TUGAS MAKALAH
SISTEM PRODUKSI PERKEBUNAN
AGROEKOSISTEM YANG MENUNJANG PRODUKSI PERKEBUNAN BERKELANJUTAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : YAZZA CAPPY YOLAND HARAHAP NIM : 420230102023
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
UNIVERSITAS PERTAHANAN RI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul "Agroekosistem Yang Menunjang Produksi Perkebunan Berkelanjutan" ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Produksi Perkebunan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengertian Agroekosistem beserta komponen-komponennya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepadaIbu Maria Yestiana M. K. Leo, S.P., M.Si, selaku Dosen bidang studi Sistem Produksi Perkebunan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI
BAB I... 4
PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang...4
1.2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan...5
BAB II...5
PEMBAHASAN... 5
2.1 Pengertian Agroekosistem...5
2.2 Komponen-Komponen Agroekosistem...6
1. Komponen biotik...6
2. Komponen Abiotik... 6
2.3 Permasalahan Yang Terjadi Pada Suatu Agroekosistem...7
2.4 Pengelolaan Permasalahan Yang Terjadi Pada Agroekosistem...9
2.5 Model Agroekosistem Yang Menunjang Produksi Perkebunan...9
BAB III...11
PENUTUP...11
3.1 Kesimpulan...11
3.2 Saran... 12
DAFTAR PUSTAKA...12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekosistem adalah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan tertentu.Agroekosistem dapat diartikan sebagai bentuk komunitas tumbuhan dan hewan yang berinteraksi dengan lingkungannya, dan telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan produk lain untuk konsumsi dan pengolahan manusia (Maes, 2018).
Sederhanannya, agroekosistem merupakan sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan hidupnya. Berbeda dengan ekosistem alam, agroekosistem tidak membatasi sumber energi pada materi organik, tapi juga melibatkan sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk, pestisida, dan berbagai teknologi. Hasil modifikasi tersebut yang kemudian memunculkan perbedaan tampak pada ekosistemnya. Agroekosistem cenderung didominasi oleh varietas tertentu saja, sedangkan ekosistem alam yang masih asri tentu memiliki keanekaragaman yang lebih bervariasi.
Rambo (1983) menganalisa bahwa terdapat 2 sistem yang menjadi komponen utama dalam agroekosistem, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Dengan demikian agroekosistem adalah suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di dalam areal pertanaman bersama-sama dengan keseluruhan kondisi lingkungan yang telah dimodifikasi manusia, yaitu pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktifitas sosial manusia lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Agroekosistem?
2. Apa komponen utama dalam Agroekosistem?
3. Bagaimana cara pengelolaan permasalahan yang terjadi pada Agroekosistem?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ap aitu Agroekosistem
2. Untuk mengetahui komponen utama yang terdapat di dalam Agroekosistem
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan permasalahan yang terjadi pada Agroekosistem
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agroekosistem
Agroekosistem dapat diartikan sebagai bentuk komunitas tumbuhan dan hewan yang berinteraksi dengan lingkungannya, dan telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan produk lain untuk konsumsi dan pengolahan manusia (Maes, 2018). Sederhanannya, agroekosistem merupakan sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan hidupnya.
Menurut Suyana (2008) agroekosistem adalah ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan atas pangan ataupun serat. Sumiasri (2011) menyatakan bahwa agroekosistem atau ekosistem agrikultural merupakan gabungan istilah ekosistem dengan agrikultural. Ekosistem adalah komunitas alami yang berinteraksi satu sama lain serta dengan faktor fisi dan kimia, sedangkan agrikultural adalah sifat yang berkaitan dengan pertanian (budi daya).
Dengan demikian agroekosistem adalah suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di dalam areal pertanaman bersama-sama dengan keseluruhan kondisi lingkungan yang telah dimodifikasi manusia, yaitu pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktifitas sosial manusia lainnya. Agroekosistem dapat dikatakan produktif jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara dan organisme-organisme yang ada, sehingga dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan.
