• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas makalah manajemen pembiayaan pendidikan dr agus sujarwo mmpd

N/A
N/A
Phan bulang geh

Academic year: 2023

Membagikan "tugas makalah manajemen pembiayaan pendidikan dr agus sujarwo mmpd"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Makalah Manajemen Pembiayaan Pendidikan - Dr.

Agus Sujarwo MMPd

pendidikan (Universitas Bandung Raya)

Tugas Makalah Manajemen Pembiayaan Pendidikan - Dr.

Agus Sujarwo MMPd

pendidikan (Universitas Bandung Raya)

(2)

TANGGUNG JAWAB PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Makalah ini Dibuat sebagai Syarat Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Pendidikan

KELOMPOK 5 Disusun Oleh

1. Ahmad Zulkarnain (NIM. 2227721010100) 2. Andri Prasetiyo (NIM. 2227721010659) 3. Dwiki Al Akhyar (NIM. 2227721010008) 4. Ecah (NIM. 2227721010454)

5. Maman Abdulah (NIM. 2227721010498) 6. Marlinah (NIM. 2227721010517)

7. Nandang Abdul Fatah (NIM. 2227721010405) 8. Nurman Hidayat (NIM. 2227721010464)

Dosen Pengampu

Dr. Agus Sujarwo, M.M.Pd.

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG

2023

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah berjudul “Tanggung Jawab Pembiayaan Pendidikan” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi dengan membantu pencarian data untuk makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Menejemen Pembiayaan Pendidikan. Selain itu, pembuatan makalah juga memiliki tujuan agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah semakin lebih baik. Akhir kata, semoga makalah dapat berguna.

Lampung Selatan, Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………..

Bab 1 Pendahuluan……….

A. Latar Belakang ………...

B. Tujuan

Bab 2 Pembahasan………..

A. Jaminan Konstitusi Pendanaan Pendidikan……….

B. Tanggung Jawab Dalam Pendanaan Pendidikan ……….

C. Sumber Pendanaan Pendidikan ………...

D. Sumber Pendanaan Pendidikan Islam Pada Masa Klasik Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan B. Kritik dan Saran

(5)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan elemen dasar dari hak asasi manusia. Di dalam hak atas pendidikan terkandung berbagai elemen yaitu hak ekonomi, sosial dan budaya serta juga hak sipil dan politik. Hak atas pendidikan adalah hak asasi manusia dan sarana yang mutlak diperlukan demi terpenuhinya hak - hak yang lain.

Penyelenggaran pendidikan hingga selesai merupakan prasyarat untuk mendapatkan hak atas pekerjaan, dengan asumsi bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka akan mudah mendapatkan pekerjaan. Bahkan pendidikan juga seringkali dikaitkan dengan isu hak perempuan; dan pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk pemberdayaan perempuan (Abdi, dkk. 2009:26).

Dalam konteks bernegara, pemenuhan hak dasar atas pendidikan tersebut dalam perspektif hukum HAM internasional, dikategorikan dalam kelompok hak-hak positif. Pengertiannya adalah, bahwa hak tersebut tidak akan terwujud dengan baik, jika tidak ada intervensi Negara. Oleh sebab itu, Negara berkewajiban untuk memenuhinya. Sifat lainnya dari hak ini adalah, tidak bisa dikurangi. Dalam arti pemenuhan bersifat mutlak oleh Negara. Dalam konteks UUD 1945, kewajiban ini secara implisit ditegaskan sebagai salah satu bagian dari rumpun HAM.

Penulisan indikator pemenuhan hak asasi manusia, termasuk di dalamnya hak atas pendidikan sangat penting terutama untuk menjelaskan kewajiban pemenuhan hak asasi manusia dan untuk mendiskusikan bagaimana ketentuan tentang hak-hak di atas data dioperasionalkan.

Catarina Tomasevsky Pelapor Khusus PBB sebagaimana dikutip oleh Eide (2001:531) menyatakan bahwa indikator ini diperlukan untuk menerjemahkan hukum hak asasi manusia ke dalam bahasa pemenuhan kuantitatif sebagai patokan realisasi hak-hak tersebut.

(6)

B. Tujuan

Tujuan membahas tentang makalah tanggung jawab pembiayaan pendidikan adalah untuk:

1. Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip pembiayaan pendidikan.

2. Mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan pendidikan.

3. Menganalisis peran dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam pembiayaan pendidikan.

4. Menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan pembiayaan pendidikan.

(7)

BAB 2 PEMBAHASAN

A. JAMINAN KONSTITUSI PENDANAAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan tugas yang penting bagi warga, dengan tanggungjawab utama pelaksanaan kegiatan pendidikan berada di tangan Pemerintah. Dalam Pembukaan UUD 1945, dinyatakan: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia … melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ...”.

Sejalan dengan amanat Pembukaan UUD 1945 tersebut di atas, maka para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia menetapkan pengaturan lebih lanjut tentang pendidikan dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD1945 (sebelum amandemen) bahwa, “Tiap - tiap warganegara berhak mendapatkan pengajaran.”

Secara detail Pasal 31 UUD 1945 menguraikan hak-hak warga Negara dalam pendidikan sebagai berikut: (1). Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2). Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai; (3). Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang- undang; (4). Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang- kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapat dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; (5). Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Kewajiban pemerintah dalam pelaksanaan pendidikan nasional adalah memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi dan wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya

(8)

pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2003.

Tanggung jawab pemerintah atau negara dalam membiayai dan menyediakan dana pendidikan sebagai konsekuensi atas pelaksanaan Pasal 31 UUD 1945, ternyata dilaksanakan lain oleh Pasal 46 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 yaitu Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Begitu juga sumber pendanaan pendidikan di dalam Pasal 47 Ayat (2) UU Nomor 20 Tahun 2003 menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Pengalokasian anggaran pendidikan di dalam Pasal 49 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 telah diatur dialokasikan minimal 20% dari APBN sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD selain alokasi gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan Pemenuhan pendanaan pendidikan dapat dilakukan secara bertahap.

Dalam perkembangannya, pasal - pasal di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 beberapa kali diajukan permohonan Pengujian UU ke Mahkamah Konstitusi. Pada tanggal 5 Oktober 2005, MK melakukan pengujian atas Pasal 17 Ayat (1) (2) dan Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) dengan Nomor 11/PUU-III/2005. Dalam putusannya atas pasal-pasal tersebut, MK memutuskan:

(1). Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian; (2).

Menyatakan Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (3). Menyatakan Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; (4).

Menolak permohonan para Pemohon untuk selebihnya; (5).

Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; Pertimbangan Mahkamah Konstitusi atas

(9)

putusan tersebut adalah bahwa pada hakikatnya pelaksanaan ketentuan Konstitusi tidak boleh ditunda-tunda. UUD 1945 secara expressis verbis telah menentukan bahwa anggaran pendidikan minimal 20% harus diprioritaskan yang tercermin dalam APBN dan APBD tidak boleh direduksi oleh peraturan perundang-perundangan yang secara hierarkis berada di bawahnya.

Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) UU Sisdiknas juga telah membentuk norma baru yang mengaburkan norma yang terkandung dalam Pasal 49 Ayat (1) yang ingin dijelaskannya, sehingga ketentuan dalam Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) tersebut juga bertentangan dengan prinsip-prinsip dan teori perundang - undangan yang sudah lazim diterima dalam ilmu hukum yang kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (vide Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUUIII/2005 dalam permohonan pengujian Penjelasan Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Terlebih lagi pendidikan di Indonesia sudah sangat tertinggal, sehingga sudah waktunya pendidikan harus menjadi prioritas utama pembangunan di Indonesia yang perwujudannya antara lain adalah pemberian prioritas di bidang anggaran.

Adanya Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) UU Sisdiknas menjadi alasan bagi Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah untuk tidak memenuhi pagu 20% anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD.

B. TANGGUNG JAWAB DALAM PENDANAAN PENDIDIKAN

Penanggung jawab dalam pendidikan dalam konteks Pendidikan Nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah ( Pemerintah Pusat dan Daerah ) dan masyarakat ( penyelanggara satuan pendidikan, peserta didik, orang tua /wali atau pihak – pihak yang peduli dengan pendidikan )

Pemerintah bertanggung jawab atas pendanaan pendidikan dengan mengalokasikan dana pendidikan melalui APBN atau APBD. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisten Pendidikan Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan , Orang Tua /wali peserta didik ( khususnya bagi

(10)

peserta didik tingkat SLTA ke bawah ) bertanggung jawab atas biaya pribadi peserta didik yaitu biaya – biaya yang terkait dengan kebutuhan pokok maupun relative dari peserta didik itu sendiri, seperti transpot ke sekolah ,uang jajan,buku – buku penunjang, seragam sekolah, kursus tambahan dan uang sejenisnya.

