberian makanan dalam rekam medis pasien yang didasarkan pada status gizi dan kebutuhan pasien.

c. Untuk makanan yang disediakan keluarga, edukasi diberikan mengenai batasan- batasan diet pasien dan penyimpanan yang baik untuk mencegah kontaminasi.

d. Memiliki bukti pemberian terapi gizi terintegrasi (rencana, pemberian dan evaluasi) pada pasien risiko gizi.

e. Pemantauan dan evaluasi terapi gizi dicatat di rekam medis pasien.

Pengelolaan Nyeri (PAP 4)

4 a. Rumah sakit memiliki proses untuk melakukan skrining, pengkajian, dan tata laksana nyeri meliputi poin a) - e) pada maksud dan tujuan.

b. Informasi mengenai kemungkinan adanya nyeri dan pilihan tata laksananya diberikan kepada pasien yang menerima

terapi/prosedur/pemeriksaan terencana yang sudah dapat diprediksi menimbulkan rasa nyeri.

c. Pasien dan keluarga mendapatkan edukasi mengenai pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut.

(19)

d. Staf rumah sakit mendapatkan pelatihan mengenai cara melakukan edukasi bagi pengelolaan nyeri.

Pelayanan Menjelang

Akhir Kehidupan

(PAP 5)

2 a. Rumah sakit menerapkan pengkajian pasien menjelang akhir kehidupan dan dapat dilakukan pengkajian ulang sampai pasien yang memasuki fase akhir kehidupannya, dengan memperhatikan poin 1) – 9) pada maksud dan tujuan.

b. Asuhan menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap kebutuhan psikososial, emosional, kultural dan spiritual pasien dan keluarganya.

5. Pelayanan Anestesi dan

Bedah

PAB 1 3 a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi pelayanan anestesi dan sedasi dan pembedahan meliputi poin a) – c) pada gambaran umum.

b. Pelayanan anestesi dan sedasi yang telah diberikan dapat memenuhi kebutuhan pasien.

c. Pelayanan anestesi dan sedasi tersedia selama 24 (dua puluh empat) jam 7 (tujuh) hari sesuai dengan kebutuhan pasien.

PAB 2 3 a. Rumah sakit telah melaksanakan

pemberian sedasi moderat dan dalam yang seragam di semua tempat di rumah sakit sesuai dengan poin a) - f) pada maksud dan tujuan.

b. Peralatan dan perbekalan gawat darurat tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat dan dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan kondisi pasien.

c. PPA yang terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan hidup lanjut (advance) harus selalu mendampingi dan siaga selama tindakan sedasi dikerjakan.

PAB 3 3 a. Rumah sakit telah melaksanakan

pemberian sedasi moderat dan dalam yang seragam di semua tempat di rumah sakit sesuai dengan poin a) - f) pada maksud dan tujuan.

b. Peralatan dan perbekalan gawat darurat tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat dan dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan kondisi

(20)

pasien.

c. PPA yang terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan hidup lanjut (advance) harus selalu mendampingi dan siaga selama tindakan sedasi dikerjakan.

PAB 3.1 3 a. Tenaga medis yang diberikan kewenangan klinis memberikan sedasi moderat dan dalam harus kompeten dalam poin a) – d) pada maksud dan tujuan.

b. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang bertanggung jawab melakukan pemantauan selama pelayanan sedasi moderat dan dalam harus kompeten meliputi poin a) – d) pada maksud dan tujuan.

c. Kompetensi semua PPA yang terlibat dalam sedasi moderat dan dalam tercatat di file kepegawaian.

PAB 3.2 3 a. Rumah sakit telah menerapkan pengkajian prasedasi dan dicatat dalam rekam medis meliputi poin a) – e) pada maksud dan tujuan.

b. Rumah sakit telah menerapakn pemantauan pasien selama dilakukan pelayanan sedasi moderat dan dalam oleh PPA yang

kompeten dan di catat di rekam medik.

c. Kriteria pemulihan telah digunakan dan didokumentasikan untuk mengidentifikasi pasien yang sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/dipulangkan.