Ketidakseimbangan komponen dalam agroekosistem dapat disebabkan adanya gangguan oleh serangan hama atau degradasi lahan.Agroekosistem berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia melalui kegiatan pengelolaan lahan yang dapat menghasilkan produk pangan dan produk pertanian lainnya.
2.2 Komponen-Komponen Agroekosistem
Komponen agroekosistem tersiri dari komponen biotik dan komponen abiotik 1. Komponen biotik
Komponen biotik terdiri dari:
 Produsen berupa jasad-jasad hidup yang mampu menangkap energi matahari dan membentuk bahan-bahan yang mengandung energi. Contohnya adalah tumbuh- tumbuhan berklorofil hijau.
 Konsumen berupa jasad-jasad hidup yang memakan tumbuhtumbuhan dan atau hewan;
mampu membentuk bahan-bahan organik yang lebih tinggi mutunya dari bahan yang dimakannya. Konsumen terbagi menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora.
 Dekomposer berupa jasad-jasad hidup (mikrobia) yang dapat menguraikan sisa-sisa dari jasad hidup yang mati melalui proses mineralisasi.
 Tanaman atau vegetasi tanaman dalam agroekosistem berfungsi sebagai produsen atau komponen yang diusahakan oleh manusia untuk budidaya
 Hewan sebagai penyeimbang atau pendukung komponenkomponen dalam agroekosistem. Contoh: cacing yang membantu menyuburkan tanah.
2. Komponen Abiotik
Komponen abiotik dari ekosistem terdiri dari:
 Air
Lebih dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri dari air. Oleh sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisme. Kalau kita perhatikan di berbagai daerah di sekitar kita, maka ada daerah yang kaya akan air, tapi ada pula daerah kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi organisme berbeda-beda
 Udara
Gas-gas yang ada di atmosfer,di samping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur tertentu, seperti: oksigen, karbondioksida, nitrogen, dan hidrogen.
Udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori atau cukup rongga akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik, aerasinya akan baik, dan baik pula proses mineralisasinya.
 Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu. Suhu diperlukan makhluk hidup untuk proses kimia dalam tubuhnya. Semua makhluk hidup selalu menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi, dan terlalu rendah. Makhluk hidup selalu berusaha untuk mendapatkan suhu lingkungan yang optimum.
 Tanah
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanan di tanah. Dalam satu toposekuen akan dijumpai berbagai jenis tanah, sebagai akibat ada perbedaan bahan induk, iklim, topografi dan penggunaan lahan
 Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi sebagai sumber energi primer bagi ekosistem. Keberadaannya mampu mempengaruhi dan mengontrol organisme yang ada pada suatu ekosistem. Intensitas dan kualitas cahaya matahari memengaruhi proses fotosintesis.
 Salinitas
Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis.
Beberapa organisme yang hidup di daerah terestrial beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung garam tinggi.
2.3 Permasalahan Yang Terjadi Pada Suatu Agroekosistem Masalah-Masalah yang dihadapi suatu agroekosistem saat ini, yakni:
 Degradasi lahan
Sistem pembukaan lahan dengan cara tebas-bakar (slash and burn) yang dilakukan pada lahan yang miring akan mengawali terjadinya erosi. Kebi-asaan membakar kayu dan ranting sisa pembukaan lahan biasanya akan banyak merusak tanah dan cepat menurunkan kadar bahan organik tanah yang akhirnya menurunkan produktivitas tanah. Selain itu kapasitas infiltrasi tanah menurun dan meningkatkan aliran permukaan dan mempercepat laju erosi tanah.
 Kerusakan tubuh tanah
Kerusakan tubuh tanah yang diakibatkan terjadi perubahanperubahan yang berlebihan, misalnya kerusakan yang menyebabkan lapisan olah tanah lenyap atau dikenal dengan istilah erosi.
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain.