Selain itu orang tua juga ikut memikul sebagian satuan pendidikan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan penyelenggara pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu hak dasar manusia yang wajib dipenuhi oleh negara. Oleh karena itu, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

1. Tanggung jawab pemerintah

Pemerintah memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam pendanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (4) yang menyatakan bahwa "Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional."

Tanggung jawab pemerintah dalam pendanaan pendidikan meliputi:

a. Menyediakan anggaran pendidikan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

b. Melakukan perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan dana pendidikan secara efektif dan efisien.

c. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan dana pendidikan.

2. Tanggung jawab pemerintah daerah

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dalam pendanaan pendidikan di wilayahnya. Tanggung jawab pemerintah daerah dalam pendanaan pendidikan meliputi:

a. Menyediakan anggaran pendidikan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan di wilayahnya.

b. Melakukan perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan dana pendidikan di wilayahnya secara efektif dan efisien.

(11)

c. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan dana pendidikan di wilayahnya.

3. Tanggung jawab masyarakat

Masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam pendanaan pendidikan. Tanggung jawab masyarakat dalam pendanaan pendidikan meliputi:

a. Memberikan dukungan dan partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

b. Membantu penyediaan sumber daya pendidikan, seperti sarana dan prasarana pendidikan.

c. Membantu penyelenggaraan pendidikan nonformal dan informal.

d. Prinsip Pendanaan Pendidikan

4. Pendanaan pendidikan harus berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Adil dan merata b. Efektif dan efisien

c. Transparan dan akuntabel d. Berkelanjutan

Penerapan prinsip-prinsip pendanaan pendidikan tersebut bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pendanaan pendidikan secara adil, merata, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Pendanaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab tersebut harus dilaksanakan secara efektif dan efisien agar dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pendanaan pendidikan secara adil, merata, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

C. SUMBER PENDANAAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula, yang dapat berperan dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendanaan pendidikan menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan.

Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

Sumber pendanaan pendidikan dapat diperoleh dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun pihak lain.

(12)

1. Sumber pendanaan dari pemerintah

Pemerintah memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam pendanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (4) yang menyatakan bahwa "Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional."

Anggaran pendidikan dari pemerintah dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan pendidikan, seperti:

Biaya operasional sekolah

Biaya pengembangan kurikulum

Biaya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

Biaya pelatihan guru dan tenaga kependidikan

Biaya beasiswa 2. Sumber pendanaan dari masyarakat

Masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam pendanaan pendidikan. Tanggung jawab masyarakat dalam pendanaan pendidikan meliputi:

a. Memberikan dukungan dan partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

b. Membantu penyediaan sumber daya pendidikan, seperti sarana dan prasarana pendidikan.

c. Membantu penyelenggaraan pendidikan nonformal dan informal.

Iuran orang tua/wali siswa merupakan salah satu sumber pendanaan pendidikan dari masyarakat. Iuran orang tua/wali siswa dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan pendidikan, seperti:

Biaya operasional sekolah

Biaya pengembangan kurikulum

Biaya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

Selain iuran orang tua/wali siswa, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam pendanaan pendidikan melalui sumbangan masyarakat.

Sumbangan masyarakat dapat berupa dana, barang, atau jasa. Sumbangan masyarakat dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan pendidikan, seperti:

Biaya pembangunan sekolah

Biaya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

Biaya beasiswa

(13)

3. Sumber pendanaan dari pihak lain

Bantuan dari lembaga donor, bantuan dari badan usaha, dan bantuan dari perorangan merupakan sumber pendanaan pendidikan dari pihak lain. Bantuan dari pihak lain dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan pendidikan, seperti:

Biaya pembangunan sekolah

Biaya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

Biaya beasiswa

Pendanaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab tersebut harus dilaksanakan secara efektif dan efisien agar dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pendanaan pendidikan secara adil, merata, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

D. SUMBER PENDANAAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula, yang dapat berperan dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendanaan pendidikan menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan.

Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Sumber pendanaan pendidikan dapat diperoleh dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun pihak lain.

Pada masa klasik, pendidikan Islam berkembang pesat di berbagai wilayah, seperti Baghdad, Damaskus, Kairo, dan Cordoba. Perkembangan pendidikan Islam ini didukung oleh ketersediaan sumber pendanaan yang memadai dari berbagai pihak.