PAB 4 3 a. Pengkajian pra-anestesi telah dilakukan untuk setiap pasien yang akan dilakukan anestesi.

b. Pengkajian prainduksi telah dilakukan secara terpisah untuk mengevaluasi ulang pasien segera sebelum induksi anestesi.

c. Kedua pengkajian tersebut telah dilakukan oleh PPA yang kompeten dan telah

diberikan kewenangan klinis

didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

PAB 5 2 a. Rumah sakit telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yang akan memberikan

keputusan tentang jenis, risiko, manfaat, alternatif dan analagsia pasca tindakan sedasi atau anastesi.

(21)

b. Pemberian informasi dilakukan oleh dokter spesialis anastesi dan didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan anastesi/sedasi.

PAB 6 2 a. Frekuensi dan jenis pemantauan selama tindakan anestesi dan pembedahan

didasarkan pada status praanestesi pasien, anestesi yang digunakan, serta prosedur pembedahan yang dilakukan.

b. Pemantauan status fisiologis pasien sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

PAB 6.1 3 a. Rumah sakit telah menerapkan pemantauan pasien pascaanestesi baik di ruang intensif maupun di ruang pemulihan dan

didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

b. Pasien dipindahkan dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan dihentikan) sesuai dengan kriteria baku yang

ditetapkan dengan alternatif a) - c) pada maksud dan tujuan.

c. Waktu dimulai dan dihentikannya proses pemulihan dicatat di dalam rekam medis pasien.

PAB 7 2 a. Rumah sakit telah menerapkan pengkajian prabedah pada pasien yang akan dioperasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai.

b. Diagnosis praoperasi dan rencana prosedur/tindakan operasi berdasarkan hasil pengkajian prabedah dan

didokumentasikan di rekam medik.

PAB 7.1 2 a. Rumah sakit telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yang akan memberikan

keputusan tentang jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan dampak serta alternative prosedur/teknik terkait dengan rencana operasi (termasuk pemakaian produk darah bila diperlukan) kepada pasien dan atau keluarga atau mereka yang berwenang memberi keputusan.

b. Pemberian informasi dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)

(22)

didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran.

PAB 7.2 2 a. Laporan operasi memuat poin a) – h) pada maksud dan tujuan serta dicatat pada formular/template yang ditetapkan rumah sakit.

b. Laporan operasi telah tersedia segera setelah operasi selesai dan sebelum pasien dipindah ke ruang lain untuk perawatan selanjutnya.

PAB 7.3 3 a. Rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24 jam oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).

b. Rencana asuhan pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis, keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar atas kebutuhan pasien.

c. Rencana asuhan pascaoperasi diubah berdasarkan pengkajian ulang pasien.

PAB 7.4 4 a. Rumah sakit telah mengidentifikasi jenis alat implant yang termasuk dalam cakupan layanannya.

b. Kebijakan dan praktik mencakup poin a) – h) pada maksud dan tujuan.

c. Rumah sakit mempunyai proses untuk melacak implant medis yang telah digunakan pasien.

d. Rumah sakit menerapkan proses untuk menghubungi dan memantau pasien dalam jangka waktu yang ditentukan setelah menerima pemberitahuan adanya penarikan/recall suatu implan medis.

6 Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan

Obat (PKPO)

PKPO 1 4 a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, termasuk

pengorganisasiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah sakit memiliki bukti seluruh

apoteker memiliki izin dan kompeten, serta telah melakukan supervisi pelayanan kefarmasian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan.

c. Rumah sakit memiliki bukti kajian sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang dilakukan setiap tahun.

(23)

d. Rumah sakit memiliki sumber informasi obat untuk semua staf yang terlibat dalam penggunaan obat.

PKPO 2 5 a. Rumah sakit telah memiliki proses penyusunan formularium rumah sakit secara kolaboratif.

b. Rumah sakit melakukan pemantauan kepatuhan terhadap formularium baik dari persediaan maupun penggunaannya.

c. Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap formularium sekurang-kurangnya setahun sekali berdasarkan informasi tentang efektivitas, keamanan dan biaya.

d. Rumah sakit melakukan pelaksanaan dan evaluasi terhadap perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi, dan BMHP.

e. Rumah sakit melakukan pengadaan sediaan farmasi, dan BMHP melibatkan apoteker untuk memastikan proses berjalan sesuai peraturan perundangundangan.

