• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas tppo M.Arif Kurniawan

N/A
N/A
Fatah Abqari

Academic year: 2023

Membagikan "tugas tppo M.Arif Kurniawan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA :M.ARIF KURNIAWAN,S.H.

ABSEN :26

KELAS :IV PPPJ ANGKATAN LXXX GELOMBANG II TUGAS:TPPO

(2)

KASUS 1:

1.Menurut saudara,apakah perbuatan TUAN BUDIMAN dan Ny.ERNAWATI tersebut merupakan Tindak Pidana Perdagangan Orang,meningat PT.Mahkota Ulfa Sejahtera telah mendpat ijin pengerahan dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI?Jelaskan!

Jawab:

Bahwa menurut saya,perbuatan TUAN BUDIMAN selaku Direktur Utama PT.Mahkota Ulfa Sejahtera dan Ny.ERNAWATI selaku Direktur Operasional PT.Mahkota Ulfa Sejahtera beserta korporasi PT.Mahkota Ulfa Sejahtera merupakan Tindak Pidana Perdagangan Orang,sekalipun telah mendapat izin pengerahan dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.adapun cara da tujuan sehingga dapat disimpulkan telah terjadi perdagangan orang:

1. Tindakan:perekrutan,pengangkutan,penampungan,pengiriman,pemindahan,atau penerimaan seseorang

2. Cara :dengan ancaman kekerasan,penggunaan kekerasan,penculikan,penyekapan,pemalsuan.

3. Tujuan:untuk tujuan ekploitasi atau mengakibatkan orang terekploitasi

2.Jika terhadap perbuatan TUAN BUDIMAN dan Ny.ERNAWATI tersebut dapat dikenakan tindak pidana perdagangan orang,pasal apa saja yang mungkin diterapkan dalam kasus tersebut?namun,apabila perbuatan TUAN BUDIMAN dan Ny.ERNAWATI tidak dapat dikenakan pasal tindak pidana perdagangan orang,maka jelaskan alsa saudara!

Jawab:

Bahwa perbuatan TUAN BUDIMAN dan Ny.ERNAWATI merupakan tindak pidana perdagangan

orang,dimana perbuatan para pelaku tersebut dapat di jerat dengan pasal 4 jo pasal 10 UU TPPO,pasal 6 jo pasal 10 UU TPPO,dan pasal 19 UU TPPO,yang berbunyi:

“pasal 6”

Setiap orang yang melakuka pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apapun yang megakibatkan anak tersebut terekploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahu da pidana deda paling sedikit Rp.120.000.000,00 da paling banyak

Rp.600.000.000,00

“pasal 10”

Setiap orag yang membantu atau melakukan percobaan untuk melakukan merupakan tindak pidana perdagangan orang,dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pasal 2,pasal 3,pasal 4,pasal 5 dan pasal 6.

“pasal 19”

Setiap orag yang memberikan atau memasukan keterangan palsu pada dokumen Negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen Negara tau dokumen lain,untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang ,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 7 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.40.000.000,00 dan paling banyak Rp.280.000.000,00

3.Para korban melaporkan kejadian tersebut pada Mabes POLRI dan menuntut ganti rugi terhadap para pelaku,atas tuntutan ganti rugi/restitusi tersebut,sebagai aparat hukum(penuntut umum)apa yng saudara lakukan?

(3)

Jawab:

Bahwa sesuai psal 1 angka 3 UU TPPO,restitusi adalah pembyaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil atau immaterial yang diderita korban atau ahli warisnya.pasal 48 TPPO menyatakan bahwa :

1. Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak mendapat restitusi 2. Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ganti kerugian atas:

a.kehilangan kekayaan atau penghasilan, b.penderitaan,

c.biaya untuk tindakan perawatan medis atau psikologis

d.kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang

3. Restitusi tersebut diberikan dan di cantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana perdagangan orang

4. Pemberian restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama.

5. Restitusi sebagaimna dimaksud pada ayat (4) dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan tempat perkara di putus.

