Nama : Ghayana Aditya Putra NIM : 010002100166
1. Perbandingan hukum penanaman modal didalam UU No. 25 Tahun 2007 dengan Perppu No.2 Tahun 2022
No. Substansi UU No. 25 Tahun 2007 Perppu No.2 Tahun 2022 1. Ruang lingkup Ketentuan dalam Undang-Undang ini
berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku dan menjadi acuan utama bagi Penanaman Modal di semua sektor di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Bidang Usaha Tertutup
PASAL 12
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang;
dan
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.
PASAL 12
a. budi daya dan industri narkotika golongan I;
b. segala bentuk kegiatan perjudian dan/ atau kasino;
c. penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES);
d. pemanfaatan atau
pengambilan koral dan
pemanfaatan atau
pengambilan karang dari alam yang digunakan untuk bahan
bangunan/kapur/kalsium,
akuarium, dan
souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coral) dari alam;
e. industri pembuatan senjata kimia; dan
f. industri bahan kimia industri dan industri bahan perusak lapisan ozon.
3. Pembinaan dan Pengembangan sektor UMKM
Pasal 13
(1) Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi
(2) Pemerintah melakukan
Pasal 13
1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan kemudahan,
perlindungan, dan
pemberdayaan bagi
koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam pelaksanaan Penanaman Modal berdasarkan norma,
pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah Pusat.
2) Perlindungan dan
pemberdayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) benrpa
pembinaan dan
pengembangan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui:
a. program kemitraan;
b. pelatihan sumber daya manusia;
c. peningkatan daya saing;
d. pemberian dorongan
inovasi dan
perluasan pasar;
e. akses pembiayaan;
dan f. penyebaran
informasi yang seluas-luasnya.
4. Fasilitas Penanaman Modal
Dalam UU ini fasilitas penanaman modal diatur dalam Bab X pasal 18 s/d pasal 24 sebagai berikut.
(1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal (2) Fasilitas penanaman modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada penanaman modal yang : a. Melakukan perluasan usaha;
atau
b. Melakukan penanaman modal baru
(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini :
a. Menyerap banyak tenaga kerja;
b. Termasuk skala prioritas tinggi;
c. Termasuk Pembangunan infrastruktur;
d. Melakukan alih teknologi;
e. Melakukan industri pionir;
f. Berada di daerah terpencil,
Dalam UU ini Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
(1) Pemerintah Pusat
memberikan fasilitas kepada Penanam Modal yang melakukan Penanaman Modal
(2) Fasilitas Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan kepada
Penanaman Modal yang : a. Melakukan
perluasan usaha;
b. Melakukan
penanaman modal baru.
(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) minimal memenuhi kriteria :
a. Menyerap banyak tenaga kerja;
b. Termasuk skala prioritas tinggi c. termasuk
Pembangunan infrastruktur;
daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;
g. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi;
i. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau
j. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
(4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa:
a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu;
b. pembebasan atau
keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;
c. pembebasan atau
keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;
d. pembebasan atau
penangguhan Pajak
Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;
e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan f. keringanan Pajak Bumi dan
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi;
j. industri yang menggunakan barang modal atau
mesin atau
peralatan yang diproduksi di dalam negeri; dan/atau k. termasuk
pengembangan usaha pariwisata (4) Bentuk fasilitas yang
diberikan kepada
Penanaman Modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
(5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki
nilai strategis bagi
perekonomian nasional.
(6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 19
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 20
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas.
Pasal 21
Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh:
a. hak atas tanah;
b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan
c. fasilitas perizinan impor.
Pasal 22
1) Kemudahan pelayanan dan/atau
perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa:
a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun;
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan
c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun.
2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain:
a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan
perubahan struktur
perekenomian Indonesia yang lebih berdaya saing;
b. penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan
penanaman modal yang dilakukan;
c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;
d. penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan
e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.
3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.
4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal
menelantarkan tanah,
merugikan kepentingan umum,
menggunakan atau
memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pertanahan.
Pasal 23
1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b dapat diberikan untuk :
a. Penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam merealisasikan
penanaman modal;
b. Penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin,
alat bantu produksi lainnya, dan pelayanan purnajual; dan
c. Calon penanam modal yang akan melakukan penjajan penanaman modal.
2) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
3) Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu :
a. Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama 2 (dua) tahun;
b. Pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal menjadi izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 (dua) tahun berturut- turut;
c. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 (satu) tahun diberikan untuk jangka waktu paling alma 12 (dua belas) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan;
d. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 (dua) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; dan e. Pemberian izin masuk
kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.
4) Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi atas dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Pasal 24
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas perizinan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c dapat diberikan untuk impor:
a. Barang yang selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur perdagangan barang;
b. Barang yang tidak memberikan dampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, Kesehatan, lingkungan hidup, dan moral bangsa;
c. Barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia; dan
d. Barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri.
