MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI PENANGKAL RADIKALISME DAN PROXY WAR
Disusun oleh:
Ahmad basir NIM: 2350021019
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Achmad Yani
2025
PENDAHULUAN
Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai universal yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh. Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, suku, ras, adat dan agama.
Di mana pada setiap daerah memiliki perbedaan serta ciri khasnya masing-masing. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang padat dengan wilayah yang luas serta melimpahnya kekayaan sumber daya alam. Hal tersebut dapat menjadi kekuatan ataupun bahkan dapat menjadi tantangan serta ancaman bagi Bangsa Indonesia. Indonesia sebagai negara yang besar memiliki berbagai tantangan yang besar yaitu adanya semangat primordialisme yang sempit, oleh karena itu aksi kekerasan seringkali muncul dan menggunakan nama agama tentu saja cukup bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai negara pluralitas, berbagai permasalahan serta konflik memang tidak dapat dihindarkan. Keberagaman latar belakang sosial-budaya dan agama dapat menjadi faktor yang sangat kursial dalam munculnya gerakan radikalisme.
Disamping itu, berbagai Keragaman ini juga dapat memunculkan sifat intoleransi yang mengatasnamakan segala kepentingan. Maraknya permasalahan atau kasus kekerasan yang didasari atas nama SARA, merupakan bibit munculnya aksi radikal di Indonesia.
Ancaman radikalisme dalam negara Pancasila menjadi isu penting di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Berbagai riset dan kajian tentang fenomena berkembangnya paham radikalisme, fundamentalisme, ekstremisme, dan terorisme semakin meningkat. Isu dan fokus perhatian yang menjadi pendekatan dan sudut pandang adalah konflik atas nama agama, dan agama menjadi alat konflik, serta konflik perbedaan pemahaman tentang menata kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara. Dalam perspektif ilmu kewarganegaraan, radikalisme menjadi persoalan dan masalah dalam demokrasi karena radikalisme memiliki paham dan nilai-nilai yang tidak berlandaskan pada nilai demokrasi dan nilai-nilai yang ada dalam kewarganegaraan.
Sementara itu, aksi teror oleh kelompok radikal di berbagai kawasan di Indonesia juga menjadi ancaman nyata terhadap masalah keamanan. Secara eksternal, perkembangan isu di lingkungan global, regional, dan nasional bisa berdampak terjadinya proxy war di Indonesia.
Proxy war tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu politik, ekonomi, sosial budaya. Sementara itu, pancasila yang seharusnya menjadi kekuatan untuk menghadapi ancaman proxy war tersebut sudah jauh dari kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat kehilangan pedoman atau pegangan menghadapi gempuran arus globalisasi tersebut yang memiliki potensi menjadi proxy war. Oleh karena itu, pancasila perlu diaktualisasi keberadaannya sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, guna menjawab ancaman atau tantangan akan adanya proxy war tersebut. Dalam hal ini, Pancasila perlu diberi interpretasi baru yang disesuaikan dengan dinamika nasional dan global yang sedang berlangsung saat ini.
1. PENGERTIAN RADIKALISME DAN PROXY WAR\
a. Pengertian Radikalisme
Radikalisme sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1.paham atau aliran yang radikal dalam politik; 2. paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; 3. sikap ekstrem dalam aliran politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)). Dalam hal ini paham radikalisme dapat diidentifikasi sebagai potensi konflik dengan dilatarbelakangi oleh tindakan radikal yang mengatasnamakan SARA. Radikalisme sering dipahami sebagai suatu hal kecendrungan untuk melakukan perubahan secara ekstrim ssuai dngan aham yang dianutnya serta mengangga hal lainnya adalah suatu paham yang salah (Bötticher 2017).
b. Pengertian Proxy War
Perang proxy atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal.
Peperangan masa depan secara umum menggunakan strategi perang non konvensional dan menjadikannya sebagai upaya yang efektif dalam mencapai tujuannya. Proxy war adalah perang terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war artinya perang tidak tampak menggunakan cara- cara halus untuk menghancurkan dan mengalahkan lawan menggunakan pihak ketiga.