6. Pemberian restitusi dilakukan dalam 14 hari terhitung sejak diberitahukannya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

7. Dalam hal pelaku di putus bebas oleh pengadilan tingkat banding atau kasasi,maka hakim memerintahkan dalam putusannya agar uang restitusi yang dititipka dikembalikan kepada yang bersangkutan.

Dengan demikian,berdasarkan pasal 48 UU TPPO tersebut,jelas bahwa korban berhak atas restitusi karena selama di sekap oleh pelaku tersebut telah mengalami penderitaan dan berbagai kerugian berupa tidak bisa melaksankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya dan juga bahkan untuk yang berusia 18 tahun ke atas,telah kehilangan potensi penghasilan yang mungkin di dapatkan jika mereka tidak di sekap oleh pelaku di penampungan.Penuntut Umum

memberitahukan kepada korban tentng haknya untuk mengajukan restitusi,selajutnya penuntut umum menyampaikan jumlah kerugian yang di derita korban akibat tindak pidana perdagagan orang bersamaa denga tuntutannya.

KASUS 2

1. Menurut Saudara, apakah kasus tersebut merupakan Tindak Pidana Perdagangan Orang?

Jelaskan ! Jawab :

Bahwa kasus di atas akan termasuk sebagai Tindak Pidana Perdagangan Orang jika telah dilakukan tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang

(4)

memegang kendali atas orang lain tersebut sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 UU TPPO. Tetapi, besar kemungkinan para pelaku melakukan tindakan TPPO dengan cara-cara TPPO sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 UU TPPO sehingga para korban mau ataupun terpaksa untuk tereksploitasi secara seksual (menjadi Pekerja Seks Komersial) yang ditawarkan melalui media sosial.

2. Pasal mana yang mungkin dapat diterapkan dalam kasus tersebut?

Jawab :

Bahwa terhadap pelaku YUDHA WIJAYA dapat diterapkan Pasal 2 ayat (1) UU TPPO (jika eksploitasi seksual belum terjadi, yakni belum bertemunya korban dan penyewa korban untuk dilakukan eksploitasi seksual saat pertemuan tersebut) atau pun Pasal 2 ayat (2) UU TPPO (jika eksploitasi seksual sudah terjadi, yakni sudah bertemunya korban dan penyewa korban untuk dilakukan eksploitasi seksual saat pertemuan tersebut). Pasal 2 UU TPPO berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 2 UU TPPO

(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang

tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”

Selain itu, YUDHA WIJAYA juga dapat dikenakan Pasal 12 UU TPPO jika eksploitasi seksual berupa menjadi Pegawai Seks Komersial tersebut terjadi dengan cara pelaku melakukan persetubuhan atau perbuatan cabul lainnya dengan korban tindak pidana perdagangan orang. Pasal 12 UU TPPO menyatakan:

“Pasal 12 UU TPPO

Setiap orang yang menggunakan atau memanfaatkan korban tindak pidana perdagangan orang dengan cara melakukan persetubuhan atau perbuatan cabul lainnya dengan korban tindak pidana perdagangan orang, mempekerjakan korban tindak pidana perdagangan orang untuk meneruskan praktik eksploitasi, atau mengambil keuntungan dari hasil tindak pidana

perdagangan orang dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.”

Kemudian, untuk pelaku ERWIN juga dapat dikenakan dengan Pasal 2 ayat (1) UU TPPO, Pasal 2 ayat (2) UU TPPO, dan Pasal 12 UU TPPO seperti pelaku YUDHA WIJAYA di atas karena melakukan tindak pidana yang sama. Namun, dikarenakan ada korban anak-anak, pelaku ERWIN juga dapat dikenakan Pasal 6 UU TPPO, yang berbunyi:

(5)

“Pasal 6

Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).”