PKPO 3 4 a. Sediaan farmasi dan BMHP disimpan dengan benar dan aman dalam kondisi yang sesuai untuk stabilitas produk, termasuk yang disimpan di luar Instalasi Farmasi.

b. Narkotika dan psikotropika disimpan dan dilaporkan penggunaannya sesuai

peraturan perundangundangan.

c. Rumah sakit melaksanakan supervisi secara rutin oleh apoteker untuk

memastikan penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan benar dan aman.

d. Obat dan zat kimia yang digunakan untuk peracikan obat diberi label secara akurat yang terdiri atas nama zat dan kadarnya, tanggal kedaluwarsa, dan peringatan khusus.

3.1 4 a. Obat yang memerlukan penanganan khusus dan bahan berbahaya dikelola sesuai sifat dan risiko bahan.

b. Radioaktif dikelola sesuai sifat dan risiko bahan radioaktif.

c. Obat penelitian dikelola sesuai protokol penelitian.

d. Produk nutrisi parenteral dikelola sesuai

(24)

stabilitas produk.

e. Obat/BMHP dari program/donasi dikelola sesuai peraturan perundang-undangan dan pedoman terkait.

3.2 2 a. Obat dan BMHP untuk kondisi emergensi yang tersimpan di luar Instalasi Farmasi termasuk di ambulans dikelola secara seragam dalam hal penyimpanan, pemantauan, penggantian karena

jdih.kemkes.go.id- 294 - digunakan, rusak atau kedaluwarsa, dan dilindungi dari kehilangan dan pencurian.

b. Rumah sakit menerapkan tata laksana obat emergensi untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan pemberian obat.

3.3 4 a. Batas waktu obat dapat digunakan (beyond use date) tercantum pada label obat.

b. Rumah sakit memiliki sistem pelaporan sediaan farmasi dan BMHP substandar (rusak).

c. Rumah sakit menerapkan proses recall obat, BMHP dan implan yang meliputi

identifikasi, penarikan, dan pengembalian produk yang di-recall.

d. Rumah sakit menerapkan proses

pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP PKPO 4 2 a. Rumah sakit menerapkan rekonsiliasi obat

saat pasien masuk rumah sakit, pindah antar unit pelayanan di dalam rumah sakit dan sebelum pasien pulang.

b. Hasil rekonsiliasi obat didokumentasikan di rekam medis

4.1 a. Resep dibuat lengkap sesuai regulasi.

jdih.kemkes.go.id- 298

b. Telah dilakukan evaluasi terhadap penulisan resep/instruksi pengobatan yang tidak lengkap dan tidak terbaca.

c. Telah dilaksanaan proses untuk mengelola resep khusus seperti emergensi, automatic stop order, tapering,

d. Daftar obat yang diresepkan tercatat dalam rekam medis pasien dan menyertai pasien ketika dipindahkan/transfer.

e. Daftar obat pulang diserahkan kepada pasien disertai edukasi penggunaannya.

PKPO 5 7 a. Telah memiliki sistem distribusi dan

(25)

dispensing yang sama/seragam diterapkan di rumah sakit sesuai peraturan perundang- undangan.

b. Staf yang melakukan dispensing sediaan obat non steril kompeten.

c. Staf yang melakukan dispensing sediaan obat steril non sitostatika terlatih dan kompeten.

d. Staf yang melakukan pencampuran sitostatika terlatih dan kompeten.

e. Tersedia fasilitas dispensing sesuai standar praktik kefarmasian.

f. Telah melaksanakan penyerahan obat dalam bentuk yang siap diberikan untuk pasien rawat inap.

g. Obat yang sudah disiapkan diberi etiket yang meliputi identitas pasien, nama obat, dosis atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal dispensing dan tanggal kedaluwarsa/beyond use date (BUD).

5.1 2 a. Telah melaksanakan pengkajian resep yang dilakukan oleh staf yang kompeten dan berwenang serta didukung tersedianya informasi klinis pasien yang memadai.

b. Telah memiliki proses telaah obat sebelum diserahkan.