5. Pengesahan dan Perizinan Perusahaan
Pasal 25
(1) Penanam modal yang
melakukan penanaman modal di Indonesia harus sesuai dengan ketentuann Pasal 5 Undang- Undang ini.
(2) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal dalam negeri yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum dilakukan sesuai dengan
Ketentuan pasal 25 dala UU ini diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
(1) Penanam modal yang melakukan penanaman modal di Indonesia harus dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Pengesahan pendirian badan usaha Penanaman
ketentuan perundang-undangan.
(3) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.
(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.
Modal dalam negeri yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
(3) Pengesahan pendirian badan usaha Penanaman Modal asing yang berbentuk Perseroan terbatas dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Perusahaan Penanaman Modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasrkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
2. ANALISIS :
Bidang Usaha Tertutup
Sebelum lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja, substansi terkait Bidang Usaha Tertutup diatur di dalam Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang tertutup dan Bidang usaha Yang Terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Perpres ini memberikan klasifikasi dalam bidang usaha yaitu sebagai berikut :
a. Bidang usaha terbuka;
b. Bidang usaha tertutup; dan
c. Bidang usaha terbuka dengan syarat.
Menurut Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup untuk penanaman modal atau untuk kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat. Didalam UU No. 25 Tahun 2007, kriteria Bidang Usaha Tertutup sebagaimana tercantum dalam pasal 12 menyatakan bahwa bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah :
a. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
b. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.
Dalam Perpres No. 44 Tahun 2016 juga menjelaskan tentang daftar bidang usaha tertutup yakni meliputi :
a. Budidaya ganja;
b. Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam
c. Pemanfaatan (Pengambilan) Koral/Karang dari Alam Untuk: Bahan Banguriarn/Kapur/Kalsium, Akuarium, dan Souvenir/Perhiasan, Serta Koral Hidup atau Koral Mati (recent death coral) dari Alam.
d. Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri;
e. Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT), Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene;
f. Industri Bahan Kimia Industri dan lndustri Bahan Perusak Lapisan Ozone (BPO):
Polychlorinated Biphenyl (PCB). Hexachlorobenzene, dan Carbon Tetrachloride (CTC). Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fiuoro Methane (CFC-ll), Dichloro Trifluoro Ethane (CFC-12), Trichloro Trifluoro Ethane (CFC-113). Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CFC-l14), Chloro Peritafluoro Ethane (CFC-115), Chloro Trifluoro Methane (CFC-13), Tetrachloro Difluoro Ethane (CFC-1l2), Peniachloro Fluoro Ethane (CFC-ll1), Chloro Heptaj1uoro Propane (CFC-217), Dichloro Hexafluoro Propane (CFC-216) Trichioro Peniafluoro Propane (CFC-21Sl, Tetrachloro Tetrafluoro Propane(CFC-214), Peniachioro Trifluoro Propane (CFC- 213J, Hexachloro Dijlu.oroPropane (CFC-211J, Bromo Chloro Difluoro Methane (Halon-1211). Bromo Trifluoro Methane (Halon-1301), Dibromo Tetrafluoro Ethane (Halon-24021, R-5OO,R-502;
g. Industri Bahan Kimia Daftar-I Konvensi Senjata Kirnia Sebagairoana Tertuang Dalam Lampiran I. Perindustrian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Bahan Kirnia sebagai Senjata Kimia
h. Industri Minuman Mengandung Alkohol;
i. Industri minuman mengandung Malt;
j. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal penumpang Angkutan Darat;
k. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor;
l. Telekomunikasi/sarana bantu Navigasi Pelayaran dan vessel traffic information system (VTIS);
m. Penyelenggaraan dan Pelayanan Navigasi Penerbangan;
n. Penyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor;
o. Manajemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Freuensi Radio dan Orbit Satelit;
p. Museum Pemerintah;
q. Peninggalan Sejarah dan Purbakala r. Perjudian/Kasino
Kemudian didalam Perppu No. 2 Tahun 2022 ketentuan mengenai ruang lingkup untuk penanaman modal di bidang usaha tertutup meliputi :
a. budi daya dan industri narkotika golongan I;
b. segala bentuk kegiatan perjudian dan/ atau kasino;
c. penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Conuention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES);
d. pemanfaatan atau pengambilan koral dan pemanfaatan atau pengambilan karang dari alam yang digunakan untuk bahan bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (reent death coratl dari alam;
e. industri pembuatan senjata kimia; dan
f. industri bahan kimia industri dan industri bahan perusak lapisan ozon.