Peningkatan erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah atau akibat kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Permasalahan degradasi lahan akibat erosi disebabkan oleh:
1. Curah hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi, 2. Tanah peka erosi,
3. Kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk tanaman pangan, 4. Cara pengelolaan tanah dan tanaman yang salah termasuk kebiasaan membakar
dan cara pembukaan lahan yang salah, dan 5. Tindakan konservasi lahan yang belum memadai.
 Dampak pemupukan yang berlebihan
Pemupukan dilakukan untuk memberikan zat makanan yang optimal kepada tanaman, agar tanaman dapat memberikan hasil yang cukup. Pemupukan dan pupuk buatan dapat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menurun). Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan berakibat pada terbentuknya nitrit di dalam tanah yang berasal dari unsur nitrogen dalam pupuk. Pemupukan yang berlebihan dan larut ke dalam air juga dapat menyebabkan meningkatkan kesuburan sungai (eutrofikasi). Ganggang dan tumbuhan sungai, misalnya eceng gondok, tumbuh dengan subur. Akibatnya hewan- hewan air akan kekurangan oksigen sehingga mengalami kematian.
 Lahan pertanian terbatas/semakin sempit
Pertambahan penduduk yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun mengakibatkan penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri semakin besar sehingga lahan yang dulunya sebagai lahan pertanian menjadi semakin sempit. Selain itu, lahan pertanian di Indonesia banyak pula yang belum benar-benar dimanfaatkan untuk pertanian karena lahan tersebut berupa lahan kritis dan gambut yang memerlukan perlakuan dan penanganan lebih apabila dijadikan lahan untuk pertanian.
 Ketergantungan petani terhadap pestisida, pupuk anorganik dan varietas unggul Akibat petani mengintensifkan penggunaan pestisida untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidayakannya, maka petani tersebut memiliki ketergantungan terhadap pestisida. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan petani untuk menerapkan Program Pengendalian Hama Terpadu dengan menggunakan pestisida nabati yang aman serta memanfaatkan musuh alami sesuai program PHT. ketersediaan pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi pertanian, petani selalu melakukan pemupukan intensif menggunakan pupuk anorganik, bahkan terkesan berlebihan sehingga dalam usahataninya, petani sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk anorganik.
Varietas unggul pun diperlukan sebagai modal untuk menghasilkan produksi yang tinggi pada masa Revolusi Hijau sehingga tanpa varietas yang unggul, petani merasa produksinya akan menurun dan tidak dapat menutupi biaya produksi, akibatnya petani menga-lami kerugian.
 Muncul ketahanan (resistensi) hama terhadap pestisida.
Ketahanan hama terhadap pemberian pestisida akan muncul apabila pestisida diberikan secara terus menerus. Resistensi muncul akibat reaksi evolusi menghadapi suatu tekanan (strees). Oleh karena hama terus menerus mendapat tekanan oleh pestisida, maka melalui proses seleksi alami, spesies hama mampu membentuk strain baru yang lebih tahan terhadap pestisida tertentu yang digunakan petani. Saat ini, telah ada lebih dari 500 spesies serangga hama telah resisten terhadap berbagai jenis insektisida.
 Ledakan populasi hama sekunder.
Umumnya tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling merusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi apabila setelah pemberian pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
2.4 Pengelolaan Permasalahan Yang Terjadi Pada Agroekosistem
 Faktor yang memengaruhi suatu ekosistem pertanian sangatlah beragam, tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga pengaruh besar, yakni: pengaruh praktik atau perlakuan budidaya, pengaruh kondisi alami, dan pengaruh kegiatan manusia. Pengaruh yang dapat dikendalikan atau ditangani oleh seorang ahli pertanian adalah praktik dan perlakuan budidaya.
 Secara rinci sebenarnya pengaruh tersebut bersifat timbal-balik, sehingga lebih merupakan interaksi saling tindak antara agroekosistem dan lingkungan atau ekosistem lain yang ada di sekelilingnya. Saling tindak ini bersifat dinamik dan progresif.