PKPO 6 4 a. Staf yang melakukan pemberian obat kompeten dan berwenang dengan pembatasan yang ditetapkan.

b. Telah dilaksanaan verifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien minimal meliputi:

identitas pasien, nama obat, dosis, rute, dan waktu pemberian.

c. Telah melaksanakan double checking untuk obat high alert.

b. Pasien diberi informasi tentang obat yang akan diberikan.

6.1 3 a. Telah melakukan penilaian obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit untuk kelayakan penggunaannya di rumah sakit.

b. Telah melaksanakan edukasi kepada pasien/keluarga jika obat akan digunakan secara mandiri.

b. Telah memantau pelaksanaan penggunaan obat secara mandiri sesuai edukasi.

(26)

PKPO 7 2 a. Telah melaksanakan pemantauan terapi obat secara kolaboratif.

b. Telah melaksanakan pemantauan dan pelaporan efek samping obat serta analisis laporan untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat.

7.1 4 a. Rumah sakit telah memiliki regulasi tentang medication safety yang bertujuan mengarahkan penggunaan obat yang aman dan meminimalkan risiko kesalahan penggunaan obat sesuai dengan peraturan perundangundangan.

b. Rumah sakit menerapkan sistem pelaporan kesalahan obat yang menjamin laporan akurat dan tepat waktu yang merupakan bagian program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

c. Rumah sakit memiliki upaya untuk mendeteksi, mencegah dan menurunkan kesalahan obat dalam meningkatkan mutu proses penggunaan obat.

b. Seluruh staf rumah sakit dilatih terkait kesalahan obat (medication error).

PKPO 8 5 a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang pengendalian resistansi

antimikroba sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah sakit telah menetapkan komite/tim PPRA dengan melibatkan unsur terkait sesuai regulasi yang akan mengelola dan menyusun program pengendalian resistansi antimikroba dan bertanggungjawab

langsung kepada Direktur rumah sakit.

c. Rumah sakit telah melaksanakan program kerja sesuai maksud dan tujuan.

d. Rumah sakit telah melaksanakan

pemantauan dan evaluasi kegiatan PPRA sesuai maksud dan tujuan.

b. Memiliki telah membuat laporan kepada pimpinan rumah sakit secara berkala dan kepada Kementerian Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.

8.1 3 a. Rumah sakit telah melaksanakan dan mengembangkan penatagunaan antimikroba di unit pelayanan yang melibatkan dokter, apoteker, perawat, dan

(27)

peserta didik.

b. Rumah sakit telah menyusun dan mengembangkan panduan praktik klinis (PPK), panduan penggunaan antimikroba untuk terapi dan profilaksis (PPAB), berdasarkan kajian ilmiah dan kebijakan rumah sakit serta mengacu regulasi yang berlaku secara nasional. Ada mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan

penatagunaan antimikroba.

b. Rumah sakit telah melaksanakan

pemantauan dan evaluasi ditujukan untuk mengetahui efektivitas indikator

keberhasilan program.

7. Standar

Komunikasi dan Edukasi (KE)

KE 1 4 a. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelaksanaan PKRS di rumah sakit sesuai poin a) – b) pada gambaran umum.

b. Terdapat penetapan tim atau unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang mengkoordinasikan pemberian edukasi kepada pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Tim atau unit PKRS menyusun program kegiatan promosi kesehatan rumah sakit setiap tahunnya, termasuk kegiatan edukasi rutin sesuai dengan misi rumah sakit, layanan, dan populasi pasiennya.

d. Rumah sakit telah menerapkan pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga menggunakan media, format, dan metode yang yang telah ditetapkan.

KE 2 4 a. Tersedia informasi untuk pasien dan keluarga mengenai asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit serta akses untuk mendapatkan layanan tersebut.

Informasi dapat disampaikan secara langsung dan/atau tidak langsung.

b. Rumah sakit menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait alternatif asuhan dan pelayanan di tempat lain,

apabila rumah sakit tidak dapat memberikan asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan pasien.

c. Akses mendapatkan informasi kesehatan diberikan secara tepat waktu, dan status sosial ekonomi perawatan pasien tidak

(28)

menghalangi pasien dan keluarga untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

d. Terdapat bukti pemberian informasi untuk pasien dan keluarga mengenai asuhan dan pelayanan di rumah sakit.