2. PANCASILA SEBAGAI PENANGKAL RADIKALISME DAN PROXY WAR a) Pancasila sebagai penangkal radikalisme
Radikalisme menjadi suatu keniscayaan dalam ruang keberagaman bangsa Indonesia, dikarenakan banyaknya suku, agama, dan kepentingan golongan maka gesekan kepentingan sangat dimungkinkan terjadi. Di samping itu, faktor genealogis juga menjadi salah satu penyebab kenapa aksi radikal sebagai suatu paham kekerasan masih hidup sampai saat ini.
Menurut informasi yang disampaikan oleh salah seorang narasumber selama FGD di Bandung, eksistensi radikalisme di masyarakat ti dak bisa dilepaskan dari gen radikal yang diturunkan sejak dulu. Pada konteks ini, salah satu kasus yang menjadi contoh adalah gerakan radikal yang diinisiasi oleh DI/TII Kartosuwiryo.
Dengan berbagai fakta yang ada dapat dijelaskan bahwa gerakan radikalisme merupakan sebuah tantangan dan ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Semua elemen bangsa baik masyarakat dan pemerintah harus bekerjasama dalam menolak dan mencegah dari penyebaran gerakan radikalisme, dikarenakan hal tersebut merupakan permasalahan besar yang dapat memecah belah bangsa Indonesia. Gerakan radikalisme dapat merusak stabilitas negara (Sudjito and Muhaimin 2018).
Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pergerakan radikalisme adalah dengan mengimplemntasi nilai-nilai pancasila. Melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa gerakan radikalisme adalah tindakan atau paham melawan hukum serta dapat memecah belah bangsa Indonesia (Fathani and Purnomo 2020).
Merubah pemahaman mengenai radikalisme tidak hanya berkaitan dengan nama agama atau SARA saja, namun banyak faktor yang dapat memicu gerakan radikalisme dalam masyarakat.
Hal ini perlu dipahami agar masyarakat dapat bertindak lebih bijak serta tidak mudah
terpengaruh oleh paham radikalisme. Penanaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan, karena menjadi landasan sikap dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memiliki jiwa nasionalisme serta memiliki sikap toleransi yang dapat menjadi tameng dalam menangkal gerakan radikalisme. Implementasi nilai-nilai pancasila dapat ditanamkan melalui penerapan fungsi-fungsi pancasila secara menyeluruh dan merata dalam kehidupan berbangsa.
Intoleransi, radikalisme, dan terorisme, merupakan ancaman bagi eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara, dasar negara, dan falsafah negara. Pancasila sengaja berupaya diganti dengan ideologi lain berbasis agama, NKRI ingin diganti menjadi negara khilafah, dan bhineka tunggal ika ingin dirubah menjadi uniformitas, sehingga semua pihak perlu sikap waspada terhadap sekelompok pihakyang mengarah pada kelompok radikal yang berpotensi mengarah pada aksi teror. Sebagai ideologi negara, Pancasila harus diselematkan oleh semua komponen bangsa. Semua pihak harus bertanggungjawab terhadap eksistensi dan penyelamatan Pancasila, dan bukan hanya menjadi tanggungjawab TNI/Polri semata. Nilai-nilai Pancasila yang didalamnya terdapat nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai musyawarah mufakat, dan nilai keadilan, harus diajarkan, dipahami, diketahui, dihayati, dijiwai dan diamalkan oleh semua komponen bangsa, khususnya generasi muda penerus bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan tingkat dasar, mengah maupun tinggi. Program dan kegiatan untuk membumikan nilai nilai Pancasila harus menjadi agenda prioritas pemerintah agar diserap dan dijiwai oleh semua komponen bangsa. Nilai-nilai Pancasila harus mampu menjadi penangkal, penangkis, penindak, dan pemulih terhadap degradasi keimanan dan moralitas sekelompok masyarakat yang berperilaku intoleran, radikal, dan melakukan aksi teror.
b) Pancasila sebagai penangkal proxy war
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila logikanya mengembalikan masyarakat Indonesia kepada nilai-nilai dasarnya yang mungkin selama ini terlupakan karena hiruk pikuk modernisasi. Upaya ini dinilai dapat menjawab tantangan dinamika politik, ekonomi, dan kebudayaan yang berpotensi kepada Perang Proxy di Indonesia. Pandangan ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai dasar yang perlu diaktualisasi agar menjadi referensi dari perilaku sosial masyarakat Indonesia baik di tingkat elit maupun massa.