 Tetapi apabila agroekosistem tidak lagi mampu menyeimbangkan pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan terjadi kondisi regresif. Dalam kondisi ini, agroekosistem mengalami kemunduran, tidak produktif dan dinamikanya menuju ke degradasi ekosistem.
2.5 Model Agroekosistem Yang Menunjang Produksi Perkebunan
 Agroekosistem karet
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3,6 juta hektar dengan rincian luasan yang disuahakan rakyat sekitar 2.58 juta hektar, oleh negara sekitar 227.783 hektar dan swasta sekitar 342.964 hektar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015).
Dengan angka tersebut, menunjukan bahwa Indonesia memiliki lahan pertanaman karet yang tergolong luas di dunia. Sistem perkebunan rakyat memiliki luasan yang terluas yang diusahakan di Indonesia.
Pada umumnya sistem perkebunan rakyat diusahakan hanya diusahakan seadanya.
Setelah ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja dan perawatannya kurang diperhatikan. Tanaman karet tua jarang yang diremajakan dengan klon baru. Sehingga mengakibatkan produktivitas karet rakyat masih tergolong rendah.
 Agroekosistem perkebunan kelapa sawit
Pada umumnya masyarakat/petani mengupayakan usaha i ni hanya dalam skala kecil berkisar 1-6 ha. Pada lahan ini hanya dibudidayakan kelapa sawit saja, akan tetapi ada beberapa masyarakat juga memanfaatkan perkebunan kelapa sawitnya sebagai lahan penggembalaan ternak sapi. Kedua-duanya sama sama diharapkan untuk menunjang perekonomian pemiliknya.
Hal ini didukung oleh pendapat Jelsma et al (2017) bahwa proses globalisasi telah menghasilkan peluang baru bagi para petani kecil untuk berpartisipasi dalam pasar komoditas pertanian global, partisipasi ini semakin dibentuk oleh kemampuan yang berbeda salah satunya dalam bidang pertanian.
 Agroekosistem kakao
Pada umumnya pada perkebunan swasta lebih cenderung menerapkan sistem tanam monokultur hingga dinaungi dengan tanaman khusus penaung. Sedangkan perkebunan kakao yang diusahakan oleh masyarakat lebih cenderung mengkombinaskan tanaman kakao tersebut dengan pisang serta sebagian juga terdapat peternakan ayam.
Sedikitnya petani yang mengusahakan kakao ini bisa saja disebabkan oleh kesesuaian lahan yang kurang cocok. Menurut Safitri (2015) beberapa factor pembatas yang
menentukan kecocokan budidaya tanaman kakao ini disuatu lahan adalah suhu, curah hujan, temperature dan lainnya. Untuk bisa memaksimalkan penggunaan lahan, menurut (Tjahyana, 2015) bahwa pengembangan komoditas kakao akan jadi lebih ekonomis jika dijadikan tanaman sela.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agroekosistem adalah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan tertentu.Agroekosistem dapat diartikan sebagai bentuk komunitas tumbuhan dan hewan yang berinteraksi dengan lingkungannya, dan telah
dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan produk lain untuk konsumsi dan pengolahan manusia
Sederhanannya, agroekosistem merupakan sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan hidupnya. Berbeda dengan ekosistem alam, agroekosistem tidak membatasi sumber energi pada materi organik, tapi juga melibatkan sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk, pestisida, dan berbagai teknologi. Hasil modifikasi tersebut yang kemudian memunculkan perbedaan tampak pada ekosistemnya. Agroekosistem cenderung didominasi oleh varietas tertentu saja, sedangkan ekosistem alam yang masih asri tentu memiliki keanekaragaman yang lebih bervariasi.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com/presentation/d/1XDBjNUm2_Emkyap9gJp6J4tnotJjSxHs/
edit#slide=id.p23
https://lindungihutan.com/blog/pengertian-agroekosistem-dan-contohnya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem_pertanian
.