KE 3 3 a. Kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dinilai berdasarkan pengkajian terhadap kemampuan dan kemauan belajar pasien dan keluarga yang meliputi poin a) – f) pada maksud dan tujuan, dan dicatat di rekam medis.

b. Hambatan dari pasien dan keluarga dalam menerima edukasi dinilai sebelum

pemberian edukasi dan dicatat di rekam medis.

c. Terdapat bukti dilakukan pengkajian kemampuan dan kemauan belajar pasien/keluarga, serta hasil pengkajian digunakan PPA untuk membuat perencanaan kebutuhan edukasi.

KE 4 3 a. Terdapat bukti bahwa edukasi yang

diberikan kepada pasien dan keluarga telah diberikan dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami.

b. Terdapat bukti bahwa pasien/keluarga telah dijelaskan mengenai hasil pengkajian, diagnosis, rencana asuhan, dan hasil pengobatan, termasuk hasil pengobatan yang tidak diharapkan.

c. Terdapat bukti edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan cara cuci tangan yang aman, penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi obat-obat dan obat- makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik rehabilitasi serta edukasi asuhan lanjutan di rumah.

KE 5 5 a. Rumah sakit memiliki proses untuk

memastikan bahwa pasien dan keluarganya memahami edukasi yang diberikan.

b. Proses pemberian edukasi di

dokumentasikan dalam rekam medik sesuai dengan metode edukasi yang dapat

diterima pasien dan keluarganya.

c. Materi edukasi untuk pasien dan keluarga selalu tersedia dan diperbaharui secara

(29)

berkala.

d. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien dan keluarga dengan menggunakan format yang praktis dan dengan bahasa yang dipahami pasien dan keluarga.

e. Rumah sakit menyediakan penerjemah (bahasa dan bahasa isyarat) sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.

KE 6 4 a. Rumah sakit mengidentifikasi sumber- sumber yang ada di komunitas untuk mendukung promosi kesehatan berkelanjutan dan edukasi untuk menunjang asuhan pasien yang berkelanjutan.

b. Rumah sakit telah memiliki jejaring di komunitas untuk mendukung asuhan pasien berkelanjutan.

c. Memiliki bukti telah disampaikan kepada pasien dan keluarga tentang edukasi lanjutan dikomunitas. Rujukan edukasi tersebut dilaksanakan oleh jejaring utama yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

d. Terdapat bukti edukasi berkelanjutan tersebut diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan.

KE 7 2 a. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) telah diberikan pelatihan dan terampil

melaksanakan komunikasi efektif.

b. PPA telah memberikan edukasi yang efektif kepada pasien dan keluarga secara

kolaboratif.

Referensi

Dokumen terkait

KOMUNIKASI DENGAN PASIEN/ KELUARGA BILA TERJADI INSIDEN Pihak yang paling berwenang memberitahu tentang terjadinya insiden adalah Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)

Penetapan DPJP adalah proses penentuan dokter penanggung jawab pelayanan pasien selama masa perawatan sesuai ketentuan direksi dan kewenangan klinis1. TUJUAN Menentukan dokter yang

Dalam implementasinya model Case Manajemen dengan berbagai hambatannya dan kekurangannya dengan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) berasal dari profesi dokter dan

DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada

PANDUAN PENETAPAN DPJP RSUD MAJALENGKA Pengertian 1. Dokter Penanggung jawab Pelayananan (DPJP) adalah dokter yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien yang

Item-item data tersebut meliputi tanggal lahir alamat penanggung jawab /keluarga terdekat, DPJP (dokter penanggung jawab pasien), penggunaan bahan kertas yang digunakan

b) Daftar akurat dari pasien yang menerima pelayanan pada saat pelaksanaan survei, termasuk diagnosis, umur, unit pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)

Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain (dokter ruangan, residen) boleh menulis/ mencatat di rekam medis, maka tanggung jawab adalah