Lalu, untuk kedua pelaku (YUDHA WIJAYA dan ERWIN) juga dapat dikenakan pidana sesuai delik-delik yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). Para pelaku dapat dikenakan Pasal 13, dan Pasal 14 UU TPKS yang menyatakan:

“Pasal 13

Setiap Orang secara melawan hukum menempatkan seseorang di bawah kekuasaannya atau orang lain dan menjadikannya tidak berdaya dengan maksud mengeksploitasinya secara seksual, dipidana karena perbudakan seksual, dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

“Pasal 14

(1) Setiap Orang yang tanpa hak:

a. melakukan perekaman dan/ atau mengambil gambar atau tangkapan layar yang bermuatan seksual di luar kehendak atau tanpa persetqjuan orang yang menjadi objek perekaman atau gambar atau tangkapan layar;

b. mentransmisikan informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik yang bermuatan seksual di luar kehendak penerima yang ditujukan terhadap keinginan seksual; dan/atau

c. melakukan penguntitan dan/ atau pelacakan menggunakan sistem elektronik terhadap orang yang menjadi obyek dalam informasi/dokumen elektronik untuk tujuan seksual,

dipidana karena melakukan kekerasan seksual berbasis elektronik, dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan maksud:

a. untuk melakukan pemerasan atau pengancaman, memaksa; atau

b. menyesatkan dan/atau memperdaya, seseorang supaya melakukan, membiarkan dilakukan, atau tidak melakukan sesuatu,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(3) Kekerasan seksual berbasis elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan delik aduan, kecuali Korban adalah Anak atau Penyandang Disabilitas.

(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan demi kepentingan umum atau untuk pembelaan atas dirinya sendiri dari Tindak Pidana Kekerasan Seksual, tidak dapat dipidana.

(5) Dalam hal Korban kekerasan seksual berbasis elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b merupakan Anak atau Penyandang Disabilitas, adanya kehendak atau persetuiuan Korban tidak menghapuskan tuntutan pidana.”

(6)

3. Para korban melaporkan kejadian tersebut kepada Mabes POLRI dan menuntut ganti rugi para pelaku. Atas tuntutan ganti rugi/restitusi tersebut, sebagai aparat penegak hukum (Penuntut Umum), apa yang dapat Saudara lakukan!

Jawab :

Bahwa sesuai Pasal 1 angka 13 UU TPPO, Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya. Dengan demikian, para korban berhak atas ganti rugi baik atas kerugian materiil ataupun kerugian immateriil, tidak harus hanya kerugian materiil saja. Kemudian, Pasal 48 UU TPPO menyatakan bahwa:

“Pasal 48

(1) Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh restitusi.

(2) Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ganti kerugian atas:

a. kehilangan kekayaan atau penghasilan;

b. penderitaan;

c. biaya untuk tindakan perawatan medis dan/atau psikologis; dan/atau d. kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.

(3) Restitusi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana perdagangan orang.

(4) Pemberian restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama.

(5) Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan tempat perkara diputus.

(6) Pemberian restitusi dilakukan dalam 14 (empat belas) hari terhitung sejak diberitahukannya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(7) Dalam hal pelaku diputus bebas oleh pengadilan tingkat banding atau kasasi, maka hakim memerintahkan dalam putusannya agar uang restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang bersangkutan.”

Dengan demikian, berdasarkan Pasal 48 UU TPPO tersebut, jelas bahwa para korban berhak atas restitusi karena selama dijadikan Pegawai Seks Komersial (PSK) oleh para pelaku melalui media online (Prostitusi Online) tersebut telah mengalami penderitaan dan berbagai kerugian berupa tidak bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Para korban juga tentu membutuhkan tindakan perawatan medis dan/atau psikologis karena berbagai tekanan yang terjadi selama menjadi PSK tersebut. Oleh karena itu, sesuai Penjelasan Pasal 48 UU TPPO, Penuntut Umum memberitahukan kepada korban tentang haknya untuk mengajukan restitusi, selanjutnya Penuntut Umum menyampaikan jumlah kerugian yang diderita korban akibat tindak pidana perdagangan orang bersamaan dengan Tuntutannya (restitusi tersebut dicantumkan di dalam Tuntutan).

Referensi

Dokumen terkait

also describe that women favour online methods for advertising and recruitment for weight manage- ment trials.13 Athletes equally prefer the internet and dieti- tians as their nutrition