Jika ada kebijakan pemerintah, undang-undang, dan perilaku masyarakat, termasuk kelompok sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, sebenarnya bisa saja hal-hal tersebut ditolak atau harus diselaraskan dengan nilai-nilai bangsa Indonesia seperti yang terkandung pada pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai pancasila dibidang politik sebagai jawaban terhadap perang proxy politik. Kalau mau konsisten, Indonesia seharusnya juga tidak melakukan sistem pemilu langsung karena sila keempat menyatakan bahwa demokrasi kita menganut sistem perwakilan.
Dengan demikian, pancasila membuka ruang bagi tafsir politik yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nilai-nilai asli Indonesia terbukti mampu mengakomodir semua kepentingan kelompok menjadi perpaduan yang serasi dan harmonis. Nilai-nilai tersebut merupakan kearifan lokal yang dapat membawa Indonesia ke puncak kejayaan, diantaranya semangat gotong royong, tolong menolong, kemajemukan dan budi pekerti. Semangat gotong royong merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang ada sejak nenek moyang kita. Sebagai contoh, apabila di suatu masyarakat di daerah pegunungan merasa adanya kerawanan tanah longsor atau banjir, maka seluruh warga akan bekerja bersama-sama mengerjakan pekerjaan treasuring untuk menghindari bencana tersebut tanpa mengharapkan upah atau imbalan, namun semata-mata agar tidak ada warga yang menjadi korban bencana alam. Semangat tolong menolong
ditunjukan ketika salah satu warga yang memiliki hajat, entah itu perkawinan atau pindah rumah, maka seluruh warga tanpa diperintah akan menyumbangkan tenaga dan material yang dimiliki guna menyukseskan hajat tersebut. Jiwa kemajemukan sangat terlihat terlihat dalam kehidupan bermasyarakat, dimana ketika dihadapkan pada pekerjaan bersama, tak seorangpun warga yang memandang latar belakang suku, agama, ras atau golongan. Mereka meleburkan diri untuk kepentingan bersama dan memelihara keharmonisan umum. Sedangkan budi pekerti merupakan ajaran hidup yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia agar selalu menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri (Kantor Komunikasi Publik, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jk/article/view/23538/pdf
https://adoc.pub/queue/aktualisasi-pancasila-sebagai-strategi-menangkal-perang-prox.html https://repository.upi.edu/70123/2/T_PKN_1802611_Chapter1.pdf
https://www.researchgate.net/profile/Kemala-Magfirah-2/publication/
347837199_Implementasi_Nilai-
Nilai_Pancasila_Sebagai_Upaya_Mencegah_Penyebaran_Pergerakan_Paham_Radikalisme_d alam_Menjaga_Keutuhan_Bangsa_Indonsia/links/5fe4879892851c13feb5d855/
Implementasi-Nilai-Nilai-Pancasila-Sebagai-Upaya-Mencegah-Penyebaran-Pergerakan- Paham-Radikalisme-dalam-Menjaga-Keutuhan-Bangsa-Indonsia?
origin=publication_detail&_tp=eyJjb250ZXh0Ijp7ImZpcnN0UGFnZSI6InB1YmxpY2F0aW 9uIiwicGFnZSI6InB1YmxpY2F0aW9uRG93bmxvYWQiLCJwcmV2aW91c1BhZ2UiOiJwd WJsaWNhdGlvbiJ9fQ&__cf_chl_tk=vEIzvDA8ECjiV3.wCxGqC_SwVyLXSl9mRboMna1q lok-1737499085-1.0.1.1-yY9b8sx7RLG4sCGoI_RuVbb.m09bgDczCnBDjF58w3U