Perubahan mengenai ruang lingkup penanaman modal dalam bidang usaha tertutup yang diatur dalam Perppu No. 2 Tahun 2022 ini hanya merubah diksi-diksi dari aturan nya saja tidak merubah secara eksplisit, hanya beberapa poin dalam pasal 12 yang dihilangkan didalam perpres maupun pengaturan yang diatur didalam UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan ini dapat menguntungkan investor dalam melakukan penanaman modal di Indonesia, karena pada awal mulanya ada 20 jenis bidang usaha yang termasuk dalam bidang usaha tertutup dipersempit menjadi 6 jenis saja.
UMKM dan Koperasi
Perubahan terhadap substansi UMKM dalam Perppu No. 2 Tahun 2022 ini adalah adanya penambahan program perlindungan dan pemberdayaan terhadap UMKM dan Koperasi, yang dimana hal ini juga bersinggungan dengan Undang-Undang UMKM. Dalam ketentuan Pasal 13 ayat (2) perlindungan dan pemberdayaan UMKM itu dapat melalui :
a. Program kemitraan;
b. Pelatihan sumber daya manusia;
c. Peningkatan daya saing;
d. Pemberian dorongan invasi dan perluasan pasar;
e. Akses pembiayaan; dan
f. Penyebaran informasi yang seluas-luasnya.
Selain hal tersebut, terdapat juga perluasan persyaratan UMKM sebagaimana tercantum dalam Pasal 35 PP No.7 Tahun 2021. Berdasarkan uraian diatas maka perubahan substansi UMKM dalam Perppu No.2 Tahun 2022 adalah sebagai wujud dari komitmen pemerintahan untuk terus melindungi UMKM di Indonesia. Sehingga atas dasar penambahan program tersebut dapat mempermudah investor juga dalam melakukan penanaman modal di Indonesia.
Fasilitas Penanaman Modal
Terhadap Fasilitas ini dapat diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada kegiatan penanaman modal yang akan melakukan perluasan usaha atau melakukan penanaman modal baru. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi;
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri;
Kemudian Undang-Undang Cipta Kerja menambahkan satu kriteria lagi, yaitu dalam sektor pengembangan usaha pariwisata. Sehingga UU ciptaker ini memberikan fasilitas penanaman modal yang lebih luas lagi dibandingkan UU sebelumnya yaitu UU No. 25 Tahun 2007. Terutama dalam kriteria usaha yang diutamakan mendapatkan fasilitas penanaman modal.
Pengesahan dan Perizinan Perusahaan
Terhadap hal ini diatur dalam Pasal 25 - 26 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, kemudian kita mulai lebih dahulu pada Pasal 25 yang pada awalnya diatur lebih lanjut dengan PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, kemudian dicabut dengan PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko. Walaupun sudah sama-sama menggunakan lembaga OSS (Online Single Submission) dalam hal permohonan dan penerbitan izin berusaha, namun PP No. 24 Tahun 2018 belum menggunakan perizinan yang berbasis resiko dan disebut dengan OSS versi 1.0.
Namun setelah lahirnya PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko, lembaga OSS tersebut diubah menjadi Lembaga OSS RBA (Risk Based Approach) atau OSS Berbasis Resiko juga adanya pembaharuan terhadap KBLI dari KBLI 2017 menjadi yang terbaru KBLI 2020. Hal ini dapat dijadikan sebagai wujud dari campur tangan pemerintah dalam pembangunan sistem demi keberlangsungan investasi di Indonesia.
3. Kesimpulan
Bidang Usaha Tertutup
Dalam bidang usaha tertutup, tidak mengalami perubahan secara signifikan terhadap isinya hanya saja lebih ke penekanan terhadap perubahan diksinya saja.
UMKM dan Koperasi
Dalam substansi UMKM dan Koperasi, terdapat penambahan program perlindungan dan pemberdayaan terhadap UMKM sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (2) Perppu No.2 Tahun 2022 yang sebelumnya tidak diatur didalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini menjadi wujud komitmen pemerintah dalam mendukung lajunya pertumbuhan UMKM di Indonesia.
Fasilitas Penanaman Modal
Dalam fasilitas penanaman modal, Perppu No.2 Tahun 2022 menambahkan satu kriteria dalam kriteria usaha yang mendapatkan fasilitas penanaman modal. Yaitu kriteria sektor pengembangan usaha pariwisata. Pada substansi ini tidak terdapat perubahan yang signifikan hanya terdapat penambahan kriteria dalam pemberian fasilitas penanaman modal.
Pengesahan dan Perizinan Usaha
Sebelum lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja sudah terlihat bahwa Pemerintah sudah bergerak mengembangkan sistem dalam perizinan usaha yang tersentral melalui sistem OSS, namun saja sistemnya yang belum siap sehingga masih banyak kekurangan.
Kemudian setelah lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja, OSS mendapat perubahan menjadi OSS RBA (Risk Based Approach) atau OSS Berbasis Resiko.