1.Sumber pendanaan pendidikan Islam pada masa klasik

Sumber pendanaan pendidikan Islam pada masa klasik dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Sumber pendanaan dari pemerintah

Sumber pendanaan dari pemerintah meliputi:

1) Baitul mal adalah lembaga keuangan negara Islam yang bertugas mengelola dan mendistribusikan harta negara, termasuk untuk

(14)

membiayai pendidikan. Baitul mal dibentuk dari berbagai sumber pendapatan negara, seperti zakat, jizyah, kharaj, dan ganimah.

2) Wakaf adalah pemberian harta secara sukarela oleh umat Islam untuk digunakan untuk kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pendidikan. Wakaf dapat diberikan dalam bentuk tanah, bangunan, uang, atau barang lainnya.

b. Sumber pendanaan dari masyarakat Sumber pendanaan dari masyarakat meliputi:

1) Infaq dan shadaqah adalah pemberian harta secara sukarela oleh umat Islam untuk kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pendidikan. Infaq dan shadaqah dapat diberikan dalam bentuk uang, barang, atau jasa.

2) Iuran orang tua siswa juga merupakan salah satu sumber pendanaan pendidikan Islam pada masa klasik. Iuran orang tua siswa dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan pendidikan, seperti gaji guru, biaya operasional sekolah, dan biaya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.

Selain sumber pendanaan di atas, pendidikan Islam pada masa klasik juga dibiayai oleh para dermawan, seperti para pedagang dan saudagar kaya.

Para dermawan ini biasanya memberikan bantuan dalam bentuk uang, barang, atau tanah untuk membangun sekolah dan madrasah.

Keberhasilan pendanaan pendidikan Islam pada masa klasik dapat menjadi inspirasi bagi pendanaan pendidikan di masa kini. Untuk meningkatkan pendanaan pendidikan di masa kini, perlu dilakukan upaya- upaya berikut: Pertama, Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran pendidikan; Kedua, Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan; Ketiga, Pemerintah perlu mendorong partisipasi masyarakat dalam pendanaan pendidikan, dan Keempat; Pemerintah perlu meningkatkan kerja sama dengan pihak lain dalam pendanaan pendidikan.

(15)

BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan

Tanggung jawab pemerintah: Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pendanaan yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan. Pendanaan ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pajak, hibah, dan pinjaman. Pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pendanaan pendidikan digunakan secara efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan dan pengelolaan pendanaan pendidikan yang baik.

Tanggung jawab pemerintah daerah: Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk membantu pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah di daerah. Pendanaan ini dapat berasal dari APBD. Pemerintah daerah juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pendidikan di daerahnya dapat diakses oleh semua warga negara, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil atau tertinggal.

Tanggung jawab masyarakat: Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi dalam program pendidikan, seperti menjadi donatur atau sukarelawan. Masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk mendorong pemerintah dan pemerintah daerah untuk meningkatkan anggaran pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan kepada kebijakan dan program pendidikan yang digulirkan oleh pemerintah.

Kesimpulannya, tanggung jawab pembiayaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Kerja sama yang baik dari semua pihak diperlukan untuk memastikan bahwa semua warga negara Indonesia dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas.

B. Kritik dan Saran

Makalah ini merupakan hasil penelitian yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Asep Suryana, Suryadi, Modul Pengelolaan Pendidikan.

Maftuhah. (2019). Pendanaan Pendidikan Islam Masa Klasik. Jurnal Basicedu, 3(3), 784-792.

Yati, Sri. Tesis berjudul Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan di MAN 4 Jakarta.

Sumber Situs

https://id.scribd.com/doc/232824445/9MODULPENGELOLAANPENDIDI KAN-pdf#diaksess pada tanggal 19/9/23: 19.31 Wib.

https://docplayer.info/146687628-Fungsi-komite-sekolah-dalam-

manajemen-pembiayaan-di-man-4-jakarta.html diaksess pada tanggal 19/9/23: 19.35 Wib.

https://id.scribd.com/document/347789087/Landasan-Yuridis-Sistem- Pendidikan-Nasionaldiaksess pada tanggal 19/9/23: 19.37 Wib.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitiaan ini menunjukkan, Pasal 18b ayat 2, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Desa Nomor 06 Tahun 2014 maupun Peraturan Pemerintah